Kebersamaan Membangun Pertanian Bersama TNI, Berkontribusi Wujudkan Surplus Beras NTB
MATARAM – lombokjournal
Kebersamaan bersama TNI dalam pembangunan, khususnya di bidang pertanian, memberikan kontribusi besar pada surplus beras di NTB “TNI turun ke sawah sangat membantu mewujudkan kedaulatan pangan,” kata Gubernur NTB, DR TGH M Zainul Majdi.
Gubernur Majdi menyampaikan itu, saat menerima kunjungan silaturrahmi Panglima Kodam IX Udayana Mayjen TNI Kustanto Widiatmoko, di Forum Koordiasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) NTB, bupati-Walikota se-NTB serta Tokoh agama dan Tokoh Masayarakat NTB hari Kamis, (26/5) di Pendopo Gubernur NTB, Mataram. “Semua pengabdian yang lekat dengan rakyat kami ucapkan terima kasih, untuk mendukung sehingga NTB makin nyaman,” ujar Gubernur.
Sebelumnya, saat menyampaikan sambutan dalam forum tersebut, Gubernur meyampaikan ucapan selamat datang dan selamat bertugas kepada Pangdam yang pernah menjabat ajudan Presiden ke-6 RI tersebut. “Alhamdulillah kita dapat bertemu muka dan berinteraksi dengan Bapak Panglima yang baru menerima amanah, memimpin TNI AD bertugas di tiga provinsi termasuk NTB. Selamat datang semoga diberi kemudahan dalam melaksanakan tugas,” ungkap Gubernur ramah.
Selanjutnya Gubernur menjelaskan, NTB saat ini sedang giat membangun dengan dinamika semakin cepat dengan kebersamaan sebagai kunci utama keberhasilan.
Dalam kesempatan sama, Pangdam Kustanto menyatakan, menjabat Pangdam Udayana merupakan berkah dan kehormatan karena salah satu provinsi yang menjadi wilayahnya dikenal dengan Provinsi seribu masjid dengan kemajuan luar biasa.
“Capaian pembangunan NTB sangat membanggakan dengan capaian pertumbuhan ekonomi NTB kuartal pertama tahun ini yang mencapai 5,68 yang jauh di atas rata-rata Nasional,” ungkap jendral Lulusan akmil tahun 87 ini.
Disampaikan Pangdam, Kunjungan Pangdam Udayana ke NTB ini merupakan baru pertama kali dilaksanakan setelah hari ke 22 setelah dilantik pada 4 Mei 2016 lalu. Tujuannya kunjungan perdana ini dijelaskannya, untuk memastikan tupoksi satuan TNI AD di setiap tingkatan berjalan baik dan bersilaturrahmi dengan Gubernur, Pimpinan Daerah lainnya untuk menyamakan visi di tengah tantangan dan peluang yang akan dihadapi ke depan.
“Kerjasama, koordinasi, sinergi dan gotong royong sangat penting sebagai solusi. TNI siap dan ingin menjadi bagian sukses inBersama rakyat wujudkan daerah ini aman dan sejahtera” ungkapnya berkomitmen tegas.
Esoknya, Jumat (27/5/2016) pangdam diagendakan mengunjungi cetak sawah baru di Desa Rempung Lombok Timur, dan Ponpes Qomarul Huda Bagu, Lombok Tengah.
Suk
Berakhirnya Festival Pembantaian
lombokjournal.com
Tiap lima tahun, “Festival Gadhimai” berlangsung di desa Bariyapur, sebuah komunitas yang terletak di Nepal selatan dekat perbatasan India. Diadakan di Kuil Gadhimai dari Bariyapur, acara ini pada dasarnya adalah festival ‘pembantaian hewan secara terbuka’ – kerbau, ayam, kambing dan babi – dan merupakan persembahan ‘hewan kurban’ terbesar di dunia.
Menurut cerita ini, ia mulai ritual setelah dibebaskan. Ia mengumpulkan tetes darah sendiri dari lima tempat yang berbeda di tubuhnya. Setelah itu, ia melihat cahaya yang muncul di gerabah, dan sejak itu pengorbanan berdarah mulai.
Tahun 2009, festival itu dilaporkan mengorbankan 200.000 hewan dalam rentang dua hari. Ratusan ribu hewan dipenggal dengan pedang oleh anggota yang ditunjuk masyarakat. Pemenggal kepala hewan itu berharap memenggal dalam satu kali ayunan pedang. Tapi lebih sering, orang-orang itu harus mengayunkan pedangnya beberapa pukulan untuk menyelesaikan pekerjaannya,
Meskipun mendapat tekanan internasional, ternyata kemarahan publik tidak merubah tradisi itu. Namun, pada tahun 2014 The Animal Welfare Jaringan dari Nepal (AWNN) bersama relawan penciinta lingkungan local berusaha meyakinkan, kalau kebutuhannya hanya memperoleh darah hewan kurban, itu bisa dilakukan dengan membuat luka kecil di telinga hewan bukannya membantainya.
Setidaknya usaha terus menerus ini berhasil mengurangi hewan yang dikurbnankan. Dari 200.000 tahun 2009 menjadi 5.000 pada tahun 2014. Pemerintah Nepal juga tidak memberikan dana resmi untuk festival. Berbeda dengan tahun 2009, saat itu penyelenggara festival diberi dukungan 4,5 juta rupee dari Pemerintah Nepal.
Menjelang pelaksanaan festival, Pemerintah India mencegah ribuan hewan yang berusaha melintasi perbatasan dan memasuki wilayah festival. Tekanan internasional terhadap festival yang diberangi pembantaian itu makin kuat.
Anil Bhanot, melakukan gerakan melalui wacana publik. Filmmaker Gabriel Berlian memproduksi film dokumenter menampilkan Manoj Gautam, aktivis lingkungan dan hak-hak hewan muda, yang mencoba mengakhiri Festival Gadhimai dengan menggandeng gerakan relawan Nepal, pemimpin spiritual, LSM, dan pejabat pemerintah.
Ada upaya untuk menciptakan lebih banyak tekanan pada pemerintah untuk memastikan pembantaian kurban tidak pernah terjadi lagi.
