Makam Embung Puntik, Penyebar Islam di Lombok tahun 1717 M

Makam Kemaliq Embung Puntik di Lombok,  ulama penyebar Islam ternama di Lombok, ribuan masyarakat sering berziarah dan menggelar ritual adat 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Kemaliq Embung Puntik, sebuah makam di Desa Sengkerang, Praya Timur, Lombok Tengah, menjadi langganan para peziarah. 

Area makam seluas sekitar 4 are itu dikenal sebagai makam keramat oleh masyarakat, bahkan sering digelar ritual adat di area makam.

Makam tersebut merupakan makam Denek Mas Suryadiningrat, ulama penyebar Islam ternama di Pulau Lombok. 

Ia diperkirakan menyebarkan Islam di Lombok sejak  tahun 1717 masehi.

BACA JUGA: Letusan Samalas, Benda Kedatuan Benue akan Diuji Radiokarbon

Makam Embung Puntik, petilasan Denek Mas Suryadiningrat yang jasadnya menghilang

Makam tersebut sudah ditetapkan sebagai cagar budaya dan juga telah diakui Dinas Pariwisata. Terbukti dengan adanya plang Dinas Pariwisata pada area makam.

Juru Pelihara Makam, Lalu Jasmawadi, yang juga merupakan generasi ke-13 keturunan Denek Mas Suryadiningrat mengatakan, ribuan masyarakat sering berziarah dan menggelar ritual adat di makam tersebut.

Ritual adat bernama Nede Embung Puntik yang digelar setiap bulan tujuh tanggalan Sasak atau setiap hari Senin pada bulan November. 

Pada ritual tersebut, masyarakat akan membawa aneka hasil bumi dan berdoa memohon berkah kepada Sang Pencipta.

“Setiap bulan ke tujuh tanggalan Sasak atau setiap hari Senin di bulan November selalu ada ritual adat di sini,” kata Lalu Jasmawadi didampingi Akademisi Mataram, Dr Asrin,  Rabu (17/08/22).

Ritual adat tersebut telah berlangsung turun temurun. Bahkan, masyarakat meyakini jika tidak menggelar ritual akan mendapatkan malapetaka seperti penyakit.

Pada bulan November, ritual akan berlangsung empat kali yang digelar setiap Senin. Masyarakat berbondong-bondong mengunjungi makam dan berdoa sebagai ucapan rasa syukur dan meminta berkah Allah SWT.

Selain bulan November, ritual adat biasanya juga digelar pada akhir Februari. 

Ada juga ritual adat bernama Saur Sangi. Di sana, masyarakat yang sebelumnya telah terkabulkan hajatnya akan datang ke makam sebagai bentuk rasa syukur telah tercapai atau terkabulkan keinginannya.

“Pada makam juga biasa digelar ritual ada saat ada anak desa yang akan dikhitan (disunat). Akan ada proses adat yang digelar,” ujarnya.

Sebelum dikhitan, anak tersebut akan dibawa ke makam dengan diantar keluarga, dan menggelar tradisi pemotongan selendang.

BACA JUGA: Kyai Mas Mirah, Penyebar Islam Sejak Jaman Pejanggik

Keliling Makam

Uniknya, makam  tersebut tidak sembarang dapat dimasuki peziarah. Harus ada ritual khusus mengelilingi makam sebanyak sembilan kali, sebelum dapat memasuki makam.

“Namun jika peziarah tidak bisa mengelilingi makam sebanyak sembilan kali, diberikan keringanan tujuh kali atau tiga kali,” ujarnya.

Masyarakat meyakini dengan mengelilingi makam, mengingat kembali sebelum manusia lahir ke dunia, manusia berada pada rahim ibu dan suatu saat akan meninggal dunia. 

Hidup di dunia yang singkat tersebut harus diisi dengan berbuat kebaikan sebagai bekal di akhirat.

Jika ritual mengelilingi makam tidak diindahkan peziarah, sering ditemui fenomena kesurupan seorang peziarah. Itu membuat juru kunci makam akan kerepotan menangani.

Lalu Jasmawadi mengungkapkan makam tersebut sebenarnya merupakan petilasan Denek Mas Suryadiningrat. Konon jasadnya menghilang dan tidak pernah muncul.

Denek Mas Suryadi Ningrat selain menyebarkan Islam, juga menciptakan sebuah lontar bernama Indarjaye. Lontar tersebut berguna jika ada anak kecil yang telat berbicara melewati umurnya, maka lontar tersebut akan dibacakan. Dengan izin Allah SWT, anak tersebut akan lancar berbicara.

“Banyak anak yang terlambat bicara, begitu dibacakan lontar Indarjaye akan lancar,” katanya.

Khasiat Lingkok Mas

Pada area makam juga terdapat sebuah sumur atau dalam bahasa Sasak disebut Lingkok Mas. Konon air di sana berkhasiat menyembuhkan penyakit. 

Juru kunci makam, Amaq Wahid mengatakan pernah suatu hari ada orang dari Sumbawa datang dalam kondisi kaki bengkak. Saat dimandikan di Lingkok Mas, ajaibnya perlahan-lahan orang tersebut sembuh.

“Banyak khasiat air Lingkok Mas untuk menyembuhkan penyakit. Bahkan orang dari luar Lombok datang ke sini,” ujarnya.

Amaq Wahid menjadi juru kunci makam sejak tahun 1993. Banyak fenomena supranatural dialami sejak menjaga makam. 

