BBPOM Diminta Edukasi kepada Masyarakat Digencarkan
Edukasi harus terus ditingkatkan BBPOM agar masyarakat makin sadar dan berhati-hati dalam memilih produk yang aman dikonsumsi
MATARAM.LombokJournal.com ~Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) telah mengawal keamanan obat dan makanan di NTB. Karena itu, diharapkan agar edukasi kepada masyarakat terus digencarkan, salah satunya melalui media sosial.
Hal itu disampaikan Pj Gubernur NTB, Hassanudin saat menerima audiensi dari Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram beserta jajaran yang berlangsung di Ruang Kerja Pendopo Gubernur NTB, Selasa (27/08/24).
Hassanudin berterima kasih atas upaya BBPOM dalam menjaga keamanan pangan dan obat-obatan di NTB.
“Edukasi ini harus terus ditingkatkan agar masyarakat kita semakin sadar dan berhati-hati dalam memilih produk yang aman untuk dikonsumsi,” ujarnya.
Diharapkan BBPOM dapat memperkuat koordinasi dan kolaborasi antar instansi terkait dalam mewujudkan NTB sebagai daerah yang sehat dan sejahtera.
Sementara itu, Kepala BBPOM di Mataram, Yosef Dwi Irwan, menyampaikan bahwa obat dan makanan memiliki peran penting dan strategisdalam aspek kesehatan, ekonomi, ketahanan nasional, dan daya saing bangsa.
Untuk mewujudkan ketersediaan obat dan makanan yang aman, bermutu, dan bergizi, Badan POM membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Daerah.
“Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Provinsi NTB atas dukungannya dalam tugas-tugas Badan POM. Semoga kolaborasi dan sinergi ini semakin solid ke depannya,” ungkap Yosef.
Yosef juga menjelaskan bahwa UPT Badan POM di NTB terdiri dari dua unit, yaitu Balai Besar POM di Mataram dan Loka POM di Kabupaten Bima, yang menjalankan fungsi pengawasan, perizinan, pemberdayaan masyarakat, sampling, pengujian, serta penindakan.
Yosef juga menyoroti inovasi “Gemilang Pro UMKM” yang berhasil masuk sebagai salah satu dari lima inovasi terbaik dalam Kluster Lembaga pada Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi Pelayanan Publik (PKRI) 2024 oleh KemenPAN RB.
Inovasi ini memberikan berbagai insentif kepada UMKM, seperti pendampinganhingga terbitnya izin edar, pengujian gratis, dan diskon 50% PNBP.
“Gemilang Pro UMKM telah secara signifikan meningkatkan jumlah Nomor Izin Edar (NIE) yang diterbitkan, omzet, mitra distribusi, serta serapan tenaga kerja,” jelas Yosef.
Beberapa permasalahan yang masih menjadi perhatian di NTB, antara lain penggunaan kerupuk mengandung boraks, penjualan antibiotik tanpa resep dokter, serta peredaran obat-obatan tertentu seperti Tramadol, Trihexyphenidil, dan Dextromethorphan. BPOM juga telah menjalin kerja sama dengan Tim PKK dan Gerakan Pramuka, serta meresmikan SAKA POM pada Desember 2023 untuk mendukung pengawasan obat dan makanan.
Di akhir audiensi, Yosef menyatakan kesiapan BBPOM di Mataram untuk mendukung program-program Pemprov NTB di bawah kepemimpinan Pj. Gubernur Hasanuddin.
“Kami ingin keberadaan BBPOM di Mataram benar-benar dirasakan oleh masyarakat, pemerintah daerah, dan stakeholder lainnya dalam mengawal mutu, keamanan obat dan makanan, serta daya saing pelaku usaha, khususnya UMKM,” tutup Yosef.***
Sinergi Wujudkan Netralitas ASN dalam Hajatan Pilkada 2024
Ketua Bawaslu NTB dan Pj Gubernur melakukan sinergi mengawal jalan konstestasi politik NTB untuk wujudkan netralitas dan politik yang aman
MATARAM.LombokJournal.com ~ Pj Gubernur NTB, Hassanudin mengajak Bawaslu NTB melakukan sinergi untuk mengawal jalan konstestasi politik NTB, sehingga netralitas dan politik yang aman serta damai bisa dinikmati bersama
Ajakan sinergi disampaikan Pj Gubernur Hassanudin saat menerima audiensi Ketua Bawaslu NTB, yang menyampaikan undangan untuk menghadiri acara deklarasinetralitas yang akan digelar di Hotel Aston Mataram pada hari Senin (02/09/24).
Bawaslu NTB menyampaikan undangan tersebut disampaikan di ruang kerja Pandopo, Selasa, (27/08/24).
“Harapan bersama adalah Pilgub dan Pilkada yang kondusif,” kata Pj Gubernur NTB
Selain itu, mantan penjabat Gubernur Sumut ini juga berharap agar semua OPD pada tingkat Provinsi Kabupaten/Kota harus ikut serta dalam menjaga netralitas ASN dan memberikan edukasipolitik kepada masyarakat. Politik bukanlah ajang untuk memutus silaturahim, tapi sebaliknya ajang menciptakan nilai tentang indahnya keragaman dan perbedaan
“Jaga netralitas dan juga edukasi masyarakat bahwa perbedaan dan keragaman itu indah, serta sambut pesta demokrasi ini dengan riang gembira,” katanya
Menyambut baik harapan Pj. Gubernur NTB, Ketua Bawaslu NTB, Itratip, ST., MT mengatakan bahwa Bawaslu NTB akan selalu siap melakukan sinergi serta memberikan yang terbaik dalam menyambut pesta demokrasi di NTB.
Komitmen melakukan sinergi yang disampaikan Pj Gubernur memberikan angin segar dalam penegakan netralitas ASN. Bawaslu sangat apresiasi komitmen tersebut
“Insha Allah dengan dukungan dan kerjasama semua pihak, semua akan berjalan sesuai harapan kita bersama,” kata Bang Atip sapaan akrab Ketua Bawaslu NTB
Bang Atip juga mengatakan, hari Rabu tanggal 28 Agustus 2024 akan ada dua pasangan Cagub dan Cawagub NTB yang mendaftar
“Pasangan Zul-Uhel jam 13.00 dan jam 14.30 untuk pasangan Rohmi-Firin, dan titik kumpulnya di Islam Center,” jelasnya. ***
Menulis Sejarah Tanpa Keilmuan Akademi (5 – habis)
Dalam perjalanan merangkai fakta untuk menulis sejarah perjuangan Polri, Arif Wahjunadi tertuju pada peristiwa penting tanggal 21 Agustus 1945, Proklamasi Polisi Republik Indonesia
LombokJournal.com ~Ketika melakukan penelitian untuk menulis sejarah jejak perjuangan Polri, Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi awalnya hanya berangkat dari pertanyaan sederhana. Kapan Kepolisian Negara Republik Indonesia pertama kali ada? Apa saja peristiwa yang dapat mengungkap mengenai hal ini?
