Marketing yang Dilandasi Prinsip Moralitas dan Nurani

Masyarakat sering mengidentikkan marketing dengan janji-janji yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan

persaingan bisnis adalah perseteruan atau rivalitas antara pelaku bisnis yang secara independen berusaha mendapatkan konsumen
Catatan manajemen : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Dalam bukunya, Hermawan Kartajaya (Aa Gym A Spiritual Marketer, 2006: hal. 5-7) mengembangkan sebuah konsep marketing yang betul-betul berdasarkan prinsip-prinsip moralitas dan nurani.

Baginya marketing bukanlah upaya mengejar keuntungan sepihak secara membabi buta. Marketing bukanlah tipu muslihat. Marketing adalah aktivitas penciptaan nilai ( value creating activities )  yang memungkinkan berbagai pihak menjadi pelakunya bertumbuh dan mendayagunakan kemanfaatan. 

BACA JUGA : Persaingan Bisnis Dinamika Merebut Pelanggan

Marketing haruslah dilandasi kejujuran, keadilan, keterbukaan, keikhlasan dan kepedulian terhadap sesama. Marketing haruslah merupakan sebuah compassion .

Compassion berasal dari bahasa Latin dari kata patire dan cum yang berarti “sependeritaan” ( suffer with ). Compassion mengajak kita untuk memberi makan orang yang kelaparan, mengobati mereka yang terluka, ikut merasakan apa yang mereka rasakan, solider atau sepenanggungan dengan mereka yang tidak beruntung.

Compassion adalah suatu gerakan hati yang peduli dan sepenanggungan dengan nasib orang lain. Compassion adalah perwujudan prinsip mencintai dan menyayangi sesama. Ia merupakan kualitas hati dalam berelasi dengan orang lain. Pendek kata, compassion membawa kita untuk menceburkan diri ( immerse ) dan tenggelam dalam rasa kemanusiaan.

Hermawan Kartajaya berpendapat, compassionate marketing adalah sebuah prinsip berbisnis yang didasari kejujuran, keadilan, keikhlasan, rasa simpati, dan empati kepada seluruh stakeholders , baik pelanggan, karyawan, pemegang saham, maupun komponen stakeholders lainnya.

Dengan prinsip berbisnis seperti ini, Hermawan ingin meluruskan kesalapahaman yang selama ini sering terjadi di masyarakat tentang marketing . Masyarakat sering mengidentikkan marketing dengan janji-janji yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan.

BACA JUGA : Cafetaria Kokonana & VIP Lounge di Pelabuhan Bangsal Diresmikan 

Marketing telah menjadi rahmat bagi dunia agar orang-orang mendapatkan produk-produk terbaik dan bisa memilih di antaranya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan mengkonsumsi produk terbaik dengan harga yang sesuai, orang akan benar-benar memperoleh manfaat dan menjadikan hidup mereka lebih baik.

Alangkah indahnya marketing jika ia disikapi sebagai sebuah gerakan hati yang peduli. Kepedulian pada kebaikan dan kemanfaatan sesama. Marketing begitu indah jika disikapi sebagai sebuah compassion .

BACA JUGA : Silaturahmi Olahraga, Optimis PON XXII 2028 di NTB akan Sukses

Konsep ini selanjutnya dikenal sebagai The 10 Credos of Compassionate Marketing (hal. 8-11). Berikut penjabarannya:

Credo #1: Love yout costomer, respect your competitors

Prinsip ini mengajarkan dua hal. Pertama, Anda harus mencintai pelanggan, karena kepada pelangganlah semua tindakan Anda abdikan dan dari pelanggan itu pula Anda memperoleh pendapatan. Kedua, Anda harus menghormati pesaing, karena keberadaan pesaing akan selalu membawa manfaat positif. 

Dengan adanya pesaing, Anda akan dipacu untuk semakin efisien dan produktif, bersama pesaing Anda akan mampu memperbesar pasar, dan keberadaan pesaing akan mendorong Anda untuk semakin kreatif dalam melayani pelanggan.

Credo #2: Be sensitive to change, be ready to transform

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu siap berubah. Perubahan yang begitu cepat di luar perusahaan harus selalu diikuti dengan perubahan di dalam, baik perubahan organisasi maupun perubahan dalam diri Anda sendiri. Kalau Anda tidak bisa menyikapi perubahan tersebut, maka tak terelakkan lagi, Anda akan tenggelam ditelan perubahan tersebut.

Credo #3: Guard your name, be clear on who you are

Prinsip ini mengajarkan agar selalu menjaga nama baik dan konsisten menjaga kredibilitas. Prinsip ini juga mengajarkan agar Anda memperjelas positioning di mata pelanggan. Dengan 

positioning yang didukung oleh diferensiasi yang kokoh, maka pelanggan akan 125% –bukan

100%—mempercayai Anda.