Dia pernah didatangi oleh sosok Denek Mas Suryadiningrat. Bahkan dia merincikan ciri-ciri fisiknya.

“Bentuk orangnya tinggi, gagah tapi badannya kurus. Dia memakai sorban putih,” katanya.

Konon ada peninggalan Denek Mas Suryadiningrat dalam bentuk pusaka yang masih disimpan hingga kini. 

Saat Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 turun ke lokasi, diperlihatkan sebuah pusaka terbungkus kain putih dan dililit tali. 

Pusaka tersebut berjenis tombak bernama Pusaka Randu Kuning. Diberi nama Randu Kuning karena saat pusaka tersebut ditancap ke pohon randu (kapuk), maka pohon itu akan berubah menjadi kuning. 

Pusaka tersebut dipercaya sebagai pusaka perdamaian. Begitu dua desa terlibat bentrok, saat pusaka tersebut ditancap ke tanah, maka bentrok akan mereda.

Penataan menuju lokasi makam

Sementara itu Ketua Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6, Ruslan Turmuzi, mengatakan Lombok menjadi lokasi penyebaran para wali, sehingga banyak sekali kedatuan atau sejenis kerajaan. Bedanya, kedatuan identik dengan Islam.

BACA JUGA: Teater Tradisi Cupak Grantang Diambang Punah

Bahkan Ruslan yang merupakan Anggota DPRD NTB berjanji akan menganggarkan penataan akses jalan menuju lokasi makam. 

Dan membangun fasilitas pendukung untuk peziarah seperti empat kamar toilet, penataan gapura depan dan renovasi rumah penjaga atau juru kunci makam.

“Insyaallah kita akan menganggarkan itu. Ya kalau seluruhnya menghabiskan anggaran Rp200 juta. Itu akan kita ikhtiarkan untuk mendukung keberlanjutan tradisi leluhur Sasak,” kata Ruslan. Ia meminta Sekretaris Tim , Amrullah untuk segera membuat perencanaan dan design penataan lingkungan situs embung puntik dengan tetap mengedepankan Arsitektur khas Sasak. 

Direktur M16 Bambang Mei Finarwanto mengatakan, penelusuran jejak sejarah situs Embung Puntik bagian dari strategi Tim Ekspedisi Mistis untuk mengurai dan membuka tabir sejarah leluhur Lombok. Agar bisa diurai benang merah ketokohan dan kelebihan ilmu dalam yang dimiliki. 

“Setidaknya, melalui testimoni yang disampaikan keturunan Denek Mas Suryadi Ningrat ini,  ada second opini terkait sejarah situs Embung Puntik yang bisa menjadi referensi sejarah untuk generasi mendatang,  di tengah minim bukti tertulis berupa catatan-catatan mitos  embung puntik” kata lelaki yang akrab disapa didu didampingi Bendahara Tim Mistis, Zainul Pahmi. ***

 

 




Letusan Samalas, Benda Peninggalan Kedatuan Benue Diuji Radiokarbon

Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 akan uji penanggalan radiokarbon artefak dan benda sisa Kedatuan Benue, yang sempat terkubur akibat letusan Samalas

LOTENG.lombokjournal.com ~ Letusan Gunung Samalas di Lombok pada tahun 1257 diyakini menghilangkan banyak peradaban. 

Konon Salah satunya yang terimbas erupsi dasyat Samalas itu adalah Kedatuan Benue di Dusun Dasan Lekong, Desa Selebung, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah.

Beberapa bukti artefak dan benda kuno peninggalan Kedatuan Benue akan dilakukan pengecekan penanggalan radiokarbon untuk mengetahui usia pasti benda tersebut.

BACA JUGA: Kiai Mas Mirah, Penyebar Islam Sejak Jaman Pejanggik

Benda-benda bersejarah peninggalan Kedatuan Benue yang sempat terkubur karena letusan Samalas

Benda-benda yang akan dilakukan pengecekan penanggalan radiokarbon berupa potongan tengkorak manusia yang diduga berasal dari Kedatuan Benue, aneka pecahan logam dan tanah liat, beras kuno yang sudah menghitam dan beberapa keping koin bersimbol swastika.

Pengecekan penanggalan radiokarbon diinisiasi oleh Tim Ekspedisi Mistis  PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram. 

Benda-benda yang diperkirakan berusia ratusan tahun itu tengah dibawa ke Jakarta untuk diuji.

“Pengujian radio karbon untuk mengetahui usia suatu benda. Untuk memastikan Kedatuan Benue ada dan eksistensi kebudayaan dan struktur sosial masyarakat saat itu benar-benar menelurkan kebudayaan yang besar,” kata Direktur M16, Bambang Mei Finarwanto, Sabtu, (13/08/22).

Bambang Mei F mengatakan, Pengujian Penanggalan Radio Karbon terhadap sejumlah artefak  yang terserak di sejumlah lokasi sebagai langkah awal untuk menentukan titik dan koordinat sebaran petilasan kebudayaan Kuno Leluhur Lombok di kawasan tersebut. 

“Dari bukti artefak yang ada, Tim Ekspedisi Mistis menyakini bahwa Kedatuan Benue merupakan salah satu kotak pandora kebudayaan maju Leluhur Lombok yang pernah Eksis,” ujar lelaki yang akrab disapa Didu. 

Seorang tokoh pemuda Desa Selebung, Muslim, mengatakan benda-benda yang diyakini peninggalan Kedatuan Benue ditemukan pada 2016 lalu pada kedalaman tanah 40 meter.

