Di Hari Antikorupsi diselenggarakan rangkaian kegiatan sosialisasi antikorupsi yang dihadiri unsur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melibatkan praja IPDN
PRAYA.LombokJournal.com ~ Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia tahun 2024 di Nusa Tenggara Barat diadakan di Kampus Institut Perguruan Dalam Negeri (IPDN) Praya Lombok Tengah (02/12/24), dihadiri Sekretaris Daerah Provinsi NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., sebagai inspektur upacara.
Dalam peringatan Hari Antikorupsi tersebut, diselenggarakan pula rangkaian kegiatan sosialisasi antikorupsiyang dihadiri unsur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Melibatkan para praja IPDN dan anggota Forum Penyuluh Antikorupsi NTB dengan menekankan pada penguatan nilai integritas bagi praja IPDN sebagai generasi penerus bangsa.
Seperti dikatakan Direktur IPDN Dr. Dedy Suhendi, S.Sos., M.Si.l, para praja yang sedang menimba ilmu kepemerintahan, disampaikan kejujuran berbeda dengan kecerdasan, ketidakjujuran sulit diperbaiki.
Untuk itu sebagai generasi muda dan calon pemimpin masa depan, penting menjaga integritas dalam menjalankan peran di pemerintahan nantinya.
Senada dengan hal itu, Kasatgas Sertifikasi dan Pemberdayaan Direktorat Pendidikan dan Pelatihan Antikorupsi, selaku Plh. Direktur Pendidikan dan Pelatihan Antikorupsi KPK Sugiarto, SE., MM., menegaskan kontribusi semua pihak diperlukan dalam pemberantasan korupsi.
Diuraikannya, sebagai calon abdi negara, para praja memiliki kontribusi besar membangun pondasi integritas seperti kejujuran dan perilaku taat hukum lainnya.
Dalam sikap sebagai praja dengan mencontoh pada tokoh tokoh berintegritas sepanjang sejarah Indonesia. Seorang pegawai negeri terlebih pejabat, tidak berhak meminta imbalan atas pelayanannya atau meminta lebih dari apa tugas dan kewajibannya.
Untuk itu, kegiatan sosialisasi menerapkan pula pola dinamika kelompok yang mengusung sikap integritas sebagai komitmen untuk dijadikan slogan membuat publikasi video sebagai sikap antikorupsi.
Dalam proses diskusi menentukan integritas sikap tertentu, pemateri lainnya, Master Nurhikmah dan Nabhan Rabbani dari Forum PAKSI NTB, membersamai dan mendampingi para praja dibantu unsur Forum Penyuluh Antikorupsi lainnya, menyusun teknis perihal antikorupsi. Mewujudkan komitmen antikorupsi, diharapkan kegiatan sosialisasi di hari antikorupsi dapat membentuk sikap berintegritas dari para praja.
Selamat Hari Antikorupsi. jmy/opk
Mega Planning Model; “Dunia Seperti Apa Kamu Inginkan”
Inilah model berpikir Mega Planning yang dimulai dengan menjangkau dunia, “yang kamu inginkan untuk anak-anakmu dan cucu-cucumu kelak?“
Catatam Manajemen : Agus K. Saputra
lombokjournal.com ~ Adalah Roger Kaufman, seorang pakar Strategic Management, Profesor Emeritus di Florida State University dan Distinguished Professor di Sonora Institute of Technology yang telah membuat model untuk berpikir Mega (Mega Planning Model).
Kaufman berpendapat, perencanaan perusahaan seharusnya tidak dimulai dan diakhiri dengan indikator internal atau kinerja perusahaan semata. Akan tetapi harus mempertimbangkan nilai-nilai apa yang diberikan kepada community (society).
Mega Planning dimulai dengan pertanyaan : “Dunia seperti apa yang kamu inginkan untuk anak-anakmu dan cucu-cucumu kelak?“.
Mega planning ini disebut juga “Mother’s Rule” karena serupa dengan apa yang dipikirkan oleh seorang ibu yang membayangkan dunia seperti apa yang terbaik bagi anak-anaknya. Mother’s rule tidak bicara tentang means (credentials of teachers, money spent) tetapi lebih kepada survival, kesehatan, dan kebahagiaan untuk anak-anaknya. (Wikipedia)
Menurut Kaufman, cara berpikir dan bertindak yang benar adalah : berpikirlah mulai dari level Mega, kemudian Makro, dan terakhir Mikro.