Tanpa Hewan Kurban
Akhirnya, pembantaian hewan kurban dalam Festival Nepal dilarang. Mungkin ini kemenangan penccinta hewan di seluruh dunia. Penganut Kuil Nepal (Nepal Temple) pada akhir 2014 mengumumkan, pada Festival Gadhimai tahun 2019 menghentikan persembahan semua hewan kurban. Semua umat dilarang membawa binatang ke festival lima tahunan agama Hindu yang telah berlangsung selama 300 tahun terakhir.
“The Gadhimai Temple menyatakan keputusan resmi kami, untuk mengakhiri hewan kurban. Dengan bantuan Anda, kita dapat memastikan Festival Gadhimai 2019 bebas dari pertumpahan darah. Selain itu, kita dapat memastikan Festival Gadhimai 2019 adalah perayaan penting dari kehidupan”, kata pemuka Kuil Gadhimai, Ram Chandra Shah.
Keputusan itu diumumkan oleh penganut Kuil Nepal Gadhimai, setelah negosiasi ketat dan kampanye oleh Animal Welfare Jaringan Nepal (AWNN) dan Humane Society International / India. Ini kemenangan yang akan menyelamatkan nyawa hewan yang tak terhitung jumlahnya.
Dengan intervensi Mahkamah Agung India yang melarang gerakan hewan dari India ke Nepal, AWNN dan HSI / India melihat penurunan hingga 70 persen dalam jumlah hewan kurban dari pesanan 2009. Keputusan Mahkamah Agung mengakibatkan penangkapan 100 pelanggaran, dan lebih dari 2.500 hewan disita.
Awal tahun ini, menyusul kecaman terhadap pembantaian di Festival Gadhimai, panitia Kuil Gadhimai memutuskan untuk tidak lagi melakukan persembahan hewan kurban apa pun selama panen festival (Sankranti)”.
Roman Emsyair
Gubernur Jelaskan Potensi Investasi NTB ke Jepang
MATARAM – lombokjournal.com
Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi menjelaskan potensi investasi pertanian, perikanan dan kelautan pada PT SBCS Indonesia, anggota dari Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) yang bergerak di bidang konsultasi bisnis. Diharapkanbya, PT SBCS membuka dan memberikan informasi akurat terkait potensi investasi yang ada di NTB.
NTB memiliki potensi yang sedang dikembangkan, yaitu bidang pertanian, termasuk peternakan dan kelautan. “Kami memiliki produksi beras yang dijamin kentinyuitasnya. Di Kawasan Samota, terdapat potensi rumput laut dan perikanan yang besar. Selain itu, kami sedang mengembangkan pariwisata, yang juga memiliki kawasan ekonomi khusus,” ungkap Gubernur saat menerima Presiden Direktur PT SBCS Indonesia, Mr. Satoshi Oaka di Ruang Kerja Gubernur, Rabu (25/05).
Dalam pertemuan itu, Gubernur Majdi menyambut baik investor Jepang yang hendak berinvestasi di NTB. Saat ini NTB menjadi perhatian dunia karena memiliki potensi yang cukup besar untuk mendorong pembangunan daerah.
Kehadiran Mr. Satoshi Oaka menemui orang nomor satu di NTB tersebut untuk membahas dan mendapatkan gambaran terkait potensi NTB yang dapat dijadikan peluang bagi para investor atau pengusaha dari Jepang.
T SBCS Indonesia selama ini menyediakan layanan bagi investor Jepang baru dan potensial. Selama ini berusaha memberikan informasi dan saran untuk perusahaan Jepang yang mencari peluang bisnis dan ekspansi di Indonesia. PT. SBCS Indonesia selalu menyediakan informasi terbaru yang berkaitan dengan politik, ekonomi, industri dan regulasi.
Karena itu, Gubernur berharap PT. SBCS dapat membuka dan memberikan informasi akurat terkait potensi investasi di NTB. “Kami berharap ada investasi besar yang dilakukan para investor jepang, baik individual investment maupun company investment,” harap Gubernur Majdi.
Usai pertemuan, pihak PT. SBCS menjelaskan akan memfasilitasi informasi potensi daerah tersebut kepada para investor jepang. NTB dikenal dengan program Pijar-nya, yaitu, Sapi, Jagung dan Rumput Laut. Dan investor jepang sekarang banyak yang fokus untuk investasi di bidang agriculture.
“Jadi, kami memang mau lihat di NTB ini bagaimana dan kondisi aktualnya bagaimana. Kami mau lihat langsung di lapangan itu bagaimana,” ungkap Juru Bicara PT. SBCS Indonesia pada wartawan.
Di tempat sama, Kepala BKPM Provinsi NTB, Ridwansyah mengungkapkan langkah-langkah untuk mendorong para investor agar mau berinvestasi di NTB. Di Jepang, NTB dianggap sebagai tujuan investasi yang menarik. “Jepang merupakan negara yang paling besar investasinya di Indonesia. Dan untuk NTB, Jepang termasuk yang berinvestasi di Newmon,” jelasnya.
PT SBCS Indonesia selama ini juga memberi layanan pada investor meliputi konsultasi (strategi bisnis dan studi industri), bisnis yang cocok, dan masalah hukum atau regulasi di tempat tujuan investasi.
Suk
(Sumber : Biro Humas dan Protokol Setda Pemprov NTB)
Iklan Anti-Merokok; Membuat Anda Mengatakan Buruknya Kebiasaan Merokok
Orang dewasa yang merokok mulai mengatakan buruknya merokok, setelah anak-anak mendekati mereka dan meminjam korek untuk menyalakan rokok.
Sungguh, para perokok pun tahu bahwa merokok mengancam kesehatan. Tapi orang terus merokok. Sedikitnya, separuh dari para perokok akhirnya meninggal. Kebiasaan merokok mengakibatkan kematian sekitar 6 juta tiap tahun, Namun, hampir 1 miliar orang di seluruh dunia terus merokok.
“Bisa aku pinjam korek?”
