Sering Meng-Update Status Bersama Pasangan Romantis, Menunjukkan Rendah Diri

Status di Faccebook mengungkapkan kepribadian seseorang. Ini hasil penelitian Psikolog di Brunel University London yang mengamati pengguna Facebook, meneliti karakter kepribadian serta motivasi seseorang memilih topik statusnya.

Orang-orang yang memposting pembaruan (updates) statusnya di Facebook bersama pasangan romantisnya, (kemungkinan) besar ia mengidap rendah diri. Peneitian soal ini berdasarkan data yang dikumpulkan dari 555 pengguna Facebook yang mengisi survei online.

Orang yang narsis sering mengupdate prestasi mereka, pendeknya segala sesuatu yang dibanggakannya.
Orang yang narsis sering mengupdate prestasi mereka, pendeknya segala sesuatu yang dibanggakannya.

Penelitian tersebut mengukur karakter kepribadian seseorang yang digolongan ‘Big Five’ (lima golongan besar); apakah seseorng termasuk  ekstrovert (orientasi keluar), neurotisisme (problem kejiwaan), keterbukaan, keramahan dan kesadaran — serta harga diri dan narsisme

Narsistik

Mereka  yang memposting statusnya tentang diet dan olahraga, dan membanggakan serta membual prestasinya biasanya termasuk narsisistik. Narsis merupakan istilah untuk gangguan psikologis, dimana seseorang mendapatkan kenikmatan dari kekaguman orang terhadap dirinya. Untuk memperoleh kenikmatan dari kekagman orang banyak, ia cenderung membual

Orang yang narsis sering mengupdate prestasi mereka, pendeknya segala sesuatu  yang dibanggakannya. Dan berharap orang bisa berdecak kagum.Orang yang narsistik menginginkan perhatian dan pengakuan dari komunitas Facebook.

Mereka sangat menikmati saat statusnya menerima banyak ‘like’ dan komentar.  Dan mereka bisa menyombongkan diri karena diperkuat oleh perhatian yang mereka butuhkan.

Mereka yang memposting status sedang di gym atau latihan olahraga termasuk yang narsis,  dan memanfaatkan Facebook untuk menayangkan penampilan fisiknya.

Tapi bagi yang lebih banyak mengupdate statusnya tentang anak-anak mereka, golongan ini termasuk yang punya ‘Kesadaran’ dan tanggung jawab keluarga. Orang yang mempunyai ‘kesadaran’ lebih besar, akan mengupdate statusnya  untuk mencegah topik yang dirasakan teman-temannya lebih menghibur dan mencegah topik yang mengganggu atau menimbulkan ketidaksukaan orang lain.

Dosen psikologi Dr Tara Marshall, dari Brunel University London, mengatakan: “Ini mungkin menjadi kejutan kecil tentang update status di Facebook mencerminkan karakter kepribadian seseorang.”

Namun demikian, penting memahami kenapa orang harus menulis tentang topik-topik tertentu di Facebook. Karena ketika seseorang mengupdate statusnya, masing-masing orang  mereka berbeda-berbeda dalam menghargai  ‘like’ dan komentar.

Orang yang menerima banyak “like” dan komentar cenderung menikmati manfaat dari inklusi sosial, sedangkan mereka yang menerima tidak merasa dikucilkan.

“Meskipun hasil kami menunjukkan bahwa bualan orang narsisistik terbayar karena menerima banyak ‘like’dan komentar statusnya.  Bisa jadi teman-teman Facebook mereka melakukan itu semata-mata  dengan sopan memberi dukungan. Mungkin saja diam-diam tidak menyukai orang egois seperti itu,” kata DR Tara..

Tim peneliti mengatakan, akan melakukan studi lebih lanjut untuk meneliti respons orang tentang topik status tertentu, termasuk apakah topik tersebut bisa membawa resiko lebih besar untuk di-‘unfriend’.

Rayne Qu

Sumber :  Bruneu University London.




106 Ton Gading Dimusnahkan di Kenya

Oleh Brianna Acuesta; trueactivist.com

Pemerintah Kenya bersikap tegas terhadap perdagangan gading ilegal, Sabtu (30/4), dengan menyita dan membakar 106 ton gading yang berasal dari gading gajah dan cula badak. Tumpukan gading itu dikatakan terbesar yang pernah musnahkan.

Pemusnahan gading; seharusnya tidak bernilai komersial
Pemusnahan gading; seharusnya tidak bernilai komersial

Uhuru Kenyatta, Presiden Kenya mengatakan, “Saatnya telah tiba, kita harus mengambil sikap tegas … Kenya menyatakan bahwa bagi kita gading tidak ada harganya, kecuali bagi gajah kami.”

Pernyataan Kenyatta mengundang kontroversi, karena beberapa negara mengatakan bahwa gading sebanyak itu bisa dijual sekitar $ 150 juta. Dan uang itu bisa digunakan ntuk membiayai pengembangan dan perlindungan satwa liar.

Lebih lanjut kritik itu juga menyebutkan, korupsi dan lemahnya pengamanan perbatasan Kenya memungkinkan berlanjutnya perdagangan gading ilegal. Dan membakar gading tak merubah sindikat internasional untuk terus memanfaatkan kelemahan Kenya.

Terhadap kritik itu, Presiden Uhuru langsung menanggap, keputusannya untuk memusnahkan gading gajah dan cula badak itu menunjukkan pada dunia bahwa gading seharusnya tidak bernilai komersial.

Satu ton gading diperoleh dari pembantaian lebih 8.000 gajah dan 343 badak. Karena orang percaya, gading dibutuhkan untuk produk seni yang spesial. Afrika merupakan wilayah perdagangan gading karena besarnya (tapi telah jauh berkurang) populasi gajah dan badak Afrika yang sebenarnya terancam punah. Tahun 1970-an, Afrika memiliki 1,3 juta gajah, tapi saat ini jumlah itu menurun drasti hanya 500.000.

