Kemeriahan Pemilu 2024 di Warsawa Polandia, Hari Pencoblosan Jadi Perayaan Kebudayaan

Pasar Rakyat meriahkan hari pencoblosan Pemilu 2024 di Warsawa Polandia, Ketua PPLN, Bahdal Ilnata gembira saat pemungutan suara itu menjadi perayaan kebudayaan WARSAWA.LombokJournal.com ~ Suhu di Warsawa pagi itu sekitar 8 derajat celsius. Namun, udara dingin tidak menyurutkan antusiasme warga Indonesia di Polandia untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu 2024. 

Sejak jam 8 pagi, saat hari pencoblosan Permilu 2024 itu, para pemilih sudah datang untuk menyalurkan hak pilihnya di TPS yang berlokasi di KBRI Warsawa, yang berlangsung hari Sabtu (10/02/24). 

BACA JUGA : Pemilu dalam Negara Demokrasi

PasaR rakyak di hari pencoblosan Pemilu 2024

“Alhamdulillah, berlangsungnya pemungutan suara Pemilu 2024 di Warsawa berjalan lancar, tertib dan juga penuh kehangatan,” terang Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Warsawa, Bahdal Ilnata.

Tak hanya dari Warsawa, Diaspora Indonesia yang datang ke TPS memberikan suaranya di Pemilu 2024 itu juga berasal dari kota lain seperti Szczecin, Gdanks, Wroclaw, Katowice, Krakow dan Poznan. Ratusan orang rela menempuh perjalanan ratusan kilometer untuk nyoblos di TPS. 

“Berangkat dari subuh, tapi mampir jemput teman dulu di Poznan baru ke Warsawa. Makanya agak kesiangan (datangnya),” tutur Anto, salah satu Diaspora Indonesia di Polandia.

Mengantisipasi antusiasme Diaspora Indonesia saat pencoblosan Pemilu 2024, PPLN Warsawa juga mengadakan pasar rakyat di sekitar area TPS Kota Warsawa. 

Beberapa teman pada pasar rakyat itu menjual bakso, siomay, ayam geprek, nasi kuning, bakwa udang, tahu isi, dan beraneka ragam cemilan dan bumbu-bumbu instan khas masakan Indonesia. 

BACA JUGA : Pj Gubernur NTB Pasparkan Program Jum’at Salam di Teras Negeri Tempo

“Supaya hari ini juga menjadi perayaan kebudayaan, identitas dan persatuan Indonesia. Jadi kebersamaan tetap terjaga meskipun jauh dari tanah lelulur,” tambah Ketua PPLN.

Berdasarkan data dari PPLN Warsawa, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024 ini adalah 2586. 698 terkonfirmasi untuk datang dan melakukan mencoblosan di TPS. Sedangkan 1888 lainnya  menggunakan metode pos dalam mencoblos. 

Dari hasil pemantauan di TPS Warsawa, pada Pemilu 2024 banyak hadir anak-anak muda yang pada hari itu merupakan pencoblosan pertama mereka. Salah satunya Ray, mahasiswa S1 di Vistula University Warsawa, yang berbagi kesannya nyoblos di TPS Luar Negeri. 

“Bukan menarik aja sih cuma mungkin beda dari yang lain. Kalo temen-temen di Indonesia mungkin TPS-nya seperti biasa tapi disini kita di KBRI Warsawa. Dan juga cuaca yang sedang dingin disini dan juga ada banyak bazaar makanan Indonesia juga mengobati rasa kangen saya,” ungkap Ray.

Selain Ray, ada juga Kristin. 

“Pastinya sangat berkesan juga, campur aduk juga perasaannya antara bangga, excited dan juga deg-degan pastinya dengan final result-nya nanti. Tapi aku bangga banget walaupun aku jauh dari Indonesia aku masih memiliki kesempatan untuk ikut pemilu di sini di Polandia,” ujar Kristin ketika ditanya kesannya nyoblos di TPS Luar Negeri.

Pelaksanakan pemungutan suara di TPS Warsawa kali ini dihadiri oleh 2 orang saksi. 1 dari partai politik dan 1 dari pasangan calon presiden dan wakil presiden. 