Begitulah seharusnya orang berpikir. Sedangkan dalam bertindak, mulailah dari level Company, kemudian Customer, dan terakhir Community (Arief Yahya, Paradox Marketing: April 2013, hal. 205-208 > Buku “Paradox Marketing” tersebut dilandaskan pola berpikir Mega).
Adapun tingkatan-tingkatan berpikirnya adalah :
Pertama, berpikir Mega. Artinya berpikir untuk level societal needs (kebutuhan masyarakat/community) yang akan memberikan outcomes, berpikir untuk kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia, atau bahkan berpikir bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil alamin). Untuk berpikir mega ini memerlukan pemikiran yang strategic.
Kedua, berpikir Makro. Artinya berpikir untuk level industrial needs (customer) yang akan mendapatkan outputs dan untuk ini memerlukan perencanaan tactical.
Ketiga, berpikir Mikro. Artinya berpikir untuk level professional needs (company) yang akan menghasilkan product dan memerlukan perencanaan yang sifatnya operasional.
Jika kita berpikir Makro, maka level Mikro dan level Makro akan kita peroleh. Contohnya jika kita berpikir untuk customer, maka kita akan mendapatkan kedua-duanya. Customer kita akan terpuaskan dan loyal, sekaligus company kita akan dapat menikmati keuntungan dari customer tersebut.
Dan jika kita berpikir Mega, maka level Mikro, level Makro dan level Mega akan kita peroleh semuanya. Contohnya adalah Google, Facebook, dan juga i-pad. Para pembuatnya kemungkinan besar memikirkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Steve Wozniak (co-founder Apple bersama Steve Jobs dan Ronald Wayne) menyampaikan bahwa i-pad dibuat dengan pemikiran agar umat manusia bisa lebih memanfaatkan panca indera yang dimilikinya. Dalam hal ini adalah indra peraba.
Terbukti dengan cara berfikir Mega seperti itu, Apple bisa mendapatkan semuanya: company, customer dan community.
Untuk dapat berpikir Mega, kita harus memiliki spirit of giving. Melalui cara berpikir Mega berarti pula kita menerapkan konsep The More You Give, The More You Get. Seperti cara berpikir dan bertindak seorang ibu.
Mengapa kita harus berpikir Mega? Menurut Kaufman setidaknya ada dua alasan. Pertama, sustainability. Perusahaan yang ingin memiliki masa depan, harus berpikir melampaui dirinya sendiri yaitu memikirkan masyarakat, bahkan dunia.
Kedua, Engagement. Karyawan yang mengetahui mereka bekerja untuk perusahaan yang berkomitmen untuk melakukan hal-hal baik terhadap masyarakat, akan bekerja lebih antusiasdan memiliki keterikatan yang lebih baik terhadap perusahaan.
Pun demikian, dalam hal kemungkinan perusahaan dalam posisi terancam, maka kemampuan leadership dipertanyakan. Oleh karena itu, Arief Yahya (dalam Marketeers, 22 April 2020) mengedepankan konsep leadership berbasis pemikiran yang strategis (strategic thinking). Yang terdiri dari Mikro, Makro dan Mega.
Seorang pemimpin dengan strategic thinking di level mikro hanya berpikir mengenai perusahaan dan produk. Pemikirannya hanya mengacu kepada “apa”, bukan mengenai “bagaimana” dan “mengapa”.
Sementara, seorang pemimpin dengan pemikiran makro, memiliki orientasi kepada customer (output). Secara sederhana, pola kerja mereka mengacu pada pemikiran “who wins the customer, wins the game”. Pemimpin dengan pemikiran makro cenderung mengedepankan customer, tanpa memikirkan perusahaan.
Seorang leader yang baik, menurut Arief Yahya harus memiliki kemampuan strategic thinking di level mega. Pasalnya, pemimpin di level ini, bukan lagi sekadar memikirkan perusahaan maupun customer, melainkan komunitas.
Ketika Facebook dibuat, Mark Zuckerberg tidak memikirkan diri sendiri atau pun perusahaan yang ia bangun. Lebih dari itu, ia berpikir ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik dan mudah bagi setiap orang ketika Facebook hadir.
Google pun demikian. Mereka bisa sebesar ini karena orientasi mereka untuk memberikan yang terbaik bagi komunitas.