Credo #4: Customers are diverse, go first to who really needs you

Prinsip ini mengajarkan kepada Anda untuk tidak memukul rata pasar. Anda harus memilah-milah pasar berdasarkan kesamaan karakter tertentu. Dengan demikian Anda bisa meng- customize apa yang mereka butuhkan. Anda juga harus jujur kepada diri sendiri, untuk tidak memasuki segmen di mana Anda sendiri tidak memiliki resources yang kuat untuk melayani. Jadi Anda harus memberikan pelayanan secara fokus kepada orang-orang yang memang membutuhkan Anda dan pada bidang yang telah menjadi kompetensi Anda.

Credo #5: Always offer a good package at a fair place

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu menawarkan produk dengan kualitas yang bagus, dengan harga yang sesuai pula. Anda tidak boleh menetapkan harga yang tidak sesuai dengan kualitas produk.

Credo #6: Always make yourself available, spread the good news

Prinsip ini mengajarkan agar Anda bisa diakses oleh pelanggan secara mudah. Dengan demikian Anda harus memperbaiki channel yang Anda miliki agar bisa melayani pelanggan secara maksimal. Prinsip ini juga mengajarkan Anda untuk selalu memberikan kabar yang baik kepada pelanggan. Kabar baik itu bisa bermacam-macam bentuknya, bisa berupa excellent product yang mampu Anda deliver , bisa customer reward yang Anda tawarkan, bisa juga layanan tepat waktu yang Anda berikan.

Credo #7: Get customers, keep and grow them

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Anda jangan hanya bisa mendapatkan pelanggan baru, tetapi harus terus menjaganya dengan memberikan yang terbaik buat mereka, dan berupaya sekeras mungkin agar pelanggan tersebut bisa berkembang. Anda harus menjadi growth-enabler bagi pelanggan Anda.

Credo #8: Whatever your business, it is a service business

Prinsip ini mengajarkan bahwa inti dari segala kegiatan bisnis Anda adalah servis atau layanan kepada pelanggan. Apa pun bisnis yang Anda masuki –apakah itu otomotif, perbankan, komputer, konstruksi, atau makanan—sesungguhnya Anda berada di bisnis servis. Ketika Anda memutuskan untuk berbisnis, maka pelayanan haruslah menjadi alas an keberadaan ( reason for being ) Anda. Hidup Anda adalah sebuah misi pelayanan –pelayanan kepada pelanggan.

Credo #9: Always refine your business process, in terms of quality, cost and delivery 

Prinsip ini mengajarkan kepada Anda untuk selalu meningkatkan quality, cost, delivery (QCD). Ini adalah prinsip yang menyangkut proses, di mana dalam aktivitas sehari-hari Anda harus bisa terus menerus menjaga dan meningkatkan kualitas produk dan layanan Anda, menciptakan efisiensi sehingga bisa mengurangi biaya yang Anda bebankan ke pelanggan, dan selalu menjaga agar Anda bisa men- deliver produk dan layanan tersebut secara tepat waktu.

Credo #10: Gather relevant information, but use wisdom in making your final decision 

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu mengikuti informasi yang berkembang. Namun, ketika Anda akan memutuskan sesuatu, Anda harus menggunakan wisdom Anda. Wisdom merupakan endapan pengetahuan dan pengalaman yang selalu menjadi inspirasi ketika Anda akan memutuskan sesuatu. ***

#AkuAir – Perumnas, 30-12-2024

 

 




Prinsip 80/20; Tentang Efek (Hasil)  dan Penyebabnya (Upaya)

Dengan mempraktekkan prinsip 80/20, kehidupan akan jadi lebih menyenangkan, berbahagia dan sehat, karena waktu yang kita pergunakan menghasilkan 80 persen lebih baik

Prinsip ini apabila kita praktikan dalam kehidupan maka kehidupan kita akan jadi lebih menyenangkan, lebih berbahagia dan lebih sehat
Catatan manajemen : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Prinsip 80/20  adalah konsep terkenal yang telah ada selama beberapa dekade, tetapi menjadi semakin relevan di dunia yang serba cepat dan terus berubah saat ini.

BACA JUGA : Perguruan Tinggi : From Passengers To Be Drivers

Konsep ini juga dikenal sebagai Prinsip Pareto dan menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, kira-kira 80 persen efeknya berasal dari 20 persen penyebabnya. 

Dengan kata lain, sebagian besar efek atau hasil dihasilkan oleh sebagian kecil upaya atau sumber daya. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan dan bisnis hingga hubungan dan pengambilan keputusan.

Prinsip Pareto dikembangkan oleh ekonom Italia, Vilfredo Pareto, pada tahun 1896. Pareto mengamati bahwa 80 persen tanah di Italia hanya dimiliki oleh 20 persen populasi. Dia juga menyaksikan hal ini terjadi pada tanaman di kebunnya — 20 persen tanamannya menghasilkan 80 persen buah. 