BACA JUGA : Awas Curah Hujan Tinggi! Pemprov NTB Sigap Koordinasi dengan Kabupaten se NTB

Bahdal menerangkan kehadiran saksi ini merupakan bentuk legitimasi dan transparansi proses pemungutan suara di Kota Warsawa. 

“Mereka mengawasi dan memastikan bahwa setiap lembar suara diperlakukan dengan adil dan jujur,” jelas Bahdal. iwo

 

 




Ramadhan, Menjalani Ibadah Puasa di Warsawa, Polandia

Ini pengalaman menjalani bulan suci Ramadhan di negeri orang yang jumlah penduduk muslim minoritas, bagaimana memaknainya?

Menjalani bulan Ramadhan di Warsawa, Polandia

LombokJournal.com ~ Ramadhan atau bulan Puasa adalah bulan dimana umat Muslim panen pahala atau kalau dalam istilah para pemain game Dota atau Mobile Legend adalah bulan farming.

BACA JUGA: Polandia Siap Menerima Lebih Banyak Program Beasiswa NTB

Hal ini mengacu pada hadist shahih riwayat Muslim yang menjelaskan kalau Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wasallam menjelaskan, jika satu kebaikan anak Adam akan dibalas dengan 10 hingga 700 kali lipat pahala, namun berbeda dengan ibadah puasa

Allah Azza wa Jalla menjanjikan balasan khusus bagi kaum muslimin yang berpuasa karena keimanan dan ketakwaan.

Hal ini harusnya menjadi kebahagiaan bagi kita semua karena Rafi Ahmad si Sultan Andara aja kalo ngasi hadiah khusus ke pegawai atau follower-nya pasti bikin kebanyakan orang orang ngiler, apalagi kalo yang menjanjikan hadiah adalah Allah, Dzat Yang Maha Kaya, dimana sudah pasti nilainya bisa berkali-kali lipat lebih menggiurkan.

Menjalankan puasa untuk pertama kalinya di Kota Warsawa, Polandia membuat saya tersadar, farming pahala di perantauan tidak seperti membalik telapak tangan.

Populasi muslim di negara ini terbilang sedikit bahkan tidak mencapai 1 persen dari total populasi masyarakat secara keseluruhan, sehingga suasana puasa jadi tidak terasa.

BACA JUGA: NTB Mini Hadir di Polandia, Mempromosikan NTB ke Eropa

Ini pengalaman menjalani bulan suci Ramadhan di negeri orang
Suasana buka bersama di masjid OKM

Tidak seperti di Indonesia, di Polandia suara adzan dari pelantang masjid tidak nyaring terdengar di waktu-waktu sholat. Apalagi senandung suara ngaji tadarus atau bahkan playlist lagu-lagu religi seperti Maher Zain atau Nissa Sabyan yang sering diputar oleh operator pelantang masjid menjelang buka puasa, khususnya ya masjid yang ada di kampung-kampung.

Karena jumlah masjid di Polandia yang terbilang sangat sedikit jika dibandingkan di Tanah Air. Di Kota Warsawa khususnya tempat saya menimba ilmu saat ini, mungkin hanya ada empat masjid yang lokasinya berjauhan satu sama lain.

Vibes bulan puasa juga akan terasa kurang buat saya dan teman-teman lainnya, tipikal orang Indonesia penganut budaya ngabuburit garis keras. Kami merasa sedikit kesepian karena tidak melihat adanya barisan pedagang kue basah, aneka es, kolak, gorengan dan menu-menu street food andalan lain yang sering  ditemui di hampir setiap ruas jalan di dekat rumah.

Tidak ada warung-warung tenda atau street food stall yang menjual sate, ayam bakar, bakso, lalapan atau bahkan nasi padang yang bisa dijadikan arena bukber yang tidak jarang disambi reunian bersama teman-teman sekolah. Sebaliknya, street food di Kota Warsaw hanya bisa di temukan di tempat-tempat tertentu dan kebanyakan makanan yang dijual adalah western dessert seperti ice cream, waffle, roti-roti, hingga minuman bersoda yang terkadang tidak cocok dengan selera.