Menurut Arif, dua pertanyaan ini kerap menjadi tantangan baginya untuk menemukan jawabannya.
Arif Wahjunadi bersama Jend Pol (Pur) Suroyo Bimantoro
Jauh sebelum menulis sejarah perjuangan Polri (bahkan sejak menjadi Kapolda NTB tahun 2010), ia sudah mulai dihadang pertanyaan itu. Kemudian berlanjut saat menjadi Kapolda Bali 2013, ia lalu mengumpulkan data dan informasi tentang hal ini.
Ketertarikannya untuk menelusuri dan menulis sejarah jejak perjalanan perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) datang dari keinginan untuk melengkapi dan “memperkaya” sumber daya manusia yang ada di Polri.
Banyak Polisi yang tidak hanya mengembangkan karir sebagai Polisi profesional melainkan juga ahli dalam bidang lainnya.
“Hal ini penting untuk merespon peluang di era globalisasiyang membutuhkan tidak hanya Polisi profesional saja melainkan juga Polri harus memiliki Polisi berkarakter pejuang dengan wawasan yang mumpuni,” ungkapnya.
Sejak itulah ia tekun dan serius melakukan penelitian. Dalam perjalanannya merangkai-rangkai fakta untuk menulis sejarah Polri inilah, ia kemudian berhenti pada peristiwa penting yang terjadi tanggal 21 Agustus 1945, Proklamasi Polisi Republik Indonesia. Dari sanalah, dengan segala dinamika suka dukanya tantangan dan dilema yang tidak mudah, ia kukuh dengan terus fokus memperjuangkan Hari Juang Polri.
Seluruh data, informasi dan dokumen yang merupakan hasil risetnya, ia catat dan kumpulkan dalam dua buku yang pada akhirnya mendorongnya menulis sejarah lahirnya Hari Juang Polri. Ia menulis sejarah tanpa keilmuan sejarah secara akademis.
Meski tidak memiliki latar belakang keilmuan sejarah secara akademis, dalam menulis buku Arif Wachjunadi terbilang detil dan komprehensif. Penelitian-penelitian lapangan juga literasi yang dilakukannya selama 14 tahun, sangat serius dan menjangkau semua sumber-sumber informasi dan dokumen yang dibutuhkan.
Beberapa akademisi dan ahli sejarah yang turut memberi sambutan dalam buku karyanya berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Sejarah Perjuangan Polri, mengakui ketekunan, keuletan dan dedikasinya.
“Komjen Drs. Arif Wachjunadi memang tidak memiliki latar belakang keilmuan sejarah, tetapi beliau memiliki kecintaan yang besar dan kepedulian terhadap lembaganya, sehingga mendorongnya untuk melakukan dengan sungguh-sungguh berbagai langkah dan tahapan ‘penelitian sejarah’ sebagaimana yang biasa dilakukan seorang peneliti sejarah professional, atau bahkan mungkin melampuinya. Ini merupakan capaian luar biasa, buku setebal ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa melalui sebuah proses kerja keras yang panjang penuh dengan ketekunan, keuletan, dan dedikasi yang tinggi dari penulisnya,” ungkap Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil., Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Prof. Dr. Der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri, Dsc., Rektor UI 2007-2013 dan juga Anggota Senat Akademik PTIK/STIK, turut memberi apresiasi atas karyanya yang bernas ini.
“Kami sebagai sosiolog yang cukup lama berkecimpung di dunia Kepolisian, terutama sebagai dosen di S3 Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian; menyambut gembira hadirnya buku ini. Buku yang ditulis apik ini, didukung data sekunder dan primer yang bernas,” kata Prof. Dr. Der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri.
Demikian pula dengan ahli sejarah, Prof. Anhar Gonggong, yang mengakui ketekunan dan kreativitasnya.
“Tentu saja hasil karya dari Komjen. Arif ini patut mendapat, tidak hanya ucapan selamat atas karyanya itu, melainkan juga patut mendapat apresiasi yang tinggi. Komisaris Jenderal (Komjen) Arif Wachjunadi kembali menunjukkan ketekunan-kreativitasnya dalam bentuk penulisan sebuah buku tentang perjalanan hidup dari lembaga negara: Kepolisian Negara Republik Indonesia (RI),” kata Prof. Anhar Gonggong.
Tidak ketinggalan Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, turut memberi apresiasi atas karya tersebut.
“Saya mengapresiasi kegigihan dan keseriusan penulis untuk terus menyempurnakan buku sejarah perjalanan perjuangan Polri ini, dengan rajin mendatangi berbagai tempat dan narasumber yang bisa mengungkap setiap detil keberadaan Polri. Juga banyak meminta saran serta masukan dari berbagai pihak, termasuk saya. Setidaknya dua kali Penulis bertemu saya untuk berdiskusi,” ungkap Bambang Soesatyo.
Apa yang dilakukan Arif Wachjunadi, tidak hanya mendapat sambutan baik dari kalangan ahli dan akademisi, melainkan datang juga dari Jenderal TNI Try Sutrisno.
“Kerja keras dalam mewujudkan buku ini, tentu saja tidak mudah dilakukan oleh Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi. Tak terhitung waktu dan tenaga, tentunya dengan kesabaran dan keikhlasannya secara terus menerus sepanjang satu windu, untuk bisa mewujudkan buku yang bisa menjadi pedoman tidak hanya bagi Polri melainkan juga bagi masyarakat luas, khususnya terkait sejarah Polri. Oleh sebab itu, Polri patut berbangga dan harus merasa beruntung memiliki Komjen. Pol. Arif Wachjunadi, yang telah dengan tekun menyusun buku bernuansa sejarah dengan rapi dan runut ini,” kata Try Sutrisno.
Begitu pula para seniornya yang nota bene adalah Kapolrii di masanya, yang turut memberi apresiasi atas lahirnya buku karyanya. Sebut saja Jenderal Polisi Purnawirawan Suroyo Bimantoro yang menyebutnya sebagai sosok yang langka.
“Menurut saya, Komjen. Pol. (P) Arif Wachjunadi adalah seorang yang langka, di tengah kelangkaan pecinta sejarah, khususnya pada sejarah institusi Polri yang dia dan kami cintai.Kelebihan dia dari yang lain, dia bukan hanya memiliki minat tetapi mendalami, meneliti dan lebih hebat lagi menuliskan dalam sebuah buku,” ungkap Bimantoro.
Jenderal Polisi Purnawirawan Bambang Hendarso Danuri, juga mengatakan bahwa karya ini membuka sejarah jati diri Polri.
“Membaca karya buku berjudul; Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia Jilid 2, yang ditulis oleh Komjen. Pol. Arif Wachjunadi ini, kita seperti diantar untuk membuka jendela sejarah jati diri Kepolisian Republik Indonesia yang sesungguhnya. Bahwa Polri itu pejuang yang gigih dan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan itu dicatat secara cermat selama lebih kurang delapan tahun oleh penulis melalui berbagai penelitian, baik lapangan maupun literasi yang terkait langsung dengan sejarah Polri,” kata BHD.
