Pertunjukan “Energi Bangun Pagi Bahagia”; Ocehan Politik Dan Lain-lain

MATARAM – lombokjournal.com

Ibu dan ayah kami mempunyai tanah, air dan udara/Rumah untuk kita semua. Rumah untuk merdeka/Apakah kita akan bahagia di

(Siapa yang Mengajarimu Bahagia?)

Kutipan puisi yang berjudul ‘Siapa Yang Mengajarimu Bahagia”? (Kumpulan Puisi “Energi Bangun Pagi Bahagia”, Andy Sri Wahyudi, 2016) seperti pertanyaan dari pertunjukan teater sekitar 60 menit, yang berlangsung di lapangan rumput, Taman Budaya NTB, Selasa (10/1) malam. Naskah pertunjukan itu — sama dengan judul buku kumpulan puisi  yang diluncurkan sehari sebelumnya — disutradarai oleh penulisnya, Andi Sri Wahyudi

Pertunjukan itu pelakunya tiga remaja jalanan, Bas (Andy Sri Wahyudi, Frank  (Dinarto Ayub Marandhi a.k.a Odon, Bob (Yudhi Becak), ditambah Gadis Pembaca Puisi (Jovanka Edwina Dameria Ametaprima).

Ini impresi dari dunia dari jalanan. Tentang momen penting jaman ‘pancaroba’ saat  Soeharto, yang biasa meninabobokan rakyatnya untuk membanggakan tanah airnya, dilengserkan rakyat yang menuntut reformasi. Seperti sketsa sebuah narasi besar tentang perubahan dari bangsa besar,  yang disampaikan melalui celotehan remaja jalanan.

Apakah momen kejatuhan penguasa yang mengangkangi kekuasaannya lebih dari 30 tahun itu penting? Bagi anak-anak jalanan, yang sibuk membangun dunia kecilnya sendiri, peristiwa “reformasi” tak lebih sebuah album foto. “Seperti acara ulang tahun atau pesta kebun yang menjadi sebuah kenangan berdebu dalam album foto,” jelas Andy tentang pertunjukannya.

Mereka berceloteh tentang politik, gerakan mahasiswa, tokoh-tokoh reformasi yang cakar-cakaran setelah berhasil menyingkirkan penguasa lama, atau pemimpin yang satu persatu disindirnya. Misalnya, ada pemimpin di republik ini, “yang selama 10 tahun memimpin hanya plonga-plongo seperti kerbau,” celoteh Frank.

Dunia jalanan yang memandang hidup penuh ketidaksengajaan itu, membicarakan politik tidak lebih penting dengan obrolan dengan seorang gadis yang mengaku kehilangan miliknya. Yang penting, “lain kali jangan kehilangan harga dirimu,” celetuk tokoh Bas.

Seperti puisi-puisinya, Andy menuliskan naskah drama dan menyuguhan pertunjukannya dengan ringan dan segar. Mungkin itu dunia batin Andy, meski berkeluh kesah dan menyampaikan sumpah serapah menanggapi situasi sekelilingnya, tetap dengan semangat menyampaikan pesan bahagia.

Hidup penuh ketidaksengajaan, termasuk meraih bahagia seperti dalam pandangan orang- orang jalanan, mungkin bernada absurditas. Karena itu, meski ringan dan segar, Andy mengaku tak terpengaruh Gandrik-nya Butet Kertarajasa.

“Dalam menulis naskah, saya justru lebih dekat dengan (Samuel) Becket,” kata Andy yang menulis dramanya awal 2016.

Drama “Energi Bangun Pagi Bahagia”  sudah dipentaskan di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur,  antara lain Jogja, Solo, Surabaya, dan Malang. Mataram merupakan kota ke 10 yang disinggahinya, bekerjasama dengan Komunitas Akar Pohon dan SFN Lab. Biasanya Andy membuat pertunjukan setelah meluncurkan buku kumpulan puisinya. Perjalanan kelilingnya merupakan proses berkesenianya, yang intens dan berlangsung terus menerus.

Di Mataram mestinya Andy bisa membuat pertunjukan di Gedung Tertutup Taman Budaya, tapi akhirnya ia memilih lapangan terbuka. Di mana pun bukan soal, sebab di beberapa kota lainnya yang kondisinya berbeda, teaternya bisa pentas di aula atau halaman sekolah.

