Perubahan Radikal dalam Bisnis

Memahami lanskap bisnis berarti mempersiapkan perusahaan beradaptasi dengan perubahan ini dengan cepat, memastikan relevansi dan daya saing

Mempersiapkan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan
Catatan Manajemen: Agus K Saputra

LombokJournal.com ~ Dalam iklim bisnis yang cepat dan kompetitif penuh perubahan tak terduga saat ini, memahami kompleksitas lanskap bisnis sangatlah penting. 

Lanskap bisnis mengacu pada berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi operasi, strategi dan potensi keberhasilan perusahaan. 

BACA JUGA : Badan Publik Informatif di NTB Meningkat

Pentingnya memahami lanskap bisnis (sumber: https://azuramagazine.com) :

Pengambilan Keputusan Strategis: Dengan pemahaman yang jelas tentang lanskap bisnis, perusahaan dapat membuat keputusan strategis yang tepat yang selaras dengan realitas pasar dan tren masa depan. 

Pengetahuan ini memungkinkan bisnis untuk memposisikan diri secara menguntungkan di pasar, memanfaatkan peluang, dan mengurangi risiko.

Inovasi dan Diferensiasi: Di pasar yang ramai, inovasi dan diferensiasi sangat penting untuk menonjol . Perusahaan dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi dan kesenjangan pasar dengan memahami lanskap bisnis secara menyeluruh. 

Pemahaman ini mengarah pada inovasi yang mengisi kekosongan ini dan membedakannya dari pesaing.

Kemampuan Beradaptasi terhadap Perubahan: Dinamika pasar selalu mengalami peribahan, didorong oleh perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi, dan perubahan regulasi. 

Pemahaman mendalam tentang lanskap bisnis mempersiapkan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan ini dengan cepat, memastikan relevansi dan daya saing.

Operasi yang Dioptimalkan: Wawasan mengenai lanskap bisnis dapat membantu perusahaan menyederhanakan operasi mereka, menjadikannya lebih efisien dan hemat biaya . 

Ini dapat mencakup pengoptimalan rantai pasokan, peningkatan proses pengembangan produk, atau peningkatan strategi layanan pelanggan.

BACA JUGA : Keterbukaan Informasi Publik di NTB Modal Raih Kepercayaan Publik

Memahami nuansa lanskap bisnis dan lingkungan bisnis adalah perjalanan penemuan dan penyesuaian yang berkelanjutan, bukan usaha sekali jadi. 

Ini menyiapkan dasar untuk pengambilan keputusan yang tepat , mendorong inovasi, meningkatkan kemampuan beradaptasi, dan mengoptimalkan operasi.

Saat bisnis menjelajahi lanskap unik mereka, memahami lanskap bisnis menjadi landasan strategi, yang mendorong mereka menuju kesuksesan berkelanjutan di pasar yang terus mengalami peribahan. 

Dengan menerapkan pendekatan komprehensif ini , bisnis dapat bertahan dan berkembang, serta menciptakan keunggulan kompetitif yang mendorong maju.

Terkait pernyataan pasar yang terus berubah. Baiknya kita simak karya Rhenald Kasali: Tomorrow Is Today: Inilah Inovasi Perusahaan Indonesia dalam menghadapi ‘Lawan-Lawan Tak Kelihatan’, Oktober 2017, hal. 35-41.

Apa itu disruption? Menurut Rhenald Kasali, disruption adalah keadaan di mana sebuah proses yang tengah berjalan tiba-tiba saja harus terhenti, terganggu, mengalami interupsi, dan kekacauan karena sebab yang beragam. 

Di antaranya, karena hadirnya produk baru atau jasa baru, inovasi atau teknologi baru, atau perbaikan-perbaikan dalam proses bisnis dan tata kelola, dan lain sebagainya yang disruptive.

Sejatinya disruption adalah perubahan. 

Perubahan yang setiap hari dialami tapi ada bedanya. Dalam disruption perubahan berlangsung secara radikal dan revolusioner sehingga bisa memicu ketegangan di antara kita dan memicu kekacauan. 

Kondisi ini dalam sebutan Rhenald adalah 3S: sudden, speed dan surprise.

Fenomena semacam inilah yang terjadi di mana-mana. Bagaimana mungkin bisnis-bisnis raksasa, dengan brand yang kuat, dan jaringan yang sudah menyebar ke seluruh dunia, ditopang oleh fundamental keuangan yang solid, memiliki ribuan karyawan, asetnya di mana-mana tumbang begitu saja. 