Arif Wahjunadi dan Bambang Soesatyo
Demikian banyak apresiasi yang diberikan atas karya-karyanya dimaknai Arif sebagai perhatian banyak pihak kepada Polri, sebab ia menulis sejarah itu atas kecintaannya kepada institusi Polri.
Selain menulis sejarah Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Sejarah Perjuangan Polri (buku ini adalah buku ke 2 dari seri Hari Juang Polri), sebelumnya ia juga menulis buku pertama berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Polri (Buku pertama) dan buku ke tiga berjudul Hari Juang Polri. nik
Merawat Keyakinan Menuju Sejarah Baru Polri
Keteguhannya merawat keyakinan di balik terwujudnya Hari Juang Polri, akhirnya tahun 2024 ini diperingati pertama kali oleh institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia
LombokJournal.com ~ 14 Tahun Berjuang Menuju Hari Juang Polri, Merangkai Peristiwa Sejarah Perjuangan Peran Polisi Istimewa, merupakan momentum penting dalam mengungkap sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Merawat keyakinan bahwa Polri adalah pejuang lebih karena dalam fakta sejarahnyaada peristiwa istimewa Proklamasi Polisi Republik Indonesia yang terjadi pada tanggal 21 Agustus 1945.
Arif Wachjunadi bersama Prof. Awaluddin Djamin (alm) tahun 2013
Peristiwa itu terjadi 79 tahun silam. Sangat lama. Sejak itu, belum ada seorang pun, baik di dalam maupun di luar institusi Polri, yang secara intensif fokus membicarakan tanggal penting ini.
Di dalam institusi kepolisian sendiri, tanggal 21 Agustus hanya dikenal sebagai pengetahuan umum bahwa pada tanggal tersebut ada peristiwa Proklamasi Polisi. Tidak lebih.
Bahkan, tidak banyak Polisi (khususnya generasi Polri masa kini) yang mengetahui adanya peristiwa ini. Sampai pada tahun 2010, muncul pemikiran untuk menseriusi tanggal tersebut untuk mendorongnya menjadi sejarah baru bagi Polri.
Bagaimana tidak, fakta-fakta sejarah mengungkap bahwa heroisme Polisi Istimewa dalam peristiwa Proklamasi Polisi Republik Indonesia itu, tak bisa dimungkiri menjadi sejarah sangat penting bagi Polri.
Inilah sosok yang tak henti merawat keyakinan tentang peristiwa yang menegaskan kuatnya semangat juang Polri. Figur yang jadi tokoh penting di balik Hari Juang Polri, yang pada tahun 2024 ini diperingati pertama kali oleh institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Komjen. Pol. (Pur) Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri, yang pertama kali sejak tahun 2010 berjuang mendorong terwujudnya Hari Juang Polri. Ia mulai menggagas Hari Juang Polri ketika menjadi Kapolda Nusa Tenggara Barat, tahun 2010.
Dan serius mulai melakukan penelitianpada tahun 2013, ketika menjadi Kapolda Bali.
“Terima kasih Polda NTB, telah memberi saya inspirasi kala itu,” ungkap Arif, tentang keteguhannya merawat keyakinan semangat juang di kalangan Polisi Indonesia.
Arif Wahjunadi menyampaikan itu saat menjadi narasumber pada acara Sarasehan dan Syukuran Hari Juang Polri, yang diselenggarakan di Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, Selasa (20/08/24).
Sejak itu, secara terus menerus dan intensif berlanjut dalam proses dan dinamika penelitian panjang (baik literasi maupun lapangan), dipenuhi tantangan yang tidak mudah.
Selama 14 tahun (2010-2024), tanpa kenal lelah, merawat keyakinan pentingnya mewujudkan semangat juang di lingkungan Polri.
Arif tak henti-hentinya berjuang dari satu forum ke forum lainnya (dalam dan luar institus Polri), mendatangi puluhan narasumber utama, pakar-pakar serta sejarawan-sejarawan dan tokoh-tokah lainnya yang paham terkait perjuangan Polisi Istimewa.
Ia juga melakukan penelitian dari satu wilayah ke wilayah lainnya yang menyimpan sejarah Polri di seluruh Indonesia, membongkar naskah-naskah serta dokumen (yang berkaitan dengan masa penjajahan Jepang di Indonesia) di Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional RI, sampai ke perpustakaan-perpustakaan yang berada di Jepang.
Bahkan ia mengunjungi Konjen Jepang di Makassar dan Surabaya untuk menemukan dokumen terkait Tokubetsu Keisatsutai ini. Ia juga terbang mengunjungi Pearl Harbor yang diserang Jepang Jepang pada Desember tahun 1941 yang menjadi pemicu masuknya Jepang ke Asia khususnya Indonesia.
Dari sinilah Jepang membentuk Polisi yang diambil dari pemuda-pemuda pribumi.
14 tahun, bukan waktu sebentar bagi Arif Wachjunadi, yang dalam perjalanannya ini banyak dihadang kendala dan tantangan yang tidak mudah. Namun, semangat dan tekadnya untuk menghadirkan sejarah baru bagi Polri tak pernah padam. Ini dilakukannya, agar seluruh generasi Polri tidak putus dengan sejarahnya (khususnya terkait Proklamasi Polri).
“Karena saya mencintai Polri, jadi suka duka serta kendala dan tantangan selama 14 tahun itu adalah pelajaran penting bagi saya,” ungkapnya ketika ditemui di Sirkuit Mandalika Lombok, Kamis (07/08/24) lalu
Uniknya, Arif bukanlah ahli sejarah, bahkan ia tidak memiliki latar belakang akademis sebagai ahli sejarah. Tekad dan kemauannya yang kuat, ia implementasikan dalam penelitian-penelitian mendalam sambil menjalankan hobinya sebagai seorang pencinta motor besar.
Maka dalam setiap perjalanannya melintasi berbagai tempat di Indonesia (dari Sabang sampai Merauke), ia sempatkan diri untuk mampir ke tempat-tempat yang menyimpan sejarah Polri.
Proses panjangnya selama 14 tahun tersebut, bahkan telah melahirkan tiga buku penting bagi Polri, yang memuat sejarah perjalanan Polri, yang kemudian menjadi pendorong kuat menuju Hari Juang Polri.
Dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Risalah Pustaka tersebut memuat tentang fakta-fakta sejarah serta alasan-alasan yang menjadi landasan valid mengapa tanggal 21 Agustus layak diperingati sebagai Hari Juang Polri.
Dinamika 13 alasan dan fakta-fakta sejarah ini terdokumentasikan dalam dua buku, berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Kepolisian Negara RI (terbit 2016) dan Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (terbit 2023).
Dan pada buku ke tiga berjudul Hari Juang Polri, memuat puncak dari perjuangannya, yakni alasan ke 14 yang menguatkan sekaligus mensahkan seluruh hasil penelitian yang melengkapi perjuangan selama 14 tahun tersebut, yakni terbitnya Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: Kep/95/I/2024, tanggal 22 Januari 2024, tentang Hari Juang Polri.