“Saat itu ada penggalian tanah uruk di bukit Dusun Ranjok, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah. Para pekerja menemukan benda kuno,” ujarnya.

Ada sebuah teko berbentuk burung Garuda ditemukan pada kedalaman tanah. Usia teko tersebut diperkirakan setara dengan usia Kedatuan Benue. 

Ada juga beras yang sudah menghitam berton-ton ditemukan. Diduga tempat ditemukannya beras kuno tersebut pada lokasi logistik Kedatuan Benue.

“Kita temukan beras yang masih ada pangkalnya dengan jumlah cukup banyak. Patut diduga lokasi ditemukan beras itu adalah tempat logistik Kedatuan Benue,” katanya.

Banyak warga sering menemukan benda-benda berusia kuno di wilayah tersebut. Namun sayangnya benda-benda tersebut banyak telah dibawa ke luar kampung maupun dijual masyarakat.

Bahkan, warga juga sering menemukan potongan tubuh manusia dengan perhiasan lengkap. Diperkirakan mereka merupakan korban dari letusan Gunung Samalas.

“Potongan tubuh manusia sudah kita kuburkan dengan layak. Itu kita perkirakan korban letusan Gunung Samalas pada 1257,” ujarnya.

Warga setempat, Rohati mengatakan telah banyak menemukan benda-benda peninggalan Kedatuan Benue di kampung mereka. Saat itu dia menyewa lahan warga untuk produksi tanah uruk.

“Saya temukan banyak beras kuno, artefak dalam bentuk logam dan lainnya. Bahkan warga lain menemukan lonceng kuno dan kapak,” katanya.

Rohati mengatakan, ada warga juga pernah menemukan kepingan emas. Sayangnya itu kemudian dijual. 

“Ada salah seorang warga pernah dapat kepingan emas di sini,” ujarnya.

Ada juga ditemukan bong atau tempat berwudhu bergambar naga. 

BACA JUGA: Ceramah KH Achmad Zen Menyimpangkan Sejarah tentang Pancasila

Benda-benda yang diperkirakan berusia ratusan tahun itu masih berceceran dan diambil warga. 

Belum ada museum desa untuk menghimpun dan menyimpan benda-benda tersebut.

Rohati mengatakan saat pertama kali menemukan benda tersebut, dia terus mengalami mimpi-mimpi yang aneh. 

Pernah bermimpi bertemu seorang ulama yang menunjukkan dia masjid yang hampir ambruk.

“Saya sering mimpi aneh. Mimpi didatangi ulama. Bahkan pernah saya saat mau tidur seperti bunyi orang lempar logam atau emas di rumah saya,” ujarnya.

Sementara, Mukmin mengatakan beberapa profesor baik dari Indonesia, Prancis hingga Jepang melakukan penelitian di desa tersebut. 

“Ada ahli geologi sering datang ke sini untuk melakukan penelitian. Karena di desa ini juga ada dorphal (batu berukuran besar),” ujarnya.

Dia berharap melalui pengecekan penanggalan radiokarbon dapat memastikan usia benda dan menjadikan desa tersebut desa sejarah dan budaya.

“Berharap desa ini menjadi desa sejarah dan budaya, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.

Kedatuan Benue

Kedatuan Benue diyakini merupakan kedatuan tua di Lombok jauh sebelum Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang. Di sana ada petilasan atau serupa makam Datu atau Raja Benue. 

Datu Benue diyakini tidak meninggal, namun tiba-tiba menghilang. Sehingga hanya tersisa petilasan saja yang kini sering diziarahi warga lokal maupun turis mancanegara.

Datu Benue memiliki julukan Wali Mukmin atau hamba Allah. Dia memiliki seekor kuda yang sangat cepat ketika berlari yang bernama Kuda Sambarani. Di depan makam tersebut ditemukan tempat mengikat kuda yang lengkap dengan sisa talinya.

Konon Kedatuan Benue sudah berdiri sejak 1800 tahun yang lalu, dengan mendirikan kedatuan yang kokoh. ***

 

 




Kiai Mas Mirah, Penyebar Islam sejak Jaman Pejanggik 

Banyak peziarah asal Jawa mengunjungi makam Kiai Mas Mirah di Lombok, ulama penyebar Islam sejak jaman Kerajaan Pejanggik di Lombok 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Makam ulama di Desa Mujur, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah sering didatangi peziarah asal Pulau Jawa. 

Kiai Mas Mirah merupakan ulama yang menyebarkan Islam sejak zaman Kerajaan Pejanggik.

Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB bersama  Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16  berusaha menguak kisah Kiyai Mas Mirah untuk menggali kepingan sejarah yang tercecer sebelumnya. 

BACA JUGA: Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk, Lombok Timur

Mengunjungi makam Kiai Mas Mirah, penyebar Islam sejak Jaman Kerajaan Pejanggik

Tim Ekspedisi Mistis menemui generasi ke enam keturunan Kiai Mas Mirah, Muhammad Amin. Menurut penuiturannya, makam Kiai Mas Mirah berada dalam satu lahat bersama ayahnya, Sayit Mutsana atau dikenal dengan nama Deneq Sadanah.

Nama yang disebut terakhir merupakan seorang Demung di Desa Mujur yang diperintahkan oleh Kerajaan Pejanggik, kerajaan Islam di Lombok kala itu.

