Penderita Thalasemia, Diselamatkan Oleh BPJS Kesehatan
Dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan, secara rutin tiap bulan ia menjalani ransfusi dengan 5 kantong darah tanpa membayar seper pun
MATARAM.lombokjournal.com – Penyakit berat tak pernah pandang bulu, bisa bersarang dan diderita siapa pun baik berasal dari keluarga kaya atau keluarga tak mampu.
Misalnya Hasmiati, 35 tahun, warga Pagesangan, Kota Mataram, sejak berumur 13 tahun sudah merasakan betapa menyedihkan karena mengidap penyakit thalasemia. Sejak kelas 6 sekolah dasar (SD), mukanya tampak kuning tidak wajar, kulitnya pucat, mudah lelah, dan sesak nafas atau kurang bisa konsentrasi.
“Saya waktu kelas 6 SD sering sesak nafas, kulit saya pucat, cepat lelah,“ tutur Hasmiati saat ditemui di RSUD Kota Mataram, Selasa (18/09).
Karena berasal dari keluarga sederhana dan hidupnya pas-pasan, Hasmiati terus menjalani hidupnya apa adanya. Meski pun menderita karena memiliki thalasemia, ia tetap menjalanii hidup apa adanya.
Transfusi Darah Tanpa Biaya
Thalasemia adalah ketidakmampuan tubuh seseorang untuk memproduksi sel darah merah dan hemoglobin. Ini penyakit bawaan yang ditandai oleh kerusakan produksi sel darah atau struktur hemoglobin, protein ditemukan di dalam sel-sel darah merah.
Ketika seseorang menderita thalasemia, artinya salah satu komponen terpenting dalam struktur hemoglobin telah hilang atau rusak (diubah). Gangguan ini mengancam keberlangsungan hidup penderita.
Suatu saat Hasmiati ke Puskesmas Pagesangan, oleh dokter puskesmas yang melihat Hasmiati menderita penyakit yang diduga cukup berat, dokter merujuknya ke rumah sakit dan melanjutkan ke laboratorium. Sebab satu-satunya cara untuk mendiagnosis penyakit thalasemia adalah melalui tes darah yang menganalisis kondisi hemoglobin.
Semula keluarga Hasmiati cemas, karena untuk ke laboratorium dan seterusnya tentu harus mengeluarkan biaya tidak sedikit. Syukurlah, dokter puskesmas membuka jalan dengan mendaftarkan Hasmiati menjadi peserta BPJS Kesehatan kelas 3.
“Dengan kartu BPJS Kesehatan, saya ke laboratorium, opname, dan tranfusi darah tanpa membayar sepeser pun,“ tutur Hasmiati, yang terselamatkan dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Dengan menjadi peserta BPJS Kesehatan, secara rutin tiap bulan ia menjalani ransfusi dengan 5 kantong darah. Hasmiati yang punya golongan darah O plus, kadang-kadang hanya mendapatkan 1-2 kantong darah kalau persediaan darah sedang kosong. Tapi yang jelas per bulan harus dipenuhi 5 kantong darah.
Meski ia peserta BPJS Kesehatan kelas 3, dokter tetap melayani pasien umumnya, ramah dan sangat membantu. Bahkan, suatu saat ia kekurangan darah, seorang dokter muda yang menjadi pendonor darah.
“Saya tiap bulan harus transfusi dengan 5 kantong darah, dan harus minum beberapa obat. Sampai sekarang keluarga tak pernah membayar apa-apa, “ kata Hasmiati.
Rr