Beri perhatian pada Pendidikan para santri, Rachmat Hidayat lakukan peresmian tiga ruang kelas belajar di Ponpes Darul Atqia Lombok Tengah
LOTENG.lombokjournal.com ~ Penggunaan tiga ruang kelas belajar atau RKB di Pondok Pesantren Darul Atqia, Labulia, Jonggat, Lombok Tengah, diresmikan anggota DPR RI dari PDI Perjuangan H Rachmat Hidayat, Rabu (04/01/23).
Ruang kelas tersebut dibangun melalui dana aspirasi Rachmat Hidayat senilai Rp 354,9 juta, bekerja sama dengan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan NU Care-LazizNU.
“Pembangunan tiga ruang kelas belajar ini akan menyempurnakan seluruh proses belajar mengajar untuk anak-anak kami para santri di Ponpes Darul Atqia,” kata Rachmat.
BACA JUGA: Perguruan Tinggi Swasta Harus Lebih Berdaya
Ia didaulat menggunting pita menandai peresmian pemanfaatan ruang kelas, didampingi para petinggi Partai Banteng Moncong Putih.
Antara lain Anggota DPRD NTB dari Lombok Tengah H Ruslan Turmuzi, Ketua DPC PDIP Lombok Tengah Suhaimi yang hadir bersama Sekretaris dan Bendahara DPC.
Hadir pula Wakil Ketua II DPC PDIP Lombok Timur Ahmad Amrullah, yang juga merupakan pengusaha muda putra Rumbuk.
Rachmat berharap, seiring dengan bertambahnya fasilitas, Ponpes Darul Atqia mampu melahirkan lulusan yang berkualitas, yang memberi kemanfaatan besar di tengah-tengah umat.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Atqia TGH Supardi Ramli menyongsong kedatangan Rachmat dan rombongan. Selama peresmian, terasa kegembiraan di kompleks Ponpes yang menyelenggarakan pendidikan mulai dari PAUD hingga SMA ini.
TGH Supardi Ramli menyampaikan terima kasih kepada Rachmat yang membantu pembangunan tiga RKB di Ponpes Darul Atqia dengan kualitas yang luar biasa.
“Kalau boleh jujur, bangunan ruang kelas ini bahkan jauh lebih bagus jika dibanding rumah tempat tinggal tiang,” kata TGH Supardi Ramli.
Menurutnya, insan di Ponpes Darul Atqia bersyukur atas kehadiran tiga ruang kelas baru.
Selama ini, ruang kelas yang dimiliki Ponpes ini memang tidak mampu menampung seluruh santri untuk seluruh jenjang pendidikan. Pihak Ponpes pun masih harus meminjam dan menyewa ruang kelas di lembaga pendidikan yang lain.
BACA JUGA: Ekspo Produk UKM-IKM Dihadiri Mahasiswa Singapura
Seluruh santri pun tak bisa serentak masuk pada pagi hari. Sehingga sebagian santri ada yang menempuh proses belajar mengajar sore hari.
TGH Supardi menyebut, Rchmat Hidayat dan para petinggi PDIP adalah orang-orang yang erjasa besar asbab kian sempurnanya fasilitas pendidikan di Ponpes tersebut.
“Ini sungguh kehendak Allah SWT yang patut kami syukuri,” katanya.
Secara khusus, ulama muda Lombok Tengah ini menyebut Rachmat Hidayat adalah senior, mentor, dan guru bagi dirinya. Hingga saat ini, bahkan tiap malam, Rachmat selalu mengirim pesan untuk mengingatkan Salat Tahajjud di sepertiga malam.
“Beliau adalah mentor tiang khususnya tentang tata cara bersikap kepada sesama manusia,” kata TGH Supardi.
Dengan kian bertambahnya fasilitas, TGH Supardi pun memastikan pelayanan kepada para santri akan kian baik. Ke depan, Ponpes pun akan terus dikembangkan.
Masih ada lahan seluas 50 are untuk area pengembangan.
Dia menuturkan, salah satu yang dibutuhkan saat ini adalah penambahan bangunan asrama. Sebab, seluruh santri yang menempuh pendidikan di Ponpes ini memang diwajibkan tinggal di asrama.
Saat ini, gedung asrama putri dan putra masih terdiri dari satu bangunan. Lantai satu menjadi asrama putra, sementara lantai dua menjadi asrama putri. Meski berada di satu gedung, pintu masuk ke area asrama putra dan putri terpisah.
TGH Supardi tak menampik, jika ada omongan masyarakat terhadap asrama yang masih satu gedung tersebut. Sehingga dia berharap, dukungan dapat terus diberikan ke Ponpes dari para pemangku kepentingan.
Rachmat Hidayat saat didaulat bicara minta Ketua DPC PDI Lombok Tengah Suhaimi mewakilinya. Suara Rachmat memang sedang parau dan sedang dalam proses pemulihan.