“Mega thinking merupakan aspek yang harus dimiliki seorang leader. Mega thinking berdasarkan pada konsep spiritual, dan roh yang berbicara. Roh yang konon diciptakan dari cahaya selalu membawa kita ke arah yang tinggi sehingga mereka yang berpikir mega akan menciptakan sesuatu yang besar. Konsepnya, the more you give, the more you get,” jelas Arief Yahya. ***
#AKUAIR-Perumnas Ampenan, 02-12-2024
Lepas Benih Ikan dan Tanam Pohon untuk Pelestarian Alam
Pj Gubernur NTB melakukan lepas benih ikan menggunakan perahu yang disediakan panitia menuju ke tengah di Taman Wisata Gunung Jae, Sedau, Lombok Barat
LOBAR.LombokJournal.com ~ Pj Gubernur NTB, Hassanudin didampingi Sekda Lalu Gita Ariadi melakukan lepas benih ikan sebanyak 50 ribu benih dan menanam pohon, di Taman Wisata Gunung Jae, Sedau Lombok Barat, Sabtu (30/11/24)
Setelah melakukan pelepasan benih, Pj Gubernur NTB, Hassanudin didampingi Sekda Lalu Gita Ariadi melakukan senam bersama Forkompimda, dan pejabat struktural lainnya untuk kebugaran tubuh dalam.
Penanaman pohon dan lepas benih ikan sebanyak 50.000 ribu benih merupakan upaya menjaga kelestarian alam lingkungan untuk generasi muda yang akan datang.
Suasana hujan gerimis mengiringi kebersamaan Pj Gubernur saat melakukan lepas benih ikan menggunakan perahu yang disediakan panitia menuju ke tengah.
Saat itu ikut mendampingi, Sekda dan pejabat struktural meliputi, Asisten l dan ll Setda NTB serta para kepala OPD lingkup Pemprov.
Pj. Gubernur Hassanudin dalam momen tersebut menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh jajaran Pemerintah Provinsi NTB yang telah menginisiasi kegiatan yang memupuk keakraban sesama ASN tersebut.
Ia pun berharap kekompakan dan kolaborasi pemerintah bersama masyarakat senantiasa terjaga menyambut berbagai tantangan ke depan dalam membangun daerah tercinta. ***
Kemah Bakti dan Outbond untuk Apresiasi Kinerja ASN
Dalam kemah bakti dan kegiatan outbond di Taman Wisata Gunung Jae, Pj Gubernur NTB menekankan pentingnya berkolaborasi dan selalu bahu membahu
LOBAR.LombokJournal.com ~Kegiatan Kemah Baktidan Outbond memeriahkan HUT ke 53 Korpri yang diikuti Pj Gubernur NTB, Hassanudin dan Sekda NTB, Lalu Gita Ariadi berlangsung di Taman Wisata Gunung Jae, Sedau Lombok Barat, Sabtu (30/11/24).
Kegiatan Kemah Bakti dan Outbond itu dalam rangka memeriahkan HUT ke-53 Korpri tahun 2024 itu, untuk mengapresiasi aparatur sipil negara(ASN) anggota Korpri atas kinerjanya selama ini dalam mengawal pembangunan Provinsi NTB.
“Mari kita senantiasa bekerja sama, berkolaborasi dan bahu membahu. Inilah yang menjadi modal dasar kita yang utuh ini,” kata Hassanudin.
Diuraikan Hassanudin yang pernah menjabat sebagai Pj Gubernur Sumut itu bahwa bagaimanapun kuatnya tantangan dan gejolak mesti tetap bersama. Seberat apapun permasalahan bisa diurai dan diselesaikan dengan baik.
Terkait tema HUT Korpri ‘NTB Hebat NTB Emas’ itu, Hassanudin memahami harus harmoni dalam bekerja yang efektif, efisien, dan siap melanjutkan program yang berkelanjutan. Akuntabilitas dalam setiap kegiatan yang transparan.
“Kita siapkan program yang berkelanjutan untuk Indonesia emas 2045. Selalu saya ingatkan, kita bekerja untuk negara, tak manis tak elok kalau dihukum oleh negara,” tandasnya.
Sebelumnya, Sekda NTB, Lalu Gita Ariadi, di tengah kegiatan kemah bhakti mengajak seluruh pejabat struktural lainnya, melalui kegiatan kemah bakti malam renungan api unggun di Gunung Jae, menginspirasilangkah-langkah ke depan.
“Mari tetap di bawah kepemimpinan Pj Gubernur, kita gelorakan semangat untuk terus membangun NTB bersatu padu. Pilkada telah usai, kita lanjutkan perjalanan ke stasiun-stasiun yang telah menunggu,” ajak Sekda.