Maka dengan itu, mulai tahun 2024 ini, institusi Polri tidak hanya memperingati 1 Juli sebagai Hari Bhayangkara, melainkan juga, untuk pertama kalinya secara resmi akan memperingati Hari Juang Polri pada tanggal 21 Agustus 2024.
14 tahun Aruf Wahjunadi merawat keyakinan menuju sejarah baru Polri. Dan setelah 79 tahun kemudian, peristiwa tanggal 21 Agustus 1945 akhirnya mewujud Hari Juang Polri.
Atas perjuangan dan kerja kerasnya ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, saat menyapanya dalam sambutan Sarasehan dan Syukuran Hari Juang Polri, (20/08/24) di Gedung Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, menyematkan predikat kepadanya sebagai penggagas Hari Juang Polri.
“Hadir pula Wakil Ketua Umum 1 PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri,” sapa Kapolri yang disambut tepuk tangan seluruh undangan yang hadir malam itu.
Dalam kesempatan wawancara khusus dengan LombokJournal.com, usai menjadi narasumber sarasehan, bagi Arif, terwujudnya Hari Juang Polri ini, tidak sukses karena perjuangannya sendiri, melainkan ia didukung penuh oleh para Kapolri di masanya.
Komjen Pol (Purn) Arif Wahjunadi
Mulai dari Jenderal Polisi Purnawirawan Prof. Awaluddin Djamin, Jenderal Polisi Purnawirawan Suroyo Bimantoro, Jenderal Polisi Purnawirawan Bambang Hendarso Danuri, Jenderal Polisi Purnawirawan Da’i Bachtiar dan lainnya hingga Ketua PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komisaris Jenderal Polisi Imam Sudjarwo.
Ada pula para ahli sejarah seperti Prof. Aminuddin Kasdi dan Prof. Anhar Gonggong dan akademisi-akademisi dari universitas-universitas ternama tanah air, antara lain Prof. Gumilar Soemantri Rektor UI 2007-2013, DR. Abdul Wahid dari UGM. Serta masih banyak dukungan lainnya, salah satunya datang dari Ketua MPR RI, Bambang Seosatyo, termasuk Jenderal TNI Purnawirawan Try Sutrisno.
“Terwujudnya Hari Juang Polri, karena dukungan penuh dari banyak pihak khususnya para Kapolri pada masanya, tokoh serta pakar sejarah, akademisi, hingga pelaku-pelaku saksi-saksi sejarah lainnya. Terima kasih kepada Kapolri dan semua pihak yang mendukung terwujudkan Hari Juang Polri,” ungkap Arif menutup wawancara. nik
Sejarah Proklamasi Polisi, Bermula dari Tokubetsu Keisatsutai (3)
Penggagas dan pencetus Hari Juang Polri, Komjen Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, mengungkapkan suatu peristiwa yang kemudian jadi tonggak sejarah Hari Juang Polri
“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi Istimewa sebagai Polisi Repoeblik Indonesia.”
Soerabaja, 21 Agoestoes 1945
Atas Nama Seloeroeh Warga Polisi Moehammad Jasin – Inspektoer Polisi Kelas I
“Begitulah bunyi kebulatan tekad Polisi Istimewa yang menyatakan dirinya sebagai Polisi Republik Indonesia, dalam Proklamasi Polisi Republik Indonesia tanggal 21 Agustus 1945,” ungkap Komjen Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, menyampaikan nukilan sejarah Proklamasi Polisi Republik Indonesia.
Komjen Pol. (Purn) Arif Wachjunadi merupakan penggagas dan pencetus Hari Juang Polri.
Prof. Aminuddin Kasdi (kiri), dan Arif Wahjunadi
Setelah 79 tahun berlalu, peristiwa perjuangan yang menjadi sejarah penting bagi institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia, akhirnya diabadikan sebagai Hari Juang Polri.
Peristiwa sejarah itu adalah Proklamasi Polisi Republik Indonesia, tanggal 21 Agustus 1945 yang dilakukan oleh Polisi Istimewa, di bawah pimpinan Inspektur Polisi Kelas Satoe M. Jasin. Proklamasi Polisi ini sesungguhnya bermula dari Tokubetsu Keisatsutai, yang merubah nama menjadi Polisi Istimewa.
Lahir pada bulan April tahun 1944 dengan nama Tokubetsu Keisatsutai, Polisi bentukan Jepang di masa penjajahannya di Indonesia ini, lalu mengganti nama menjadi Polisi Istimewa pada tanggal 18 Agustus 1945.
Pada masa Jepang bernafsu menguasai Asia di penghujung perang dunia ke II, pemuda-pemuda pribumi (baca-Indonesia) dengan kualifikasi terbaik, sengaja direkrut dan dilatih dengan kamampuan tempur militer demi mendukung Jepang memenangkan perang Asia Timur Raya.
Sebelum masuk ke Indonesia pada Januari 1942, Jepang terlebih dahulu mengobarkan perang setelah meluluhlantakkan Pearl Harbor (Pangkalan Militer Angkatan Laut Amerika Serikat di Hawaii) pada tanggal 7 Desember 1941.
Jepang melancarkan dua kali aksi penyerangan brutal yang dilakukan secara tiba-tiba di pagi buta. Serangan ke Pearl Harbor ini kemudian menjadi pemicu terbakarnya Perang Dunia ke II yang melibatkan begitu banyak negara di dunia. Hancurnya pangkalan militer ini, tak pelak menjadi pukulan berat bagi Amerika Serikat.
Ketika Perang Asia Timur Raya atau yang dikenal dalam sejarah sebagai Perang Pasifik berkobar pada tahun 1941-1945, Indonesia masuk dalam pusaran Perang Dunia ke II yang membakar seluruh dunia itu.
Sukses menghancurkan salah satu kekuatan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor, Negeri Matahari Terbit percaya diri. Invansi ke Asia pun berjalan mulus, termasuk Indonesia.
“Di momentum inilah Jepang mulai merekrut anak-anak muda pribumi untuk dijadikan Polisi dengan nama Tokubetsu Keisatsutai, yang akan mendukung Jepang memenangkan perang Asia Timur Raya,” kata Arif.
Penulis buku berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Polri ini mengungkapkan, serangan mendadak dan mengejutkan yang dilakukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada Amerika Serikat di bawah perintah Laksamana Madya Chuichi Nagumo, terhadap pangkalan Militer Amerika di Pelabuhan Mutiara ini adalah langkah preventif Jepang untuk mencegah Amerika ikut campur atas ekspansi mereka di Asia Pasifik.
Karena saat itu Jepang sudah merancang penguasaan atas wilayah-wilayah jajahan Inggris, Amerika dan Belanda di Asia Tenggara demi mengamankan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh Jepang.