Kiprah Kiai Mas Mirah dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok sejak tahun 1700, bahkan berdakwah hingga ke tanah Jawa. 

“Oleh karena itu, makam Kiai Mas Mirah bersama ayahnya sering dikunjungi peziarah dari Jawa,” katanya ditemui di Desa Mujur, Selasa (26/07/22).

Dalam berdakwah, Kiai Mas Mirah dikenal paling simpel dan mudah dicerna umat. 

Bahasa dakwahnya paling populer di Lombok adalah “solah mu gaweq, solah mu dait, lenge mu gaweq, lenge mu dait”.

Kalau diterjemahkan bebas, memiliki arti “kebaikan yang anda kerjakan, maka kebaikan pula yang anda peroleh. Sebaliknya, kalau tercela yang anda kerjakan, maka tercela pula yang anda peroleh.”

Namun sayangnya, tidak banyak peninggalan yang tersisa dari Kiai Mas Mirah. Bahkan silsilah lengkap keluarga kiai telah dimusnahkan saat penaklukan Lombok oleh penjajah.

Itu yang membuat kesulitan pihak keluarga mencari mata rantai silsilah.

“Peninggalan yang tersisa adalah bejana. Itu pernah didatangi Dinas Kebudayaan untuk didaftarkan menjadi situs purbakala,” tutut Muhammad Amin.

Air yang dimasukkan dalam bejana tersebut diyakini dapat menyembuhkan orang sakit. Sehingga banyak masyarakat mengambil air pada bejana tersebut untuk pengobatan.

Kiai Mas Mirah memiliki hubungan langsung dengan Kerajaan Pejanggik yang ditugaskan untuk menyebarkan Islam di Pulau Lombok

Bahasa dakwahnya yang simpel dan lugas, membuat masyarakat mengagumi sosok Kiai Mas Mirah.

“Dalam berdakwah, beliau sangat simpel tapi mengena di hati masyarakat,” kata Muhammad Amin.

Kiai Mas Mirah memiliki banyak julukan. Dia sering disebut Raden Abdurahman, Raden Mas Jirah, Raden Jirah, dan yang paling populer dengan nama Kiyai Mas Mirah.

Salah satu karomah yang dimilikinya adalah dapat memanggil hujan di saat musim kemarau. Kala itu sangat membantu masyarakat Lombok yang dominan sebagai petani yang selalu butuh mengairi sawah mereka.

“Jadi beliau memiliki karomah dapat memanggil hujan saat kemarau. Itu merupakan karomah beliau yang dapat membantu masyarakat,” ujarnya.

BACA JUGA: Cerita Rakyat yang Terserak Penting Diaktualisasikan

Selain pernah menyebarkan Islam di Jawa, ayah Kiai Mas Mirah menikahi seorang perempuan dari tanah Jawa. 

Langkah tersebut merupakan penetrasi damai (penetration pasifique) dalam menyebarkan Islam, tanpa pertumpahan darah, yaitu dengan pernikahan atau dengan cara tasawuf. 

Hal itu yang memicu baik ayah dan Kiai Mas Mirah sangat dikenal di sebagian masyarakat Jawa.

Makam Kiai Mas Mirah berada tepat di belakang aliran sungai yang teduh. Bahkan, di tengah sungai memiliki sumur dangkal atau lingkoq dalam bahasa Sasak, yang digunakan kiai untuk berwudhu. 

Hingga kini sumur tersebut tetap berdiri dan kokoh.

Makam tersebut dahulunya tidak tertata rapi, baru pada 2016 dilakukan pemugaran makam untuk memudahkan peziarah.

Cari Keris Hingga Emas

Dari sebagian besar peziarah yang datang berdoa, banyak juga peziarah yang datang untuk mencari benda-benda pusaka seperti keris, permata hingga emas. 

Muhammad Amin mengatakan, sering peziarah mengaku mendapat benda pusaka saat bertapa di makam tersebut. 

Ada juga cerita unik, jika peziarah bertapa salah posisi, tiba-tiba saja tubuhnya seperti ditendang sosok tanpa wujud. Itu sebagai isyarat agar peziarah memperbaiki posisinya berdiri saat berada di kompleks makam keramat tersebut.

“Ada peziarah yang niat betapa tapi salah arah akan ditendang. Itu sebagai isyarat agar peziarah memperbaiki posisinya,” ujarnya.

Sosok Kiai Mas Mirah tidak terdokumentasi dalam buku atau foto. Namun terkadang, Kiai Mas Mirah menampakkan diri di mushola saat orang sedang salat. 

“Saya antara sadar dan tidak sadar pernah suatu ketika didatangi persis di samping saya saat salat di mushola. Namun sekilas saja, terus menghilang,” katanya.

Keping Sejarah

Proses pemugaran makam, khususnya di bagian nisan dan makam dibantu oleh Wakil Ketua Bidang Politik DPD PDIP NTB, Ruslan Turmuzi.

Ruslan mengatakan langkah ekspedisi mistis yang digelar merupakan komitmen sekaligus upaya PDIP NTB untuk mengumpulkan puing-puing sejarah Lombok yang berceceran. Terlebih lagi kurangnya literasi sejarah di Lombok, membuat generasi muda kesulitan mengenal budaya dan sejarah Lombok.

“Ekspedisi ini rutin kita lakukan, dan kali ini khusus edisi Kiai Mas Mirah. Itu untuk mengumpulkan puing sejarah kita yang selama ini berceceran,” kata Ruslan Turmuzi didampingi Sekretaris dan Bendahara Tim Ekspedisi Mistis, Amrullah dan Zainul Pahmi. 