Turut hadir pada acara kemah bhakti dan outbond tersebut, yakni pejabat lingkup Pemprov NTB, termasuk Asisten l dan ll Setda NTB, para Kepala OPD dan pejabat struktural lainnya. san/dyd
Dua Desa di NTB Raih Apresiasi Keterbukaan Informasi Publik
Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Nasional yang diraih dua desa di NTB , tak lepas dari ikhtiar yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016.
JAKARTA.LombokJournal.com ~ Penjabat (Pj) Gubernur NTB Hassanudin diwakili Kepala Dinas Kominfotik NTB Dr. Najamuddin Amy. S.Sos, M.M. mendampingi dua Desa di Provinsi NTB, meraih Apresiasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Desa 2024 oleh Komisi Informasi Pusat (KIPdi Jakarta, Jum;at (29/11/24).
Kedua desa yang dimaksud adalah Desa Aik Mual Kecamatan Praya Lombok Tengah dan Desa Beru Kecamatan Brang Rea Sumbawa Barat.
“Saya tidak hanya hadir mewakili Pj Gubernur NTB Bapak Hassanudin tetapi juga sebagai PPID Utama Pemprov NTB yang salah satu tugasnya mengawal dan membina PPID kabupaten/kota sampai tingkat desa,” jelas Doktor Najam, sapaannya.
Najam menjelaskan, penghargaan yang diraih desa di NTB itu, tak lepas dari ikhtiar yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016.
Pada tahun tersebut, Komisi Informasi NTB bekerja sama dengan Dinas Kominfotik dan berbagai stakeholders terkait pencetusan inovasi DBIP (Desa Benderang Informasi Publik).
“DBIP kami presentasikan dan kami dorong menjadi program nasional,” ungkapnya berdejavu.
Kedua Kepala Desa bersama Kadis Kominfotik KSB dan Lombok Tengah hadir membersamai Kadis Kominfotik NTB.
Provinsi NTB menjadi provinsi yang berhasil menempatkan dua dari desa-desanya dalam ajang anugerah keterbukaan informasi publik ini. Anugerah diserahkan oleh Wakil Menteri PAN RB dan Wakil Menteri Desa Republik Indonesia.
Pada Pembukaan Acara dibuka Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono.
“Terima kasih kepada KI Pusat, Komisi Informasi NTB, Kadis Kominfo KSB dan Kadis Kominfo Lombok Tengah beserta jajarannya, yang sudah bersinergi dan berkolaborasi sejauh ini. Ayo terus berkolaborasi untuk pemerintahan yang bersih dan transparan. Desa Berdaya, NTB Hebat menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya. nov/dyd
Guru yang ‘Ngangeni’, Mengenang Pendidik di Sekolah Dasar*)
Peranan guru di kelas harus diubah, bukan sebagai pemberi ceramah, namun mengutamakan kemampuan merencanakan, mengelola dan mengawasi pembelajaran.
Penulis : DR Bajang Asrin*
lombokjournal.com ~ Kurang lebih 40 tahun yang lau, guru Pak Milkan (almarhum) bertugas di SDN 2 Ganti-Lombok Tengah. Selain Pak Milkan, juga ada guru-guruku seperti Pak Hasan, Pak Sunarjo, Pak Malik, Pak Abu Bakar, Ibu Hariati, dan Pak Tajudin.
Pak Milkan merupakan sosok Kepala Sekolah yang sangat rajin dan gigih. Ia sosok guru yang sangat memperhatikan anak didiknya. Pak Milkan, sebagai Kepala Sekolah selalu siapa menggantikan pendidik lainnya yang tidak hadir .Ia memberi tauladan kepada siswa dan koleganya. Sosok yang melekat pada memori, tutur bahasanya sangat halus, menyapa siswa sehari-harinya. Ia sangat akrab dengan semua pendidik dan siswanya.
Suatu hari saya sakit tapi tetap masuk sekolah. Pak Milkan, saat masuk ruang kelas, melihat mata saya merah-merah lalu ia memanggil saya. “Mata mu mengapa merah-merah Rin?” sapanya.
Waktu saya katakan sedang sakit, spontan Pak Mikan mengajak berobat ke Puskesmas.Pak Milkan sangat memperhatikan siswa didiknya, ia datang lebih awal di sekolah, lalu mengontrol siswa-siswa yang sedang menyapu di ruang kelas, dan mengajak siswa untuk memungut sampah di halaman sekolah. Sosok guru yang penuh ketauladanan.
Pada tahun-tahun tersebut, masyarakat desa sangat menghargai guru sebagai pendidik di desa. Setiap hari para siswa membersihkan halamannya sendiri. Kehadiran para guru di desa telah membawa semangat perubahan untuk anak-anak sekitarnya.
