Angkat Marwah Kota Bima melalui Olahraga

Pengusaha muda Iman Suryo Wibowo, mendirikan klub futsal, dipersiapkan berlaga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2023 untuk angkat marwah daerahnya

MATARAM.LombokJournal.com ~ Iman Suryo Wibowo, salah satu pengusaha muda Kota Bima yang sukses, yang berupaya mengangkat marwah daerahnya.

Kini Iman terjun langsung membina olahraga dengan mendirikan klub futsal dan memimpin Asosiasi Futsal Kota Bima. 

Buat Iman, olahraga adalah jalan mempersatukan warga sekaligus merupakan kiat terbaik menggerakkan ekonomi daerah.

BACA JUGA: Peserta Rally NTB Gemilang Disambut Meriah

Imam Sury0 Wibowo; melalui olahraga angkat marwah daerah
Imam Suryo Wibowo (kanan)

“Masyarakat Bima ini gila bola. Larinya oke. Mainnya oke. Jadi sangat gemar sepak bola,” kata Iman, dalam perbincangan, Minggu (12/02/23).

Iman kini sedang disibukkan mempersiapkan kontingen Futsal Kota Bima menuju laga di Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2023. 

Ajang olahraga multievent paling bergengsi di NTB tersebut akan dibuka pada 18 Februari mendatang di Kota Mataram, di mana Kota Bima memasang target tinggi pada Cabor Futsal. Kota Bima ingin meraih medali emas.

Iman pun memantau langsung secara intensif latihan yang dilakukan tim. 

“Dalam sepekan, latihan dilakukan selama enam hari. Dalam sehari, latihan digelar selama empat jam.Ada latihan sesi pagi dan sesi latihan malam. Masing-masing sesi dua jam,” kata Iman.

Owner PT Ulet Jaya, sebuah holding company yang membawahi lebih dari 20 unit bisnis di Kota Bima ini mengemukakan, latihan untuk mengasah teknik dan taktik. 

Untuk menjaga fisik pemain, pihaknya sengaja tidak melakukan pertandingan melawan tim atau klub lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pemain yang cedera.

BACA JUGA: Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Berbasis Aplikasi di NTB

“Kami juga latihan di pantai. Kami benar-benar fokus pada target untuk meraih medali emas,” kata Iman.

Pengusaha muda kelahiran 1986 ini dikenal warga Kota Bima sebagai penggemar berat sepak bola. Kini ia banyak mencurahkan tenaganya klub futsal miliknya yang masyhur di Kota Bima. Klub futsal binaannya malang melintang dalam kompetisi futsal di Bumi Gora.

Secara khusus, Iman juga membangun dua lapangan futsal di Kota Bima yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ia menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk semua itu. 

Menurutnya, pengembangan olahraga butuh pengorbanan besar, termasuk dari sisi finansial. Namun ia meyakini, tak ada investasi pemberdayaan masyarakat yang hasilnya sia-sia.

Ia bangga, seorang pemain futsal Kota Bima turut mengharumkan nama NTB di ajang PON XX Papua yang dihelat pada Oktober 2021. Pada ajang tersebut, Tim Futsal NTB meraih medali perunggu.

Di luar itu, ia juga memberi perhatian pada pembinaan sepak bola usia dini di kotanya. Dalam waktu dekat, Iman akan mendirikan akademi futsal.

Akademi yang akan dibesutnya merupakan franchise dari Akademi Futsal V8, sebuah akademi yang didirikan legenda fustal Indonesia, Vennard Hutabarat. 

BACA JUGA: Insan Pers Diajak Terus Kembangkan Kemampuan

Iman dan Vennard  memang berkawan karib.

 “Sebentar lagi insya Allah sudah penandatanganan MoU,” ungkap Iman.

Menurutnya, jika hanya menyandarkan pengembangan pada kompetisi, baik futsal maupun sepak bola di Kota Bima tak akan pernah berkembang. 

Dengan akademi ini, akan menjaring bakat-bakat sepak bola terbaik dari Kota Bima semenjak dini, lalu mengenalkan dan mendidik mereka dengan kultur sepak bola modern.

“Nanti anak-anak usia SD skillnya kita didik dan kita asah di akademi. Sehingga begitu menginjak usia SMP saja, mereka sudah jadi pemain yang bagus,” kata Iman.

Dengan hadirnya akademi dan kompetisi reguler yang profesional, bakat besar yang dimiliki anak-anak muda maka kelak Kota Bima akan menjadi salah satu daerah yang memasok pemain-pemain tim nasional. 

Sebuah kebanggaan dan marwah yang tak ternilai bagi seluruh masyarakat Kota Bima yang dijuluki “Kota Tepian Air” ini.