Kenyatta membakar 11 onggok kayu saat pembakaran gading hari Sabtu sore. Dibutuhkan 20.000 liter bahan bakar jet dan oksigen untuk pembakaran itu. Robin Hollister, pelaksana acara pembakaran itu berkata, tak diketahui berapa waktu dibutuhkan untuk membakar sebanyak 106 ton gading itu. Karena memang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Kenya akan mendesak Afrika secara resmi, melarang perdagangan gading di Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka akhir tahun ini.

Roman Emsyair

TrueActivist.com




Gerakan “Sastra Pinggiran”, dari Kota Yang Dihimpit Kemiskinan

Kota Paling Berbahaya di Brasil, Menjadi Pusat Gerakan Puisi.

Kathleen McCaul |

SAO PAOLO, BRASIL

Kita bisa membayangkan kota besar dengan mayoritas penduduknya yang dihimpit kemiskinan. Sao Paolo di Brasil, seperti umumnya kota besar di negara sedang berkembang, kota yang dipadati pemukim urban.  Tapi siapa menduga, dari Kota Sao Paolo tumbuh gerakan sastra

Di kota ini banyak terdapat pemukiman kumuh, gang-gang perkampungan dan sudut-sudut jalan di kota tempat tongkrongan para pelaku kriminal. Ini gambaran jejak jutaan imigran pencari kerja yang memadati kota selama beberapa dekade terakhir.

Sao Paolo yang padat; pemukiman kumuh, gang-gang perkampungan dan sudut-sudut jalan di kota tempat tongkrongan para penjahat
Sao Paolo yang padat; pemukiman kumuh, gang-gang perkampungan dan sudut-sudut jalan di kota tempat tongkrongan para penjahat

Mereka membangun tempat tinggal mereka sendiri, semau gue, di pinggiran kota. Lingkungan yang semula tanpa fasilitas air bersih, listrik, dan apalagi fasilitas pembuangan limbah selayaknya. Itu berlangsung selama bertahun-tahun. Tak mengherankan, dari lingkungan ini berkembang beragam kejahatan dan kekerasan.

Kota ini pernah diterpa berbagai masalah yang datang silih berganti. Banjir yang hebat dan tanah longsor. Permukiman yang semrawut dengan jalan perkampungan tanpa aspal yang penuh lubang.

Pernah pemerintah Brasil membuat proyek perumahan untuk memperbaiki pemukiman masyarakat miskin. Tapi tak lama kemudian, tetap menjadi pemukiman kumuh. Sampai tahun 2000-an sangat sedikit ruang terbuka hijau. Tidak ada ruang untuk pohon-pohon di jalan-jalan yang sempit dengan bangunan rumah berhimpitan.

“Banyak pengangguran di kota. Situasi sulit ini hanya menghasilkan kekerasan,” jelas Mauricio Feijo, Urbanis yang bekerja di pinggiran Sao Paulo.

Penduduk setempat menyebut lingkungannya sebagai ‘pinggiran’ (margin), istilah untuk komunitasnya adalah ‘kaum pinggiran’ (The Margin).  Di Brazil, ‘pinggiran’ juga identik sebagai pelaku kriminal, dan orang-orang pinggiran sering diberi label seperti itu karena kenyataannya, dari wilayah yang sulit dan miskin itu memang melahirkan banyak tindak kejahatan.

Barangkali aneh bagi orang luar, justru dari lingkungan penuh kejahatan itu lahir gerakan sastra, yaitu “Sastra Pinggiran” atau sastra dari ‘kaum pinggiran’. Para penulis sastra yang berasal dari lingkungan keras itu berusaha mengubah persepsi buruk lingkungannya.

Berasal dari pinggiran dan bisa bertahan hidup, serta mencipta di tengah situasi kemiskinan dan ketidakadilan, kata mereka, merupakan pengalaman yang heroik.

Botol Bir, Penonton dan Penyair

Salah satu daerah di Sao Paolo ada daerah atau distrik – seperti kecamatan atau kelurahan — yang mempunyai sejarah paling ganas dibandingkan daerah pinggiran lainnya. Daerah itu namanya Jardim Angela, terletak di bagian selatan kota. Sepanjang tahun 2000-an,  daerah  Jardim Angela memiliki catatan kasus pembunuhan tertinggi  dibanding semua lingkungan di Sao Paulo. Antara Januari dan Agustus. tahun 2014, tercatat 31 pembunuhan.

Penyair dan performer foto bareng usai Sarau jangan Binho ; lebih menyerupai sebuah bazar daripada pertemuan antar penulis [Foto; Kathleen McCaul / Al Jazeera]
Penyair dan performer foto bareng usai Sarau jangan Binho ; lebih menyerupai sebuah bazar daripada pertemuan antar penulis [Foto; Kathleen McCaul / Al Jazeera]
Kalau datang di daerah ini, di pintu gerbang masuk akan ditemui sebuah bar, namanya Bar do Ze. Di bar yang juga biasa digunakan tempak menenggak bir ini, dikenal sebagai markas ‘sastra pinggiran’ (Literatura Marginal).

Kalau memasuki bar ini, pertama-tama akan terlihat, seperti umumnya tempat tongkrongan minum di Sao Paulo; meja bir dari kayu, ada piala sepak bola dipajang di rak, dijual  roti bakar keju untuk cemilan. Krat bir menumpuk, selain  telah disiapkan di botol dalam kulkas. Cuaca di Jardim Angela selalu panas, karena itu penduduk lokal menyukai bir dingin.

Memang tidak seperti biasanya, bar ini mempunyai perpustakaan cukup luas. Di perpstakaan itu ada buku-buku tentang gramatika atau tata bahasa dan revolusi seksual, terjemahan dari karya Leo Tolstoy dan Darwin.  Novel usang Brasil ditaruh berjejer dengan beberapa buku karya pemikir besar dunia; Montaigne, Kant, Descartes dan Hegel.

Bar do Ze adalah bar yang menyelenggarakan acara puisi Cooperifa tiap Selasa malam. Semacam acara musik regular, di Warjack di Mataram yang berangsung tiap Selasa malam.