Sepenggal memori di atas, menjadi menarik kita refleksikan para pendidik memiliki komitmen moril untuk mendidik siswa-siswanya. Mereka yang telah memberikan semua energinya untuk melahirkan siswa yang disiplin dan memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya. Dan memberikan darma baktinya untuk melahirkan siswa-siswa yang berkarakter kuat.
Ketekunan pak Milkan untuk mendidik siswa-siswanya menjadikan sekolah ini mendapat kemajuan tinggi pada masanya. Sekolah ini telah hadir menjadi sekolah berkembang cukup maju di desa tersebut.
Pak Milkan telah hadir di tengah sisiwa untuk memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya di tengah keterbatasan fasilitas sekolah. Siswa-siswa pun memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti pendidikan, Siswa yang berdatangan dari berbagai kampung setiap paginya, melewati persawahan. Mereka berdatangan sekalipun hujan sedang turun dengan derasnya.
Semangat sekolah para anak-anak desa sangat tinggi waktu itu. Prof.Sodjiarto (1989) bahkan menemukan bahwa peranan guru di kelas harus diubah, bukan sebagai pemberi ceramah, yaitu guru hendaknya lebih mengutamakan kemampuan merencanakan, mengelola dan mengawasi terjadinya pembelajaran.
Bahkan model “pemberi cermah” ini pernah dikritik Paulo Friere, sebagai model pendidikan gaya bank, keranjang sampah, yang mengurangi perkembangan potensi-potensi siswa secara lebih luas.
Saat ini para pendidik menghadapi kehidupan sosial yang padat dengan media sosial. Dunia digital menjadikan semua serba sangat cepat dan sangat mudah mengaksesnya. Per-orang dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan,teknologi dan budaya, kata Alfin Toffler ahli futurologi, semua orang jadi wartawan, pada bukunya, The Third Waves.
Semakin komplesknya perkembangan kehidupan masyarakat membawa pengaruh terhadap lingkungan sekolah. Masalah-masalah peribadi siswa di keluarga atau di tengah masyarakat memberi dampak pada pencapaian prestasi siswa. Sehingga siswa yang datang ke sekolah tidak lepas dari apa yang terjadi pada lingkungan keluarga atau pun pribadinya.
Kondisi ini tentu merupakan bagian penting yang harus dipahami seorang guru terhadap diri siswa. Untuk itulah para pendidik dituntut untuk mengetahui latar belakang siswa agar dapat dibina potensinya secara maksimal. Guru tidak lagi memberikan informasi secara sepihak terhadap anak didik tetapi dituntut untuk menciptakan suasana agar anak dapat berkembang secara maksimal.
Guru Yang “Ngangeni ”
John Goodlad (dlm. Prof.Suyanto, 2001) melakukan penelitian dengan publikasi penelitian Behind The Classroom Door menemukan bahwa kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh siapa pendidiknya, manakala guru sudah memasuki ruang kelas serta pintu kelas tertutup, maka kehidupan kelas akan menjadi wewenang dan tanggung jawab guru.
Guru merupakan sosok penting yang mewarnai suasana keriangan sisawa di ruang kelas. Apakah guru merdidik siswa-siswa untuk bergembira atau tidak? Guru yang “Ngangeni” memberi ruang hati selalu ramah dengan pola tingkah laku siswa. Akrab dengan apa yang disenanginya di sekolah..
Guru yang “Ngangeni” menjadi tambatan hati siswa, yang lebih memerankan diri sebagai sahabat bermain di sekolah. Memberilan peran yang merasuk hati siswa untuk lebih dekat, lebih akrab pada jegiatan-kegiatan sekolah. Guru menjadi idola para siswa yang inspiratifdan memantulkan energi untuk berkegiatan di sekolah dengan penuh kegembiraan.
Pendidik membuat siswa didiknya senang bertemu, ber sama-sama untuk mengurai permaian sekolah. Ia membawa irama siswa dalam emosi yang tidak menegangkan, tapi menarik siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang ngangeni, sehingga talenta-talenta dasar dapat tampak sejak sekolah dasar.
Guru yang “Ngangeni” yaitu guru yang mengembangkan pembelajaran yang Deep Learning, guru menstimulasi agar siswa aktif pada pembelajarannya. Menciptakan suasana rekreatif sehingga siswa menajdi tumbuh berkembang kecerdasan, emosi dan kinestetiknya.
Guru membuat mata pelajaran menjadi menyenangkan, joyfulland learning, dan anak didik merasa tanpa terbebani apapun dari gurunya.