Ironisnya, 80 persen mereka yang terlibat kebiasaan mahal ini, hidup di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah. Padahal beban penyakit terkait kebiasaan menghisap nikotin tembakau itu membutuhkan biaya mahal, atau menghadapi resiko kematian.
Ini tugas berat bagi para pejabat yang berwenang mengurus kesehatan, bagaimana mengingatkan betapa bahaya yang harus dihadapai para perokok. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, tembakau menyebarkan semacam ‘penyakit menular’ yang menjadi salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia yang pernah dihadapi.
Ternyata terbukti, hanya memberitahu orang-orang bahwa merokok akan membunuh diri sendiri bukanlah solusi. Itu sebabnya, lembaga Ogilvy Thailand menciptakan kampanye cerdik cerdas untuk mendorong orang dewasa berpikir tentang kebiasaan merokok.
Iklan di atas – yang dinilai sebagai ‘iklan anti-merokok paling efektif yang pernah anda lihat’ – menggunakan anak-anak untuk mengelabui perokok agar mereka (para perokok itu) menyatakan seberapa buruk kebiasaan yang selama ini dinikmatinya.
Dalam iklan itu digambarkan, beberapa anak mendekati orang yang sedang merokok di tempat umum, dan anak itu mengatakan meminjam korek. Menghadapi situasi mendadak itu, orang dewasa mulai menjelaskan kepada anak, mengapa mereka tidak boleh merokok.
“Jika kamu merokok, kamu mati lebih cepat,” satu orang mengatakan kepada seorang anak. “Apakah kamu tidak ingin hidup dan bermain dengan teman-temanmu?”
“Ketika kamu merokok kamu menderita paru-paru kanker , emfisema dan stroke,” kata yang lain.
Setelah anak-anak itu mendapat nasehat tentang bahaya merokok, mereka menyerahkan brosur dengan nomor telepon untuk panggilan tentang informasi pentingnya berhenti merokok. Bunyinya:
“Kamu mencemaskan kesehatan Saya? Tapi mengapa tidak mengkhawatirkan kesehatan diri Anda? ”
Roman Emsyair
(sumber:trueactivist)
Menyerap Keberhasilan Pembangunan dari Kabupaten Bantaeng
Studi komparasi atau studi banding Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin ke Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, memang tepat untuk menyerap keberhasilan dari Kabupaten Bantaeng yang ‘fenomenal’ melakukan lompatan besar menurunkan angka kemiskinan, pengangguran dan memompa pertumbuhan ekonomi. “Kepemimpinan, networking, bertumpu pada kekuatan lokal, dan Pemerintah Kabupaten Bantaeng fokus dalam perencanaan, merupakan kunci keberhasilan Bantaeng,” kata Kepala Bappeda Provinsi NTB, H Chairul Mahsul kepada lombokjournal.com, Rabu (25/5) sore, yang baru tiba menyertai Wagub melakukan studi banding di Bantaeng.
Belajar dari hal-hal yang bermanfaat dari kunjungan ke Kabupaten Bantaeng
Wagub H Muhammad Amin memilih Kabupaten Bantaeng untuk studi komparasi pembangunan karena kabupaten ini progresif memajukan berbagai sektor. Sebagai Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Wagub yang berkomitmen menurunkan angka kemiskinan secara progresif, melirik Bantaeng yang dalam strategi pembangunannya fokus dengan sinergitas dan koordinasi itu, berhasil mengatrol pertumbuhan ekonominya 9,5 persen.
“Bupati Bantaeng bisa memanfaat jaringannya yang luas untuk mempercepat pembangunan daerahnya. Kita bisa belajar yang baik dari mana pun. Karena itu strategi yang baik dari Bantaeng bisa diadopsi di Provinsi NTB. Saya percaya, pemimpin pemerintahan di NTB bisa belajar dari hal-hal yang bermanfaat dari kunjungan ini,” jelas Wagub melalui telpon pada lombokjournal.com, Rabu sore.
Dalam kunjungan ini, Wagub H. Muh. Amin berangkat bersama Wakil Bupati dan beberapa pimpinan SKPD se-NTB bisa menyerap perkembangan pembangunan kabupaten kecil yang merebut perhatian nasional. Para pemimpin pemerintahan di kabupaten se NTB bisa melihat langsung keberhasilan Kabupaten Bantaeng, yang pernah disebut “The Hidden Paradise” di Indonesia, karena letaknya “agak tersembunyi” (membutuhkan perjalanan darat sejauh 120 km dari Kota Makassar, atau sekitar 2,5 jam waktu tempuh dengan mobil).
Tapi sejak tahun 2008, saat Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. memimpin Bantaeng, predikat kabupaten langganan banjir ini, perlahan-lahan berubah menjadi daerah bebas banjir, bersih, dan indah. Kawasan pantai yang semua kotor dan kumuh, serta penuh semak-belukar, disulap menjadi Pantai Seruni dan Pantai Marina, dengan pusat kuliner, restoran terapung, hotel berbintang dan lapangan yang mewah dan indah, dengan fasilitas pendaratan helikopter (helipad), siap menyambut wisatawan lokal dan mancanegara.
Topografi Bantaeng berupa pegunungan, dataran dan perairan, sampai tahun 2008 memiliki masalah akut, yaitu banjir, kekeringan, dan masalah pelayanan kesehatan dasar. Selain itu, tingginya angka kemiskinan dan pengangguran menjadi pekerjaan penting mendesak yang harus diselesaikan.
Dulu saat musim hujan tiba pasti banjir. Kemudian, Pemkab Bantaeng memutuskan membangun cekdam pengendali banjir dan waduk tunggu. Dengan inovasi tersebut, bukan hanya masalah banjir teratasi,. “Sekaligus menjadi solusi bagi pengairan lahan pertanian yang sebelumnya hanya mengandalkan datangnya musim penghujan,” cerita Prof Nurdin pada tamunya dari NTB.
Keteladanan Pemimpin
Menurut Chairul Mahsul, keteladanan kepemimpinan Bupati Nurdin Abdullah bisa menjadi pembelajaran. “Pak Nurdin hanya hari Senin di kantor, selebihnya turun ke lapangan,” ujarnya.
