Tete Batu Siap Menangkan Best Tourism Village 2021

Desa wisata Tete Batu merupakan salah satu desa wisata di Indonesia, yang akan mengikuti lomba Desa Wisata Terbaik (Best Tourism Village), bersama Yogyakarta dan desa dari Nusa Tenggara Timur (NTT)

LOTIM.lombokjournal.com ~ Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah mengunjungi Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur yang akan mewakili Indonesia dalam ajang lomba Desa Wisata Terbaik (Best Tourism Village) yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO).

Tiga desa wisata yang diusulkan mengikuti lomba di UNWTO, bersama dua desa wisata lainnya di Indonesia, yakni satu dari Yogyakarta dan satu lagi dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Desa wisata Tete Batu memiliki peluang memenangkan  Best Tourism Village

“Tete Batu punya kualifikasi untuk menang dalam pentas desa wisata karena keindahannya, kuliner, hingga sosial culture. Tete Batu memiliki kesempatan untuk memenangkan lomba,” tutur Bang Zul saat menemui Kepala Desa dan Pokdarwis Dusun Orong Grisak, Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Kamis (27/08/21).

Bang Zul menuturkan, desa wisata Tete Batu sebagai alternatif wisata perayaan motor Superbike.

“Ada banyak Bungalow yang tersedia untuk menikmati suasana desa dengan tarif sangat terjangkau,” pungkas Bang Zul.

BACA JUGA: Penyu Tangkaran Dilepaskan di Pantai Nipah untuk Pelestarian

Selain itu, perlunya kolaborasi Pemerintah Desa dan Pokdarwis dalam mempersiapkan diri menyambut perhelatan Internasional, Best Tourism Village dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO) secara maksimal.

Kepala Desa Tete Batu, Sabli mengaku sangat bangga dan berterima kasih atas kontribusi yang diberikan Pemerintah Provinsi NTB.

“Alhamdulillah, kami sangat merasa bangga dapat dikunjungi oleh pemimpin nomor satu di NTB. Dengan harapan semoga kami di desa dapat disupport banyak hal dibidang pariwisata agar dapat berkontribusi bagi kemajuan Lotim khususnya,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Lombok Timur, Yogi, menjelaskan bahwa Desa Tete Batu akan memulai konsep wisata flora dan fauna.

BACA JUGA: Bertemu Guru Semasa SMA, Gubernur NTB Tunduk dan Cium Tangan

“Kita punya flora dan fauna yang diminati dunia dan kita mencoba untuk mengemas wisata flora fauna di selatan Rinjani, dimulai dari Tete Batu termasuk jenis beragam tumbuh – tumbuhan seperti jenis – jenis pakis dan sebagainya. Sedangkan faunanya disini ada celepuk Rinjani, lutung, landak hutan, burung kaka tua dan lain sebagainya,” kata Yogi.

Ser




Masyarakat Sembalun Musyawarahkan Awiq-awiq Kearifan Lokal

Kepedulian masyarakat Sembalun menghidupkan nilai kearifan lokal di lingkar Rinjani, untuk mengatur transisi menuju Quality Tourism

LOTIM.lombokjournal.com ~ Sangkep Beleq Awig-awig Kepaeran Sembalun dihadiri oleh 48 peserta dari enam desa yang mewakili seluruh elemen masyarakat dan Pentahelix pariwisata termasuk tokoh perempuan dan pelaku UMKM, berlangsung di Hotel Nusantara Desa Sembalun, Kamis ((22/07/21).

Wakil Bupati Lombok Timur, Rumaksi mengapresiasi usaha dan kepedulian masyarakat Sembalun, yang membantu Pemerintah menghidupkan kembali nilai budaya dan kearifan lokal di lingkar Rinjani.

“Sembalun sebagai salah satu Paer di lingkar Rinjani, harus bisa menghidupkan kembali budaya lokal untuk meningkatkan dampak ekonomi pariwisata,” Rumaksi (22/07/21)

Acara ini juga dihadiri oleh stakeholder kunci dalam Tata Kelola Pariwisata Sembalun, di antaranya KPH Rinjani Timur, Geopark Rinjani-Lombok, Sembalun 7 Summits, Kepolisian Sektor Sembalun, Danramil dan lain lain.

Kegiatan ini merupakan inisiasi dari tiga lembaga, yaitu Pemerintah Kecamatan Sembalun, DMO Sembalun dan Majelis Adat Pemangkuan Khusus Sembalun yang merasa bahwa kebutuhan akan regulasi di destinasi sudah tidak bisa menunggu lagi.

