Pariwisata NTB Belum Kembangkan Potensi Pertanian
MATARAM – lombokjournal
Orientasi pengembangan pariwisata NTB berpaling dari masyarakat NTB yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Sektor paling tinggi menyerap tenaga kerja ini, seharusnya mendapat prioritas dalam konsep pembangunan pariwisata di NTB, khususnya di Lombok.
Hal itu mengemuka dalam seminar “Pemberdayaan sumber Daya Alam Guna Menunjang Pariwisata Berkelanjutan Menyongsong Pesona Lombok Sumbawa 2016”, di gedung Sangkareang Kantor gubernur NTB di Mataram, Kamis (23/03). “Kita berkali-kali mewacanakan wisata agro, tapi sampai sekarang belum terealisasi,” kata Ketua PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra.
Beberapa daerah, seperti Jawa Barat atau Yogyakarya, sukses mengembangkan pertaniannya melalui konsep wisata agro. Jawa Barat berhasil mengembangkan ikon strawberi dalam wisata agronya. Yogya yang dikenal dengan wisata budayanya, wisata terbaik yang diunggulkan termasuk wisata agro. Di daeah ini setidaknya terdapat 6 lokasi agro wisata yang sangat populer.
Sebab jenis wisata alam yang satu ini menjanjikan pengalaman-pengalaman baru bagi wisatawan. Wisatawan bisa langsung memetik buah atau sayuran di lokasi. Ada 6 lokasi agrowisata di Yogyakarta yang cukup populer.
Bagaimana di NTB?
Sayangnya, komoditas pertanian NTB sudah mengalami surplus kurang mendapat perhatian dalam konsep pengembangan pariwisatanya. “Potensi yang kita miliki sangat besar, sebab kita punya area perkebunan durian, rambutan, jeruk atau manggis. Sayangnya, kita belum tergerak mengelolanya,” ujar Lanang.
Menurut Lanang, sejauh ini kepariwisataan NTB belum jelas menentukan ‘positioning’-nya sebagai modal berjualan ke pasaran wisata. Pengembangan wisata agro, mestinya menjadi salah satu modal mengembangkan kekhasan yang dimiliki NTB, khususnya Lombok yang mempunyai potensi besar di pertanian
“Kita harus memulai membangun major project untuk mengembangkan wisata agro,” kata Lanang.
Sebagai catatan, meski hasil pertaian NTB menggembirakan, output yang diharapkan terutama untuk peningkatan kesejahteraan petani masih jauh dari harapan. Di sisi peningkatan produksi menggembirakan tapi soal pemasaran masih kesulitan. Salah satu yang bisa segera dikonsolidasikan dan diimplementasikan, yaitu melalui program pariwisata.
Hasobul, peserta seminar yang mengaku dari Sembalun, Lombok Timur mengungkapkan, di daerahnya berpotensi besar sebagai destinasi wisata agro. Kerjasama Dompet Dhuafa (DD) dengan Badan Pemerintah Daerah (Bapedda) Lombok Timur, mengembangkan kawasan Sembalun di Lombok sebagai kawasan pemberdayaan Agrowisata.
Potensi yang ada di Sembalun dapat menjadi penggerak perekonomian petani. Apalagi potensi Gunung Rinjani yang sekarang dalam proses usulan sebagai Geopark Dunia di Unesco. Kalau disinergikan dengan program pariwisata provinsi, sangat menarik bagi para wisatawan.
“Sayangnya, pemerintah provinsi terlalu terpaku memburu investasi besar di Kawasan Pantai Mandalika di Lombok Tengah. Program wisata agro yang di depan mata kurang diperhatikan,” kata Hasobul. (Suk)