Tantangan lain dalam menjalankan ibadah puasa disini adalah waktu puasanya yang lebih panjang dibandingkan dengan waktu puasa di Indonesia. Jika di Indonesia masyarakat biasanya berpuasa sekitar 13 jam, di Polandia waktu puasa tahun ini bisa mencapai 15 jam, dan semakin panjang di hari-hari berikutnya.

BACA JUGA: Gubernur NTB Hadiri Hannover Messe di Jerman

Ini karena Polandia termasuk negara 4 musim dan bulan puasa tahun ini bertepatan dengan musim semi. Waktu siangnya pun bertambah 6 menit setiap 3 hari. Subuhnya maju 3 menit, maghribnya mundur 3 menit.

Meskipun kalau mendengar cerita orang-orang yang sudah lama di Eropa, ini belum apa-apa dibandingan menjalankan ibadah puasa di musim panas yang waktunya bisa hingga 20 jam lebih.

Namun seperti kata-kata bijak orang tua kita, pastilah ada hikmah dan kemudahan di balik setiap kesulitan-kesulitan yang kita hadapi.

Berada di masa transisi antara musim dingin dan musim semi, membuat udara di Kota Warsawa lebih sejuk sehingga membuat kita tidak terlalu lelah jika harus berperjalanan atau beraktivitas di luar. Meskipun kadang-kadang suhu bisa dingin banget bahkan turun salju, rasanya lebih mending ketimbang harus berpuasa dan berjibaku dengan udara panas.

Terlepas dari segala perbedaan dan keterbatasan yang ada, saya merasa beruntung kuliah di Polandia terlebih di kampus yang menyediakan tempat sholat untuk mahasiswa muslimnya. Di Collegium Civitas, manajemen kampus menyediakan prayer room di lantai 12.

Ruangan ini dilengkapi dengan sajadah, tikar bahkan tisu dan hand sanitizer. Ini membuat kami, mahasiswa muslim, tetap dapat sholat tepat waktu, tentu saja tidak hanya di bulan puasa, tetapi juga setiap hari sepanjang tahun. 

Berkah memiliki kawan-kawan muslim di Polandia juga semakin terasa di bulan Puasa ini. Walaupun tidak dapat berkumpul bersama teman dan keluarga kami masih bisa mengadakan acara buka puasa bersama teman-teman muslim.

Menu makanannya tentu saja masakan Indonesia seperti es campur, gorengan, ayam suwir, rendang, sayur sop, telur bumbu Bali dan tentunya tak ketinggalan sambal terasi.

Tidak hanya ajang silaturahmi, kumpul-kumpul berbandrol bukber ini juga kami jadikan jalan untuk menambah pahala melalui berbagi takjil dan makanan berbuka lainnya. Selain itu, karena lokasinya di tempat tinggal teman kami, acara bukber biasanya kami dilanjutkan dengan sholat maghrib, isya bahkan tarawih berjamaah.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Warsawa tak ketinggalan menyelenggarakan acara-acara untuk memeriahkan suasana bulan Puasa. Di awal Ramadhan, KBRI mengadakan buka puasa bersama mengundang mahasiswa dan diaspora Indonesia yang ada di Polandia.

Acara ini dirangkai dengan pengajian dan penyampaian info-info terbaru kekonsuleran yang disampaikan langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Polandia, H.E Anita Luhulima dan staf KBRI lainnya.

Selain mendapat ilmu dari pengajian dan info-info penting perihal kekonsuleran, rasa kangen akan masakan Indonesia tentu terobati. KBRI tidak pernah gagal menyajikan makanan-makanan khas tanah air seperti bakso, tempe kecap, ayam lalapan dan tentu saja aneka gorengan seperti cireng, bakwan, tahu isi dan tempe mendoan.

Sembari makan, kita juga bisa ngobrol-ngobrol dengan warga Indonesia yang sudah lama tinggal di Polandia dalam rangka memperluas jaringan dan menambah ilmu soal bertahan hidup di rantau.

Kegiatan pengajian pun terus diadakan KBRI setiap minggu sekali dengan menggandeng Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Polandia. Da’I, ustadz dan kyai dihadirkan oleh kawan-kawan PPI Polandia untuk secara konsisten memberikan siraman rohani bagi para mahasiswa dan warga Indonesia muslim yang tinggal di Polandia.