Iman meyakini, betapa olahraga adalah media perekat yang bisa mewujudkan kebersamaan.  Olahraga yang dikelola secara profesional pada akhirnya akan mampu menghadirkan kebanggaan dan prestasi bagi daerah. 

Pada akhirnya pula akan menghadirkan pula kebaikan bagi masyarakat, bagi pemerintah, dan bagi semua pihak.

“Olahraga memiliki nilai-nilai universal. Olahraga itu mempersatukan,” kata Iman.

Di sisi lain, olahraga juga menghadirkan kemanfaatan ekonomi yang besar bagi masyarakat dan daerah. 

Daya akomodasi olahraga sangat strategis karena bisa menggeliatkan dan mengakselerasi sektor lain dalam proses pembangunan daerah. Olahraga kata Iman, bisa menjadi daya ungkit pertumbuhan ekonomi daerah.  

Paguyuban Bikers

Selain aktif membina pengembangan futsal, di Kota Bima, Iman juga aktif membina komunitas penggemar sepeda motor yang tergabung dalam klub-klub bikers. 

Saat ini, Iman menjadi Pembina Paguyuban Bikers Bima (PBB). Paguyuban tersebut secara resmi berdiri pada 25 September 2022.

“Paguyuban ini menaungi 17 klub di Kota Bima dan juga di Kabupaten Bima,” katanya.

Dokumen dan plakat peresmian paguyuban ini ditandatangani oleh Kepala Dinas Pariwista Kota Bima, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, dan Kasat Lantas Polres Bima Kota.

Paguyuban ini kata Iman, dihajatkan hadir untuk memberi kemanfaatan yang besar bagi masyarakat. 

Paguyuban ini aktif melakukan kegiatan sosial, menggalang dan menyalurkan bantuan untuk masyarakat yang tidak mampu.

Secara rutin, paguyuban ini bersama Polres Bima Kota dan Polres Bima, tiap dua bulan membagikan dua lusin helm berstandar nasional Indonesia kepada masyarakat. 

Pembagian helm SNI tersebut, sebagai bagian dari aksi nyata untuk terus mengajak masyarakat mengedepankan keselamatan berkendara. 

Dengan cara memperhatikan seluruh kelengkapan berlalu lintas sesuai standar nasional, dan memperhatikan dengan seksama rambu-rambu lalu lintas.

Iman menekankan, paguyuban ini memang dihajatkan bukan sebagai sarana menyalurkan hobi belaka. Namun, hadir untuk berkontribusi pada masyarakat dan mendongkrak pula pembangunan daerah. 

Dalam hal mengakselerasi pembangunan daerah, paguyuban ini secara rutin menggelar touring yang diikuti pula oleh berbagai komunitas motor. Touring tersebut dilakukan ke lokasi-lokasi wisata, yang akan menjadikan lokasi wisata terekspos sehingga akan menarik minat wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Selain itu, para bikers bersama komunitas lainnya biasanya suka berpetualang dan mencari suatu lokasi baru yang memiliki potensi wisata. 

Tentunya kata Iman, hal tersebut akan membantu pemerintah dan juga warga masyarakat sekitar lokasi dalam hal kepariwisataan dan perekonomian.

“Sembari menyalurkan hobi, kami juga ingin berkontribusi tiada henti bagi masyarakat dan juga kemajuan ekonomi daerah,” kata Iman. ****

 

 




Banyak Perusahaan dan Mapan di Usia Muda, Ini Profilnya

Terlahir sebagai anak penambal ban, kini Iman Suryo Wibowo jadi wirausaha dari Kota Bima yang menjalankan banyak perusahaan

MATARAM.LombokJournal.com ~ Tampil menjadi pengusaha dengan pencapaian gemilang, Iman Suryo Wibowo, menjadi buah bibir di Kota Bima.

Pasalnya, Iman lahir dari keluarga tukang tambal ban, namun dengan dengan kerja keras, ia bisa menjadi figur yang luar biasa. 

BACA JUGA: Perempuan Terjerat Pinjol Karena Tekanan Ekonomi

Iman Suryo Wibowo, pengusaha muda banyak mimpin perusahaan di Kota Bima
Iman Suryo Wibowo

“Hidup itu memang harus dari bawah. Karena hidup itu butuh proses,” kata Iman, mengawali perbincangan, Sabtu (04/02/23) malam.

Menjelang pergantian hari, Imam baru sampai di rumahnya di Kelurahan Dara, Kecamatan Rasana’E Barat, Kota Bima. 

Di akhir pekan, Iman rupanya masih melakukan aktivitas yang padat. Menjawab dan membaca sejumlah pesan yang masuk di telepon genggamnya pun, secara seksama baru sempat dilakukannya saat itu.