Camat Sembalun, Martawi, S.Pd. mengemukakan, harus ada pranata atau awig-awig sebagai pedoman yang mengatur hubungan masyarakat dengan wisatawan dan pelaku industrI, dan antara ketiganya dengan lingkungannya.

Awig-awig ini diharapkan menjadi bentuk kristalisasi dari ajaran agama.

Tokoh budaya Sembalun H. Purnipa mengingatkan kembali pentingnya hubungan emosional antara masyarakat kepaeran Sembalun dengan Rinjani.

“Jika kita tidak kembali kepada kearifan lokal kita, maka generasi yang akan datang kehilangan informasi tentang identitas mereka,” kata H. Purnipa.

Pendapat ini dikuatkan  Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan,  Ketua Bale Mediasi NTB yang juga mendukung inisiasi ini.

“Jika kita gagal mempertahankan kearifan lokal lingkar Rinjani, generasi berikutnya akan menyalahkan kita atas kegagalan itu,” katanya.

Ia menyampaikan kepada forum, Awig-awig mempunyai posisi yang sangat kuat di mata hukum formal karena diakui keberadaannya oleh UUD 1945.

Antusiasme peserta sangkep mengindikasikan, masyarakat mendukung usaha para pihak di Sembalun untuk transisi menuju Quality Tourism.

Diskusi Sangkep yang berlangsung sehari ini, menghasilkan rekomendasi yang akan dikompilasi oleh Tim Penyusun draft, yang kemudian dibahas kembali pada forum terbatas terdiri dari para ahli yang mengawal penyusunan Awig-awig ini.

Dengan pendampingan dari fasilitator, peserta sangkep menginventarisir Awig-awig tidak tertulis yang pernah ada kemudian disesuaikan dengan keadaan saat ini.

Komponen dalam Awig-awig mencakup aspek lingkungan, sosial dan ekonomi yang akan mengikat seluruh elemen kepariwisataan termasuk masyarakat, wisatawan dan pelaku industri.

Untuk memastikan ditegakkannya peraturan bersama ini, Lang-lang Desa dan Lang-lang Paer akan dibentuk setelah pengesahan, termasuk mekanisme pelaporan dan penanganan pelanggaran.

Dokumen ini direncanakan akan dapat disahkan dan diundangkan dalam waktu dekat serta berlaku efektif selambat-lambatnya tahun depan.

HmsDMO




Pariwisata Desa Jadi Tema ‘Ngobat’ Karang Taruna Santong

Dalam pengembangan pariwisata di desa, Pokdarwis diminta untuk bersinergi dengan Pemerintah Desa

SANTONG,KLU.lombokjournal.com ~ NGOBAT atau Ngobrol Bareng Tokoh diselenggarakan Karang Taruna Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, Minggu (4/07/21).

Tema yang diangkat seputar pariwisata, yaitu “Wisata Desa Santong, Apa Kabar?”

Agenda NGOBAT merupakan kegiatan rutin Karang Taruna Desa Santong dalam menanggapi isu-isu atau permasalahan di desa yang sedang berkembang. Dan membuka ruang diskusi bagi masyarakat dan pemerintah untuk saling melengkapi gagasan.

Narasumber yang didatangkan pada agenda NGOBAT kali ini langsung dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, juga dari Geopark Rinjani.

Opianda Juniko Mahendra, S.H Ketua Karang Taruna menyampaikan, agenda NGOBAT  berfungsi sebagai ruang diskusi dan edukasi bagi masyarakat, agar lebih mengenal dan memahami segala aspek dan permasalahan di Desa Santong.

BACA JUGA: Hafizh dan Hafizha Qur’an, Generasi Penerus Masa Depan

Tema yang diangkat kali ini pun sabagai tanggapan Karang Karuna menyikapi permasalahan wisata di Desa Santong yang tengah butuh perhatian.

Meski dalam diskusi kali ini Kepala Desa Santong tidak hadir, tapi Niko tetap bersemangat.

Menurutnya, Karang Taruna Desa Santong tetap membuka ruang diskusi bagi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya. Dan kerja ini merupakan tugas dan fungsi Karang Taruna di desa.

“Agenda seperti ini seharusnya bisa menjadi ruang dialog antara pemerintah desa dengan masyarakat. Tapi meski tidak ada yang berkesempatan hadir, kami akan tetap menghormati para orang tua kami yang ada di pemerintahan desa. Dan berharap pihak pemerintah desa lebih mempelajari lagi apa peran dan fungsi Karang Taruna di desa,” kata Niko.