H Chairul Mahsul; karakteristiknya sama dengan NTB
Selain sederhana dan bisa menjalin komunikasi yang baik dengan warganya, Nurdin Abdullah memang telah melakukan langkah-langkah seorang pemimpin yang banyak melakukan perubahan-perubahan. Salah satunya adalah merubah mindset dan sikap dari aparatur dan masyarakatnya, dalam tempo relatif cepat.
Tentang perubahan mindset aparatur ini bisa diambil contohnya, pembangunan Bantaeng Industrial Park seluas 3.000 Ha, tanpa pungutan sepeser pun untuk penerbitan perijinan yang tak lebih dari satu jam atau Free Licenses within one day one Stop Service. Mega proyek PMA Jepang itu berhasil menarik dana puluhan trilyun rupiah masuk dan berhasil menjadi roda raksasa penggerak perekonomian Bantaeng, dan tentu saja dapat membuka ribuan lapangan kerja baru.
Dengan mengefisienkan pegawai negeri atau Aparatur Sipil Negara (ASN), Bantaeng banyak mengurangi tenaga honor. Dan itu membuat anggaran belanja pegawai hanya sekitar 46 persen. “Di kabupaten/kota di NTB umumnya di atas 50 persen,” kata Chairul Mahsul.
Menurutnya, kemampuan memanfaatkan akses jaringan itu membuat Bantaeng banyak mendapat dukungan. “Banyak pembangunan sarana publik tanpa menggunakan APBD,” tuturnya. Bupati Nurdin Abdullah menamatkan pendidikan Master of Agriculture, dan Doctor of Agriculture dari Kyushu University, Jepang.
Nurdin Abdullah yang dalam Pilkada April 2013 yang lalu meraih 82,71 persen itu juga mendapat hibah puluhan mobil ambulans dan Damkar dari Pemerintahan Jepang. Sehingga bisa berinovasi memberikan pelayanan kesehatan dengan Brigade Siaga Rencana (BSB), yang melayani masyarakat dimana pun dan kapan pun dengan waktu respon cuma 20 menit.
Masyarakat dan sekitarnya cukup menelpon call center 113 untuk mendapatkan layanan Ambulance gratis 24 jam, dengan fasilitas dokter dan tenaga medis dan peralatan yang berstandar Internasional. Dengan inovasi itu pula, angka kematian ibu melahirkan yang semula 12 ribu per tahun, sekarang ditekan menjadi nol.
Inovasinya termasuk dalam peningkatan produksi rumput laut, jagung dan sektor perikanan kelautan. Kabupaten Bantaeng berhasil menekan angka pengangguran dari 12,21 persen (2008) menjadi hanya 2,4 persen (2015). Penurunan angka kemiskinan, dari 12,12 persen (2008) menjadi 5,89% (2015). Perekonomian daerah juga tumbuh hingga mencapai 9,5 persen (2015), angka itu berarti mengalahkan Tiongkok. Dan dan income per kapita warga Bantaeng pun naik dari sekitar Rp. 5 juta (2008) menjadi Rp. 27 juta (2015).
“Bantaeng fokus dalam perencanaan pembangunan, khususnya ketergantungan di sektor pertanian. Banyak kesamaan karakteristik antara Bantaeng dengan daerah-daerah di NTB. Pemimpin pemerintahan di daerah bisa belajar banyak dari hasil kunjungan ke Bantaeng,” pungkas Chairul Mahsul.
Ka-eS.
Kemajuan Literasi ; Tersedianya Buku ‘Tingkat Keterbacaan’nya Sesuai Jenjang Pendidikan
MATARAM – lombokjournal
Mantan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof Mahsun, menunjukkan kelemahan Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan No 13/2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Apakah kelemahan iutu? Menurutnya, Permen yang kegiatan utamanya antara lain mewajibkan siswa membaca buku non pelajaran selama 15 menit (literasi sekolah) itu, tidak ditunjang buku-buku yang menumbuhkan pemuliaan perilaku. “Permen itu mandul,” katanya.
Terbitnya Permen itu memang tak ditopang infra struktur, yakni penyediaan buku-buku bacaan yang menumbuhkan pemuliaan perilaku. Menteri Dikbud, Anis Baswedan, bahkan tidak memikirkan seandainya membutuhkan buku-buku yang berisi tokoh-tokoh yang mempunyai karakter mulia, dimana harus memperolehnya. Khususnya untuk menunjang kegiatan literasi sekolah.
Prof Mahsun; penyediaan buku-buku bacaan yang menumbuhkan pemuliaan perilaku
Kelemahan ini menimbulkan masalah di beberapa tempat. Misalnya di Surabaya yang telah menetapkan diri sebagai “Kota Literasi”. Tiap sekolah di Kota Pahlawan itu bersemangat membangun ‘pojok perpustakaan’. Untuk mengatasi kekurangan buku, pihak sekolah meminta sumbangan buku dari orang tua siswa.
Ketika buku-buku terkumpul, siapa akan menyeleksi buku-buku tersebut? Memang banyak cerita-cerita lokal, bagaimana kalau terbukti banyak ditemui buku-buku cerita dengan bahasa tak senonoh?
Demikian juga yang terjadi di Aceh, yang mencoba meniru apa yang telah dilakukan sekolah-sekolah di Surabaya. Pihak sekolah juga meminta sumbangan buku dari orang tua. Sayangnya, di Aceh sangat sedikit toko buku yang menyediakan buku-buku yang sesuai dengan misi penumbuhan budi pekerti. “Sumbangan buku yang terkumpul lebih banyak komik yang sama sekali tidak sesuai dengan misi penumbuhan budi pekerti,” kata Mahsun.
Kelemahan serupa berlangsung terus, hingga pihak Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Apa yang terjadi? Misi yang diemban adalah menumbuhkan budi pekerti, namun buku yang diwajibkan untuk dibaca siswa ternyata adalah “buku pengayaan” (penunjang mata pelajaran).