“Saya terbiasa menghadapi kondisi yang berbeda di tiap tempat,” kata Andy yang mengaku menyiapkan pertunjukannya sekitar 8 bulan.

Ka-eS

 

 

 

 

 

 




Diskusi Puisi, Kesederhanaan “Energy Bangun Pagi Bahagia”

Sekitar 55 puisi karya Andy Sri Wahyudi yang terkumpul dalam buku “Energy Bangun Pagi Bahagia” menjadi perbincangan menarik kalangan komunitas sastra di Mataram, hari Senin (9/1) di ruang seni rupa Taman Budaya NTB. 

MATARAM – lombokjurnal.com

Andy Sri Wahyudi, penyair asal Jogja yang juga dikenal sebagai pantomimer itu mengatakan, ia bermain pantomime karena tak mempercayai kata-kata. Tapi akhirnya, kata berbalik menggugatnya.

“Waktu bermain pantomime, saya menyadari tenyata ada yang hanya bisa saya ungkapkan dengan kata,” kata Andy dalam diskusi yang mendapat tanggapan serius dari sekitar 100 pecinta sastra, sebagian besar  kalangan mahasiswa, di Mataram.

Andy Sri Wahyudi (tengah), Zaeni Muhammad (kiri) dan Rony ST

Puisi-puisi Andy (ditulis kurun 2014-2015), seperti dikatakan Itsna Hadi Septiawan yang mengulas sore itu, diksinya sederhana. Pilihan kata-katanya dengan mudah dipahami dalam bacaan pertama. Andy berusaha konsisten dengan diksi sederhana, karena itu pengucapan sajak-sajaknya ringan dan tidak dibebani tumpukan majas.

Dalam bahasa berbeda, Afrizal Malna yang menulis pengantar kumpulan puisi itu, menikmati puisi-puisi Andy yang disebutnya membebaskan diri dari teritori makna. Dalam puisi Andy terkuak motif “anti dunia orang dewasa” yang tegang.

“Medan narasi seperti ini (imajinasi yang terungkap dalam puisi-pusi Andy, pen) terasa segar,” tulis Afrizal.

Diskusi buku puisi yang diprakarsai komunitas Akar Pohon itu jadi ramai, karena peserta tak sulit memahami maksud sajak-sajaknya. Apalagi Andy yang terkesan “renyah dan gaul” itu mengapresiasi tiap tanggapan peserta. Ia telaten menjawab dengan penjelasan sederhana seperti kata-kata dalam sajak-sajaknya.

Beberapa peserta diskusi mengaku, tiga tulisan yang dimuat dalam buku itu dari Kiki Sulistyo (penyair), Latief Noor Rahman (Redaktur Budaya Minggu Pagi), dan Andri Nur Latif (Tukang Soreng Manten), bisa membantu lebih memahami puisi Andy Sri Wahyudi.

Andi Sri Wahyudi lahir di Jogjakarta tahun akhir 1980, selain menulis puisi dan artikel ia juga dikenal sebagai aktor yang aktif di Bengkel Mime Theater (BMT). Bersama BMT aktif menyelenggaraan pementasan pantomime, diskusi dan wokshop di berbagai kota, termasuk di luar negeri seperti Singapura dan Timor Leste.

Mataram merupakan kota ke 17 yang dikunjunginya untuk mengenalkan keseniannya. Selain menyelenggarakan workshop, hari Selasa (10/1), bersama beberapa temannya dari Jogja ia mementaskan karya teaternya di Teater tertutup Taman Budaya NTB.

“Saya selalu intens dengan pekerjaan saya. Melakukan terus menerus,” kata Andy.

Ka-eS

 

 




Mutasi ‘Tanpa Pamrih’, Benarkah?

Setelah Tim Satgas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap BUpati Klaten, Sri Hartini yang kesandung skandal suap terkait mutasi pejabat di akhir tahun 2016, Kepala Daerah yang terbiasa main dalam ‘mutasi haram’ di berbagai tempat di Indonesia mulai menangkap sinyal tanda bahaya. Tapi masih adakah penempatan jabatan, apalagi di posisi jabatan strategis, tanpa ‘kontribusi’ bagi Kepala Daerah?

lombokjournal.com

Ada ungkapan umum, korupsi atau suap dalam penempatan jabatan tercium baunya seperti kentut.  Dan seperti halnya kentut, meski baunya menyengat namun tak pernah jelas wujudnya.  Dugaan-dugaan pun berseliweran, meski dengan indikasi meyakinkan, tapi membuktikan siapa sumber bau kentut bukanlah mudah.