Pelajaran mengitung juga dikreasikan dalam permainan yang menarik emosinya dan motoriknya. Guru yang membuka ruang hati yang selaus-luasnya bagi semua emosi siswanya agar terbentuk menjadi karakter yang positif pada keidupan sehari-harinya.
Mengapa guru yang “Ngangeni”? karena melalui respon inilah siswa menjadi bibit yang tumbuh kembang pada ekosistem pembelajaran berdaya tarik tinggi serta memanamkan laku penjiwaan yang terkenang sepanjang masa, yang bisa mengaitkan diri siswa pada masa dewasanya kelak. Itulah sebabya saat dimana tokoh-tokoh dunia selalu bercerita tentang masa kecilnya, masa yang sangat menguatkan, “deep learning-deep memoriable”.
Masa kecilnya Bung Karno, Bung Hatta, Nelson Mandela, Mahatma Ghandi dan Abraham Lincoln juga sangat intens dengan masa-masa usia sekolah dasarnya. Guru yang “Ngangeni” pasti dirindu siswanya dan banyak orang. Mencintai sepenuh jiwanya.
*) Ketua Prodi Magister Pendidikan Dasar FKIP UNRAM dan Ketua ISMAPI NTB
Siaga Darurat Bencana NTB 2024, Komitmen Lindungi Masyarakat
Sebagai daerah rawan bencana mulai bencana alam, gempa bumi, banjir, longsor, Pemprov NTB harus selalu siaga darurat bencana
MATARAM.LombokJournal.com ~ Apel siaga darurat bencana yang dilakukan Pemprov NTB untuk mengecek kesiapsiagaan penanggulangan bencana Provinsi NTB. Hal itu merupakan komitmen Pemprov NTB untuk melindungi masyarakat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si, menyampaikan itu saat menjadi inspektur upacara apel siaga darurat bencana tahun 2024, di Lapangan Umum Taman Sangkareang Mataram, Senin (25/11/24).
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kita untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu di wilayah NTB ini,” ujarnya.
Menurutnya, Provinsi NTB merupakan daerah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana. Mulai dari bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, longsor, hingga potensi bencana vulkanik maupun bencana non-alam. Karena itu diperlukan kordinasi kesiapan atau siaga darurat bencana menghadapi dampak bencana.
NTB sering menghadapi berbagai tantangan tersebut sehingga memerlukan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana di daerah NTB.
“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa NTB merupakan daerah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana. Karena itu saya mengajak seluruh komponen masyarakat, baik pemerintah, swasta, maupun komunitas untuk berkolaborasi dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menghadapi potensi bencana di wilayah kita ini,” tambah Miq Gita.
Miq Gita juga menekankan Pemprov NTB bukan hanya berfokus pada kesiapan fisik namun juga kesiapan mental dan emosional dalam memberikan pertolongan dan melaksanakan tugas-tugas penanggulangan bencana.
“Saat ini kita tidak hanya berfokus pada siaga darurat bencana sebatas kesiapan fisik. Tapi juga kesiapan mental dan emosional dalam memberikan pertolongan kepada masyarakat ketika terjadi bencana.” tegasnya.
Sebelum memulai apel dirinya memeriksa dan mengecek kesiapsiagaan penanggulangan bencana yang terdiri dari kendaraan, tenda, peralatan memasak, dan toilet.
Peserta apel terdiri dari Komandan Korem 162/WB, Danlanut, Danlanal, Kalat BPBD, Pejabat Utama Pemprov NTB, ASN Lingkup NTB, para relawan, dan pers. pnd/opk
Perguruan Tinggi : From Passengers To Be Drivers
Di berbagai perguruan tinggi tanpa disadari yang terjadi justru pembentukan manusia-manusia ‘passenger’
Catatan Manajemen ” Agus K. Saputra
lombokjournal.com ~Perguruan tinggi atau universitas memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, perguruan tinggi bertanggung jawab menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Selain itu, perguruan tinggi juga berperan sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berkontribusipada kemajuan masyarakat.
Diskusi hangat pun muncul terkait luaran perguruan tinggi. Kubu yang satu beranggapan bahwa perguruan tinggi seharusnya menciptakan calon-calon peneliti. Di kubu lain beranggapan bahwa seharusnya menciptakan mahasiswa yang siap kerja.
Catatan berikutnya akan mengedepankan tentang visi perguruan tinggi. Utamanya dalam menciptakan mahasiswa yang siap kerja sebagaimana “diinginkan” dunia usaha. Sumber catatan ini berasal dari buku Rhenald Kasali berjudul “Self Driving” (2014, hal xi-xiii).
