Bantuan Presiden untuk Pedagang di Pasar Tradisional di Sumbawa
Bantuan modal Jokowi di pasar tradisional menunjukkan komitmen pemerintah memberikan bantuan kepada sektor ekonomi mikro
SUMBAWA.LombokJournal.com ~ Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Penjabat (Pj) Gubernur NTB Drs H. L. Gita Ariadi, M. Si melakukan kunjungan kerja ke Pasar Tradisional Seketeng di Sumbawa, NTB, Kamis (02/05/24).
Kunjungan Presiden tersebut bertujuan untuk memberikan dukungan langsung kepada pedagang pasar dalam bentuk Modal Kerja (BMK) dan Bantuan Langsung Tunai.
Dalam kunjungannya, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara/Kabinet dan sejumlah pejabat tinggi lainnya, termasuk Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa.
Tindakan ini menegaskan komitmen pemerintah untuk memberikan perhatian kepada sektor ekonomi mikro, terutama pedagang di pasar tradisional yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal.
Para pedagang di Pasar Tradisional Seketeng merespon kunjungan Presiden dengan antusias, menyambut bantuan yang diberikan sebagai dorongan besar bagi usaha mereka.
Mereka mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah, dan berharap agar dukungan tersebut dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perkembangan usaha mereka di masa mendatang.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Pasar Tradisional Seketeng Sumbawa, NTB, tidak hanya memberikan bantuan material, tetapi juga menjadi simbol komitmen pemerintah untuk terus mendukung pengembangan ekonomi rakyat.
Serta memperkuat kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah dalam memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia. ***
Setelah Memantau Harga Sembako di Pasar, Rachmat Hidayat: Harga-harga Melambung
Rachmat Hidayat memantau sejumlah pasar tradisionil, diakuinya harga komoditi kebutuhan sehari-hari melonjak
MATARAM.LombokJournal.com ~ H. Rachmat Hidayat melakukan kunjungan ke sejumlah pasar tradisional, selain menyapa masyarakat dan pedagang pasar penuh keakraban, kunjungan Rachmat Hidayat Anggota DPR RI dari PDIP, untuk mengecek harga sembako di pasar tradisional.
Tampil trendy dan santai usai berolahraga, Kamis pagi Rachmat Hidayat tiba di pasar Selak Mandalika, Kota Mataram, Kamis (08/02/24) pagi.
“Katanya harga-harga pada naik, maka saya cek langsung ke pasar ini. Dan ternyata memang benar harga sejumlah sembako sedang naik cukup signifikan,” kata Rachmat Hidayat di sela kunjungannya.
Rachmat Hidayat dengan rinci menjelaskan, terjadinya kenaikan hargakebutuhan sehari-hari.
Ketua DPD PDI Perjuangan NTB, Rachmat Hidayat mencatat sejumlah harga komoditi yang naik.
Antara lain beras yang mencapai Rp16 ribu – Rp17 ribu per kilo, atau Rp370 ribu per karung ukuran 25 Kg. Tomat Rp22 ribu per kilo, bawang merah Rp35 ribu per kilo, ayam Rp40 ribu per kilo, kopi Rp58 ribu per kilo, bawang merah Rp35 ribu per kilo, Bawang Putih Rp33 ribu, gula Rp17,5 ribu perkilo, minyak goreng Rp177 ribu/12 liter dan masih banyak lagi.
Terkait kenaikan harga sejumlah komoditi di pasar tradisional, Rachmat Mengatakan mengatakan, hal ini harus menjadi atensi pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Daerah.
Menurutnya, inflasi merupakan hal yang lazim terjadi namun harus tetap di dalam kontrol pemerintah.
“Ada komoditi yang bisa diintervensi pemerintah daerah, baik Pemprov NTB, Pemkot Mataram dan Pemda Kabupaten. Namun ada juga komoditi yang harus diintervensi pemerintah pusat. Jangan karena tahun politik, masalah inflasi ini tidak diatensi,” tegasnya.
Ia mengatakan, inflasi ibarat dua sisi mata uang yang berkaitan. Di tingkat lokal, papar Rachmat, kenaikan harga komoditi seperti hortikultura memang bisa membuat para petani tersenyum. Namun di sisi lain masyarakat umum sebagai konsumen harus menyediakan dana lebih untuk kebutuhan pokok mereka.
“Jadi yang harus dijaga adalah kestabilan harga. Naik boleh, karena petani bisa untung, tapi kenaikannya harus terjaga. Jangan sampai ada broker atau makelar yang mengambil keuntungan,” kata Rachmat.
Kehadiran Rachmat Hidayat di pasar Selak Mandalika Kota Mataram disambut baik sejumlah pedagang dan masyarakat di sana. Nampak Ketua DPD PDIP Provinsi NTB ini berdialog santai dengan pedagang yang ada.