Namun acara bincang-bincang dan baca sastra di Bar do Ze,  rasanya bukan seperti acara diskusi sastra yang diikuti penulis yang mukanya selalu mengkerut. Lebih menyerupai sebuah bazar daripada pertemuan antar penulis. Orang-orang dari penjuru Jardim Angela datang.  Mereka berkerumun di beberapa sudut seputar bar,  keluar masuk dari bar, berseliweran jalan. Secara tiba-tiba muncul menjual popcorn, atau lapak yang membka jasa meramal mimpi, dan bermuncul penjaja perhiasan lokal mirip jualan akik dan sejenisnya.

Di dalam bar,  para penyair dan pengunjung duduk bercampur baur di sekitar meja yang penuh dengan botol bir. Seorang pria tua berambut putih dengan jenggot panjang,  membaca puisi tentang Backlands. Pria mengenakan topi baseball yang biasa dipakai remaja, bercelana jeans baggy dan kaos sepak bola.

Dua wanita tua dengan  blus ketat putih yang rapi, rambut mereka diikat kepang, duduk, bibirnya komat kamit konsentrasi membaca sebuah puisi pendek, mirip karya ‘haiku’. Perempuan muda mendengarkan pembacaan puisi itu bersama balita dan menyuapinya dengan ‘escondido’, spesialisasi hidangan bar berupa daging kering dan kentang tumbuk.

Remaja usia sekolah dengan memanggul ransel, menunggu untuk mendukung teman mereka yang sedang bersiap di depan mike. Seperti semua orang, anak itu  bersorak ketika menuju ke depan bar.  “Ayo bung,” katanya. “Kita bisa melakukan yang lebih baik. Kita berbeda. Kita adalah Favela!” Ramai terdengar teriakan dan sorak-sorai.

Puisi-puisi yang dibacakan di sini sering membawa tema kekerasan, urusan dengan aparat kepolisian, keluarga dan obat-obatan terlarang. Nyata sekali ada rasa kebanggaan ketika mereka menyimak sastra yang terinspirasi dari lingkungan mereka sendiri.

Seorang performer sedang membaca puisi dengan kemasan hip hop yang memikat masyarakat setempat
Seorang performer sedang membaca puisi dengan kemasan hip hop yang memikat masyarakat setempat [Foto; Kathleen McCaul / Al Jazeera]
Ermildo Panzo, seorang penyair dari Angola, yang telah berkeliling seluruh Afrika dan Amerika Latin, mengatakan, ini adalah pertama kalinya ia melihat kegembiraan dalam satu acara puisi di benua itu.

“Aku pernah ke Panama, Cancun, Kuba. Peristiwa seperti ini tidak pernah ada. Puisi adalah sesuatu yang ‘tertutup’, hanya diminati sekelompok kecil penulis. Tapi disini, malam ini, mereka sangat antsias dan gembira,” ia menjelaskan.

Panzo percaya, seperti halnya irama musik Samba, peristiwa puisi di Sao Paulo yang disebutnya ‘ saraus’,  itu dipengaruhi sejarah Afrika. Puisi yang menjadi respon terhadap penindasan,  yang berakar pada masa perbudakan.

“Orang-orang yang meninggalkan Afrika datang ke Brazil, dipekerjakan sebagai budak  di perkebunan tebu.  Pada saat senggang, mereka berkumpul membentuk lingkaran, salah satu maju akan bercerita pengalaman menyedihkan yang dialaminya. Kemudian masing-masing bergiliran maju dan bercerita, dan seterusnya,” katanya.

Pendiri gerakan kontemporer “Marginal Literatura” (Sastra Kaum Pinggiran) di Sao Paulo ini sering dikatakan sebagai novelis dan aktivis. Penulis yang biasa dipanggil Ferrez ini, novel pertamanya Capao Pecado, diterbitkan pada tahun 2001. Novel itu menggunakan bahasa jalanan yang dipengaruhi hip-hop, menceritakan kehidupan keras masyarakat lingkungannya. Dan karyanya itu memenangkan penghargaan dari kritikus serta disukai penduduk setempat.

Biasanya ia dapat ditemui di kampunya Capao Redondo, tidak jauh dari Bar do Ze.  Ia membuka toko yang didedikasikan untuk ‘kaum pinggiran’ dengan menjual berbagai mode yang disukai kalangan pinggiran; seperti topi pelatih baseball, atau T-shirt dengan tulisan  ‘Aku cinta Capao Redondo’.

Mengenakan kaus, celana jeans dan topi baseball, Ferrez tampak seperti umumnya penduduk lokal. Sebelumnya, kehadirannya sebagai penulis sempat jadi sasaran ejekan masyarakat selama bertahun-tahun.

Awalnya, orang-orang  lingkungannya menolaknya.  Mereka melempari batu ketika mereka melihat Ferrez berjalan dengan buku di tangan. Dari tahun 1995 sampai tahun 2000 ia bekerja keras agar diakui masyarakat.  “Saya tunjukkan tulisan saya kepada orang-orang di sini. Mereka terkejut ada seorang penulis di lingkungan mereka. Orang disini terus menertawakan saya,” tutur Ferrez.

“Aku Menulis Sastra Kaum Pinggiran”

Kalau sekarang berjalan di Capao Redondo, Ferrez disambut hangat. Buku-bukunya banyak dibaca, dan dia menjadi tokoh dihormati di lingkungannya. Di luar itu, ia diundang berbagai lokakarya termasuk di sekolah. Menurutnya, sukses yang diraihnya karena pembacanya dapat mengidentifikasi dirinya dalam karya yang ditulisnya.

Ferraz dan putrinya saat makan siang di Capao Redondo [Kathleen McCaul / Al Jazeera]
Ferraz dan putrinya saat makan siang di Capao Redondo [Kathleen McCaul / Al Jazeera]
“Waktu masih muda, saya mengunjungi toko buku bekas, sayangnya tidak pernah kutemukan buku yang bicara tentang masalah yang kita hadapi sehari-hari, seperti pengemudi sepeda motor yang mabuk dan menabrak mobil, kisah kencan dengan gadis, ” katanya.