Saya masih ingat di salah satu gedung, kolega saya mengajak kami merumuskan visi-visi universitas. Pada gilirannya, saya menjelaskan perbedaan antara driver dengan passenger untuk menjelaskan “seperti inilah rata-rata mahasiswa Indonesia” dan “seperti inilah yang ingin kita bangun”.
Maksud saya, dunia usaha menghendaki manusia-manusia berkarakter driver yang berkompetensi, namun juga cekatan, gesit, berinisiatif, dan kreatif. Namun, di berbagai perguruan tinggi tanpa disadari yang terjadi justru pembentukan manusia-manusia passenger.
Kaum muda cenderung pandai, namun outputnya adalah manusia-manusia penumpang yang sering saya temui di dalam angkot atau bus kota. Fokusnya adalah buku teks, yaitu memindahkan pengetahuan dari buku teks ke kertas ujian. Jadi pintar itu adalah pintar kertas, dan sarjananya sangat mungkin menjadi sarjana kertas.
Ditambah dengan model pendidikan dasar yang membiasakan siswa menghafal sambil melipat tangan dan duduk manis di bangkunya, maka terbentuklah generasi pasif yang mengakibatkan mereka kalah dengan anak-anak muda yang tak bersekolah tinggi namun memilih merantau ke luar negeri menjadi buruh migran (TKI).
Anak-anak sekolah terisolasi dari lingkungannya yang dinamis. Sedangkan para TKI yang tak sekolah tinggi dipaksa lingkungan berpikir kritis menghadapi dunia baru yang sangat menuntut. Mereka melatih kegesitan, belajar dari kehidupan.
Akibat pendidikan yang demikian, kita melihat fenomena passenger yang sangat menonjol dalam kalangan terdidik. Lalu saat menjalani peran sebagai eksekutif muda, mereka menjalani kehidupan rutin sehingga dikendalikan oleh autopilot-nya yang terprogram rapi, cenderung menghindari risiko.
Bahkan di bangku kehidupannya, mereka boleh mengantuk atau tertidur. Sementara bagi seorang manusia driver, jangankan tertidur, mengantuk saja tidak boleh.
Dari dialog itulah kemudian muncul visi universitas, yang kalimat akhirnya menjadi begini: “Creating graduates from ‘passengers’ to ‘drivers’ in their lives, organization, and new ventures”.
“I love that idea,” ujar salah satu utusan kampus Amerika itu. Untuk itulah visi-misi kami dihubungkan dengan pemikiran itu.
Saya jadi teringat dengan pidato saya di depan para wisudawan di University Pierre Mendez, Grenoble Prancis (28 Juni 2012) yang juga saya beri judul “Be A Driver”. Entah mengapa, setelah itu puluhan mahasiswa dari Tiongkok dan India berebutan foto dengan saya.
Saya menduga, tiba-tiba saja mereka tersentuh dari lamunan bahwa selama ini mereka dipersiapkan menjadi driver untuk memajukan perekonomian bangsanya.
Bayangkan, tanpa diberi ruang untuk komplain, “bar” (atau target) mereka terus dinaikkan oleh atasan dan perusahaan mereka, sehingga tak ada waktu bagi mereka untuk duduk diam. Ibaratnya, kalau tak berenang, napas mereka ada di dalam air.
Mereka dipaksa berenang, mengayuh, dan berlari cepat. Persis seperti ucapan mendiang Syekh Mohammad Al-Mahtum yang meletakkan dasar-dasar perubahan di Dubai. “Kita ini seperti rusa di padang sabana yang dikelilingi harimau-harimau yang siap memangsa. Kalau tidak bisa lari lebih kencang, maka kita akan menjadi mangsa mereka.”
Tetapi mengubah mentalitas memang bukan perkara mudah. Namun, bukankah pendidikan diberikan untuk mengubah manusia?
Maksud saya untuk menghidupkan simpul-simpul berpikir mereka agar kelak mampu berpikir dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan secara mandiri. Dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi hanya akan hidup kalau ditanam dalam jiwa-jiwa yang siap menghadapi tantangan.
Pertanyaannya, bagaimana melatihnya? Sudah tepatkah cara-cara yang dilakukan pusat-pusat pelatihan dan learning center yang dikelola perusahaan-perusahaan nasional? Apakah dengan memberikan ilmu berupa pengetahuan manajerial mereka otomatis akan mendapatkan kompetensi?