Berdasarkan laporan surat kabar Berita Oemoem tanggal 3 April 1942 yang mengulas tentang sejarah Perang Pasifik ini menulis bahwa di hari penyerangan Jepang atas armada Amerika di Pasifik itu, sebagian besar Armada Amerika seketika lenyap dari pandangan mata. Satu persatu kapal perang Amerika Serikat hilang dari Pelabuhan Mutiara Hawaii.
Perang hebat di Pearl Harbor terjadi dengan begitu mengagumkan bagi Jepang yang “berkolaborasi” dengan Jerman dan Italia. Pesawat-pesawat udara dan kapal-kapal selam Jepang menggempur dengan begitu hebatnya di pangkalan militer Amerika itu.
Jepang menyerang kapal-kapal pemukul dan kruiser-kruiser besar milik Amerika dan tenggelam hanya dalam beberapa menit saja.
Sejak itu, Jepang tidak berhenti melancarkan serangan-serangan yang “menggoda” kemarahan Amerika, yang membuat dendam perang Amerika Serikat membuncah.
Pertempuran di Asia Pasifik mulai memasuki titik balik pada tahun 1943. Amerika dan Inggris yang merupakan tulang punggung negara-negara Sekutu, mulai menekan Jepang di berbagai medan tempur, akan tetapi Jepang tetap gigih bertahan.
Walaupun angkatan udara Amerika Serikat telah mengebom kota-kota di Jepang, tetapi Jepang tetap tidak menyerah. Puncaknya, pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima diserang dengan bom atom. Berlanjut tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, Kota Nagasaki turut dibombardir dengan bom atom kedua oleh Amerika Serikat.
Jepang lantas kehilangan kekuatan dan segala upaya perlawanan sudah kehilangan jalan dan arah. Akhirnya Jepang berada pada titik terendah dengan mengibarkan Bendera Putih tanda menyerah. Bom Hiroshima dan Nagasaki disebut-sebut sebagai momentum pembawa perdamaian di Pasifik.
Menyerahnya Jepang kepada sekutu menandai berakhirnya perang. Momentum ini juga dimanfaatkan oleh Indonesia yang kemudian memproklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Demikian pula dengan Tokubetsu Keisatsutai yang kemudian merubah nama menjadi Polisi Istimewa pada tanggal 18 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan bangsa ini, dipergunakan juga dengan sebaik mungkin oleh Polisi Istimewa untuk menyatakan diri sebagai Polisi milik bangsa Indonesia, Polisi yang berjuang bagi Bangsa Indonesia.
Di masa peralihan kekuasaan ini pasukan Polisi Istimewa dengan bobot tempur militer, menjadi satu-satunya badan perjuangan yang diijinkan memegang senjata demi menjaga keamanan dan ketertiban di masa peralihan kekuasaan di Indonesia.
Heroisme Pasukan Polisi Istimewa dalam berjuang membela dan mempertahankan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tergambar jelas selama revolusi fisik berlangsung, termasuk pada pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Polisi Istimewa melucuti senjata tentara Jepang. Orang-orang Jepang dan pimpinan markas Kenpetei pun ditahan dan memutus hubungan telepon keluar. Gudang-gudang senjata dibongkar dan mengeluarkan seluruh perbekalan perang dan amunisitermasuk mobil berlapis baja dan truk-truk.
“Setelah menguasai seluruhnya, kami menjaganya dengan ketat sambil menjalankan tugas pengamanan dan menyiarkan kepada penduduk bahwa negara Indonesia sudah merdeka dan telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, serta bahwa pasukan kami mendukung proklamasi kemerdekaan tersebut dan telah menjadi milik Republik Indonesia,” ujar M. Jasin, dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang.
Tindakan lekas yang diambil M. Jasin ini dinilai sebagai langkah yang cerdas dan cekatan.
“Bukan main cekatan dan cerdasnya langkah yang diambil M. Jasin saat merebut markas dalam situasi genting seperti itu. Dia tahu benar membaca peluang untuk kemudian mengambil tindakan yang tepat,” ujar Prof. Aminuddin Kasdi Sejarawan dan Guru Besar Unesa Surabaya.
Syukuran sejarah Hari Juang bersama Kapolri
Sejarah masa perebutan markas dan gudang senjata Kenpetei ini adalah masa yang genting bagi Polisi Istimewa karena harus menghadapi perlawanan Jepang. Inilah masa dimana ‘senjata makan tuan’ bagi Jepang berhasil sukses.
Pasukan Polisi yang bernama Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) yang nota bene dididik oleh Jepang sebagai pasukan istimewa dengan perbekalan ilmu dan strategi perang untuk memenangkan medan-medan pertempuran ini akhirnya mampu membalik situasi.
Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) menang atas ‘tuannya’ sendiri. nik
Atlet PWI NTB Panen Medali Ajang Porwanas
Pj Gubernur NTB mengucapkan selamat dan mengaku bangga atas prestasi atlet PWI NTB yang berhasil berada di posisi atas di ajang Porwanas di Kalsel
BANJARMASIN.LombokJournal.com ~ Atlet PWI NTB atau Persatuan Wartawan Indonesia Nusa Tenggara Barat mendulang medali pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) 2024 yang berlangsung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Medali teranyar diraih Pecatur dari PWI Kabupaten Bima, H. Natsir. Ia berhasil membawa pulang medali emas pada kategori papan perseorangan setelah mengalahkan atlet dari PWI DKI Jakarta dalam pertandingan yang berlangsung di Aula Dekranasda Provinsi Kalsel, Jum’at (23/08/24).
Dengan perolehan itu, atlet PWI NTB secara keseluruhan berhasil mengumpulkan total 3 medali emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Perolehan medali teranyar itu menjadikan NTB berada di posisi kedua klasemenumum, tepat di bawah tuan rumah Kalsel.
Menanggapi hal tersebut, Pj Gubernur Hassanudin mengucapkan rasa syukur dan rasa bangganya atas prestasi yang berhasil diraih atlet PWI NTB.
“Alhamdulillah, selamat dan sukses terus. Kami semua bahagia atas perestasi yg membanggakan teman-teman PWI NTB di ajang Porwanas,” ungkapnya.
Sebelumnya medali emas berhasil diraih NTB dari Cabor Domino pada kategori berdikari terbuka. Medali emas ini dipersembahkan Darwis, yang berhasil mengalahkan lawannya di partai final.
Sementara itu, medali emas pertama diraih Zulkarnaen, wartawan asal Pulau Sumbawa, dari Cabor Atletik melalui nomor lari 5.000 meter putra.
Provinsi NTB masih berpeluang untuk menambah perolehan medali. Beberapa Cabor akan dipertandingkan selanjutnya, seperti Bilyar, Catur, dan Karya Jurnalistik.
Proklamasi Polisi Republik Indonesia dan Hari Juang (2)
Peristiwa anggota Kesatuan Polisi Istimewa itu, yakni Proklamasi Polisi Republik Indonesia, mendorong Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengesahkan Hari Juang Polri melalui Keputusan Kapolri tentang Hari Juang Polri
LombokJournal.com ~Mengutip dari buku karya Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Polri, ini peristiwa Proklamasi Polisi Republik Indonesia (Polri).