Ferrez menulis peristiwa sehari-hari, dan orang-orang menemukan dirinya dalam buku yang ditulisnya. Dan pembacanya berpikir, “Oh, itu seperti saya – bertemu cewek bercengkerama di taman, bukannya sebuah hotel.”

Ia menuturkan, kebanyakan sastra Brasil hanya pura-pura dan penuh fantasi. Saya pusing membaca buku yang mengisahkan kehidupan di pantai Copacabana, misalnya. Bagaimana orang di sini mampu mendapatkan uang untuk membeli tiket pesawat terbang dan tinggal di pantai Copacabana di mana tarif hotelnya 5.000 real sehari? Bukan masyarakat tidak mempunyai minat baca, masalahnya mereka tidak menemukan apa pun yang berbicara tentang kehidupan mereka, tambahnya.

Ketika diwawancarai tentang buku pertamanya, saat Ferrez mulai mengenalkan kredo “Sastra Pinggiran” (Literatura Margina). “Orang-orang bertanya, anda penulis kontemporer? Kujawab, tidak. Saya menulis sastra yang terinspirasi masyarakat pinggiran,” katanya.

Istilah itu menguat, kemudian mulai banyak penulis yang menyebut dirinya juga penulis “Sastra Pinggiran”. “Kami menerbitkan majalah sastra untuk masyarakat pinggiran dengan gambar dan desain keren, untuk menarik perhatian orang-orang yang belum pernah membacanya.”

Kelompok penulis pinggiran yang mengekspresikan kombinasi kebanggaan, kemarahan dan pengamatan kehidupan di jalan-jalan pinggiran itu, telah mencapai popularitasnya. ‘Saraus ‘ dalam bentuk karya sastra itu berlangsung tiap malam minggu, di seluruh kota, dengan kemasan menjadi tontonan yang memikat.

Penyair Dirceu Villa mengakui tidak bisa menyaingi acara itu. “Jika saya membuat acara di pusat Sao Paulo, kalau saya beruntung paling banyak akan dihadiri enam orang. Cobalah pergi ke daerah pinggiran itu, pembacaan puisi yang dikemas itu akan dihadiri lebih dari 300 orang,” katanya.

Saat ini sudah ada sebuah toko buku yang didedikasikan sepenuhnya untuk “Sastra Kaum Pinggiran” yang dikelola penulis Alessandro Buzo. Pada malam tertentu di toko bukunya, Terpidana dari Pinggiran Kota (Suburban Convict), dipertunjjkan pembacaan puisi dengan kemasan bersama pemain bass dan drummer yang dikunjungi kerumunan wisatawan, penduduk setempat dan termasuk penulis berdedikasi.

Luar biasanya, untuk suatu acara malam puisi, kebanyakan penonton di toko buku itu adalah pemuda, dengan pakaian jins baggy dan topi baseball, beberapa di antaranya berambut gimbal dengan berkaos oblong Bob Marley.

Seorang mantan tahanan mengungkapkan, bagaimana ia membawakan puisi ke dalam penjara, dan efek positifnya para pemuda dalam penjara itu merasa puisi itu bicara tentang mereka.

Buzo mempunyai pembawaan ceria, pria karismatik meski ia adalah mantan pecandu narkoba. Ia menegaskan, sastra pinggiran telah mereformasinya dan puisi pinggiran menarik kalangan muda di jalanan karena sangat ‘dekat’ ke hip-hop dan kelompok-kelompok lokal seperti MC Racionais. Melalui musik yang mengiringi pembacaan puisi, mendorong Buzo terinspirasi untuk menulis.

“Hip-hop yang bicara tentang hidup saya. Di Brasil hip-hop merupakan protes dan lahir dari protes masyarakat, tentang politik, menyadarkan apa yang terjadi disekitarmu. Saya melakukan hal yang sama dalam sastra,” kata Buzo.

Buzo mulai berpikir tentang kereta yang ditumpanginya tiap hari. Transportasi umum itu mengerikan, tua, bising, penuh sesak. Ketika hujan bocor, air akan masuk ke dalam. Buzo  menghabiskan waktunya di kereta itu dan menulis cerita kemudian mengirimkannya ke perusahaan kereta api, tapi tidak ditanggapi. Kemudian mengirimkannya ke media. Media juga tidak menanggapi. Akhirnya ia menetak 50 eksemplar dan pergi ke kereta terakhir, membagikannya pada penumpang.

“Saya tidak berpikir mereka akan merespon baik, tapi ternyata orang-orang menyukainya. Ini berbicara tentang pengalaman mereka. Mereka berbicara tentang hal itu setelahnya, dan bertanya kenapa anda tidak menulis buku?” cerita Buzo.

Karena contoh orang-orang seperti Buzo dan Ferrez, rak-rak buku di toko “Suburban Convict” sekarang penuh buku karya penulis pinggiran. Tapi ada orang-orang pinggiran yang mengatakan masih belum mampu menulis – atau membaca – tentang pengalaman mereka sendiri. Mereka adalah adalah kalangan perempuan.

“Protagonis Kejantanan”

Elizandra Sondra, seorang penulis puisi dan wartawan. Jangkung dan masih belia, dengan senyum lebar dan rambutnya dijalin elegan. Ia baru menyunting dan merilis koleksi 22 penyair perempuan pinggiran. Menurutnya, buku itu muncul dimaksudkan membenahi bias gender dalam gerakan “Sastra Kaum Pinggiran”.

“Perempuan jarang diundang bergabung dalam diskusi puisi. Saya satu-satunya perempuan yang diundang bicara. Dan pertanyaan tentang tulisan perempuan kulit hitam, benar-benar mengganggu saya. Jadi saya mulai mengatur koleksi ini puisi perempuan hitam,” katanya.

Seorang penyanyi dan penulis lagu tampil membawakan puisi di Sarau melakukan Binho [Foto; Kathleen McCaul / Al Jazeera]
Seorang penyanyi dan penulis lagu tampil membawakan puisi di Sarau melakukan Binho [Foto; Kathleen McCaul / Al Jazeera]
Elizandra mengatakan, dalam gerakan sastra itu perempuan menghadapi dilema. Sebab sebagian besar diskusi dan pembacaan puisi berlangsung di bar. Padahal, budaya masyarakat masih menganggap tempat-tempat seperti itu hanya pantas dikunjungi laki-laki. Wanita yang berada di sekitar bar diremehkan sebagai perempuan tuna susila.