Dala sesi dialog, narasumber Vidi Eka Kusuma, S.IP., M.Si, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, memaparkan peran dan fungsi setiap element yang berperan dalam sektor pariwisata tingkat pedesaan.

disebutnya, salah satu yang berperan penting dan merupakan ujung tombak dari wisata desa merupakan PokDarWis.

Vidi menjelaskan, kehadiran PokDarWis sebagai pengelola wisata di tiap desa harus bisa bersinergi dengan pihak Pemerintah Desa.  SK PokDarWis boleh dari Kepal Desa, Kepala Dinas maupun bupati.

BACA JUGA: Ajang Gawe Gawah, Bupat Lombok Utara Tanam Pohon

Vidi mengungkakan, pihak pemerintah dan kelompok masyarakat harus bersinergi dalam menumbuhkan wisata yang ada di tingkat pedesaan.

“Kami ingin PokDarWis ini dalam satu desa itu tidak terlalu banyak, tapi bisa bersinergi dengan pemerintah, cukup satu tapi bisa berjalan dengan baik. Jika ada yang sudah memiliki akta notaris maka bisa mengajukan untuk mendapatkan bantuan dari pusat,” kata Vidi.

Salah satu pengurus PokDarWis Desa Santong, Malkam Hadi menyampaikan kekecewaannya, karena hingga saat ini belum ada tindak lanjut yang real dari pihak Pemerintah Desa Santong.

Malkam menjelaskan, pihak PokDarWis Desa Santong sudah sering mengajukan gagasan dan masukan untuk pengembangan wisata yang ada di Desa Santong, namun belum mendapatkan respon signifikan dari Pemerintah Desa.

“Kami sudah sering mengajukan kerja sama, menyampaikan ide tentang bagaimana pengelolaan wisata yang ada di desa Santong ini, namun respon pihak pemerintah desa masih hanya bersifat normatif dan tidak ada tindak lanjutnya,” ungkap Malkam.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyarankan, perlunya diskusi lebih lanjut untuk menemukan jalan terbaik guna meningkatkan pengelolaan wisata Desa Santong. Dan Vidi mengharapkan adanya komunikasi lebih lanjut demi berkembangnya pengelolaan wisata di Desa Santong.

“Semoga nanti ada komunikasi yang baik antara pihak Pemerintah Desa dengan pelaku wisata, karena sosok yang berperan penting untuk kemajuan wisata yang ada di desa tentunya seorang Kepala Desa,” kata Vidi.

Pada kesempatan itu, narasumber Geopark Rinjani menjelaskan berbagai pengalaman terkait pengelolaan sektor wisata, khususnya di tingkat desa.

Fathul Rakhman selaku Manajer Comdev – Geopark Rinjani menjelaskan, poin penting dalam menjalankan sektor pariwisata agar bisa lebih berkembang dan lebih tertata secara profesional.

Pelaku wisata di Desa Santong didorong meningkatkan SDM guna peningkatan setiap sumber daya yang ada.

Menurutnya, jika ingin meningkatkan wisata maka Desa Santong harus benar-benar mempersiapkan diri dulu sebelum menerima wisatawan.

“Sebelum menghadapi wisatawan kita benahi diri dulu sebelum menghadapi wisatawan nanti, mulai dari pengetahuan tentang wisata, penguasaan bahasa asing, kesiapan pelaku UMKM dan lain sebagainya,” ungkap Fathul

Menurutnya, tidak hanya PokDarWis tapi juga pemuda juga harus mendapatkan peningkatan pengetahuan atau edukasi terkait wisata yang ada di desa Santong. Jika wisatawan sudah banyak nantinya, pemuda juga pasti akan berinteraksi dengan wisatawan yang datang ke desa Santong.

“Saya berharap nanti kita bisa berkolaborasi guna meningkatkan edukasi terkait potensi wisata yang ada di desa Santong ini.” ungkap Fathul.

Han




Pariwisata Ramah Lingkungan di Pantai Impos

Inovasi dari Pokdarwis Pantai Impos yang menginginkan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pengelolaan Pariwisata Pantai Impos

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Akhir tahun 90 an adalah suatu kenyataan,  perkembangan pariwisata di Kabupaten Lombok Utara mencuat sebagai primadona andalan pemasok PAD.

Pariwisata Ramah Lingkungan
Udin, penggerak Pokdarwis Pantai Impos

Mengikuti pola pariwisata konvensional yang sifatnya massal (mass tourism), sektor pariwisata ditargetkan untuk menjadi pemasok PAD.

Produk mass tourism yang semata-mata hanya mementingkan kegiatan pendapatan dan perputaran nilai ekonominya, ternyata banyak menimbulkan dampak negatif.