Meskipun dilakukan secara daring, antusiasme masyarakat Indonesia di Polandia tidak berkurang untuk mendapatkan ilmu langsung dari para penceramah tanah air.

Ilmu dan inspirasi untuk berbuat baik tentu tidak hanya datang dari para guru-guru agama kita. Pemilik satu-satunya restoran Indonesia di kota Warsawa, Sambal, juga mengajarkan semangat berbagi bagi kami para mahasiswa.

Hampir setiap hari di setiap minggu sepanjang bulan Ramadhan, chef Sahnil mengundang para mahasiswa muslim yang ada di Warsawa untuk berbuka puasa. Kuotanya memang terbatas, 3 orang setiap harinya. Namun dengan begitu, suasana berbuka puasa jadi lebih intim karena kita jadi enak ngobrol dan berbagi pengalaman satu sama lain.

Menjalani hari-hari di bulan Puasa tidak pas rasanya jika tidak dibarengi dengan memfokuskan kegiatan ibadah kita dekat dengan masjid. Meskipun ada beberapa masjid di kota Warsawa, saya baru berkesempatan untuk beribadah di Masjid Osrodek Kultury Muzulmanskiej (OKM).

Masjid ini letaknya dekat dan paling gampang dijangkau dengan angkutan umum. Mungkin masjid ini tidak sebesar kebanyakan masjid di Indonesia, tapi Alhamdulillah masjid ini tidak pernah sepi jama’ah, khususnya di bulan Puasa ini. Jama’ah sholat Terawih selalu penuh sesak.

Ramainya jama’ah kemudian “dimanfaatkan” oleh para pencari pahala dengan menaruh kue-kue, roti serta buah-buahan di selasar masjid yang diperuntukkan para jama’ah.

Namun pengalaman bulan Puasa yang paling menarik di masjid OKM bagi saya adalah ketika makan buka. Kenyataan bahwa kita makan di lantai ruang bawah tanah parkiran mobil yang dingin, seketika terasa hangat dan menyenangkan.

Bak makan di meja makan yang terletak di ruang tengah rumah kita, rasa kebersamaan dan kesyukuran menghadirkan rasa hangat di hati dan menyingkap senyum seraya menyantap makanan yang dihidangkan. Sederhana tapi penuh kenikmatan.

BACA JUGA; Armada Baru Tangki Air Bersih untuk Lotim dan Loteng

Bulan Puasa kali ini sungguh terasa istimewa. Kesedihan karena harus jauh dari orang-orang tersayang sedikit terbayar dari pengalaman berharga merantau di negeri elang putih. Pelajaran pertama tentu saja membangun dan memperkuat mental keislaman saya.

Menimba ilmu di tempat dimana muslim menjadi minoritas tentu bukan alasan untuk mengendorkan ibadah dan keimanan. Dengan sedikit kemauan, kemudahan dan kenikmatan beribadah tetap dapat saya rasakan.

Membangun kebersamaan juga salah satu pelajaran yang saya rasakan. Tidak hanya kebersamaan dengan sesama masyarakat Indonesia, tetapi juga saudara sesama muslim. Keguyuban komunitas selalu dapat kita temui dimana saja dan kapan saja asalkan ada kemauan dalam diri kita.

Pelajaran yang terakhir dan yang terpenting adalah peka dalam memupuk rasa syukur. Banyaknya kuantitas bukanlah faktor penentu kebahagiaan. Senantiasa merasa diberkahi adalah hal yang paling penting dalam menjalani hidup. Seperti bulan bulan Ramadhan tahun ini.

Meskipun tidak dikelilingi keluarga dan sahabat, vibes dan semangat beribadah di bulan Puasa Alhamdulillah tetap bisa saya rasakan. Dan bukankah Allah azza wa jalla mengingatkan kita, jika kita senantiasa bersyukur maka Dia, Dzat Yang Maha Kaya, akan terus mencurahkan nikmatnya. ***

 

 




Nyaman dan Murah Transportasi Umum di Warsawa 

Mimpi saya untuk selalu menggunakan transportasi umum yang nyaman akhirnya kesampaian selama belajar di Warsawa

Catatan Iwa Gandiwa Dhiras – ASN Pemprov NTB dan Awardee Beasiswa NTB

WARSAWA.LombokJournal.com ~ Dulu saya sering membayangkan bagaimana rasanya jika mobilitas keseharian saya jalani dengan transportasi umum. Saya bermimpi merasakan hari-hari berjalan menggunakan bus dan kereta bawah tanah. 

