Peluncuran Antologi Puisi, Meneruskan Tradisi Sastra Bima

BIMA – lombokjournal.com

Inilah yang membanggakan penyair Husain Laodet. Meski di Bima dianggap ‘daerah konflik’, kerap terjadi kekerasan antar kampung hanya sebab soal sepele, namun seperti dikatakan Husain Laodet, Bima memiliki karakter sastra yang dibanggakan.

laodet20Juni2laodet20Juni1

Itu dikatakannya di tengah acara launching kumpulan puisi ‘Mihrab Kaki Terbang’, berlangsung di Museum Asi Mbojo, Sabtu (18/6) petang.  Pecinta sastra, seniman, pelajar dan tokoh tokoh budaya di Bima meramaikan bangunan Istana Kesultanan Bimamenjadi tempat yang representatif bagi kegitan seni budaya sekaligus laboratorium kebudayaan Bima.

Kata Husain, dalam ungkapanterkait proses kreatif sastra, sampai hari ini sebuah tradisi sastra terus menggeliat di Bima. Ini bagian dari bukti – melalui puisi tersirat pesan — sejarah peradaban kesusastraan di Bima telah menempuh perjalanan panjang.

“Bima memiliki aksara, dan memiliki kitab BO, selain tulisan bernilai sastra  juga merupakan catatan sejarah terlengkap di Nusantara,” katanya.

Dalam acara peluncuran buku antologi puisi ‘Mihrab Kaki Terbang’ itu dihadiri sekitar 170 orang dari berbagai kalangan; mahasiswa, pelajar, pendidik, seniman, tokoh politik, budayawan novelis N. Marewo, pemerhati budaya H.Ridwan Tayeb,. Bahkan hadir pula Ketua Komisi A DPRD Kota Bima, Kepala Imigrasi Bima Aji Irham, Dikbudpar kota Bima, Dikpora Kab. Bima.

laodet20Juni4

Meski accara launching buku antologi puisi termasuk tak lazim dilakukan penulis dan penerbit, namun acara itu menyedot perhatian publik di Bima. Tentu yang menarik, bukan hanya terbatas kalangan seniman atau sastrawan. Meski acara itu bersahaja, tapi jadi performance menarik waktu maestro violin Rudi Biola berkolaborasi dengan para penyair yang membacakan puisi puisi yang terangkum dalam antologi Mihrab Kaki Terbang.

Pihak penerbit Genta Press Jogjakarta, Nasrullah Ompubana, saat memberi pengantar mengatakan bahwa dunia literasi bukan hanya budaya mencintai buku. Tapi yang tak kalah pentingnya  adalah memberi ruang dan rangsangan pada penulis melalui kegiatan sastra.

“Sastra memiliki makna tersendiri dalam membentuk karakter bangsa. Karena sastra yang berkualitas tentu mengandung nilai, menyentuh langsung wilayah jiwa,” kata Nasrullah. Sastra harus menjadi medium penting muara energi energi positif generasi khususnya di Bima,

Setidaknya, buku antologi pusi Husain Laodet jadi bukti otentik, budaya literasi di Bima yang hidup sejak pada abad ke 14, terus bernafas. Husain sendiri berharap, bagaimana hari ini generasi muda Bima melihat realitas sejarah itu sebagai pijakan berproses kreatif dalam menggali kekayaan sastra di daerah.

Hal