Peristiwa itu kemudian mendorong Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, M.Si., menandatangi Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan Nomor 95/I/2024, Tentang Hari Juang Kepolisian Negara Republik Indonesia Tanggal 22 Januari tahun 2024.
Keputusan Kapolri ini menetapkanbahwa hari bersejarah di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diperingati setiap tanggal 21 Agustus, selanjutnya disebut sebagai Hari Juang Polri.
Di bawah kibaran bendera merah putih, sekitar 250 orang anggota Kesatuan Polisi Istimewa berkumpul di halaman depan markas mereka untuk mengikuti sebuah peristiwa penting dalam sejarah perjalanan kesatuannya. M. Jasin lalu tampil membacakan teks Proklamasi Polisi yang telah disiapkan.
“Kami berkumpul untuk mendengarkan pidato Pak Jasin yang memproklamasikan Polisi Istimewa sebagai Polisi Republik Indonesia,” ungkap Kapten Moekari (alm), saksi hidup anggota Tokubetsu Keisatsutai yang hadir pada peristiwa ini, saat diwawancarai pada tahun 2015.
Moekari mengingat bagaimana tegangnya suasana kala itu, namun diliputi semangat dan keberanian yang menyala-nyala. Sehingga jika pun Jepang bereaksi, pasukan Polisi Istimewa telah siap sedia untuk menghadapinya.
Ia menyaksikan keberanian dan keteguhan hati seorang Polisi bernama M. Jasin untuk menyatakan diri dan kesatuannya adalah milik Negara Republik Indonesia.
“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi Istimewa sebagai Polisi Repoeblik Indonesia.”
Soerabaja, 21 Agoestoes 1945
Atas Nama Seloeroeh Warga Polisi
Moehammad Jasin – Inspektoer Polisi Kelas I
Inilah kutipan dari naskah Proklamasi Polisi Republik Indonesia yang dibacakankan oleh M. Jasin di depan pasukan Polisi Istimewa di markas Polisi Istimewa (kini menjadi sekolah Saint Louis di Jalan Polisi Istimewa Surabaya Jawa Timur).
Sejak pagi hari di tanggal 21 Agustus 1945 tersebut, poster tentang Proklamasi tersebut ditempel di tembok-tembok sepanjang Jalan Tunjungan dan diikuti dengan turunnya Pasukan Polisi Istimewa untuk memamerkan diri sebagai Polisi Republik Indonesia.
“Inilah pertama kalinya Polisi di negeri ini bersatu dengan nama Polisi Republik Indonesia. Polisi yang terlepas dari tugas yang diperalat oleh penjajah. Polisi yang mendukung penuh Kemerdekaan Republik ini. Polisi yang merdeka sepenuhnya dalam melindungi bangsa dan rakyat Indonesia,” ungkap Arif.
Peristiwa tersebut merupakan titik balik dimulainya perjalanan sejarah Kepolisian Republik Indonesia. Kepolisian yang dibangun dari tekad dan semangat ke-Indonesiaan, setelah sebelumnya terkungkung dalam keterpaksaan mengamankan kepentingan-kepentingan penjajah.
Momen proklamasi yang menyatukan tekad, semangat dan patriotisme Polisi Indonesia ini menjadi tonggak dimulainya perjalanan sejarah kaum Polisi pribumi.
Polisi yang bertindak untuk dan atas nama bangsa Indonesia. Polisi yang menjadi tuan di negerinya sendiri. Polisi yang merdeka menentukan arah dan langkahnya bersama bangsa ini.
Namun, akibat situasi transisi yang masih berjalan, tentu saja tindakan-tindakan yang merupakanbagian dari momen penting dalam sejarah bangsa ini seperti halnya Proklamasi Polisi Republik Indonesia tanggal 21 Agustus 1945, tidak sempat terdokumentasi dengan baik. Apalagi dilegalisasi dengan secarik surat resmi dari pemerintah.
Masa ini adalah masa sibuk yang seluruh fokus tertuju ke Jakarta dimana para tokoh tengah berfikir dan bekerja keras merumuskan konsep negara untuk membangun perangkat suatu negara. Para tokoh pergerakan dan pejuang berkumpul untuk hal utama kala itu, yakni soal kemerdekaan.
Dan kesibukan semacam itu (kesibukan yang dapat terdokumentasi dengan baik), hanya momen penting yang terjadi di Jakarta, di pusat penyusunan dan perumusan Negara Republik Indonesia. Peristiwa penting yang juga terjadi pada perjalanan Polisi kala itu, jelas menjadi penting pula bagi perjalanan sejarah bangsa ini, namun luput dari pendokumentasian. Karenanya peristiwa 21 Agustus 1945 itu, ibarat seorang bayi yang telah lahir namun tidak memiliki akte karena situasi yang tidak mendukungnya.
“Secara historis, tanggal 21 Agustus 1945 Polri telah ada yakni pada saat Proklamasi Polisi Republik Indonesia oleh Pasukan Polisi Istimewa yang dipimpin M. Jasin. Namun dari segi administrasi, institusi ini mulai berdiri sendiri ketika Kepolisian menjadi Djawatan tersendiri, keluar dari Kementrian Dalam Negeri pada tanggal 1 Juli 1946,” ungkap Prof. Aminuddin Kasdi, sejarawan dan guru besar Unesa Surabaya.
Sayangnya, naskah asli dokumen Proklamasi Polisi Republik Indonesia ini tidak ditemukan hingga kini. Menurut keterangan berbagai sumber di Surabaya, naskah ini (tidak dipastikan keasliannya), terakhir terlihat saat pembangunan monumenPolri di Jalan M. Jasin Surabaya pada tahun 1988. Bahkan dalam dokumen-dokumen milik M. Jasin (alm), juga tidak ditemukan. Setelah itu hingga kini, penelusuran mengenai keberadaan naskah asli proklamasi Polri ini masih terus dilakukan.
Setelah diproklamirkannya Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia, pada tanggal 21 Agustus 1945 di Surabaya, pihak Pemerintah Indonesia kala itu memberikan dukungan penuh dengan memanfaatkan kemampuan pasukan Polisi bentukan Jepang ini untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pada tahun 2015, Pemerintah Republik Indonesia, melalui Presiden Joko Widodo menganugerahkan M. Jasin sebagai Pahlawan Nasional. Anugerah gelar yang diserahkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara Jakarta dan diterima oleh Putri sulung M. Jasin, Rubiyanti, pada tanggal 4 November 2015, tentu saja sebagai penghargaan Negara atas perannya dalam memproklamasikan Polisi Nasional dalam momentum Proklamasi Polisi Republik Indonesia, pada tanggal 21 Agustus 1945.