Ruslan mengatakan, budaya maupun sejarah Lombok sangat terkenal. Bahkan dalam kitab Negara Kertagama tertulis “Lombok Mirah Sasak Adi” yang berasal dari kata Lombok berarti lurus atau jujur, mirah berarti permata, sasak berarti kenyataan dan adi berarti baik.

“Budaya kita sangat terkenal, namun sayang kita hanya mengenal permukaannya saja. Sementara isi dari sejarah itu sendiri tidak kita kenal. Itu karena kurangnya literasi kita tentang sejarah Lombok,” ujarnya.

Bahkan hingga kini pun posisi Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang masih menjadi perdebatan. Karena minimnya literasi dan belum ada ekskavasi sisa-sisa arkeologis di tanah Lombok.

Ketua DPC PDIP Lombok Tengah, Suhaimi, mengatakan sangat penting bagi generasi untuk mengetahui sejarah, kisah maupun perjalanan hidup para leluhur. 

“Segala sisi perilaku dan segi  perjalanan kehidupan para leluhur adalah kekayaan khazanah bagi generasi penerus bangsa. Sisi mistis hanya satu sisi dari sekian banyak segi yang bisa dipelajari,” katanya.

Dia berharap dari ekspedisi mistis yang digelar untuk menelusuri sejarah Lombok, dapat berguna dan berkontribusi bagi masyarakat NTB.

“Ekspedisi ini juga menunjukan, betapa miskinnya kita akan sejarah leluhur. Sekecil apapun ekspedisi ini, semoga bermanfaat dan menjadi kontribusi positif bagi masyarakat Lombok,” ujarnya.

Dia tidak ingin, leluhur Lombok yang tersohor pada zamannya akan menjadi redup karena tidak ada bukti yang dapat diceritakan kepada generasi akan datang. Sehingga penting memperkenalkan literasi tentang kebudayaan maupun sejarah Lombok.

“Sejarah dan cerita seseorang menjadi besar atau kecil, adalah karena ditulis dan diceritakan. Jangan sampai orang orang besar yang memang besar dalam sejarah sesungguhnya, terkubur, hanya karena tidak ditulis dan diceritakan,” pesannya.***

 

 




Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk, Lombok Timur

Banyak orang datang berobat dibimbing Lewat Mimpi, dan air pancuran itu diyakini bisa Sembuhkan Segala Penyakit

LOTIM.lombokjournal.com ~ Ini salah satu lokasi yang menyimpan aura mistis di Pulau Lombok, yaitu sebuah Air Pancuran Bertuah  di Kampung Pancuran, Desa Rumbuk, Lombok Timur.

Air Pancuran Bertuah  ini lokasinya di Mushola Al-Kautsar. Persis di samping mushola, yang tiap hari digunakan warga setempat untuk mandi atau mencuci. 

Namun di salah satu pancuran yang berada di pancuran wanita, diyakini memiliki penghuni tak kasat mata.

BACA JUGA: Ini Dia! Senggeger Lombok Pemikat Hati Wanita

Air pancuran bertuah merupakan rangkaian kegiatan untuk melacak jejak-jejak tradisi dan mistis masyarakat NTB

Sosok gaib bertubuh tinggi dan besar, diyakini menjadi penunggu pancuran. Namun uniknya, tidak menyakiti atau mencelakakan warga yang beraktivitas di pancuran. 

Ada juga ular mistis yang sering muncul di balik bebatuan pancuran. Anehnya, ular itu dengan sekejap mata menghilang.

Sementara itu, masyarakat kampung Pancuran menyakini yang pertama kali menemukan Pancuran Air Bertuah itu adalah  Datu Daluminda Parayuga, sekitar abad 16 Masehi dan beliau dimakamkan di desa Sapit.

Tokoh masyarakat setempat, Muhammad Ali, menuturkan banyak sekali orang dari luar kampung hingga dari Sumbawa datang untuk mandi di pancuran tersebut. 

Tujuannya untuk berobat segala macam penyakit.

Uniknya, orang-orang yang datang berobat setelah melalui petunjuk mimpi. Mereka mimpi mandi di pancuran tersebut untuk menghilangkan penyakit atau meniatkan sesuatu.

“Bahkan dari Sumbawa datang ke sini karena dapat petunjuk dari mimpi,” kata Muhammad Ali, Kamis (21/07/22).

Ada juga perempuan yang ingin memiliki anak. Dia bermimpi mandi di pancuran tersebut agar kelak mendapatkan anak. Ajaibnya setelah mandi, dia dikaruniai anak.

“Ini sangat aneh, namun nyata itu terjadi,” imbuhnya.

Pada pancuran tersebut juga memiliki kolam. Meskipun musim kemarau saat ini, air di kolam tersebut tidak pernah surut.

Pernah suatu ketika air tidak muncul pada kolam tersebut. Warga kemudian menggelar ritual dengan menghadirkan atraksi Gendang Beleq, sebuah alat musik tradisional Sasak. Ajaibnya, usai ritual digelar, air kembali menyembur dengan cukup deras.

“Selesai ritual, air yang semula tidak mengalir, hingga sekarang mengalir dengan lancar. Meskipun di musim kemarau volumenya sedikit berkurang,” katanya. 