“Setiap kegiatan harus ada indikator pencapaiannya. Kegiatan literasi sekolah harus mengutamakan kemajuan dan pengembangan kemampuan membaca dan menulis,” kata Mahsun. Itulah sebabnya, ia mengatakan Permen Dikbud itu mandul.
Tingkat Keterbacaan
Kegiatan literasi memang bertujuan menumbuhkan motivasi agar siswa bergairah membaca dan menulis. Dalam konteks penumbuhan budi pekerti, misalnya siswa diwajibkan membaca buku cerita lokal yang mempunyai pesan pemuliaan perilaku. Kemudian siswa yang bersangkutan diwajibkan untuk mereproduksi kembali (menceritakan dengan bahasanya sendiri) hasil bacaannya.
Namun dalam kegiatan literasi sekolah, siswa tidak sekedar asal dibiasakan membaca buku. Buku-buku yang wajib dibaca siswa adalah buku yang ‘tingkat keterbacaannya’ sesuai jenjang pendidikan siswa. Menurut Prof Mahsun, yang dimaksud ‘tingkat keterbacaan’ sesuai kebutuhan siswa itu mencakup dua hal, yakni segi kebahasaan dan substansi isinya.
“Kalau seorang ibu membacakan cerita untuk anaknya yang kelas 3 SD, harus tersedia buku yang bahasa maupun isinya benar-benar sesuai dengan jenjang pemahaman anaknya,” kata Mahsun mencontohkan.
Pengalaman Prof Mahsun sebagai Tim Pengarah Pengembangan Kurikulum 2013, memang sangat ketat dalam penentuan standar buku-buku wajib. Sebagai anggota Tim Pengarah itu, Mahsun berperanan dalam menilai standar kompetensi lulusan (SKL). Ia juga menilai buku-buku yang disusun Tim Inti. “Waktu itu kita harus ketat, karena itu banyak penulis yang harus diganti karena tidak memenuhi standar,” katanya.
Karena itu, dengan program ‘provinsi literasi’, tim yang dipimpinnya tengah mengembangkan buku iterasi sekolah, dengan penulisan kembali cerita-cerita lokal yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Selain itu juga melatih guru-guru agar kegiatan literatur sekolah dapat berlangsung.
Prof Mahsun dengan Institut Riset Nusantara yang didirikannya juga menyiapkan penyediaan buku yang ‘tingkat keterbacaannya” disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Juga termasuk merancang agar sekolah siap melakukan kegiatan literasi sekolah.
Kemajuan literasi perlu diupayakan, mengingat siswa Indonesia hanya 1,5 persen yang memiliki kemampuan memahami bahan bacaan yang memerlukan pemikiran. Contohnya, kalau siswa diberi soal biasanya bisa menjawab cepat kalau jawaban itu terdapat dalam bahan yang dibacanya. Kalau harus menyimpulkan sendiri isi bacaannya, kemampuannya masih rendah. Ini juga tercermin dari penelitian PICA, kemajuan literasi di Indonesia masih menempati urutan 64 dari 65 negara yang diteliti.
Sebagai pakar bahasa, Mahsun juga mengkritik pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2006. Dalam kurikulum 2006, pelajaran bahasa tidak mendorong kemampuan berpikir, tapi hanya mempelajari penguasaan ‘bentuk bahasa’.
“Kurikulum 2013 saat ini yang mengembangkan kemampuan berpikir,” kata Prof Mahsun yang memimpin Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa sejak tahun 2012 hingga bulan Desember 2015.
Penetapan NTB sebagai ‘Provinsi Literasi Tahun 2016’ memang tak lepas dari masukan Prof Mahsun. Hal terpenting dari program itu, untuk mendorong kemampuan berpikir siswa. “Siswa kita kemampuan berpikirnya rendah, karena terbiasa menghafal,” katanya.
Seperti biasa, pria kelahiran 1959 di Jereweh, Sumbawa itu selalu bersemangat. Mahsun optimis, dengan potensi yang dimiliki NTB, program provinsi literasi ini akan menjadikan NTB sebagai model penyelenggaraan kegiatan literasi sekolah secara nasional.
Ka-eS.
,
Petani Kayangan Marah, Membakar Proyek Perpipaan Air Bersih Lokok Lempanas
LOMBOK UTARA – lombokjournal.com
Berkali-kali mengadu tak ada tanggapan, akhirnya petani Kayangan bergerak. Menjelang siang, hari ini (Senin, 23/5), sekitar seribu orang petani dan pemuda dari berbagai desa di Kecamatan Kayangan mendatangi lokasi pembangunan Perpipaan Air Bersih Lokok Lempanas di Desa Senjajak. Mereka membakar pipa air dan bak penampungan yang belum selesai pengerjaannya.
Tak ada yang bisa menghalangi aksi petani itu. Mereka bergerak dari Kecamatan Kayangan sekitar pukul 09.00 wita, dengan mengendarai sepeda motor. Kabarnya, Camat Kayangan, Tresnahadi, sempat menghubungi beberapa orang agar masa bisa diajak berunding untuk menemukan solusi terbaik. Tapi para petani itu mengaku tak sabar, karena sudah beberapa kali memberi peringatan tapi pihak pemerintah setempat tak merespon.
Waktu tiba di lokasi penumpukan pipa dan pembangunan bak air di Desa Senjajak, mereka langsung mencari sampah dan daun kering. Setelah mengumpulkan bahan yang mudah terbakar dan menaruh di atas tumpukan pipa paralon dan bak penampungan yang sedang dalam pengerjaan, mereka menyulutnya dengan api. Di tempat itu memang sejak pagi sudah kelihatan aparat kepolisian berjaga, namun tak bisa mencegah karena petani yang tampak emosi itu jumlahnya banyak.
“Kita sudah memperingatkan baik-baik, supaya proyek tidak diteruskan. Tapi sekarang mereka sengaja membuat petani marah,” kata seseorang yang ikut menyulut api.