Monumen Sejarah Polri di Surabaya yang menampilkan Proklamasi Polisi Republik Indonesia
Ini membuktikan bahwa Negara mengakui peran M. Jasin beserta momentum penting yang telah dilakukannya bagi Kepolisian Negara ini, yaitu peristiwa Proklamasi Polisi. Moehammad Jasin adalah memimpin Proklamasi Polisi tersebut, menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam menyatukan Kepolisian di negeri ini untuk berjuang bersama-sama membela dan mempertahankan negeri ini dari penjajah yang masih ingin menguasai Indonesia.
Ikrar yang dipimpin M. Jasin dalam Proklamasi Polisi ini merupakan masa dimana Republik Indonesia pertama kali secara De Facto kemudian memiliki alat negara bernama Polisi.
Masa dimana Kepolisian yang mapan telah lahir dengan peran dan tanggung jawab namun belum memiliki “akte kelahiran” secara De Jure. nik
Hari Juang Polri, Kapolri Sapa Tokoh Penggagas Hari Juang (1)
Saat Sarasehan dan Syukuran rangkaian peringatan perdana Hari Juang Polri, Kapolri Jend. Listyo Sigit Prabowo ungkap tokoh penting di balik penggagas Hari Juang Polri.
LombokJoutnal.com ~ Baru-baru ini Kepolisian Negara Republik Indonesia memperingati hari bersejarah barunya. Selama 78 tahun (sejak 1 Juli 1946) Polri hanya memperingati satu-satunya hari penting bagi institusi ini, yakni Hari Bhayangkara yang diperingati setiap tanggal 1 Juli.
Komjen. Pol. (Purn) Arif Wachjunadi
Maka mulai tahun 2024 ini, Polri memperingati hari bersejarah baru yakni Hari Juang Polri, setiap tanggal 21 Agustus. Dan peringatan perdananya dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2024 lalu, setelah keluar Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dengan Nomor 95/I/2024 tentang Hari Juang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Keputusan yang ditandatangani oleh Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo pada tanggal 22 Januari 2024 ini menetapkan, hari bersejarah di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diperingati setiap tanggal 21 Agustus, selanjutnya disebut sebagai Hari Juang Polri.
Pada peringatan perdana Hari Juang Polri yang diselenggarakan di Surabaya Jawa Timur, selain upacara peringatan (21/08), sehari sebelumnya digelar pula sarasehan dan syukuran Hari Juang Polri (20/8).
Dalam sarasehan dan syukuran tersebut, Kapolri Listyo Sigit Prabowo didampingi para Pejabat Utama Mabes Polri dan juga para Kapolri pada masanya, menyatakan bahwa peringatan Hari Juang Polri yang jatuh pada 21 Agustus bisa dijadikan semangat bagi generasi muda untuk menghadapi berbagai macam tantangan zaman. Apa yang sudah ditorehkan oleh para senior dan sepuh (Polri) bisa menjadi semangat bagi generasi muda dengan menggali nilai-nilai (perjuangan) yang ada.
“Harapan kita, apa yang ditorehkan oleh para senior kita bisa menjadi semangat bagi generasi muda untuk menggali nilai-nilai (perjuangan) dan terus menggelorakannya untuk menghadapi berbagai tantangan zaman yang semakin berkembang dan kompleks,” kata sigit, st memberi sambutan pada sarasehan dan syukuran dalam rangka Hari Juang Polri yang digelar di Gedung Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/08) malam.
Ia juga mengungkapkan bahwa perjalanan menuju Hari Juang Polri tidak lepas dari hasil kerja keras dari para senior, sepuh dan pendahulunya, yang menyusun, menggali dan kemudian merangkainya menjadi satu rangkaian dan didiskusikan serta disepakati bersama para senior, sesepuh, pakar, serta fakta sejarah yang ada.
Penetapan tersebut, sudah melalui sejumlah tahapan dengan menggali fakta hingga melibatkan para pakar, kemudian disepakati untuk bersama-sama dituangkan dalam Keputusan Kapolri, bahwa tanggal 21 Agustus menjadi Hari Juang Polri.
Hari Juang Polri yang telah dicanangkan dan putuskan dalam Surat Keputusan tersebut, tentunya merupakan bagian dari upaya Polri untuk terus menginspirasiterkait nilai-nilai perjalanan senior, para sepuh dalam memberikan kontribusi dan keputusan penting saat itu. Inilah yang menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa yang menurutnya harus tetap diingat.
“Terima kasih kepada seluruh senior atas kerja kerasnya. Ini merupakan perjalanan yang sangat penting buat kita khususnya institusi Polri. Bahwa di tahun 1945 Polri (juga) pernah menjadi (bagian) sejarah bangsa ini,” ujar Sigit.
Sigit kemudian menceritakan bahwa pada saat itu Polisi Istimewa atau yang sebelumnya bernama Tokubetsu Keisatsutai (Polisi bentukan Jepang), turut serta dalam sejarah perjuangan bangsa serta dalam mempertahankan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Saat itu polisi istimewa melucuti senjata dari tentara Jepang dan kemudian ikut membagikan senjata kepada para pejuang bangsa Indonesia. Ketika itu, hanya Polisi Istimewa menjadi salah satu organisasi yang memiliki senjata lengkap dan berada di garis terdepan khususnya memperjuangkan kemerdekaan.
“Saat itu, Bapak M. Jasin (pimpinan Polisi Istimewa) dengan keputusannya yang sangat luar biasa membacakan proklamasi kepolisian. Dan ini tentunya menjadi sejarah besar bagi kita (Kepolisian), semangat itu harus terus kita kobarkan di masa-masa yang akan datang,”ujar Sigit.
Lebih dari itu, Sigit mengungkapkan bahwa sampai kapan pun Polri harus melanjutkan perjuangan para pahlawan dan bersama-sama dengan seluruh kekuatan Polri untuk terus menjaga soliditas dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Acara sarasehan dan syukuran dalam peringatan perdana Hari Juang Polri itu, dihadiri oleh para Kapolri pada masanya, seperti, Jenderal Polisi Purnawirawan Da’I Bachtiar, Jenderal Polisi Purnawirawan Suroyo Bimantoro, Jenderal Polisi Purnawirawan Rusmanhadi dan para sepuh Polri lainnya, seperti Komjen. Pol. Purnawirawan Makbul Padmanegara. Hadir pula Ketua Umum PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob), Komjen. Pol. Purnawirawan Imam Sudjarwo, putri dari Komjen. Pol. Purnawirawan M. Jasin(Proklamator Polisi Reublik Indonesia) yakni Rubiyanti dan putri dari Kapten Moekari (anggota Tokubetsu Keisatsutai), yaitu Sri Lestari.
Yang menarik dalam sambutannya Kapolri mengungkap siapa sesungguhnya penggagas Hari Juang Polri ini. Ketika menyapa para senior dan undangan yang hadir di awal sambutannya, Jenderal sigit juga menyapa Komisaris Jenderal Polisi Purnawirawan Arif Wachjunadi sebagai tokoh penggagasHari Juang Polri.