Dalam kasus suap jabatan, biasanya menggunakan seseorang yang menjadi perantara pengumpulan uang yang akan diberikan kepada Kepala Daerah agar yang bersangkutan mendapat jabatan yang diinginkan.  Di Kabupaten Klaten, putra Sri Hartini yang saat ini Ketua Komisi IV DPRD Klaten, Andi Purnomo, diduga menjadi perantara dan pengepul para pihak yang ingin mendapatkan jabatan ‘haram’.

Belum bisa dipastikan apa peranan Andi dalam kasus yang telah mentersangkakan ibunya itu. Meski demikian, Andi juga (diduga), selain sebagai penghubung, ia juga mengambil keuntungan dengan memesan proyek kepada pihak yang ‘membeli’ jabatan itu. Sekali mengayuh, keuntungan ganda langsung direngkuh.

Bupati Klaten, Sri Hartini – suaminya yang juga mantan Bupati Klaten juga kesandung korupsi – memang sedang kejatuhan sial. Sebab umumnya Kepala Daerah – mulai gubernur hingga bupati/walikota – di berbagai daerah banyak bersinggungan dengan pejabat yang ingin memuluskan posisinya dengan dengan jalan‎ menyuap. Sebagian besar Kepala Daerah itu hanya belum ketabrak nasib sial.

Tapi bau kentut itu sudah tercium. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) menengarai ada kejanggalan dalam proses mutasi pejabat dalam penataan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) berdasarkan PP No 18/2016 tentang Perangkat Daerah. Diduga kuat banyak terjadi di luar Jawa.

Penataan yang diharapkan merampingkan organisasi birokrasi daerah hingga 25 persen itu, dan itu menghemat belanja pegawai, membuat pejabat eselon II ingin bertahan di posisinya atau justru memburu jabatan-jabatan strategis.

Tapi pengakuan seorang yang pernah ditawari masuk eselon IV di satu kabupaten di provinsi NTB itu mengindikasikan, soal bayar uang jabatan itu sudah lama berlangsung. Bahkan dilingkungan birokrasi, hal itu malah dianggap sebagai kewajaran. “Masa untuk jadi kasubag saja harus setor sampai 15 juta, untuk apa. Dua tahun lagi saya juga pensiun,” cerita seorang aparatur yang sudah lebih 30 tahun mengabdi sebagai ASN di pemkab.

Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Lombok Utara, Ardianto, SH, kepada wartawan mengatakan, ia berharap KPK tidak hanya memantau Kabupaten Klaten tapi semua daerah yang menurutnya soal suap mutasi jabatan hal yang dianggap lumrah. Tentu ia tak secara langsung mengatakan, di KLU soal suap itu dianggap sebagai kewajaran.

Gubernur NTB, DR M Zainul Majdi, berharap tak ada transaksi  dalam mutasi di lingkungan birokrasi Provinsi NTB yang berlangsung, Selasa (3/1) lalu. Tak perlu berprasangka kalau gubernur hanya ‘berharap’ tapi tidak ‘memberi jaminan’ benar-benar tak ada suap.

Hal sama juga diungkapkan Wakil Walikota Mataram, Mohan Roliskana, setelah berlangsung mutasi 868 ASN di Pemkot Mataram (Jum,at, 30/12), “Saya sangat mengharamkan hal seperti itu,” kata Mohan.

Masyarakat mengerti bahwa transaksi langsung dalam proses mutasi merupakan tindakan ceroboh dan bebal. Sebab kasus Bupati Klaten, Sri Hartini, sudah mensinyalkan tanda bahaya bagi Kepala Daerah lain di seluruh Indonesia. Pihak KPK sendiri mengisyaratkan sudah memperoleh data tentang Kepala Daerah yang menjalankan mutasi haram.

Khusus di seluruh daerah NTB, kita berharap sudah saatnya praktik dagang jabatan itu diakhiri. Meski kita tak bisa menghindar, kepentingan politik selalu menyertai mutasi. Tentu yang dimaksud dalam kepentingan politik itu termasuk penguasaan sumber daya daerah.

Memang tak mudah berharap bahwa mjutasi jabatan benar-benar tanpa pamrih. Semata-mata mengutamakan profesionalisme birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik. Masyarakat hanya bisa berharap meski masih jauh panggang dari api.