Menurut catatan Lombok Journal, insiden kemarahan petani itu hampir terjadi beberapa waktu sebelumnya. Waktu itu, hari Minggu (8/5) siang, sekitar 30 anggota P3A (Persatuan Petani Pemakai Air) Kecamatan Kayangan yang didampingi pengurus P3A dan tokoh masyarakat setempat itu sempat memperingati buruh agar menghentikan pekerjaan. Mereka berusaha menemui bos yang punya proyek tapi tidak ada. Mandor lapangan pun tidak bisa ditemui. Jadi mereka bicara langsung dengan buruh. Waktu itu mereka sempat mengusir sebuah truk yang datang mengangkut pipa.
Menurut informasi, setelah kejadian itu mereka berusaha menyampaikan ke pemda melalui Wakil Bupati, Sarifuddin, yang juga berasal dari Kecamatan Kayangan. Namun jawaban yang diterima, proyek itu akan terus berjalan karena merupakan proyek dari pusat.
Dua hari sebelumnya, Sabtu (21/5) para petani berkumpul untuk merundingkan langkah yang akan diambil. Sebab mereka sudah berusaha menemui Camat Kayangan tapi tidak ketemu, dan Sekcam yang menemui mereka tak bisa memberi penjelasan.
Dalam pertemuan itu, yang juga melibatkan kelompok pemuda, disepakati untuk menyampaikan surat pada pemda setempat. Isinya, masyarakat petani pengguna air minta agar proyek perpipaan dihentikan. Tapi Hari Senin, masa bertindak spontan melakukan pembakaran di lokasi proyek di Senjajak.
Debit Air Berkurang
Petani anggota P3A tak bisa menerima proyek perpipaan Air Bersih Lokok Lempanas itu karena merupakan sumber air utama Dam Santong. Daerah irigasi Santong mengairi persawahan dikelola P3A untuk petani se Kecamatan Kayangan seluas lebih 2000 ha lebih dari 3000 subak.
Areal persawahan di Kecamatan Kayangan yang terluas di seluruh Lombok Utara. Saat ini petani cemas, karena debit air Dam Santong terus menyusut. Kadang debitnya hanya mencapai 400 liter per detik. Padahal untuk mengairi 2000 ha persawahan membutuhkan sekitar 3600 liter per detik. Sering terjadi, saat air kurang terjadi konflik antar petani.
Saat musim tanam polowijo MK3, pihak P3A dan Juru Pengairan harus memaksa subak air untuk mengosongkan (bro) sebagian sawahnya karena keadaan air tidak cukup. Dengan adanya proyek perpipaan itu, kekurangan air bagi petani makin parah.
Suk
‘Gerakan Bersih Lingkungan’ di Pemenang; Warga Berdaya, Bisa Jadi Contoh Pemda
PEMENANG – lombokjournal.com
Gerakan ‘bersih lingkungan’ di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara ini benar benar membersihkan lingkungan kumuh. Inisiatif membersihkan lokasi kumuh dan lokasi pembuangan sampah datang dari masyarakat, mengajak Dinas Kebersihan pemda setempat, mengubahnya menjadi taman bunga.
Sore sekitar pukul 16.00 Wita, hari Minggu (22/5) seluruh lapisan masyarakat Pemenang bergerak . Sedikitnya 100 orang dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari komunitas-komunitas, sekolah-sekolah, aparatur desa, Kepala Dusun dan warga se Kecamatan Pemenang,
Hari itu masyarakat melaksanakan apa yang dinamakan “program Seribu Bunga Seribu Cinta Untuk Pemenang”. Mereka menyebar membentuk kelompok-kelompok , fokusnya menyerbu tempat kumuh dan kotor. Kemudian dalam beberapa saat menyulapnya menjadi taman. Tentu saja, kegiatan serentak warga yang peduli ini menyedot perhatian. Sebab lokasi yang dibersihkan dan dijadikan taman untuk gerakan awal ini adalah tempat pembuangan sampah di Pasar Pemenang.
Selain datang membawa alat-alat kebersihan, mereka menenteng bunga, menggotong batu, membawa air minum, melawan bau sampah yang menyengat. “Setelah membersihkan ramai-ramai, kemudian tempat itu ditanami bunga,” tutur Muhammad Sibawaihi dari Komunitas Pasir Putih, yang menggagas aksi bersih lingkungan tersebut.
Aksi tahap awal itu, setidak memberi bukti bahwa masyarakat Pemenang peduli dengan kebersihan lingkungannya. Mereka tidak perlu menunggu pemda untuk menjadi “sadar wisata”. Sebab sebagai ‘pintu gerbang’ ke tiga gili yang terkenal lingkungan Pemenang harus selalu bersih.
Aksi itu selain melibatkan OSIS SMKN 1 Pemenang, SMAN 1 Pemenang, Komunitas Gerbong Toea, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, termasuk SDN 3 Pemenang, dengan dukungan warga Karang Subagan, Karang Bedil, dan warga Dusun Tebango. Ini membuktikan rasa persatuan dan kentalnya persaudaraan masyarakat Pemenang.
“Begini, jika masyarakat bergerak. Tumpukan sampah dibersihkan dan dijadikan taman bunga,” kata Muhammad Gozali, Direktur Pasir Putih, yang juga tampak di tengah tumpukan sampah dan ikut menanam bunga.
Tunggu aksi masyarakat Pemenang berikutnya, dalam program “Seribu Bunga Seribu Cinta Untuk Pemenang” dilokasi yang lain. Hari Minggu, tanggal 22 Mei 2016, menjadi catatan penting tentang gerakan “bersih lingkungan” masyarakat Kecamatan Pemenang.
Diskusi Dilanjutkan Aksi Nyata
Kegiatan ‘SERIBU BUNGA SERIBU CINTA UNTUK PEMENANG’ yang diinisiasi warga untuk memberdayakan kekuatan warga sendiri ini, beberapa komunitas yang peduli terhadap lingkungan dan kebersihan di Pemenang sebagai gerbang pariwisata Lombok Utara.
Bulan April lalu, setelah diskusi dan mensosialisasikan kegiatan itu, dilanjutkan mengajak wargamenyumbang bunga jenis apa pun tapi diutamakan yang tahan panas. Dengan menyumbang bunga, masyarakat diajak ikut memiliki, karena bunga itu milik masyarakat sendiri.