Seperti meminggirkan masyarakat lokal, timbul konflik, degradasi moral, proses kerusakan lingkungan, dan lain-lain adalah sebagian kecil dari daftar panjang dampak negatif praktik pariwisata massal yang (semata-mata) komersial.

Belum tuntas persoalan di atas, kini muncul persoalan baru, pandemi Covid 19 telah meluluh lantakan sektor pariwisata KLU. Karena memang mass tourism ini tidak bisa lagi berharap banyak wisatawan mancanegara berkunjung ke KLU.

Inovasi muncul dari sekelompok masyarakat Dusun Karang Anyar Desa Medana, Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.

Menyaksikan setiap hari pantai bekas pembangunan galangan kapal HIVOS yang mangkrak, kotor, semak belukar dan tidak lagi terkelola, pada hari Jumat tanggal Sembilan bulan Februari tahun 2017 lalu, mereka berembug, bermusyawarah dan mendirikan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Pokdarwis untuk mengelola pantai tersebut yang kemudian lebih dikenal dengan Wisata Pantai Impos.

Cita-cita mulia para pendiri kelompok ini yang menginginkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pengelolaan Wisata Pantai Impos, dituangkan dalam AD/ART kelompok.

Visinya adalah mengembangkan pariwisata rakyat yang ramah lingkungan, berbasis masyarakat lokal dan berkelanjutan.

Sedang misinya adalah :

(1) Menjaga kebersamaan dalam kebersihan dan kelestarian lingkungan pantai dan laut; (2) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kelestarian lingkungan pantai dan laut; (3) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pariwisata rakyat; (4) Melakukan usaha-usaha kreatif guna peningkatan kesejahteraan masyarakat dibidang pariwisata rakyat dan (5) Tidak bersaing, saling membantu serta wajib memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama anggota kelompok.

Setelah 4 tahun, Pokdarwis Pantai Impos ini selain tetap exis di tengah pandemi Covid 19, kelompok yang memiliki 50 anggota ini juga telah mengembangkan usaha-usaha ekonomi lainnya, seperti kuliner dan wisata bahari.

Pokdarwis yang digerakkan dan diketuai Udin, figur mud yang berpengalaman dala organisasiini, akhirnya mampu menaikkan Pantai Impos.

Dan jangan heran, kalau Pokdarwis Pantai Impos ini telah mengukir prestasi sebagai juara 2 lomba Pokdarwis se NTB yang diselenggarakan Polda NTB.

@ng




Pariwisata, Industrialisasi dan SDM, Jadi Fokus Perhatian

Pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) RI akan memberi perhatian khusus kepada NTB  pada bidang pariwisata, industrialisasi dan pengembangan sumberdaya manusia.

NUSADUA.lombokjournal.com ~ Hal ini merupakan sejumlah poin untuk Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam rapat yang digelar oleh Bappenas RI, yang membahas isu-isu strategis pembangunan di wilayah Bali, NTB, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) beserta pengembangan kerjasama dengan pemerintah pusat, di di Hotel Merusaka, Nusa Dua, Bali, Sabtu (19/6/2021).

Pariwisata, Industrialisasi & SDM
H. Zulkieflimansyah

“Kami merasa beruntung diberi kesempatan untuk sharing membangun NTB. Terima kasih kepada Pak Menteri PPN/Bappenas yang memiliki perhatian besar untuk NTB” ucap Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah, dalam kegiatan tersebut.

Hal yang berkaitan dengan sektor pariwisata, dipaparkan oleh Ir. Joshapat Rizal Primana, MSc Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas RI, bahwa direct Flight akan menjadi perhatian utama pemerintah pusat, khususnya menjelang berbagai event internasional di NTB seperti MotoGP dan World Superbike.

“Terkait direct flight dengan Australia dan negara lain juga akan menjadi perhatian kami” tegas Rizal.

Sedangkan untuk Industrialisasi, Deputi Bidang Pengembangan Bappenas RI, Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata menyampaikan akan mendukung STIPark dengan pembangunan infrastruktur melalui mekanisme KPBU.

BACA JUGABappenas Bantu Percepat Pembangunan STIPark dan Smelter

Dan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa juga siap mendorong kebijakan afirmasi pendidikan, dimana putra-putri NTB akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meraih beasiswa keluar negeri, khususnya di Eropa Timur.

“2023 dalam rangka mendorong daerah di timur, kita akan berkoordinasi dengan stakeholder terkait agar bisa terapkan kebijakan aformasi dalam pengalokasian ke depan,” tegas Suharso.

aff/ubaydiskominfotikntb