REDAKSI

 

 

 

..

 

 




Tingkatkan Layanan Kesehatan, Pandan Duri Bangun Polindes

LOTIM – lombokjournal.com

Baru tiga tahun mekar, Desa Pandan Duri, Kecamatan Terara, Lombok Timur, sudah membangun polindes. Fasilitas layanan kesehatan itu merupakan salah satu misi Pemdes Pandan Duri menjadikan desanya sebagai salah satu desa sehat.

“Sejak terpilih, komitmen kami memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Harus ada prasarana kesehatan yang layak dan dekat dengan warga,” kata Kepala Desa Pandan Duri H. M. Nasruddin, saat peresmian Polindes.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur drg. Asrul Sani, yang hadur dalam peresmian itu didaulat memotong pita sebagai tanda mulai beroperasinya pusat layanan kesehatan warga desa itu.

Menurutnya Asrul Sani, ia bangga Pemdes Pandan Duri berkomitmen membantu pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan warga. Pembangunan Polindes ini adalah wujud kongkritnya

“Kita harus bangga dan mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar ,” kata Asrul

Dalam kesempatan sama, Camat Terara dalam sambutannya mengatakan, Polindes Pandan Duri terbaik dari aspek fisiknya bangunannya se-Kecamatan Terara. “Kualitas bangunan Polindes ini cukup baik,” ungkapnya.

Camat berharap, kualitas fisik yang baik, dapat diikuti makin membaiknya kualitas pelayanan bagi masyarakat. Dengan masyarakat yang sehat, program pembangunan di desa dapat berjalan sesuai rencana karena mendapat dukungan masyarakat.

Hadir dalam peresmmian itu, Koramil, Kapolsek, Kepala Desa Se-Kecamatan Terara, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan perwakilan warga dari 3 dusun yang ada di Desa Pandan Duri. 

Jay

 




Semangat Berbagi Mahasiswa Universitas 45

MATARAM – lombokjournal.com

Ikut merasakan penderitaan orang lain, tak perlu dimulai tindakan-tindakan besar. Perhatian kecil pun untuk meringankan penderitaan orang yang butuh bantuan, sangat berarti. Semangat itu ditumbuhkan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram, saat memberi bantuan Rizki Pratama, penderita tumor di kemaluannya.

Riri Cunda Girinati, anggota polisi yang saat ini bertugas di Mapolda NTB yang masih semester I di Fakultas Hukum Universitas 45, memprakarsai memprakarsai pengumpulan donasi untuk meringankan pasien tidak mampu Rizki Pratama, anak dari Adrian saputra dan Asti dari Lingkungan Karang Tapen, Kelurahan Cilinaye Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.

“Kita menggugah kalangan kampus untuk peduli penderitaan orang lain,” kata Girinata.

Gerakan peduli kemanusiaan itu tentu bukan yang pertama dilakukan hop over to here. Sebelumnya, mahasiswa Universitas 45 juga melakukan aksi sosial sunatan massal di Dusun Bentek, Kecamatan Ganggi Lombok Utara. Termsuk pengumpulan pakaian bekas dan bantuan kursi roda bagi yang membutuhkan.

“Kami juga melakukan aksi pengumpulan donasi untuk korban banjir bandang di Bima,” tutur Girinata. Ini juga aksi untuk menunjukkan betapa indahnya aksi berbagi, tambahnya. Ia akan terus mengetuk kalangan kampus, termasuk pihak dosen, dan melibatkan berbagai instansi di Kota Mataram agar segera mengatasi penderitaan orang yang membutuhkan.

Glg




Nurfatin, Penderita Infeksi Usus, Meringis Kesakitan Tiap Detik

MATARAM – lombokjournal.com

NURWATIN SAZWANI, 12 tahun, tiap detik meringis kesakitan. Anak dari pasangan Nurhabibah, 42, dan M Nasri, 56, asal Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur itu tiap detik harus meringis kesakitan karena penyakit infeksi usus yang dideritanya.

Setelah menjalani operasi usus di Rumah Sakit Selong, Lombok Timur bulan Nopember 2016 lalu, dan ususnya harus dipotong 30 cm, ternyata tak kunjung sembuh. Gadis kecil  yang kini dirawat di ruang Gili Nanggu kamar 111 RSU Mataram tubuhnya makin susut. Kalau buang air besar melalui perutnya.