Menariknya, kegiatan itu didasari keinginan menumbuhkan rasa kepercayaan diri masyarakat bahwa mereka melakukan sesuatu karena memang mempunyai kekuatan berdaya guna. “Salah kalau menilai bahwa masyarakat tidak bedaya. Kita ingin membuktikan sebaliknya,” ujar Sibawaihi.
Pada hari Jumat (20/5), di sekretarian yayasan Pasir Putih dilakukan koordinasi yang dihadiri Komunitas GerbongToea, Dinas Kebersihan Lombok Utara, SDN 3 Pemenang, KepalaDusun Karang Bedil, dan elemen masyarakat lainnya. Dalam pertemuan itu dibicarakan teknis pembuatan taman di Pasar Pemenang, yaitu jalan menuju Tebango.
Dalam pertemuan itulah menjadi agenda pelaksanaan program Seribu Bunga Seribu CInta Untuk Pemenang. Semua pihak menyepakati program itu menjadi agenda rutin.
Suk
Zakaria, Pelestari Rudat dari Terengan
lombokjournal.com
Sanggar Seni Rudat dan Mekayat (membaca syair hikayat, Sasak) juga memiliki visi besar. Di rumah Zakaria, tempat latihan sanggar Panca Pesona, terpampang spanduk yang menjelaskan visi sanggar itu, “Menciptakan manusia yang kreatif dan inovatif, dan kritis serta melestarikan budaya leluhur yang islami.”
Zakaria dengan pedang peninggalan tentara Jepang
Entah sejak kapan seni tari Rudat masuk ke Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Menurut Zakaria (42), warga Dusun Terengan, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, seni Rudat dan membaca syair hikayat (masyarakat setempat biasa menyebut mekayat) sudah dimainkan dan digemari di dusunnya sejak jaman Belanda.
Waktu kecil, Zakaria masih ingat bagaimana kakek dan bapaknya sangat bersemangat memainkan Rudat. Dan di sanggar Rudat di Dusuin Terengan salah satu properti yang dimiliki adalah sebilah pedang peninggalan tentara Jepang.
Hingga kini, seni Rudat (tiap main di dusun-dusun dibarengi pertunjukan Kemidi Rudat, drama tradisi yang banyak menyisipkan humor) masih menjadi pertunjukan rakyat yang digemari di Desa Pemenang Timur. Tiap ada hajatan pernikahan atau sunatan di berbagai dusun di Pememang Timur, seni Rudat menjadi hiburan utama.
Bahkan sekitar tiga tahun silam, seni Rudat menjadi tontonan terfavorit di Desa Teniga, Kecamatan Tanjung. “Kalau saya main di Teniga, selalu saya dijemput dan pulangnya diantar ramai-ramai masyarakat Teniga,” cerita Zakaria, hari Sabtu (21/5), mengenang saat-saat menyenangkan sebagai aktor Kemidi Rudat.
Zakaria kini memimpin organisasi yang membina Rudat, Panca Pesona, yang rutin mengadakan latihan bersama 32 orang anggotanya, perempuan dan laki-laki, sebagian besar remaja dan pemuda Dusun Terengan. Di Dusun Terengan, wadah organisasi Rudat baru terbentuk sekitar tahun 1990-an, sebelumnya meski tanpa organisasi formal, kegiatan Rudat sudah ramai.
Menurutya, Rudat digemari selain merupakan pertunjukan yang akrab dengan masyarakatnya, menghibur dengan nyanyi dan tarian serta banyak diselingi humor, seni itu membawa pesan agama yang kental. Khusus di Terengan, masyarakat percaya bahwa jidur Rudat bertuah. Ada ungaoan di masyarakat kalau saat musim orang sakit, “itu mau dirudatkan” maksudnya untuk mengusir bala harus diadakan pertunjukan Rudat. “Mungkin ini hanya sugesti. Tapi ada buktinya. Karena itu kalau jarang ada Rudat, pasti ada saja yang sakit,” cerita Zakaria.
Zakaria punya pengalaman, tahun 2014 waktu mengikuti festival di KODAM Udayana, Bali, ia terserang tipes parah, tapi ia memaksa diri tetap tampil. “Saya ingat sejarah Jendral Sudirman, yang ditandu tapi tetap bergerilya,” kenangnya. Akhirnya aia bisa main, dan setelah itu langsung sehat.
Syiar Agama
Ada 32 pesan dalam lagu yang dibawakan Rudat. Salah satunya tentang nasehat pada penontonnya, bahwa manusia penuh kelemahan, sering melakukan dosa. Karena itu, manusia dianjurkan selalu mengucapkan istiqfar. “Segala sesuatu bersifat fana, yang kekal abadi adalah zat Allah yang Maha Rahman,” ujar Zakaria mengutip terjemahan ayat Al Qur’an.
Lagu-lagu dalam seni Rudat diambil dari kitab Al Barzanji, yang dirubah ke dalam bahasa Melayu. Dalam lagu-lagu yang dinyanyikan, diajarkan perilaku hidup yang seharusnya dijalani kaum muslim. Ini tercermin dalam susunan atau struktur pertunjukan Rudat, yang dimulai dengan salam pembukaan selamat datang (salam). Tiap pertemuan sesama muslim, menurutnya, harus saling mengucapkan salam.
Kemudian baris berbaris dalam Rudat, bermakna tiap melakukan apa pun harus dengan persiapan yang matang. Baru memasuki permainan inti, yang nyanyiannya menyampaikan pesan-pesan moral yang disesuaikan dengan publiknya (dicari lagu agar pesan yang disampaikan sesuai dengan penontonnya).
Waktu tampil di Saman Summit tahun 2012 di Jakarta, Rudat dari Dusun Terengan ini menyanyikan lagu-agu yang menggambarkan masyarakat tradisi Lombok Utara yang banyak bermukim di wilayah pegunungan dan perbukitan, karena itu harus pandai-pandai menjaga keutuhan budayanya. Rudat Terengan tampil bersama 18 grup kesenian dari 9 provinsi seluruh Indonesia, setelah disurvey DR Endo Suwanda, mempunyai ‘kedekatan’ dengan Tari Saman
Dalam tarian Rudat diakhiri dengan baris berbaris, ini bermakna persiapan menghadapi kehidupan setelah mati. “Lillahi masyarikiha wa magharibiha. Dari masryik ujung timur mulai matahari terbit, sampai magrib saat matahari tenggelam, semua kehidupan semata-mata di dalam kekuasaan Allah, itu pesan tarian Rudat seperti dituturkan Zakaria.