“Kebetulan saya sedang membuka lini bisnis yang baru. Jadi butuh koordinasi intensif,” katanya.

Bekerja keras adalah habitat Imam. Sewaktu masih duduk di bangku SD pun, dia sudah terbiasa menukar waktu bermainnya, untuk memilih bekerja dan menghasilkan uang. Orang tuanya memang mendidiknya demikian.

“Saya memang dididik berbeda oleh almarhum ayah. Sejak waktu SD, saya kalau mau ada uang, maka saya harus bekerja,” kata Iman.

Pemuda 37 tahun ini, lahir dan besar di Kota Bima. Namun, ayahnya, Saripan, adalah perantau di Bima. Iman anak paling bontot dari tiga bersaudara. Saat kedua orang tuanya merantau ke Bima di era 1980-an, dua kakak Iman masih kecil-kecil.

Ayahnya tidak tamat sekolah dasar. Datang ke Bima pun untuk menjadi tukang tambal ban. Dari tambal ban, ayahnya membuka bengkel, melayani ganti dan tambah oli. 

Lalu berkembang lagi dan membuka usaha vulkanisir ban, yakni usaha ban bekas yang dilapisi dengan kompon baru sehingga terlihat seperti ban baru. 

BACA JUGA: Awas, Jangan Terperosok Pinjaman Online (Pinjol)

Usaha yang diberi nama Ulet Jaya itu, melayani ban vulkanisir untuk truk dan kendaraan pick up.

Semenjak masih SD, Iman sudah membantu seluruh pekerjaan ayahnya. Mulai dari tambal ban, ganti dan tambah oli, hingga vulkanisir ban. Hal itu dilakukannya hingga duduk di bangku sekolah menengah atas. 

Tangan dingin ayahnya, membuat Ulet Jaya semakin berkembang. Seiring perkembangan usaha itu, ekonomi keluarga Iman pun membaik. Tapi bukan berarti Imam boleh berleha-leha.

Iman ingat persis. Selepas pulang sekolah, dia sudah ada untuk bekerja di tempat usaha ayahnya, dan baru pulang pada pukul 17.00 Wita. Dia tak bermain bersama teman-temannya. 

Padahal, tak berbilang, silih berganti teman sebayanya datang mengajak untuk sekadar main playstation, atau jalan-jalan naik sepeda motor berkeliling-keliling.

“Saya bahkan sampai dijauhi teman-teman. Tapi itu dulu ya, kalau sekarang tidak,” kata Iman tertawa mengenang masa itu.

Selepas menamatkan sekolah menengah, ImaN melanjutkan pendidikan tinggi di Universias Tujuh Belas Agustus (Untag) Surabaya. 

Imam mengambil jurusan ekonomi dengan konsentrasi pemasaran. Pada 2008, dia menamatkan studi, lalu kembali ke kampung halaman.

Iman lalu diberi tanggung jawab oleh ayahnya sevagai manajer di Ulet Jaya. Pelan dan pasti, usaha Ulet Jaya kian berkembang pesat. Usaha bengkel tersebut kian membesar.

Sudah ada pula usaha pengelasan dan mesin bubut. Sampai kemudian pada tahun 2014, sang ayahanda berpulang, dipanggil Yang Maha Kuasa, yang menjadikan Ulet Jaya sepenuhnya tanggung jawab Iman.

Di bawah kendali Iman, Ulet Jaya melakukan sejumlah ekspansi bisnis. Hingga kini, tercatat tak kurang dari 20 jenis lini bisnis yang dikelola Imam. 

Ulet Jaya pun telah menjadi perseroan terbatas, dan menjadi perusahaan induk dari anak-anak usaha di bawahnya. Seluruh usaha itu berpusat di Kota Bima.

“Saya sudah terlalu cinta sama kampung halaman saya. Saya sudah terlalu cinta sama Kota Bima,” kata Iman soal lini bisnisnya yang seluruhnya berpusat di kota terbesar di timur NTB tersebut.

Akademi Futsal

Toh, meski memiliki pusat usaha di Kota Bima, bukan berarti Iman tak memiliki jejaring pengusaha di tingkat nasional. Usaha kacang mete milik Imam misalnya, sudah bermitra dengan pengusaha di Pulau Jawa untuk ekspor kacang mete ke berbagai negara. 

Dalam waktu dekat, Imam juga akan mendirikan Akademi Futsal di Kota Bima. Akademi itu merupakan franchise V8, akademi futsal yang didirikan legenda fustal Indonesia, Vennard Hutabarat.

“Sebentar lagi sudah penandatanganan MoU,” ungkap Iman.

BACA JUGA: Daycare Ramah Anak, Optimalkan Produktivitas Perempuan 

Baik Imam dan Vennard, keduanya adalah karib. Iman memang penggila sepakbola. Dia bahkan memiliki klub futsal dengan nama yang masyhur di Kota Bima. Klub futsal tersebut malang melintang dalam berbagai kompetisi di Bumi Gora. 