“Kami sudah membuang anggapan itu sekarang,” katanya.

Namun masih ada pertanyaan, tentang kekerasan terhadap perempuan. Perempuan pinggiran harus berjuang melawan stigma, tubuh tetap jadi obyek erotisme seperti zaman perbudakan. Tubuh perempuan kulit hitam diperlakukan tanpa kasih sayang. Ini adalah tema yang muncul dalam tulisan perempuan kulit hitam.

“Gerakan sastra kaum pinggiran memang mencoba melakukan perubahan pandangan masyarakat, tapi tetap dengan protagonis kejantanan, dan kami ingin mengubah itu,” kata Elizandra.

Rayne Qu

(sumber: Al Jazeera)




Gerakan Seniman Masuk Sekolah 2016 di Bima Sangat Diminati Siswa

BIMA – lombokjournal

Para siswa di Kota Bima sangat antusias mengiukti program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) 2016. Mengajarkan kesenian dengan muatan nilai-nilai kelokalan cepat dipahami para siswa.

Program GSMS yang dilaksanakan Dewan Kesenian Bima peluncurannya dilakukan hari Jum,at (29/4) bertempat di Aula SMA 2 Kota Bima.  Seperti direncanakan semula, 200 siswa yang terpilih untuk mengikuti dalam program itu mengikuti pembelajaran empat bidang seni yakni Seni Teater, Seni Tari, Seni Rupa dan dan Seni Musik.

Hsain Laodet; Mereka langsung menyaksikan dan merasakan bahwa seni itu menyenangkan
Husain Laodet; “Mereka langsung menyaksikan dan merasakan bahwa seni itu menyenangkan”

Ruang Aula SMA 2 Kota Bima itu dipadati pengunjung. Sebab bukan hanya para siswa yang datang, para orang tua siswa yang tertarik program itu ikut datang memadati aula.

Para seniman yang terlibat memberi materi pembelajaran, juga mendemonstrasikan masing- masing bidang seni dihadapan siswa, guru dan termasuk orang tua siswa. “Apresiasi siswa sangat luar biasa. Mereka langsung menyaksikan dan merasakan bahwa seni itu menyenangkan,” kata Ketua dewan kesenian Bima, Husain Laodet, hari Jum’at (29/4).

Seni Teater misalnya, yang semula diperkirakan masih asing, ternyata justru sangat diminati siswa SD dan SMP. Setelah pengajar mendemonstrasikan bagaimana bermain teater, dengan contoh akting, para siswa sangat berminat.

Difokuskan bisa membangun gairah siswa untuk melakukan praktik berkesenian.
Difokuskan bisa membangun gairah siswa untuk melakukan praktik berkesenian.

Komunikasi yang terjalin antara siswa dan pemateri, bisa disebut sebagai indikasi keberhasilan program tersebut. Langkah awal awal GSMS ini memang difokuskan bisa membangun gairah siswa untuk melakukan praktik berkesenian.

Dan penting dicatat, dalam materi pembelajaran materi kesenian itu penekanan pada eksplorasi nilai kearifan lokal, khususnya budaya mBojo, mempercepat proses terbangunnya komunikasi antara pemberi materi dan para siswa.

“Dalam program itu siswa dirangsang agar mampu mengeksplor jenis kesenian atau alat musik tradisional misalnya, diramu dan dipadu bersama alat musik modern. Sehingga terbentuk harmonisasi yang indah,” jelas Husain.

Dengan mendekatkan siswa dengan khasanah alat musik tradisi, budaya tradisional tidak ditinggal begitu saja oleh generasi pelajar.

Suk




Teater Dari Lombok Meramaikan ‘Cirebon Theatre Festival’.

MATARAM – lombokjournal

Menghidupkan semangat berteater tidak mudah. Namun semangat itu tidak pernah mati.  Komunitas teater dari Lombok, Samsul Fajri Nurawat (SFN) Lab, yang ikut membidani munculnya Cirebon Theatre Festival meyakini, jaringan kerja yang dibangun komunitas teater akan membuka ruang lebih luas bagi kreativitas teater.

Cirebon Theatre Festival menjadi peristiwa penting untuk diikuti, di tengah makin sepinya gerakan komunitas teater yang bisa melibatkan komunitas dari daerah lain.

Nash Jaunah Mime dari Lombok menghibur publik Cirebon
Nash Jaunah Mime dari Lombok menghibur publik Cirebon

Meski membawa gagasan besar membangun jaringan kerja teater, sebenarnya kerja komunitas teater di Cirebon itu digerakkan para pegiat teater dari kalangan pelajar.  Bahkan penanggung jawab dan penggagas festival itu, Ade Fathullah Hisyam, adalah lulusan STSI Bandung angkatan 2001.

Mengajak Seniman

Setelah Gedung Kesenian Nyimas Rara Santang Cirebon usai direnovasi tahun 2014, pemda setempat membuka kesempatan seniman yang menggarap seni pertunjukan untuk memanfaatkan gedung tersebut.

Satu-satunya gedung kesenian yang ada di Cirebon itu memang pernah menjadi tempat pertunjukan musik, tari atau teater. Sampai tahun 2010, gedung itu kemudian dianggap tidak layak menjadi tempat pertunjukan.

Itu juga menjadi salah satu penyebab merosotnnya pertunjukan teater.  Setelah gedung kesenian selesai  direnovasi tahun 2014, gagasan menyelenggarakan Cirebon Theatre Festival yang dimotori Tjaroeban Inc mulai dijalankan. “Sebelumnya tidak ada gedung yang dianggap layak,” kata Ade Fathullah Hisyam yang akrab dipanggil Bedul.