“Orang tua tidak pernah menyampaikan pesan seperti ini. Tapi saya menafsirkan filosofi seni rudat seperti itu,” kata Zakaria, ayah dua putra yang sejak kelas 4 SD sudah bermain Rudat.
Bagi Zakaria, tetap setia menjaga kelestarian seni Rudat merupakan kewajiban memelihara tradisi leluhur yang bersumber dari ajaran Islam. Seni Rudat seperti halnya mekayat (membaca syair hikayat) merupakan media pendidikan moral yang harus terus dihidupkan. Dalam seni membaca syair hikayat, Zakaria pernah menjadi pembaca terbaik Syair Hikayat yang diselenggarakan RRI Mataram tahun 1995.
“Rudat dan mekayat itu bisa diakukan di rumah duka atau hajatan pernikahan. Ada pesan agama yang disampaikan melalui kesenian,” kata Zakaria tamatan SMP yang pada Israj Miraj baru-baru ini banyak memenuhi undangan mekayat hingga ke Mataram.
Pesan moral agama tak mesti disampaikan dengan cara ceramah. Seperti Wali Songo yang mengajarkan Islam melalui seni wayang dan gamelan, Zakaria juga percaya kesenian juga media efektif menjadi sarana syiar Islam.
Prestasi Rudat Dusun Terengan;
Juara III Tari Kreasi Rudat Tingkat Kodam Udayana 2014
Juara I Festival Rudat se Pulau Lombok Juara II 2013 dan 2014 juara 1
Juara I Kreasi Tari Tradisi KODIM Lobar 1602 dan Korem Wirabhakti tahun 2014
Juara Harapan III Kreasi Tari Tradisi Kodam Udayana yang diikuti peserta dari Bali, NTB dan
Sanggar Rudat yang aktif di Lombok Utara saat ini ada di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Desa Lokok Rangan, Kecamatan Kayangan, Desa Krakas, kecamatan Gangga, masing-masing desa ada satu grup Rudat. Sedang di Kecamatan Pemenang ada tiga grup, masing-masing di Desa Pemenang TImur (Dusun terengan 3 grup, Desa Pemenang Barat (Dusun Telaga Wareng 1 grup), dan Desa Malaka (Duun Mentigi 1 grup dan Dusun Pandanan 1 grup)
Suk
Mantra Ardhana ‘Seniman Paling berpengaruh’ di NTB
MATARAM – lombokjournal
Perupa Mantra Ardhana, yang mendedikasikan seluruh waktunya untuk kesenian, dinilai sebagai ‘seniman paling berpengaruh’ di Nusa Tenggara Barat (NTB) versi TV swasta. “Selain dedikasinya, konsep Mantra tentang karya seni sangat kuat dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata Hamdani, koresponden NET TV Jakarta, saat pengambilan gambar proses kreatif Mantra di rumah yang sekaligus menjadi studionya di Cakranegara, Sabtu (21/5).
Pilihan figur ‘paling berpengaruh’ yang dilakukan NET TV Jakarta di tiap provinsi memang tidak terbatas di kalangan seniman. Dari 27 provinsi se Indonesia (tidak seluruh provinsi) pilihan figur yang paling berpengaruh itu mulai dari kepala daerah, pengusaha maupun tokoh masyarakat lainnya. Selain berkontribusi bagi masyarakatnya sesuai bidang masing-masing, pilihan itu juga menyasar figur yang mempunyai ‘keunikan’ .
Sebagai perupa, Mantra memang sangat menonjol di NTB. Ia telah mendapat pengakuan nasional bahkan internasional. Bulan April lalu, pameran Mantra di Kalkuta, India, mendapat perhatian luas dari publik seni rupa serta kalangan kritisi. Di India ia disebut sebagai “salah satu seniman kontemporer Indonesia paling menarik”. Mantra yang juga ‘melukis dengan bunyi’ itu, kini sedang menyiapkan pamerannya yang kedua di Kalkuta.
Karya-karya Mantra — yang menyelesaikan studi seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja — termasuk musiknya, merefleksikan identitas etnik Lombok. Namun ia sekaligus membenamkan identitas itu ke dalam aksen kegelisahan kontemporer dari kehidupan modern, seperti kemajuan teknologi dan multikulturalisme. Lukisan-lukisannya mernghadirkan psikis manusia neo-postmodern.
Nina Saxer, yang menjadi kurator karya-karya Mantra di Kalkuta mengatakan, Mantra adalah seniman yang berdedikasi dan bersemangat. “Mantra telah bekerja sangat keras untuk mengasah keterampilan, gaya dan konsep Organic Mind yang sudah diendapkannya sejak tahun 2010,” katanya.
Tentang konsep Organic Mind, Nina menjelaskan, melalui karya visual kontemporernya Mantra hendak mengungkapkan bahwa sebagai manusia tak mesti meninggalkan akal alamiah kita. Kemudian tenggelam dalam konsumerisme dan terpengaruh media. “Mantra menyampaikan pesan, agar kita untuk tidak melupakan keterampilan organik kita, termasuk pikiran dan perasaan yang organic,” katanya. Ini sisi keunikan Mantra
Di rumah yang merangkap studio Mantra itu kerap menjadi tempat berkumpul para seniman. Karena Mantra dikenal mempunyai kepedulian memajukan kehidupan seni, dan mudah berkolaborasi dengan seniman lainnya. “Saya ingin lebih banyak berkolaborasi dengan seniman lain,” kata Mantra.
Profil Mantra akan ditayangkan bersama figur paling berpengaruh dari seluruh Indonesia di NET TV, pada ulang tahun ke 3 TV swasta tersebut, tanggal 29 Mei mendatang.