Suhaimi menjelaskan karir Rachmat Hidayat yang panjang sebagai wakil rakyat. Mulai dari Anggota DPRD di Lombok Timur, lalu Anggota DPRD di Provinsi NTB dan kini di DPR RI.
Khusus di DPR RI, perkhidmatan Rachmat bahkan kini sudah memasuki periode ketiga.
“Kalau beliau bukan benar-benar figur yang menyayangi dan memperhatikan masyarakat, bukan benar-benar figur yang amanah, maka sangat tidak mungkin bisa menduduki jabatan wakil rakyat sedemikian panjang dan lama,” kata Suhaimi yang disambut tepuk tangan hadirin.
Suhaimi juga menyampaikan, bagaimana Bung Karno, Presiden Pertama Indonesia, saat pidato di depan Sidang Majelis Umum PBB pada 30 September 1960, membuka pidatonya dengan mengutip ayat suci Alquran.
Itu adalah kali pertama di dunia, seorang presiden mengutip ayat Alquran dalam pidatonya di hadapan para pemimpin dunia di Sidang PBB. Apa yang dilakukan Bung Karno kala itu benar-benar menggemparkan.
Bung Karno mengutip Surah Al Hujarat Ayat 13. “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
Bung Karno membuka mata dunia, keberagaman itu bukanlah kehendak manusia. Tetapi memang menjadi kehendak Sang Pencipta.
Sehingga manusia ada yang berbeda suku, bahasa, ataupun warna kulit. Namun, di balik keberagaman itu, ada kesetaraan.
Tidak ada ras yang lebih unggul dibanding ras lainnya. Tidak ada suku yang lebih mulia dibanding suku yang lainnya.
Suhaimi pun mengutip khutbah Rasulullah SAW saat Haji Wada yang berpesan bahwa tak ada kelebihan orang Arab dari bukan Arab. “Laa fadhla li-arabiyyin ala ajamiyyin wa laa li-ajamiyyin ala arabiyyin wa laa li-ahmara ala aswada wa laa aswada ala ahmara illa bi-ttaqwa,”. (“Tak ada kelebihan orang Arab dari yang bukan Arab (ajam), yang bukan Arab dari orang Arab, yang berkulit merah dari yang berkulit hitam, dan yang berkulit hitam dari yang berkulit merah, selain dari ketakwaannya,”).
BACA JUGA: Realisasi PAD NTB Meningkat Rp382,84 milyar
Semangat keberagaman dan keseteraan itulah yang kata Suhaimi terus digaungkan Bung Karno.
Bung Karno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang kemudian bertransformasi kini menjadi PDI Perjuangan yang didirikan putrinya, Megawati Soekarnoputri yang merupakan Presiden Indonesia kelima.
“Keberagaman dan semangat kesetaraan ini penting kita pahami. Ini cara satu-satunya, jaminan membuka ruang, sehingga kita semua punya potnesi yang sama untuk berkompetisi di tengah hiruk pikuknya dunia,” kata Suhaimi.
Anggota DPRD Lombok Tengah ini pun menegaskan, inilah sanadnya, atau asal muasalnya, bila PDI Perjuangan kini menjadi amat sangat konsisten menyuarakan dan merawat keberagaman dan kesetaraan.
“Dan betapa beruntungnya kita saat ini, hadir di tengah-tengah kita, salah seorang pendiri PDI Perjuangan, Bapak H Rachmat Hidayat,” katanya.
Suhaimi menegaskan, mereka yang perkhidmatannya bersanad ke Ibu Hj Megawati, kemudian ke Bung Karno, adalah tokoh-tokoh yang memegang prinsip dalam kaidah Ushul Fiqih, “Tasyarauful imam ala roiyah. Manutul bim maslahah”, yakni tindakan pemimpin terhadap rakyat harus didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan.
“Jadi kalau ada yang masih menyebut PDI Perjuangan ini partainya orang-orang kafir, orang-orang PKI, mulem endekn arak pikirm,” tandas Suhaimi.
Suhaimi menjelaskan secara singkat Badan Pengelola Keuangan Haji, yang kini selain mengelola dana haji juga mengelola Dana Abadi Umat.
Hasil pengelolaan Dana Abadi Umat inilah yang kemudian kini digunakan untuk kemaslahatan masyarakat. Salah satunya membantu pembangunan ruang kelas di Ponpes Darul Atqia.
Sementara itu, perwakilan BPKH dan NU Care-LazisNU H Mohammad Hasbi menyampaikan, usulan pembangunan tiga ruang kelas ini diajukan pada 21 Juni 2022.
Dengan dikawal oleh H Rachmat Hidayat dari Komisi VIII DPR RI yang merupakan mitra kerja BPKH, maka dalam waktu satu bulan, persetujuan pembangunan tiga ruang kelas ini diterbitkan oleh Kepala BPKH Anggito Abimanyu.
“Total anggarannya Rp 354,9 juta,” kata Ustad Hasbi. (*)