Secara khusus, Imam juga membangun dua lapangan futsal di Kota Bima. Dan hingga saat ini, memasuki periode kedua, Imam masih mendapatkan kepercayaan memimpin Asosiasi Futsal Kota Bima.

Menjadi pemimpin perusahaan dan mapan di usia yang masih begitu muda, Iman mengaku semuanya tak lepas dari didikan orang tuanya. Imam mengaku, sedari kecil, ayahnya telah menanamkan kultur dan mindset entrepreneurship. 

Dalam hal kultur, ayahnya mengajarkan pentingnya kerja keras, ulet, kerja cerdas, dan tuntas. Berani mengambil risiko dengan tiada henti menekankan, bahwa di balik risiko ada kesuksesan yang menunggu.

Pun begitu tentang mindset. Iman diajarkan tentang tanggung jawab. Pantang pulang sebelum masalah diselesaikan. Diajarkan cekatan, diajarkan tentang pentingnya etos kerja.

Tidak lupa salat dan ibadah dan terus berikhtiar dan mensyukuri apa yang didapat hari ini, dan besok berusaha lebih giat lagi.

Iman bahkan menuturkan, saat ayahnya masih hidup dan dirinya menjadi manajer di Ulet Jaya, ayah tiga putra ini tak ubahnya seperti karyawan pada umumnya. Bukan petantang petenteng. Imam bekerja dan mendapat gaji seperti karyawan lainnya. 

Selain itu, Iman setiap satu kali dalam sepekan, diharuskan untuk menginap di mess para pekerja. Hidup membaur bersama mereka. 

Mengetahui problem harian yang mereka hadapi. Menjadi orang pertama yang mengetahui dan membantu para pekerja ketika mereka sedang sakit.

Semua itu kata Iman, dilakukan ayahnya dalam mendidik dirinya, agar jika memimpin perusahaan, Imam sudah tahu apa yang akan dilakukan pada saat hendak mengambil keputusan. Tahu cara terbaik ketika hendak memberi perintah kepada karyawan.

Seluruh hal tersebut pun, hingga kini masih dipraktikkan Iman. Tentu ada modifikasi sejumlah hal. Mengingat perkembangan zaman yang sedemikian pesat, mengharuskan sejumlah hal di-update dan dilakukan dengan cara yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama.

Karena itu, sebagai owner PT Ulet Jaya, Iman yang memiliki 300 karyawan, kini selalu memastikan seluruh pekerjanya benar-benar bisa bekerja dengan suasana yang nyaman. Sehingga menjadikan mereka tetap produktif. 

Bahkan kini, dua orang karyawannya, masih merupakan generasi pertama Ulet Jaya, yang bahu membahu bersama ayahanya membangun usaha.

Buat Iman, jika mereka kini masih nyaman bekerja di Ulet Jaya, bukan semata karena mereka karyawan yang loyal belaka. Namun, karena kultur kerja yang nyaman. 

Dan mereka tahu, bahwa Ulet Jaya dipimpin oleh orang yang tepat, dan mampu menjadikan Ulet Jaya kian berkembang pesat.

Jumat Berkah

Sementara itu, dari seluruh hal yang ditanamkan ayahandanya, hal yang tak boleh ditawar-tawar kata Iman, adalah pentingnya berbagi kepada sesama. Begitulah cara terbaik untuk bersyukur kepada Sang Pencipta.

Itu sebabnya, Ulet Jaya kini memiliki program Jumat Berkah. Yakni sebuah program yang membantu sesama setiap hari Jumat. PT Ulet Jaya dan seluruh anak usahanya juga terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial di tengah-tengah masyarakat. 

Misalnya berbagi sembako kepada warga yang membutuhkan. Iman juga menyiapkan bantuan untuk para penyandang disabilitas

Bahkan, kini, Iman bekerja sama dengan

Satuan Lalu Lintas di Polres Bima Kota, menyiapkan dua lusin helm dengan standar SNI setiap dua bulan, untuk kemudian dibagi-bagikan kepada warga, sebagai kampanye pentingnya berkendara dengan aman dan nyaman serta tertib lalu lintas.

“Sudah menjadi komitmen Ulet Jaya, untuk terus melakukan kegiatan berbagi ini tanpa henti,” imbuh Iman.

Kini Iman menjadi buah bibir di Kota Bima, adalah buah dari kerja kerasnya. Pada Imam-lah, para generasi muda seharusnya menoleh. Sebab, usia muda bukanlah penghalang untuk berbuat besar bagi kemajuan daerah dan juga bagi masyarakat.***