Ada juga kisah seorang kepala dusun setempat menemukan ular misteri di pancuran tersebut. Namun saat ditangkap dan dimasukan dalam sebuah bungkusan, ular tersebut berubah menjadi keris. 

Perjalanan melacak jejak mistis di Lombok merupakan rangkaian dari ekspedisi mistis yang digelar PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 

Sekretaris Tim Ekspedisi Mistis, Ahmad Amrullah, mengatakan ekspedisi mistis tersebut merupakan rangkaian kegiatan untuk melacak jejak-jejak tradisi dan mistis masyarakat NTB. 

BACA JUGA: Menyibak Tuah-tuah Senggeger dan Minyak Banyu Urip

“Ekspedisi Mistis kali ini dilakukan di Desa Rumbuk, untuk melacak budaya dan fenomena magis di tengah masyarakat, sebagai ciri khas masyarakat Lombok,” kata Amrullah.

Dia mengatakan, akan banyak ekspedisi lainnya yang akan mengungkapkan kisah atau legenda di tengah masyarakat, sehingga kisah-kisah tersebut tidak hanya menjadi folklor atau cerita rakyat semata, tapi juga dapat dibuktikan.

“Sehingga setiap kisah atau cerita di masyarakat kita tidak hanya dimaknai sebagai cerita rakyat semata, tetapi memang kisah yang benar-benar ada,” tukasnya.***

 

 




Cerita Rakyat yang Terserak Penting Diaktualisasikan 

Tim Ekspedisi Mistis PDIP dan Mi6 menganggap penting aktualisasi Cerita Rakyat yang terserak, agar warisan budaya kuno leluhur tetap terjaga.

MATARAM.lombokjournal.com ~ Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 melihat ada kecendrungan kuat keanekaragaman khasanah warisan budaya tradisional  para Leluhur Lombok/Sasak banyak terdiaspora // terserak //menjadi rangkaian cerita rakyat menjadi pengetahuan terbatas pada sub kultur kedatuan. 

Hal ini karena rangkaian Folklore itu hanya  terkomunikasikan pada lingkup tatanan sosial  komunitas budaya/tradisi terdekat. 

BACA JUGA: Bank Indonesia NTB Paparkan Sistem Pembayaran QRIS

Selain itu kuat dugaan tidak meluasnya cerita rakyat karena  kurang masifnya ‘syiar’ keluar kedatuan, selain terkendala  alat transportasi yang terbatas serta tehnologi yang belum berkembang.

Penting aktualisasi cerita rakyat        penting untuk ektualisasi cerita rakyat untuk menjaga warisan leluhur

“Akibatnya masing-masing sub kultur budaya kedatuan  tersebut memiliki awiq-awiq atau peraturan adat yang khas  pada setiap wilayahnya,” ujar Ketua Tim Ekspedisi Mistis, H Ruslan Turmuzi melalui Siaran Pers, Rabu (06/07/22) . 

Menurut Ruslan Turmuzi, kajian ini berdasarkan informasi dan temuan cerita rakyat yang berkembang d isetiap desa/dusun yang ditelusuri oleh Tim Ekspedisi Mistis terhadap Petilasan yang dituturkan oleh masyarakat setempat. 

“Tim Ekspedisi Mistis menyakini, di balik beragamnya cerita rakyat maupun temuan petilasan yang dibeberapa wilayah merupakan rangkaian peninggalan budaya leluhur  yang saling berkaitan satu sama lain,” ujarnya. 

Ruslan melanjutkan, misalnya mitos kedatuan benue yang diduga kuat ada di Dasan Lekong, Lombok Tengah, berdasarkan bukti bukti artefak temuan warga bisa jadi menjadi poros utama kebudayaan Suku Sasak yang tertua, sebelum munculnya kedatuan yang lain atau kerajaan Sasak. 

“Dilihat dari corak dan bentuk artefak yang ditemukan seperti mata uang yang bercorak rare, tembikar, guci, mata tombak, beras hitam, dan lain lain, mengisyaratkan usia peninggalan petilasan kedatuan benue tergolong sangat tua,” tuturnya. 

Ruslan berharap untuk melestarikan dan menjaga warisan budaya leluhur tersebut pemerintah perlu melakukan ekskavasi secara menyeluruh untuk mengungkap misteri temuan-temuan artefak kuno tersebut. 

“Setidaknya dengan ekskavasi tersebut peninggalan warisan leluhur suku sasak tidak sebatas menjadi cerita rakyat,” ungkapnya. 

Aktualisasi Foklor yang Terserak

Sementara itu Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6 , Bambang Mei Finarwanto menegaskan, Tim Ekspedisi Mistis akan terus ungkap dan telusuri sisi lain Mitologi atau Cerita Rakyat yang terserak agar  Kebudayaan Kuno Leluhur bisa diaktualisasikan dan diketahui oleh publik dalam spektrum yang lebih meluas. 

Hal ini penting agar generasi sekarang tidak terealinasi ataupun kehilangan rekam jejak epik heroik para Leluhur dalam mewariskan budaya dan petilasan untuk anak cucunya. 

“Dengan mengungkap aktivitas sejarah Leluhur Suku Sasak yang terdiaspora dalam beragam folklor tersebut, Tim Ekspedisi Mistis ingin mengaktualisasikan dari sisi berbeda agar budaya lokal tersebut tidak hanya menjadi cerita rakyat pada lingkup yang terbatas,” ujar lelaki yang akrab disapa Didu. 