Salah satu grup teater dari Cirebon
Salah satu grup teater dari Cirebon

Penyelenggaraan festival itu mendapat sambutan baik dari Dinas Budpar dan DIrjen Kebudayaan, serta tokoh teater di Cirebon. Festival yang dimulai tahun 2015 itu diikuti 24 grup teater. Mulai yang ada di Cirebon, Majalengka, Kuningan, Indramayu, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, Jogja dan Kota Mataram.

“Putu Wijaya yang ikut monolog (meski dengan kursi roda, red) memberi dukungan, agar penyelenggara tidak patah semangat,” cerita Bedul.

Festival itu ternyata menarik minat penonton teater. Selama 10 hari pertunjukan dari berbagai kota, penonton yang dipungut bayaran Rp20 ribu untuk menonton selama festival berlangsung, cukup ramai. Untuk pertunjukan yang berlangsung sore hari, penontonnya bisa mencapai 500 orang.

“Kita bersemangat dengan besarnya sambutan penonton,” kata Bedul.

Mereka berkomitmen, agar even teater satu-satunya di Cirebon itu terus terselenggara tiap tahun. Meski panitia mengaku, subsidi yang diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta dari pemda setempat dibagi habis untuk partisipasipan festival tersebut. Bahkan sisa uang di panitia bukan dibagikan sebagai honor, tapi menjadi persiapan untuk produksi teater mereka berikutnya.

Bagi Bedul, yang penting dari festival itu bisa mempertemukan komunitas teater dari berbagai tempat. Mereka bisa bertukar informasi dan share dengan teman-teman yang belum sempat hadir.

Teater di Lapis Pinggiran

Performance SFN Labs yang disutradarai Jabo
Performance SFN Labs yang disutradarai Jabo

Samsul Fajri Nurawat yang akrab dipanggil Jabo — aktor dan sutradara teater  Lombok jebolan STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung bersama SFN Labs yang didirikannya — bisa disebut pilar yang konsisten menguatkan kehidupan teater di Lombok.  Bersama 6 orang aktor asal kampus di Mataram yang selama ini mengikuti kegiatan di SFN Labs, minggu awal bulan April (2-12 April) lalu, meramaikan ‘Cirebon Theatre Fastival’  yang berlangsung di kota Cirebon, kota asal sutradara kondang Arifien C Noer (almarhum) dan Nano Riantiarno.

“Selama ini teater masih di lapis pinggiran. Memang kalangan teater sendiri yang seharusnya menjadi penggeraknya,” kata Jabo di rumahnya yang sekaligus menjadi aktifitas SFN Labs.

Syamsul Fajri Nurawat, menjadi 'rekan diskusi' lahirnya Cirebon Theatre Festival
Syamsul Fajri Nurawat, menjadi ‘rekan diskusi’ lahirnya Cirebon Theatre Festival

Menurut Jabo, apa yang dilakukan komunitas di Cirebon itu, sebenarnya sudah pernah berlangsung di Mataram. Tapi kondisi di Cirebon bisa jadi lebih baik. Sebab pihak Disbudpar Cirebon maupun Pemprov Jawa barat, selain memberi dukungan juga sangat dekat dengan seniman teater. Bahkan Wakil gubernur jawa Barat, Dedy Miswar, sebelum acara berlangsung sempat bertandang memberi dukungan pada panitia dan anggota komunitas teater itu.

“Ada kesadaran dari komunitas teater sendiri. Kemudian pemda setempat mendukungnya dan memberi apresiasi yang sangat baik,” cerita Jabo.

 Seharusnya teman-teman komunitas teater di Mataram, khususnya pemda NTB bisa tergerak dengan penyelenggaraan festival itu. “Sayangnya, di Mataram, para seniman seperti sulit memakai gedung Taman Budaya yang sudah direnovasi,” tutur Jabo.

Ka-eS.




Presiden Ke Kota Bima Resmikan Pasar Tradisional

BIMA – lombokjournal

Presiden Joko Widodo blusukan ke Bima, Nusa Tenggara Barat (Jum’at, 29/4) untuk meresmikan pasar tradisional Amaa Hami di kota paling timur Provinsi Nusa tenggara Barat. Presiden  sempat melakukan salat Jum’at di Masjid Al Hidayah Desa Talabiu Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Rombongan presiden  tiba di Bandara Sultan Salahuddin Bima tepat pukul 12.15 dengan menumpang pesawat Angkatan Udara CN 295, disambut Bupati Bima Indah Damayanti Putri, Wakil Bupati Bima M. Dahlan.

Presiden salat Jum’at di Masjid Al Hidayah Desa Talabiu Kecamatan Woha Kabupaten Bima
Presiden salat Jum’at di Masjid Al Hidayah Desa Talabiu Kecamatan Woha Kabupaten Bima (foto: Antara)

Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi yang mendampingi presiden meresmikan pasar tradisional itu mengaku kaget mendapat kunjungan mendadak Presiden Jokowi tersebut. Namun bersyukur  atas kejutan-kejutan itu. ‘Saat pertama kunjungan kerja tahun 2015, beliau datang ke Mandalika, ‘’ ucapnya.

Pada waktu itu Jokowi menyatakan peduli terhadap Mandalika. Sekarang Mandalika sudah terwujud. Sewaktu Hari Pers Nasional, Jokowi memberikan hadiah-hadiah, ada infrastruktur yang diperintahkan langsung ke Menteri PU, dan sekarang sedang berproses Bapak Presiden. Sekarang beliau datang ke Amma Hami, Alhamdulillah, ” kata gubernur.

Gubernur sempat berkisah sejarah kunjungan pemimpin bangsa ke Bima. Tahun 1933, Bung Karno pada masa pengasingan ke Ende, menyampatkan diri menginap di Kesultanan Bima. Kemudian setelah menjadi pemimpin bangsa, pada tahun 1950 Bung karno kembali datang ke Bima. Kemudian pada tahun 1982, Presiden Soeharto berkunjung ke Desa Roi Kabupaten Bima untuk melaksanakan panen raya Gogo Rancah. Selanjutnya pada tahun 2005, Presiden SBY berkunjung ke Kabupaten Bima, untuk meresmikan Dam Pela Parado. Bulan April 2006, terakhir presiden berkunjungn ke Bima

‘’Sepuluh tahun setelah itu, tanpa disangka-sangka Presiden Jokowi berkunjung ke Bima, Alhamdulillah. Maka kita jawab kunjungan beliau dengan membangun Kota dan Kabupaten Bima, ‘’ ujar Zainul Majdi.