Kedua orang tuanya hanya mengandalkan pengobatan dengan KIS (Kartu Indonesia Sehat), tak bisa berbuat banyak kalau harus menebus obat yang harganya tak bisa terjangkau. “Banyak obat mahal yang tidak bisa saya ambil, karena tidak bisa ditebus dengan kartu sehat itu,” tutur Nurhabibah saat ditemui sedang menunggu anaknya.

Di tengah ketidakberdayaannya, kedua orang tua Nirfatin berharap ada dermawan yang bisa meringankan bantuan anaknya. Bagi yang tergerak untuk membantu bisa langsung menghubungi no hp orang tua Nurfatin: 085337349166.

Glg

 

 




Ombudsman dan Komisi Informasi NTB, Tingkatkan Pelayanan Publik dan Keterbukaan Informasi

MATARAM – lombokjournal.com

 Komisi Informasi (KI) dan Ombudsman RI (ORI) Perwakilan NTB menguatkan sinergi  dalam pelayanan publik dan informasi publik. “Kami menganggap penting menindaklanjuti MoU (Memorandum of Undestanding,red) tahun 2015,” kata Ketua KI NTB, Ajeng Roslinda, dan Kepala Kantor Perwakilan Ombudsman RI Provinsi NTB, Adhar Hakim, dalam pertemuan di Kantor ORI Perwakilan NTB, Kamis (5/1).

Kedua lembaga itu tahun 2015 telah menandatangani kesepahaman dalam pertukaran data dan informasi, sosialisasi, sinergi hasil monitoring dan evaluasi, serta supervisi dalam pelayanan publik dan informasi publik.  Pertemuan hari Kamis  itu untuk menindaklanjuti MoU terkait Pelayanan Publik dan Keterbukaan Informasi Publik yang dibuat ORI dan KI Pusat.

Selain bersilaturahmi, kedatangan empat orang komisioner KI Provinsi NTB ke kantor Ombudsman, menegaskan pentingnya sinergi antar kedua lembaga mengingat tugas dan wewenang yang saling melengkapi. Kedua lembaga negara itu akan meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

Kepala Ombudsman Perwakilan NTB, Adhar Hakim mengatakan dalam kontek pelaksanaan perlu dibuat pedoman yang lebih tehnis agar MoU dapat dilaksanakan dengan baik dan mencapai tujuannya.

“Saya kira memang banyak hal yang perlu dikoordinasikan tidak hanya soal kelembagaan tetapi juga terkait dengan memberikan penyadaran kepada institusi layanan publik tentang pentingnya keterbukaan informasi dan pelayanan publik yang berkualitas”, kata Adhar yang didampingi lima asisten Ombudsman.

Adhar juga mengatakan, akan diadakan pertemuan lanjutan untuk menyusunkerangka tehnis dan pedoman pelaksanaanya. Pertemuan lanjutan itu untuk mematangkan konsep dan kerangka tehnis pelaksanaan MoU. “Agar MoU bisa diimplementasikan dengan baik. Kalau tidak ada pedoman tehnisnya, dikuatirkan terjadi benturan  dan tumpang tindih dalam pelaksanaannya,” kata Adhar

Najamudi Amy

Dalam kesempatan sama,  Wakil Ketua KI NTB, Najamudi Amy mengatakan, selain MoU dari proses sharing informasi dan pengalaman antar kedua lembaga,  dapat diketahui kelebihan dan kekurangan masing-masing lembaga.  “Banyak temuan KI NTB  sejalan dengan temuan Ombudsman, kata  ,.

Dicontohkannya,  adanya maladministrasi dalam pelayanan informasi. Hasil Monev KI NTB juga menemukan, banyak SKPD yang masuk zona merah atau tidak informatif dalam pelayanan informasi. Hal-hal seperti ini, menurut Najamudi, perlu disampaikan ke Ombudsman untuk diberikan rekomendasi serta supervisi pelayanan informasinya.

Hendriadi, Komisioner Bidang ASE KI NTB mengatakan, perlu dibentuk tim perumus pedoman tehnis MoU.  Ini akan mempermudah proses perumusan pedoman tehnis, agarpelaksanaannya dapat segera di diwujudkan. “Jika diperlukan, tim penyusun dari luar dapat dilibatkan untuk memastikan kualitas hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik,” katanya.

