Peristiwa Budaya Paling Keren
Kalau peristiwa budaya konteksnya menggali peran masyarakat, acara ‘Bangsal Menggawe: Membasak’ berlangsung di Bangsal, Pemenang Lombok Utara (Minggu sore, 28/2), saya nilai paling keren (baca: paling kreatif) yang pernah ada di Lombok.
Saya tak bermaksud berlebihan. Pengorganisasi peristiwa budaya seperti ini bukanlah mobilisasi. Tapi merupakan dorongan kuat warga Pemenang untuk berekspresi, menyatakan dirinya sebagai pemilik Bangsal.
Pesta Rakyat itu berlangsung di pelabuhan kecil yang selama ini menjadi tempat penyeberangan para wisatawan menuju Gili Air, Gili Meno atau Gili Trawangan. Otty Widasari, kurator akumassa Crhonicle, melukiskan Bangsal era sekarang yang konstruksi pelabuhan dan dermaganya diperpanjang, garis pantai makin menyempit, bangunan-bangunan penunjang kepariwisataan masif menggusur kenangan bermain warga Pemenang sekitar 20 tahun silam. Hilanglah Bangsal yang partisipatif, yang semula menjadi milik warga Pemenang. Mayoritas warga Pemenang hanya jadi penonton, lebih dari 20 tahun sejak pariwisata di tiga gili maju pesat,
Hasil kerjasama Forum Lenteng Jakarta dan Komunitas Pasir Putih, Pemenang KLU itu merupakan bagian dari kegiatan Akumassa Chronicle. Bangsal Menggawe: Membasak menjadi ‘puncak’ seluruh proses yang berlangsung. Proses panjang para seniman mengolah gagasan artistiknya di ruang publik dan menggali potensi kultural warga. Selain dari NTB juga melibatkan kreator muda dari Jakarta,Jatiwangi, Jogja dan Surabaya. Para seniman itu melakukan riset, bekerja lintas disiplin, berkolaborasi, dan tentu saja menekankan peran aktif warga.
Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin, Bupati Lombok Utara, H Najmul Ahyar dan Wakil Bupati H Syarifuddin, mendukung acara itu menjadi event tahunan. Sekda Lombok Utara, pimpinan SKPD, termasuk Camat Pemenang dan beberapa Kepala Desa di Pemenang menganggap peristibudaya itu membuka kesadaran baru warga Pemenang. Tentu saja mereka mencocokkan kegiatan itu dengan program pariwisata sebagai program unggulan daerah. Tapi sebenarnya mereka melihat upaya pendayagunaan kearifan lokal. Serta menyaksikan hadirnya masyarakat yang berdaya. Dan seniman terlibat aktif dalam transformasi kultural itu. (Ka-Es)
atraksi