Jangan Kalah Dengan Mall

Di pasar Amma Hami, ribuan masyarakat memadati wilayah sekitar pasar.  Teriknya matahari tidak menyurutkan niat masyarakat Bima menyaksikan kunjungan pertama jokowi ke tanah Bima tersebut.  Jokowi tiba di lokasi peresmian pasar sekitar 13. 40 wita. Duduk paling depan di mobil anti bom tersebut, Jokowi melambaikan tangan sambil melempar senyum kepada ribuan masyarakat yang hadir.

Sewaktu meresmikan pasar Amahami, Presiden sempat berfoto selfi dengan seorang pedagang Pasar Amma Hami, Nurjannah, seorang pedagang tomat yang memiliki lapak dagang di Pasar Amma Hami di Kelurahan Dara Kecataman Rasanae Barat Kota Bima. Kesempatan tersebut didapat Nurjannah saat diminta ke depan podium oleh Jokowi. Saat itu, Nurjannah ditanya terkait aktivitas dagangnya di Amma Hammi.

Jokowi menegaskan, pasar tradisional tidak boleh kalah dengan mall yang bersih, tidak becek, tidak bau dan memiliki penataan barang dagangan yang baik. Jangan sampai pasarnya masih baru, mamun sampahnya banyak

‘’Tadi saya dibisiki Pak Walikota, pak ini pasarnya masih kurang, masih ada 500 pedagang yang belum tertampung, tadi saya langsung perintahkan menteri perdagangan untuk tambahin pasarnya biar semua bisa masuk, ‘’ kata Jokowi disambut tepuk tangan ribuan masyarakat yang hadir.

Karena itu, Jokowi berharap pasar tradisional Ammah Hami menjadi contoh swapasar pasar yang bersih, tidak bau, tidak becek dan rapi penataan barang dagangannya. ‘’Tahun depan saya lihat, saya akan ke sini lagi, ”  ujarnya.

Usai meresmikan pasari di Kota Bima, sore harinya Presiden melanjutkan kunjungan kerja ke Jayapura, Papua. Turut dalam rombongan sejumlah menteri, antara lain Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, serta Menteri Pemuda dan Olah raga Imam Nahrawi.

Suk

 

 




AGENDA

Kesepahaman Pemprov NTB dan LAPAN

MATARAM – lombokjournal

wagublapanjumat
Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin bersama Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin saat menandatangai nota kesepahaman

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jum’at (29/4) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dalam lingkup Pemanfaatan Teknologi dan data Penginderaan Jauh di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB.

Usai penandatanganan, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menjelaskan, pemanfaatan penginderaan jauh dapat digunakan untuk tata ruang, deteksi sumber daya alam, misalnya ketika digunakan di zona penangkapan ikan bagi aktivitas nelayan. Jadi nelayan tidak lagi mencari lokasi yang banyak ikannya, jadi sekarang ini seperti di daerah Indramayu. ‘’Mereka melaut untuk menangkap ikan karena sudah tahu lokasi yang banyak ikannya, ” katanya.

Wagub Muhammad Amin menyampaikan terima kasih kepada LAPAN yang telah memilih Provinsi NTB sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan penginderaan jauh untuk mendukung pembangunan. Dan penelitian dan pengembangan teknologi penginderaan jauh serta pemanfaatannya, tentunya mendukung kegiatan pembangunan di NTB.

‘’Akan diperoleh data dan informasi geospasial sebagai pelengkap dari data dan informasi non-spasial yang sudah ada saat ini,’’ ucapnya.

suk/Biro Humas dan Protokol Setda Prov NTB

Wagub Terima Rombongan BKKBN

MATARAM – lombokjournal

wagubBKKBNjumat1
Wagub Muhammad Amin saat berbincang dengan rombongan BKKBN

Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin., SH, M.Si  menerima Kunjungan Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi (ADPIN) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Abidinsyah Siregar, DHSM., M.Kes. Rombongan itu didampingi Kepala BKKBN Provinsi NTB, DR. Lalu Makripuddin., M.Si  bertempat di ruang kerja Wakil Gubernur NTB, Jum’at (29/4).

(Biro Humas dan Protokol Setda Prov NTB)




Tegakkan Disiplin, 56 PNS Pemprov NTB Diturunkan Pangkatnya

MATARAM – lombokjournal

Pimpinan harus benar-benar menegakkan disiplin dan bisa menjadi teladan bagi bawahannya. “Tanamkan kesadaran, negara memberikan fasilitas, seperti gaji suppaya kita menjalankan kewajiban sebagai ASN yang disiplin,” kata Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH, M.Si.

Wagub memberikan pengarahan itu pada apel disiplin pegawai lingkup Pemerintah Provinsi NTB di Lapangan Bumi Gora kantor Gubernur NTB, Kamis (28/4). Sebab ia memprihatinkan indisipliner pegawai di lingkup Pemprov NTB, sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) kurang memiliki tanggung jawab terhadap tugas-tugas pokok dan fungsi yang harus dijalankannya.

Berulangkali tidak masuk kerja tanpa keterangan diberikan hukuman atau sanksi berat
Berulangkali tidak masuk kerja tanpa keterangan diberikan hukuman atau sanksi berat

“Mestinya dari hari ke hari harus ada perubahan menjadi lebih baik,’’ kata Wagub.  Menurut wagub, harapan rakyat pada ASN harus bisa ditunaikan. Karena itu diingatkan pada pimpinan SKPD melakukan pendekatan humanis untuk menyadarkan bawahannya.

Diturunkan Pangkat

Dalam kesempatan apel tersebut, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Ibnu Salim

melaporkan, para pegawai  yang tergolong indisipliner, antara lain berulangkali tidak masuk kerja tanpa keterangan  diberikan hukuman atau sanksi berat. Karena berulang kali diberikan teguran lisan dan tertulis , termasuk penundaan kenaikan pangkat ternyata tidak membuat jera, akhirnya  56 orang pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diberikan sanksi penurunan pangkat.