BACA JUGA: Gubernur NTB Tegaskan Pentingnya Pengendalian Inflasi

Selanjutnya Didu mengatakan, Tim Ekspedisi Mistik juga akan terus membuka tabir mitos dan misteri yang tidak terpecahkan menjadi pengetahuan baru untuk pencerahan dan edukasi. 

“Harus diakui , dari sekian kisah folklor yang berkembang saat ini, secara logika banyak yang tidak masuk akal. Disinilah urgensi menggabungkan  disiplin ilmu sains dan non sains ( metafisika ) dalam mengambil konklusi akhir sebagai kompromi dalam menyikapi fenomena yang belum terpecahkan,” ujar Didu. ***

 

 




Ini Dia! Senggeger Lombok Pemikat Hati Wanita

Kalau ingin tahu senggeger pemikat wanita, ini dia hasil penelusuran yang dilakukan Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 bersama PDIP NTB 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Masyarakat Sasak di Lombok memiliki budaya yang turun temurun diwariskan ke generasi. Salah satunya adalah senggeger. Senggeger merupakan minyak sejenis mantra yang dapat digunakan orang untuk mencapai keinginannya.

Ini dia, hasil Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 bersama PDIP NTB yang secara konsisten melakukan ekspedisi menelusuri kebudayaan Sasak dan situs-situs bersejarah.

Senggeger Lombok dibagi menjadi dua jenis. Ada senggeger aliran putih dan ada juga senggeger beraliran hitam. 

Ini dia rahasia penggeger pemikat wanita

Jika senggeger putih sebagai mantra sengasih-asih atau agar dicintai banyak orang, senggeger hitam berfungsi sebagai pelet untuk menaklukkan hati wanita.

Seorang pembuat senggeger asal Desa Bonder, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Ustad Aji mengatakan, proses pembuatan senggeger menggunakan bahan-bahan yang sering ditemui di dapur, seperti merica, pala, lada, kelapa hijau, bunga tembakau, cengkeh, kunyit, jahe dan kayu manis.

BACA JUGA: Waspada Gangguan Anjing Liar Jelang Event MXGP, Samota

Hanya saja, proses pengolahannya memiliki syarat-syarat. Seperti memetik kelapa memiliki syarat si pemetik harus dalam keadaan suci dan berwudhu. 

“Kemudian kelapa itu harus dipetik di atas dan diturunkan tanpa menyentuh tanah,” kata Amaq Aji, Jumat (10/06/22).

Kelapa akan dijadikan santan, dan santan tersebut akan diolah dengan bahan dapur. Proses pengolahan dengan membaca asma atau puji lantunan ayat-ayat Alquran.

“Selain itu dalam pengolahan minyak tidak boleh lewat perempuan yang sedang datang bulan atau menstruasi,” ujarnya.

Setelah minyak tersebut selesai dibuat, maka memiliki ritual yang disebut dengan istilah ‘mancing’, yaitu menaruh botol dalam keadaan tertutup rapat dalam tempat minyak tersebut. Jika beruntung, botol tersebut akan terisi sendiri tanpa dibuka. 

Namun jika tidak beruntung, maka alam semesta tidak memberikan izin orang tersebut memiliki senggeger.

Dalam proses pembuatan senggeger harus dengan waktu yang tepat. Biasanya pada malam Jumat tanggal 12 bulan maulid atau bulan syawal.

Jenis-jenis Senggeger

Seorang paranormal setempat, Ustad Nasir mengatakan, senggeger memiliki banyak jenis. Ada senggeger Budi Suci yang diyakini berkhasiat memikat wanita.

Ada juga senggeger Tojang Andos yang berfungsi agar seseorang capat melupakan kita. Senggeger tersebut berfungsi sebagai obat jika senggeger yang memikat seseorang telah selesai digunakan.

Sementara ada juga senggeger yang beraliran hitam, seperti senggeger Kecial Kuning. Senggeger tersebut juga berfungsi untuk memikat hati wanita

“Jika ada wanita yang keras kepala dan susah didekati, maka senggeger Kecial Kuning menjadi pelet yang cukup ampuh,” ujarnya.

Selain itu ada juga senggeger Turun Tangis. Senggeger ini dari air mata duyung yang diberikan puji atau doa yang juga memiliki fungsi memikat hati wanita. Ada juga senggeger Jaran Goyang yang diyakini dapat memikat hati wanita.

Ustad Nasir mengatakan, selain berfungsi memikat hati wanita, senggeger juga berfungsi untuk mengobati luka, sebagai obat santet hingga sebagai ilmu kekebalan.

“Semuanya tergantung dari niat seseorang yang akan menggunakan,” ujarnya.

Penggunaan dan Pantangan

Seorang pembuat senggeger, Irawan mengatakan sebagian besar permintaan senggeger didominasi untuk memikat wanita, kekebalan dan pengobatan penyakit.

“Tiga permintaan itu yang mendominasi permintaan senggeger,” katanya.

Penggunaan senggeger untuk memikat wanita cukup mudah. Dengan cara mencampur minyak senggeger pada makanan yang mereka makan. Ada juga dengan cara mengoleskan minyak pada rokok dan menghembuskan asapnya ke arah wanita tersebut.

BACA JUGA: Event MXGP Sebagai Pengungkit Pergerakan Ekonomi

“Namun pantangannya setelah digunakan, jangan bertemu cewek itu beberapa hari,” kata Irawan.

Untuk pengobatan luka, cukup dengan mengoleskan membentuk lingkaran di area luka, tetapi tidak mengenai luka.