BACA JUGA: Mahasiswa NTB Mulai Hidup di Warsawa, Polandia

Berpacu dengan waktu, namun cukup santai karena tidak harus memikirkan lalu lintas dan jalanan yang padat ketika harus mengendarai kendaraan pribadi. 

Akhirnya, bayang-bayang itu jadi nyata. Selama melanjutkan studi S2 saya di kota Warsawa, saya kemana-mana naik transportasi umum.

Seperti yang saya jelaskan di tulisan sebelumnya, ada 3 moda trasportasi di kota Warsawa, Mungkin juga di semua negara di Eropa. 

Moda transportasi itu adalah bus, tram dan kereta bawah tanah (metro). 

Bagaimana penggunaan moda transportasi itu? Nah, ini perlu diceritakan.

Moda transportasi ini bisa digunakan jika kita membeli tiket melalui mesin tiket, kantor penjualan dan juga dari aplikasi di gawai kita. 

Ada sekitar 30 jalur tram, lebih dari 200 rute bus dan 2 jalur metro yang beroperasi di pusat kota dan sekitarnya.

Transportasi di kota Warsawa ini menggunakan sistem zonasi. Pada Zona 1 jalur transportasi umum mencakup pusat kota dan destinasi wisata utama di kota Warsawa. Sedangkan untuk Zona 2 melingkupi daerah luar pusat kota hingga pemukiman di pinggiran kota Warsaw. 

Pemberlakuan sistem zonasi ini dimaksudkan untuk mempermudah akses ke tempat-tempat tertentu bagi warga atau pengunjung di kota Warwasa. Yang perlu diperhatikan adalah sistem zonasi ini berpengaruh pada harga tiket transportasi umum tersebut.

Bicara soal harga tiket, harganya bisa sangat beragam namun tidak bergantung pada jenis transportasinya. Kita hanya butuh memberi 1 tiket untuk menggunakan bus, tram dan metro di Warsawa. 

Selain zonasi, yang membedakan adalah durasi validasi tiketnya. Ada tiket sekali jalan (single-ride ticket) yang punya durasi sekitar 75 menit setelah validasi. Ada juga tiket terusan dengan pilihan durasi 24 jam, 72 jam, mingguan bahkan bulanan. 

BACA JUGA: Alumni UI Adakan Lombok Panoramic Fun Ride

Yang perlu diingat adalah melakukan validasi ketika kita mulai menggunakan transportasi umum ini. Jika tiket kita tidak divalidasi dan kita terjaring pemeriksaan, maka kita dianggap penumpang gelap serta harus membayar denda yang jumlahnya tidak sedikit.

Buat saya sebagai mahasiswa, sistem transportasi umum yang terkoneksi dan terintegrasi ini sangat membantu. 

Jika pada tulisan sebelumnya saya hanya menjelaskan 1 cara saya pergi ke kampus, setelah 4 bulan ini saya belajar bahwa ada kurang lebih 5 cara saya untuk pergi ke kampus. Belum lagi proses ini dimudahkan dengan adanya aplikasi “Jakjojade”, yang memungkinkan kita melihat jenis transportasi apa dan di halte atau stasiun mana kita bisa mengakses transportasi tersebut. 

BACA JUGA: Sineas NTB Raih Siberkreasi Awards untuk Film Pendek Literasi Digital

Bisa juga nyaman sebagai tranmsportasi umum
Bis ke kampus

Sebagai mahasiswa saya punya akses untuk diskon 50 persen tarif transportasi umum. Cukup dengan membayar kurang dari Rp500.000 saya bisa mengakses semua transportasi umum di Zona 1 selama 3 bulan tanpa Batasan waktu. 

Melihat angka rupiahnya terkesan mahal. Padahal, ini jelas jauh lebih hemat ketimbang biaya transportasi saya di Mataram. ***