Nj

 




Mayat Membusuk di Pantai Trawangan

GILI TRAWANGAN – lombokjournal@com

KTP yang ditemukan di dompetnya
KTP yang ditemukan di dompetnya

Gili Trawangan hari Rabu pagi digegerkan penemuan mayat di pinggir pantai. Sosok mayat laki-kaki yang sudah membusuk itu ditemukan di pinggiran pantai gili yang paling diminati wisatawan di Kabupaten Lombok Utara.

Seluruh badan laki-laki itu melepuh yang menyebarkan bau menyengat. Dari dompet mayat tersebut ditemukan indentitas berupa KTP atas nama Abdul Muis, kelahiran Desa Karang Bedil (30/10/78). Alamat yang tercantum dalam indentitas tersebut Gubuk Batu Karang Desa, RT 007/002, beragama Islam, belum menikah dan tercantum pekerjaan swasta.

Pihak SATGAS setempat sudah menangani penemuan mayat tersebut. Sampai berita ini diturunkan, belum diperoleh penjelasan penyebab kematiannya.

Glg




Tanah di Lombok, Gurih Untuk Tepung Perkedel

Masha Ru, “tanah bisa jadi makanan pokok.”

LOMBOK UTARA – lombokjournal.com

Saat berlangsung konser ‘musisi gerilya’ Ary Juliant di satu kampung di Kecamatan Pemenang, (Minggu, 25/12/2016), Masha Ru dan beberapa anggota komunitas Pasir Putih, melakukan demo masak menu Pisang Goreng Tanak Ampan,Tahu Goreng Tanak Ampan, Perkedel Goreng Tanak Ampan dan Tempe Goreng Tanak Ampan untuk suguhan penonton.  Yang disebut ‘Tanak Ampan’  adalah jenis tanah yang biasa dimakan penduduk di Dusun Bentek, Pemenang Barat Desa, Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.

masha-ruprof4

Demo masak itu menggunakan Tanak Ampan sebagai tepung mengganti tepung terigu. “Rasanya gurih. Paling disukai ternyata menu perkedel goreng tanak ampan,” tutur Muhammad Sibawaihi, anggota Pasir Putih yang baru pulang dari program residensi di Polandia.  Yang menginspirasi menu dengan tepung tanak ampan tak lain adalah Masha Ru.

Masha Ru (32), lahir di Moscow, Rusia yang kini tinggal dan bekerja di Amsterdam, datang ke komunitas Pasir Putih di Pemenang, Jum’at (16/12/2016), semula mengenalkan kue tanah yang dibelinya dari pasar tradisional di Jawa, Ampo namanya.  Tapi Masha bukanlah pelancong, perempuan bertubuh mungil itu pada  tahun 2011 sudah mengantongi gelar doktor  (PhD) di Eindhoven University of Technology, Belanda.

masha-ruprof

MASHA RU : “Tampak lebih muda karena makan tanah.”

Bukan hanya kali ini Masha melakukan demo masak dengan bahan tanah. Ia pernah bersama Konstantina Roussou alias Dina Roussou, seniman dan juru masak yang lahir di Athena, berkolaborasi memasak tanah liat.  Tradisi ini diangkat dalam konteks kontemporer,  merangsang dialog dengan budaya lain di mana makan tanah liat masih merupakan tradisi.  Maka, dikembangkan dan disajikan souffle keju dicampur tanah liat merah, dan pai cokelat dicampur tanah liat hijau,.

“Saya tampak lebih muda karena makan tanah,” katanya bergurau waktu bercakap-cakap dengan lombokjournal.com.  Masha mengaku, waktu kecil di kampung halamannya di Rusia, ia juga pernah makan tanah. Penglaman masa kecil itu yang membuatnya jadi terarik meriset tanah untuk dimakan.

Masha Ru demo masak tepung tanah
Masha Ru demo masak tepung tanah

Hingga kini ia mempunyai banyak koleksi tentang tanah yang bisa dimakan dari seluruh dunia. Koleksi itu yang dipamerkannya di National Gallery (7 Desember 2016 sampai 22 Januari 2017) di Jakarta, dalam ajang Jakarta Ceramice Contemporary Bienale.

Menurutnya, di beberapa negara, seperti di Suriname, Nigeria, Tanzania, Ghana, juga Rusia dan banyak negara di Afrika ia mengaku menemukan tradisi makan tanah.  Tapi di Barat, makan tanah dianggap gejala gangguan psikologis.