Itu tidak terjadi dalam waktu puluhan tahun, tetapi sangat cepat. Bukan oleh kompetitornya yang berukuran raksasa, melainkan oleh “lawan-lawan yang tidak kelihatan”, oleh sekumpulan anak muda yang bekerja dari garasi-garasi rumahnya.

Persoalan terbesarnya adalah bagaimana kita bisa tetap mengelola bisnis hari ini sambil mempersiapkan bisnis bagi masa depan. Dan, kita bisa melakukannya tanpa terjebak dengan keberhasilan pada masa silam. Bagaimana kita bisa melakukannya sekaligus?

Untuk itu menarik disimak gagasan Vijay Govindarajan dalam bukunya The Three-Box Solution: A Strategy for Leading Innovation, terbitan tahun 2016, sebagai jawabannya.

Gagasan Vijay dilandasi dari konsep Trimurti. Bahwa Brahma adalah Sang Pencipta (The Creator), Wisnu adalah Dewa Pemelihara (The Preservator) dan Siwa Dewa Perusak (The Destreyor). 

Berikut penjelasannya.

Pada boks 1, The Present, kita harus tetap mengelola kondisi pada saat ini. Kita terapkan strategi, taktik, dan berbagai pendekatan untuk membuat perusahaan bisa mencapai kinerja tertinggi dan beroperasi dengan tingkat efisiensi yang optimal. 

Di sini, kata VG, kita dituntut untuk bisa menyelaraskan apresiasi dan insentif dengan stratetegi. Pendekatan pada boks ini mirip dengan karakter Dewa Wisnu, bukan?

Pada titik ini pemimpin menetapkan target-target yang menantang agar setiap komponen dalam perusahaan bisa mencapai kinerja terbaiknya. Pemimpin mesti mampu menganalisis data agar bisa dengan cepat menemukan dan mengatasi perbedaan yang ada dan inefisiensi, serta mampu membangun budaya korporasi untuk selalu bekerja dengan lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih terjangkau harganya.

Pada boks 2, The Past, perusahaan dituntut untuk membangun masa depan dengan kondisi pada saat ini. Ide-ide yang nonlinier agar diciptakan. Dan tinggalkan cara-cara kerja, kebiasaan, dan sikap-sikap masa lalu. Ini adalah karakter Dewa Siwa, sang perusak.

VG mewanti-wanti, ada tantangan di sini. Di antaranya, resistensi dari mereka yang belum bisa melepaskan masa lalunya. Maka tugas pemimpin untuk menangkap adanya sinyal-sinyal lembut disruption, mendukung ide-ide dari para maverick – sosok dalam perusahaan yang kerap dianggap nyeleneh, tidak biasa cara berpikirnya, sering mengusulkan ide-ide yang out of the box, dan kerap bergerak di luar kebiasaan.

BACA JUGA : Jalin Persahabatan Lewat Olahraga Bersama Insan Pers

Meski begitu, VG menyarankan dalam kondisi seperti ini, pemimpin tetap dituntut untuk tidak memberikan toleransi terhadap berbagai pelanggaran. Bahkan, para pemimpin dituntut untuk bisa memberikan teladan.

Pada boks 3, The Future, kita dituntut untuk menciptakan masa depan yang baru, yang nonlinier. Masa depan ini hendaknya dibangun terutama melalui serangkaian percobaan yang menguji asumsi-asumsi yang kita bangun dan mampu menuntaskan ketidakkpastian

Di sini ada proses pembelajaran yang bisa saja memperkuat gagasan-gagasan baru, atau malah menyingkap adanya kelemahan.

Boks ini menawarkan konsep penciptaan, kreasi-kreasi baru. Mirip dengan karakter Dewa Brahma. Di sini, masa depan dari ide-ide baru kadang tak terlalu jelas. 

Maka, seorang pemimpin mesti berani mengukur keberhasilan penerapan ide-ide nonlinier tadi tidak hanya dari pendapatan, tetapi lebih pada kualitas dan pengalaman untuk berani menguji coba.

Banyak ide nonlinier sejatinya adalah embrio untuk pasar-pasar baru. Karena pasarnya masih terlalu kecil, penting untuk tidak sekedar menguji asumsi dari produknya, tetapi ujilah juga model bisnis dan perkembangan pasarnya. ***