Malam itu Arif Wachjunadi juga menjadi salah satu narasumber penting dalam sarasehan yang turut menghadirkan dua narasumber lainnya yakni, sejarawan Jawa Timur Prof. Aminuddin Kasdi dan Ketua Komunitas Begandring Surabaya Achmad Zaki Yamani.
“Hadir pula Wakil Ketua Umum 1 PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri,” sapa Kapolri dengan lugas.
Usai memberikan sambutan, Kapolri menyerahkan tumpeng pertama kepada Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, kemudian kepada Rubiyanti dan Sri Lestari. Pada kesempatan yang sama, Arif Wachjunadi menyerahkan dua buku karyanya kepada Kapolri.
Buku berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Sejarah Perjuangan Polri dan Hari Juang Polri, merupakan dua dari tiga buku penting hasil kontemplasi dan penelitiannya selama 14 tahun (2010-2024) yang kemudian menjadi pendorong lahirnya Hari Juang Polri.
Keesokan harinya, Rabu (21/8) Polri melaksanakan upacara peringatan perdana Hari Juang Polri di depan Monumen Perjuangan Polri Jalan Raya Darmo yang bersebelahan dengan Jalan Polisi Istimewa, tempat Proklamasi Polisi Republik Indonesia pada 21 Agustus berlangsung, 79 tahun silam.
Upacara peringatan perdana ini dipimpin Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. nik
Wastra Tenun dan Kriya Harapan Ekonomi Berkelanjutan
Kekayaan budaya NTB yang tercermin dalam keindahan wastra tenun dan kerajinan kriya menjadi salah satu aset berharga yang dapat mendukung perekonomian daerah
MATARAM.LombokJournal ~ Penjabat (Pj) Gubernur NTB Hassanudin didampingi Penjabat (Pj) Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTB Dessy Hassanudin membuka kegiatan Karya KreatifNTB dan Lombok Sumbawa Tenun Festival (KK-NTB x LSTF) tahun 2024 di Kawasan Pusat Perbelanjaan di Mataram, Sabtu (24/08/24).
Kegiatan KK-NTB x LSTF tahun 2024 merupakan kolaborasiPemerintah Provinsi NTB bersama Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTB dan Dekranasda se-Provinsi NTB. Tujuannya untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif di wilayah NTB.
Dalam sambutannya, Pj Gubernur NTB Hassanudin mengungkapkan KK-NTB x LSTF sebagai upaya untuk menghasilkan dampaknyata bagi pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan.Melalui pengembangan UMKM dalam aspek wastra dan kriya.
Kekayaan budaya NTB yang tercermin dalam keindahan wastra tenun dan kerajinan kriya menjadi salah satu aset berharga yang dapat mendukung perekonomian daerah.
“Pengembangan ekonomi melalui wastra tenun dan kerajinan kriya menjadi potensi ekonomi yang kita butuhkan saat ini,” ungkapnya.
Selain itu, Pj Gubernur NTB menjelaskan Karya Kreatif NTB dan Lombok Sumbawa Tenun Festival merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian seni budaya yang diwariskan secara turun temurun oleh orang tua terdahulu.
Pengenalan seni dan budaya lokal di era globalisasi menjadi hal penting untuk mereduksi budaya-budaya global yang tidak memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat.
“Alhamdulillah Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memiliki wastra tenun dan kriya yang melimpah, sebagai potensi ekonomi yang harus kita kembangkan,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTB Barry Arifsyah Harahap menjelaskan Provinsi NTB memiliki potensi besar khususnya wastra tenun.
Menenun adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat NTB. Begitu pula dengan kerajinan lainnya yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan sehingga berdampak bagi peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah.
“Untuk itu, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah terus mendukung peningkatan wastra tenun di NTB. Demi peningkatan ekonomi yang berkelanjutan,” jelasnya.
Event ini dirancang untuk menampilkan kekayaan wastra dan kriya NTB dalam berbagai bentuk, serta membuka peluang bagi pelaku usaha untuk memperkenalkan produk-produk kepada khalayak luas.
Adapun kegiatan utama dalam puncak KK-NTB x LSTF tahun 2024 antara lain Fashion Show dari Dekranasda Kabupaten/Kota se-NTB, Dekranasda Award, Bazaar Kriya dan Fashion Wastra, Jalan Sehat dan Lombok Food Market, Panggung Edukasi, Talkshow, dan Bincang UMKM serta Penampilan Band Pop-Rock Indonesia, RAN.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, beberapa Kepala OPD Lingkup Pemerintah Provinsi NTB, unsur pimpinan daerah se-NTB serta Ketua Dekranasda kabupaten/kota se-NTB, para pelaku UMKM tenun dan kriya serta beberapa stakeholders terkait. mnp/dyd
Lalu Ivan Indaryadi Didaulat Jabat Ketua DPRD Lobar Sementara
Politisi muda Partai Golkar, Lalu Ivan Indaryadi, yang meraup suara signifikan remi duduk sebagai anggota DPRD Lombok Barat
LOBAR.LombokJournal.com ~Lalu Ivan Indaryadi, Politisi muda Partai Golkar, didaulat sebagai Ketua DPRD Lombok Barat sementara. Putra mantan Bupati Lombok Barat, Hj. Sumiatun dan Lalu Daryadi, merupakan salah satu politisitermuda dengan usia 28 tahun.
Lalu Ivan IndaryadiSepak terjang Lalu Ivan di dunia politik memang patut menjadi contoh generasi muda ke depan. Ini merupakan jabatan ke dua kali bagi Lalu Ivan menduduki kursi legislatif. Dia meraih 20.799 suara pada pemilu legislatif 2024 lalu.
“Ini merupakan amanat rakyat sekaligus amanat Partai Golkar untuk mengawal proses pemerintahan di Kabupaten Lombok Barat ini,” Ujar Lalu Ivan Indaryadi kepada wartawan di Lombok Barat (21/08/24).
Lalu Ivan dilantik bersama 44 anggota DPRD Lombok Barat periode 2024 – 2029. Pelantikan berlangsung di Gedung DPRD Lombok Barat.
Sebagai mitra eksekutif, wakil rakyat dituntut lebih peka terhadap berbagai kebutuhan masyarakat.
Artinya, sinergisitas antara legislatif dan eksekutif harus semakin masif yang bermuara pada kesejahteraan rakyat.
“Sebagai anggota legislatif tentu kami harus menjalankan tanggung jawab sesuai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan dengan sebaik-baiknya,” tegas Ivan.
Sebagai orang yang pernah menjabat anggota legislatif, Ivan sangat paham dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Ikut serta mengawasi peningkatan kualitas layanan publik, perluasan akses pendidikan dan kesehatan, penciptaan layanan pekerjaan yang layak dan penanggulangan kemiskinan. Semua itu akan dikawal semaksimal mungkin menuju kemajuan yang lebih baik.
Namun, saat ini tugas yang paling dekat yang harus segera dituntaskan, menurut Lalu Ivan Indaryadi adalah mempersiapkan alat kelengkapan dewandan lainnya.