Padahal, ini menjadi tradisi berabad-abad di Eropah, tuturnya. Tradisi itu berlangsung sejak 2500 SM. “Ini tradisi lama yang sekarang banyak orang tidak tahu,” kata Masha yang pernah residensi di Jatiwangi Art Faftory (September-Desember 2016).

Beberapa artikel tentang penelitian ilmiah membuktikan kandungan zat mineral di tanah, termasuk tanah Jawa. Tanah memiliki daya serap terhadap racun. Ada beberapa elemen zat dalam tanah yang sangat dibutuhkan tubuh manusia, meski tak semua tanah seperti itu.  Bahkan ada yang justru mengandung zat beracun berbahaya.

Masha Ru  sempat memperlihatkan foto makanan dari tanah namanya Terra Sigillata, berbentuk tablet terbuat dari tanah suci dari Yunani. Biasanya menjadi hidangan sebagai makanan penutup. Konon, harga terbungkus tablet itu setara dengan emas.

Selain itu, ditunjukkan pula foto satu Gereja di Palestina dengan sebuah gua purba yang dipercaya Maryam pernah menyusui Isa, dan air susunya menetes di tanah di goa itu. Kabarnya, hingga kini tanah gua itu baik untuk perempuan yang mandul.

Apakah tanah bisa menjadi makanan pokok? Menurut Marsha, secara teori bisa meski beum pernah dipraktekkan. Sebab sepengetahuannya, beberapa penduduk di Amerika Latin memakan tanah sebagai makanan pokok, karena tidak ada makanan lain.

“Sangat mungkin, tanah bisa menjadi menjadi makanan pokok,” kata Masha.

Di Afrika, Amerika Selatan dan Asia makan tanah masih merupakan budaya umum, spiritual atau praktik penyembuhan.  Ada tradisi kuno di Indonesia untuk makan tanah liat sebagai camilan atau obat. Geophagy atau praktek makan tanah masih dilakukan pemelitian ilmiah.

Bertemu Ina Jawariah

Inak Jawariah
Inak Jawariah

Masha ke Indonesia memfokuskan risetnya mengenai tanah. Waktu datamg ke Lombok, ia mengunjungi Dusun Bentek, Pemenang Barat Desa, Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Di Bentek sempat bertamu di rumah Inak Jawariah. Perempuan tua itu menuturkan, di dusunnya Batu Ampan merupakan makanan tradisi.

Tanak Ampan disukai wanita hamil. Selain membantu mengatasi masalah perut, yang dimakan sebagai camilan. Rasa tanah Batu Ampan memiliki rasa yang sama seperti Ampo tanah liat tradisional dari Jawa yang dibeli di pasar budaya di Jakarta.

Batu Ampan
Tanak Ampan

Anak Inaq Jawariah, seorang atlit karate Herman Johdi, waktu masih kecil juga makan tanah. Herman menemani Masha menemukan Batu Ampan di atas bukit. Di bukit mereka mencicipi Batu Ampan yang rasanya tawar dan lembut.

Tradisi mengunyah tanah kapur, yang disebut Mamak, juga bagian tradisi makan tanah. Tradisi mengunyah sedikit kapur dengan Daun Lekoq (daun sirih]) selain membersihkan juga membuat gigi lebih kuat.  Orang kampong biasanya menambahkan dengan mengunyah tembakau.

Menurut Inak Jawariah,  camilan Tanak Ampan biasanya untuk menemani merokok. Ada yang membakarnya dan dicampur dengan gula. Tapi banyak yang makan Batu Ampan mentah-mentah. Waktu Masha mengingatkan, bisa kurang aman makan tanah mentah karena resiko adanya mikroba dalam tanah liat.  Tapi Herman Johdi menimpali ,”Orang-orang di desa tidak peduli tentang apa yang dikatakan para ilmuwan,” katanya.

Pulang dari Bentek, Masha bertanya dalam hati, apa yang akan dilakukannya dengan dua kantong Tanak Ampan ;  memasak sup, membuat patung atau hanya makan mentah-mentah untuk merasakan tradisi masyarakat setempat.

Akhirnya, dua kantung Batu Ampan itu sebagian menjadi tepung menu camilan gorengan.  Pisang Goreng Tanak Ampan,Tahu Goreng Tanak Ampan, Perkedel Goreng Tanak Ampan dan Tempe Goreng Tanak Ampan itu dilahap habis penonton yang menikmati konser musik Ary Juliant.