Sekretaris Daerah Provinsi NTB Muhammad Nur, “ Disiplin adalah sadar akan tanggung jawab dan kewajiban. Perubahan diri tidak dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh Tuhan jika dia sendiri tidak mau merubahnya.”
Sekretaris Daerah Provinsi NTB Muhammad Nur, “ Disiplin adalah sadar akan tanggung jawab dan kewajiban. Perubahan diri tidak dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh Tuhan jika dia sendiri tidak mau merubahnya.”

Pemberian sanksi hukuman itu, menurut Ibnu Salim, melibatkan Tim Penegakan dan Pembinaan Pengawasan Aparatur yang berasal dari Inspektorat, Badan Kepegawaian Daerah dan Satpol PP.  Sanksi penurunan pangkat itu melalui proses dan pertimbangan yang panjang.

Suk

Sekretaris Daerah Provinsi NTB Muhammad Nur, “ Disiplin adalah sadar akan tanggung jawab dan kewajiban. Perubahan diri tidak dapat dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh Tuhan jika dia sendiri tidak mau merubahnya.”




Soal ‘Jualan Pasir Laut’; BPLHP Pro, BPSPL Mengingatkan Resikonya

MATARAM – lombokjournal

Meski isu reklamasi laut diributkan, Badan Koordinasi Penanaman Modal  dan Perizinan Terpadu BKPM – PT) NTB malah tengah memproses perizinan penambangan pasir laut di Lombok Timur.  Kalau Pihak Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BPLHP) sudah merekomendasikan penambangan, tapi Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) justru mengingatkan pemda jangan menjual murah pasir lautnya.

Kepala BPSPL Wilayah NTB, L Adrejatun bukan hanya menyebut penambangan pasir di Selat Alas itu sama halnya NTB menjual murah pasir lautnya, dengan resiko mahal di  kemudian hari. Disamping kecurigaan investor yang akan menambang itu justru mengincar kandungan besi di pasir laut, dampak penambangan itu akan ditanggung anak cucu.

"mengingatkan resiko yang akan dihadapi anak cucu
“mengingatkan resiko yang akan dihadapi anak cucu

Banyak investor yang mengajukan ijin penambangan pasir besi. “Labuhan Haji merupakan alur dari aliran material dari Gunung Rnjani,” jelas L Adrejatun seperti dikutip Suara NTB, Rabu (28/4).

Menurutnya, penambangan selama lima tahun akan mengeruhkan laut, yang diperkirakan merugikan nelayan sekitar. Belum lagi resiko tergerusnya pantai dan dalam jangka panjang akan menenggelamkan pulau-pulau kecil di sekitar Selat Alas.  “Masih banyak potensi yang ditawarkan pada investor. Seharus pemda mempertimbangkan lagi,” kata Adrejatun.

Di pihak lain, BPLHP seperti mengabaikan peringatan dari BPSPL.  Kepala BPLHP, Ir H Erpan Rayes, MM yang sudah mengeluarkan amdal penambangan itu, membantah ‘kedok’ investor yang akan menambang pasir besi. Dari berbagai kajian, menurutnya, tidak pernah muncul tentang pasir besi itu

Ia menjelaskan,  dari 1000 hektar potensi penambangan pasir laut itu dibagi dalam dua Amdal. Hanya 500 hetar untuk reklamasi Teluk Benoa yang dikaji pusat (Kementerian Lingkungan Hidup) dengan kebutuhan 30 juta kubik pasir laut. Sedang 500 hektar sisanya untuk kebutuhan di luar reklamasi Teluk Benoa yang dengan kebutuhan 20 juta meter kubik sudah diserahkan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu.

Menanggapi soal pemisahan Amdal itu, kalangan aktiivis lingkungan mengingatkan substansinya, untuk reklamasi dimana pun yang jelas pasir laut Lombok tetap akan dikeruk. “Yang kita ingatkan pada pemda, stop penambangan jutaan meter kubik pasir laut Lombok. Pertimbangan ekonomi saja, Lombok jelas rugi besar. Apalagi dari segi penyelamatan lingkungan,” kata Ahmad SH dari WALHI di Jakarta.

Suk.

 




AGENDA

Rombongan BIRU Bertemu Wagub

MATARAM – lombokjournal.com

Wagubrabuhivosrabu

Wakil Gubernur, H. Muh. Amin., SH, M. Si, di ruang kerjanya Rabu (27/4) menerima kunjungan perwakilan rombongan Program Biogas Rumah (BIRU). Program ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda. HIVOS Regional Office Southeast Asia adalah Perwakilan pihak Belanda, serta SNV sebagai penasihat teknis.

Program Biogas Rumah dimulai di NTB pada Juli 2010 hingga saat ini dan merupakan peluang bisnis bagi para petani dan masyarakat lokal di daerah. Sejak 2013, program BIRU (Biogas Rumah) yang dilaksanakan oleh Institusi lokal bernama YRE (Yayasan Rumah Energi), HIVOS dan SNV sebagai support teknis. Capaian pembangunan program ini hingga Desember 2015 berjumlah 3.365 unit yang tersebar di Kabupaten/Kota se-NTB.

Biro Humas Prov NTB)

Sekda NTB Menerima Komisi IV DPR RI

MATARAM – lombokjournal

sekdaselasa4

Sekretaris Daerah Provinsi NTB, H. Muhammad Nur, S.H., M.H menerima kunjungan kerja Drs. H. A. Budiono, M. Ed, Ketua Rombongan Komisi IV DPD RI, di Ruang Rapat Utama kantor Gubernur NTB, Selasa (26/4),

Kunjungan tersebut dalam rangka memperoleh masukan mengenai kendala dan usulan dalam pelaksanaan tindak lanjut temuan-temuan BPK. Selain itu, juga menjadi masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pengelolaan keuangan Negara.

(Biro Humas Pemprov NTB)