Hubungan ini paling baik digambarkan secara matematis sebagai distribusi hukum pangkat antara dua besaran, di mana perubahan dalam satu besaran menghasilkan perubahan yang relevan ke besaran lainnya.

Fenomena ini juga menggunakan beberapa nama berbeda:

  • Prinsip Pareto.
  • Aturan 80/20 (paling umum).
  • Hukum beberapa vital.
  • Prinsip ketersebaran faktor.

Aturan 80/20 bukanlah persamaan matematika formal, tetapi lebih merupakan fenomena umum yang dapat diamati di bidang ekonomi, bisnis, manajemen waktu, dan bahkan olahraga (Dara Tientan Melati, dalam LookMedia: February 20,23)

BACA JUGA : Perubahan Radikal dalam Bisnis

Freddy Rangkuti (dalam bukunya “Keajaiban Teknik Selling Rasulullah”, 2012 hal. 144-147) memberi contoh. Pekerjaan sulit lama kelamaan akan menjadi mudah apabila dikerjakan. Sedangkan pekerjaan mudah lama kelamaan akan menjadi sulit apabila tidak dikerjakan. Artinya, jauh lebih mudah mengerjakan pekerjaan sulit, daripada tidak mengerjakan sama sekali pekerjaan yang mudah.

Karena terbiasa mengerjakan pekerjaan yang sulit, maka pekerjaan tersebut akan menjadi mudah. Sehingga hanya dengan 20 persen energi saja, kita akan memperoleh hasil 80 persen lebih banyak. Ini adalah prinsip 80/20. Itu sebabnya kemudahan selalu ada dibalik setiap kesulitan.

Prinsip ini apabila kita praktikan dalam kehidupan maka kehidupan kita akan jadi lebih menyenangkan, lebih berbahagia dan lebih sehat, karena dari waktu yang kita pergunakan akan menghasilkan 80 persen hasil yang lebih baik. Dengan menggunakan prinsip manajemen waktu seperti ini, kita tidak dikejar-kejar waktu. Sebanyak 80% sisa waktu kita dapat dipakai untuk mengerjakan pekerjaan lain yang kita sukai.

Ada dua pilihan:

1.Kita mengerjakan dengan 20 persen waktu kita, tetapi menghasilkan 80 persen lebih banyak, atau;

2.Kita mengerjakan dengan 80 persen waktu kita, tetapi hanya memperoleh 20 persen hasil saja.

Waktu tidak bergerak dengan kecepatan yang konstan. Waktu bergerak mengikuti pergerakan relatif emosi kita, perhatian kita, dan cara kita memanfaatkan waktu. 

Itu sebabnya, kadang kita merasa waktu seperti lama sekali atau tidak bergerak sama sekali. Sebaliknya kadang terasa cepat, tiba-tiba saja kita sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun tanpa menghasilkan apa-apa.

BACA JUGA : Presean Budaya Leluhur yang Harus Terus Disosialisasikan

Mengapa kita selalu merasa peristiwa yang sangat menyenangkan cepat sekali berlalu, sedangkan peristiwa yang sangat tidak menyenangkan itu lama sekali. Sekarang saatnya kita balik. Jadikan peristiwa yang sangat menyenangkan itu waktu yang lama sekali, dan peristiwa yang tidak menyenangkan itu hanya singkat saja. Dengan menerapkan prinsip 80/20.

Tanyakan kepada diri sendiri, apakah penggunaan waktu Anda selama ini telah membuat Anda bahagia? Kalau Anda belum merasa berbahagia maka penggunaan waktu Anda salah. Cepat perbaiki.

Bagaimana caranya dengan hanya menggunakan 20 persen waktu kita dapat menyelesaikan semua pekerjaan kita? Gunakan prinsip 80/20 karena kita dapat memperoleh hasil yang luar biasa dengan hanya menggunakan 20 persen energi yang kita miliki. Prinsip ini telah terbukti sukses dan kita akan menikmati kehidupan yang jauh lebih baik. 

Syaratnya kita harus fokus dan berkosentrasi ke dalam pekerjaan yang paling sulit dan paling penting, sehingga akan menghasilkan 80 persen pendapatan yang lebih besar dan berlimpah.

Sebagaimana telah dijelaskan, tulis Freddy Rangkuti, untuk membuka pintu rezeki dari Allah, minimal kita sedekahkan 10 persen pendapatan kita. Semakin besar jumlahnya akan semakin baik, karena Allah sendiri yang akan melipatgandakannya sampai 700 kali. 

Jadi dengan menggunakan prinsip 80/20 ini sebenarnya kita akan memperoleh hasil yang jauh lebih besar. Rezeki yang akan kita peroleh akan bernilai jauh lebih besar apabila dikeluarkan tanpa melihat kondisi kita, apakah pada waktu memiliki uang banyak atau saat memiliki uang sedikit. ***

AKUAIR – Perumnas Ampenan: 09-12-2024