Ka-eS

 




Gus Dur, Tahun Baru dan Islam yang Rahmatan lil ‘alamin

MATARAM – lombokjournal.com

Gus Dur  (seperti) hidup lagi.  Dalam acara haul ke 7 Gus Dur, sekaligus menyemarakkan Tahun Baru 2017, “Gus Durian Lombok” memperingatinya dengan jargon “I Love You Full, Gus Dur”.  Nilai-nilai pemikiran Gus Dur relevan menjawab tantangan Indonesia saat ini. 

abu-macel1

“Nilai-nilai pemikiran Gus Dur tentang demokrasi, keberagaman dan tentang Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, perlu diperjuangkan  generasi muda,” kata Fairuz Zabadi, Kordinator Gus Durian Lombok,  di tengah  acara tahun baruan di tempat parkir Taman Budaya NTB, Sabtu (31/12) malam.

Fairus Zabadi yang akrab disapa Abu Macel, yang juga Ketua PC NU Kota Mataram menjelaskan, pihaknya  sudah memperingati Haul  Gus Dur ke tiga kalinya. Di hampir provinsi seluruh Indonesia, haul serupa sudah berlangsung ke tujuh kalinya.

Tidak seperti  peringatan Haul ulama besar umumnya, dalam haul yang diselenggarakan komunitas jaringan Gus Durian itu, berangsung santai dan bebas meski tetap kusyu’.  Seniman musik, sastrawan dan aktor teater bebas mengekspresikan karya seninya. Mahasiswa Universitas NU (UNU) juga semat menggelar karya-karyanya.

Salah satu yang ikut meramaikan adalah seniman musik, Wing Sentot Irawan.  Wing Sentot yang juga dikenal sebagai pernah bersepeda mengelilingi beberapa Negara Asia Tenggara itu, menyanyikan karya-karya musik dengan lirik yang sufistik.

“Nilai-nilai pemikiran Gus Dur yang diuraikan tokoh-tokoh yang bicara malam ini, seolah-olah menghidupkan lagi sosos Gus Dur,” kata Sentot mengomentari testimoni yang disampaikan Ketua KNPI NTB, Ketua ANSOR NTB, termasuk tokoh muda yang sempat dekat dengan Gus Dur, Ahmad SH alias Memet.

Tentu saja, penampilan Fairuz Zabadi alias Abu Macel malam itu sangat menarik. Seperti biasanya, Abu Macel tampil kocak dan menghibur.  Tapi saat membaca puisi ‘Laba Untuk Rakyat’,  yang membawa pesan religius sekaligus keberpihakan pada rakyat, memukau penonton yang memadati halaman parkir Taman Budaya dan jalan Majapahit malam itu.

“Para investor boleh menanamkan modalnya di Indonesia, tapi harus mengutamakan Laba Untuk rakyat,” seperti itu kata Fairuz. Saat mengucapkan ‘laba untuk rakyat’ itu, penonton serempak mengucapkan yang sama dengan teriakan bersemangat. Perayaan pergantian tahun menuju 2017 itu ditutup dengan pembacaan shalawat yang melibatkan seluruh  yang hadir, tepat pada pukul  00.00 wita.

Perayaan tahun baru itu merupakan puncak Kemeriahaan haul Gus Dur ke tujuh yang diisi dengan berbagai kegatan.  Selain sholat Subuh bersama, workshop digita yang berlangsung pagi hingga siang hari, yang melibatkan perwakilan santri seluruh Lombok.

Sore harinya di Taman Budaya juga berlangsung acara “Memoriam Gus Dur” yang dihadiri perwakilan lintas agama, salah satunya Pendeta Hasan (Kristen), Romo Meta (Budha), Ketua Matakin NTB, DR Abdun Nasir, tokoh Ahmadiyah, serta  juga menghadirkan perewakilan Korem 162 Wirabhakti.

Di tempat terpisah, Ketua  Lapesdam Mataram, Jayadi, mengatakan bahwa perayaan haul yang dirangkaikan dengan perayaan Tahun Baru itu juga tak tertutup kemungkinan mengundang kritik. “Tak ada yang salah, atau ada yang perlu disesalkan. Penyelenggaraan acara untuk menguatkan keberagaman,” katanya.

ks