Syarat lainnya, saat seseorang memegang senggeger yaitu tidak boleh dibawa ke kamar mandi atau toilet, melewati kuburan dan membawa saat mengunjungi orang yang sedang sakit.

“Itu menjadi pantangan lain saat membawa senggeger,” katanya.

Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16, Bambang Mei Finarwanto  mengatakan meskipun cara kerja senggeger secara metafisik, namun tetap dalam koridor syar’i.

“Contohnya senggeger aliran putih itu. Meskipun dibuat menggunakan metode metafisik, namun dalam koridor syar’i,” katanya.

Dia mengatakan sudah sepatutnya tradisi senggeger ini diperkenalkan ke publik sebagai suatu warisan budaya.

“Ini menjadi warisan budaya Sasak, sehingga perlu diketahui publik bahwa Lombok memiliki beragam tradisi, tidak terkecuali yang berhubungan dengan klenik,” katanya.***

 




Menyibak Tuah-Tuah Senggeger dan Minyak Banyu-Urip 

Penelusuran untuk menyibak rahasia Senggeger dan Minyak Banyu-Urip yang dipercaya punya beragam khasiat mulai dilakukan Tim Ekspedisi Sejarah  PDIP NTB dan Mi6 

MATARAM.lombokjournal.com ~ Masyarakat Lombok sedang menunggu penelusuran  minyak bertuah warisan para leluhur masyarakat Sasak, yakni Senggeger dan Minyak Banyu-Urip.

Kokon, warisan leluhur itu dipercayai memiliki beragam khasiat non sains untuk berbagai hajat, untuk  pamor atau junjung drajat, pengasihan maupun sebagai pelindung Badan (sikep awak).

Setelah melakukan penelusuran beragam ‘rahasia’ yang menyelimuti sejarah di Lombok, kini Tim Ekspedisi Sejarah Situs Kebudayaan dan Artefak Suku Sasak yang digagas PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6, giliran menelusuri minyak bertuah Warisan para Leluhur itu. 

ilustrasi menyibak Senggeger dan Banyu Urip
ilustrasi ~ Senggeger

Masyarakat Sasak di pedesaan pasti sudah familiar dengan istilah Senggeger. Karena legenda Senggeger kerap diasosiasikan ibarat jalan tol mendapatkan Jodoh. 

BACA JUGA: Arkeolog dan Paranormal Dilibatkan, Lacak Situs Kuno Lombok

Masih ingat kan, sebelum era milenial atau 4.0 dikenal ungkapan: cinta ditolak, dukun bertindak.

Tujuan ekspedisi menelisik eksistensi agar mitos senggeger sebagai ilmu warisan leluhur Sasak  tersebut bisa dipahami. 

Agar masyarakat memahami khasiat, kandungan, proses pembuatan, juga puji dan amalan doa dan mekanisme kerja tak kasat mata atau metafisika. 

Kemudian tuah- tuah senggeger dan banyu urip bisa dirasionalkan dengan logika, khususnya yang  berkaitan dengan cara kerja aurora mistisnya yang mampu mempengaruhi persepsi dan kebatinan seseorang. 

“Tim Ekpedisi Sejarah hanya ingin membuka tabir atau rahasia terselubung agar kekuatan tuah senggeger maupun banyu-urip tidak dipandang dalam konotasi negatif  yang tak sesuai kaedah syar’i,” ujar Ketua Tim, H Ruslan Turmuzi, Kamis (09/06/22)

Menurut Ruslan, khasiat Senggeger maupun Banyu-urip bukan termasuk Ilmu Hitam, karena proses pembuatan dan cara kerjanya tetap dalam koridor syar’i.

Dan tidak menyertakan bahan-bahan yang diharamkan, serta doa-doa yang dirapalkan dimudahkan dijabah oleh Allah SWT. 

“Konon  bahan dasar senggeger adalah minyak kelapa, aneka  rempah plus puji dan doa. Demikian Air bertuah Banyu urip, konon bahan dasarnya di ambil dari 9 mata air atau sumur kuno yang tersebar di empat penjuru gumi sasak,” tuturnya.

Semua itu ditambah dorongan kekuatan sugestif dalam diri seseorang turut menentukan keberhasilan khasiatnya. 

Sementara itu Direktur Mi6 , Bambang Mei Finarwanto mengatakan, metode investigasi yang akan dilakukan Tim Ekspedisi Sejarah berfokus menelusuri sejarah dan kekuatan metafisika yang menyelubungi tuah-tuah Senggeger.  

BACA JUGA: Letusan Gunung Tambora, Terkuat Dalam Sejarah

Tim Ekspedisi Sejarah Mi6 dan PDIP NTB hari Jumat (10/06) akan hunting menemui narasumber  yang memiliki kepiawaian dalam ‘meramu’  senggeger.

“Nara sumber itu tidak kaleng-kaleng, agar masyarakat awam mendapatkan informasi  utuh terkait praktek tersebut,” ujar Bambang. 

Menurutnya, ikhtiar ini setidaknya ini bentuk empati Tim Ekspedisi  Mi6 dan PDIP NTB guna melestarikan dan menjaga ilmu dalam para leluhur agar tak lekang oleh waktu dan tehnologi. 

“Seluruh rangkaian hunting  mengungkap rahasia di balik Senggeger dan Banyu-urip ini bisa terdokumentasi secara baik dan rapi, melalui publikasi media di semua platform tehnologi 4.0,” katanya. ***