Memperbarui cara berpikir, melatih kembali SDM, membersihkannya dari benang-benang kusut, ini tentu tantangan besar bagi Indonesia yang kita cintai. Sebab ketika kita gagal mengemudikan “kendaraan” yang kita sebut sebagai “self” itu, bukan cuma satu dua orang akan menjadi beban bagi lainnya. Melainkan, pudarlah keunggulan daya saing bangsa ini.
Ketika negeri ini memanggil, maka sesungguhnya tak ada seorang pun yang boleh menolaknya. Kendati demikian, Indonesia membutuhkan figur-figur yang bukan cuma pandai di atas kertas, tetapi juga gesit, dan cepat bertindak. ***
#AKUAIR-Perumnas Ampenan, 25-11-2024
Awardee Beasiswa Diharapkan Berkontribusi untuk NTB
Saat pelepasan 24 Awardee Beasiswa NTB ke AIU Malaysia, Pj Gubernur NTB berharap mahasiswa itu berkontrinusi berkelanjutan untuk NTB
MATARAM.LombokJournal.com ~ Penjabat (Pj) Gubernur NTB Hassanudin berharap kepada Awardee Beasiswa NTB sebaran luar negeri Albukhary Internation Univercity (AIU) Malaysia bisa menjadi agen perubahan.
“Kita berharap kepada 24 Awardee Beasiswa AIU Malaysia bisa menjadi agen perubahan,” kata Pj Gubernur NTB saat memberikan sambutan pada acara pelepasan Awarde Beasiswa NTB tujuan AIU Malaysia, Minggu (24/11/2024).
Pj Gubernur NTB memberikan apreasiasi kepada mahasiswa NTB. Ia berharap kepada 5635 penerima beasiswa dalam negeri dan 755 penerima beasiswa luar negeri agar bisa memberikan konstribusi yang berkelanjutan untuk NTB.
“Selamat, balas beasiswa NTB ini dengan kontribusi positif untuk NTB yang berkelanjutan,” tuturnya.
Selain itu, Hassanudin yang doktor manajemen itu juga menyatakan penerima beasiswa sebaran dari berbagai negara. Menurutnya, laki-laki maupun perempuan adalah investasi NTB.
“Promosikan tentang hebatnya NTB dengan komunikasi tentang wisata, kuliner dan produk NTB, agar orang di luar sana tahu tentang bagaimana NTB. Sekolah yang baik, penentu masa depan kita adalah kita sendiri, bukan orang lain,” tandasnya.
Mantan Pj Gubernur Sumut tersebut, berpesan agar berbakti kepada kedua orang tua dan tak lupa beribadah. Semua yang didapatkan hari ini adalah do’a dari orang tua.
Acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama dengan 24 Awardee Beasiswa, tujuan AIU Malaysia. uba/dyd
Alat Peraga Kampanye Dibersihkan Jelang Pilkada
NTB telah siap menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), ditandai dengan aksi bersih-bersih alat peraga kampanye di acara Car Free Day di Jalan Udayana, Mataram
MATARAM.LombokJournal.com ~ Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) melalui Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum menggelar aksi bersih bersih Alat Peraga Kampanye.
Kegiatan bersih-bersin alat peraga kampanye itu dalam rangkaian HUT Korpri ke 53 dan HUT NTB ke 66, dalam tahapan masa tenang Pilkada, di kawasan Car Free Day jalan Udayana Mataram, Minggu (24/11/24).
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik, Dr Najamudin Amy, mewakili mengatakan aksi ini dilakukan serentak di seluruh kabupaten/ kota.
” Ini dilakukan untuk memberikan rasa nyaman dan tenang bagi masyarakat sebelum mencoblos pada hari Rabu tanggal 27 Nopember mendatang,” katanya.
Ditambahkannya, selain melakukan aksi bersih-bersih itu, masyarakat yang hadir di CFD Udayana diharapkan dapat meningkatkan partisipasi politiknya dengan sosialisasi dan himbauan yang dilakukan para stakeholder Pemilu hari ini.
Sementara Ketua Bawaslu, Itratip mengingatkan agar masyarakat mendatangi Tempat Pemungutas Suara (TPS) di lingkungan masing masing.
“Datang ke TPS dan hak pilih jangan digunakan untuk politik transaksional karena suara kita menentukan masa depan kita lima tahun kedepan,” tegasnya.
Hadir pula para Kepala OPD, Sekwan DPRD, para Direktur RS dan beberapa perwakilan Forkopimda bergerak bersama menyusuri jalan Udayana sampai ke bundaran lama.