Selain menyerap aspirasi mereka tentang harga sembako, Rachmat juga berdiskusi kecil tentang penataan pasar, kebersihan dan kenyamanannya. me
Pasar Tradisional Tak Boleh Tergerus Zaman
Rannya Agustyra Kristiono ungkapkan potensi pasar tradisional di Lombok sangat besar untuk mendukung pariwisata
MATARAM.LombokJournal.com ~Pasar tradisional di Indonesia, termasuk di Lombok, kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan buah, sayur-sayuran telur, daging, kain, pakaian, dan semacamnya.
Bagi banyak orang, keberadaan pasar tradisionalmenjadi hal yang lazim dari waktu ke waktu, politisi muda Gerindra, Rannya Agustyra Kristiono punya pandangan lain.
Menurut Rannya, potensi pasar tradisional strategis dalam menggerakan perekonomian masyarakat dan daerah. Apalagi jika revitalisasi dan kolaborasi pasar tradisional dengan sektor pariwisata bisa dilakukan.
“Saat ini kan, setidaknya sudah ada 8 pasar tradisional di Indonesia yang jadi destinasi wisata. Nah, di Lombok hal ini bukan mustahil untuk dilakukan juga,” kata Rannya, Selasa (22/08/23).
Ia mencontohkan, pasar Beringharjo Yogyakarta, pasar Apung Banjarmasin, pasar Mama-Mama Papua, pasar Gede dan pasar Klewer di Solo, juga pasar Sukowati di Bali, semua tadinya adalah pasar tradisional biasa, namun telah berubah sebagai destinasi setelah disentuh.
Menurut putri mendiang HBK ini, Lombok memiliki keunikan tersendiri jika dilihat dari sisi lokasi pasar tradisional. Sepanjang jalan nasional dari Ampenan, Kota Mataram hingga Labuhan Lombok, Lombok Timur, bisa dijumpai belasan hingga puluhan pasar tradisional di sisi ruas jalan negara.
“Bayangkan kalau salah satu (pasar tradisional) menjadi destinasi wisata.Tentu ini akan berdampak bagus pada Lombok dan NTB umumnya yang sudah terbranding sebagai destinasi wisata internasional,” katanya.
Rannya juga mengajak generasi Milenialdan Gen Z mengubah mindset tentang pasar tradisional. Apalagi di era persaingan global dimana gerai pasar modern sudah banyak tersedia termasuk di Lombok ini.
Kata Rannya, gerai pasar modern pangsa pasarnya masyarakat perkotaan, ekonomi menengah ke atas. Sementara pasar tradisional terstigma menjadi pangsa ekonomi menengah ke bawah.
Padahal, sejatinya gerai pasar modernberkaitan dengan investasi dan modal kapital. Sementara pasar tradisional digerakkan masyarakat lokal.
“Pasar modern bisa menyumbang lapangan kerja sebagai karyawan, sementara pasar tradisional bukan saja membuka lapangan kerja tapi juga kesempatan dan wadah berwirausaha,” ujarnya.
Cita-cita HBK
Gagasan Rannya tentang pasar tradisional ini tak lepas dari semangat dan cita-cita mendiang ayahandanya, HBK.
Masyarakat Lombok dan NTB umumnya sangat paham jika almarhum HBK sangat serius bekerja mewakili rakyat di DPR RI, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama para petani.
Menurut Rannya, petani juga harus punya akses pemasaran yang lebih terbuka dan maksimal, salah satunya yakni pasar tradisional.
Karena itu, mindset masyarakat dan pedagang di pasar tradisional pun harus mulai diubah sedikit-demi sedikit. Mulai dari bagaimana kebersihan dan kenyamanan pasar, hingga bagaimana memberikan pelayanan dan hospitality yang ramah bagi pengunjung.
“Sehingga nantinya pasar tradisional bukan saja menampung hasil para petani, tetapi juga menjadi tempat yag nyaman dikunjungi, bahkan bisa menjadi destinasi wisata baru di Lombok ini,” katanya.
Saat ini, Rannya Kristiono mulai aktif membangun jejaring dan membuka ruang diskusi dengan kelompok muda di Lombok. Salah satu yang terus dibahas adalah bagaimana generasi muda bisa mendorong pengembangan pasar tradisional.
“Banyak rekan-rekan kita generasi muda Lombok yang fresh graduated, ada sarjana ekonomi, ada pertanian dan ada juga pariwisata. Mereka bisa kembali ke kampung untuk mengaplikasikan keilmuannya untuk masyarakat,” tukas Rannya
Kunjungannya ke pasar tradisional Kopang, Lombok Tengah, membuat Rannya optimistis menghadirkan pasar tradisional yang merujuk destinasi wisata. Apalagi lokasi pasar tradisional Kopang tepat di sisi jalan negara.
Dengan revitalisasi pasar dan mengkolaborasikannya dengan aspek pariwisata, menjadi triger pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan ekonomi, terutama para pedagang pasar dan para petani dan peternak
Di sisi lain, sebagai destinasi baru, pasar tradisional juga akan memperkaya khasanah potensi wisata di NTB ini.
“Kalau sekarang wisatawan masih banyak belanja di gerai modern, ke depan pasar tradisional bisa menjadi pilihan yang tak kalah menarik,” pungkasnya. (*)