TKW Korban Pencurian Ginjal Asal KLU, Datangi Bupati

Sri Rabitah (25), seorang mantan TKW asal Dusun Lokok Ara, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, diduga menjadi korban pencurian ginjal saat bekerja di Kota Doha, Qatar, Timur Tengah.

LOMBOK UTARA.lombokjournal.com —  Bersama keluarganya Sri Rabitah mendatangi Kantor Bupati Lombok Utara, melaporkan apa yang dialaminya. Kedatangannya melapor ke Bupati KLU, Najmul Ahyar  itu didampingi tim dari Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran Indonesia (PBHBMI) cabang Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin  (27/2),.

Di hadapan Bupati Najmul Ahyar, dan jajaran Pemda Lombok Utara, Sri Rabitah mengungkapkan, ia bekerja di Doha, Qatar pada pertengahan Juni 2014 silam.

Sebuah agensi bernama Alzajirah di Kota Abudhabi  menyalurkan Rabitah sebagai pembantu rumah tangga di rumah majikan bernama Madam Gada di Kota Doha. “Di sana selain majikan saya suami istri, ada juga ibu majikan saya yang kelihatan sedang sakit,” kata Rabitah.

Tiga hari bekerja di rumah majikannya itu, Rabitah diajak ke sebuah Rumah Sakit di Kota Doha. Alasan majikan agar Rabitah di cek medikal ulang.  Namun di RS tersebut, Rabitah justru diminta menjalani operasi.

“Yang mengoperasi seorang dokter dari Malaysia, dia bilang tenang saja. Saya dibawa ke ruangan operasi dan tidak bisa melawan karena sudah disuntik bius,” katanya.

Menurut Rabitah, ia tak sadarkan diri sejak pukul 6 pagi waktu Qatar, hingga pukul 6 pagi selanjutnya. Begitu sadar, Rabitah merasakan sakit di bagian pinggang kanannya. Ternyata ada bekas operasi disana.

Setelah dari RS itu, majikan Rabitah tidak membawanya pulang ke Doha, tetapi mengembalikan Rabitah ke agensi Alzajirah di Kota Abudhabi.

“Saya tidak tahu kenapa saya dioperasi. Saya dikembalikan ke kantor agen, dan saya berkali-kali disiksa,” katanya.

Pasca kejadian itu Rabitah sempat tiga kali disalurkan ke majikan lain di Doha. Namun karena sakit pasca operasi, Rabitah tidak mampu bekerja dan selalu mendapat siksaan majikan.

“Saya sudah putus asa, tapi untung saja majikan yang terakhir orangnya baik. Dia tahu saya sakit dan dia meminta agensi memulangkan saya ke Indonesia,” katanya. Rabitah dipulangkan ke Indonesia melalui Bandara Juanda Surabaya pada 24 Juli 2014.

Baru Sadar Ginjalnya  Hilang

Sejak kembali ke kampung halaman di Desa Sesait Lombok Utara, hingga awal 2017, Rabitah tidak menyadari kalau ginjal kanannya hilang. Ia baru mengetahui ketika memeriksakan kesehatannya ke RSUD Tanjung Lombok Utara, awal Januari 2017.

BACA JUGA :

Bupati KLU Akan Surati Presiden

BP3TKI  Mataram Pastikan Tindak Lanjuti Kasus Rabitah

“Saya minta pemerintah menuntut pelakunya. Saya tidak rela dunia dan akhirat ginjal saya dicuri. Kalau mereka minta baik-baik mungkin ,” katanya.

Koordinator Pusat Bantuan Hukum Buruh Migran Indonesia (PBHBMI) NTB, Muhammad Saleh menjelaskan, Rabitah sering sakit-sakitan dan kondisi tubuhnya lemas, sepulang dari Qatar 2014 silam.

“Karena tidak tahan penyakitnya, ia berobat ke RSUD Tanjung dan dirujuk ke RSUD Provinsi NTB di Mataram. Yang membuat kaget, hasil pemeriksaan menyatakan ginjal kanan Rabitah tidak ada lagi,” kata Saleh. Menurutnya, ada dugaan ginjal Rabitah digunakan untuk transplantasi kepada ibu majikan yang sedang sakit.

Saleh menambahkan, selain kehilangan ginjal kanan, Rabitah mengalami sakit lantaran masih ada benda asing di lokasi ginjal kanannya. Hal ini mengharuskan Rabitah menjalani operasi pengangkatan.

“Kami mendampingi Rabitah ke Pemda Lombok Utara agar bisa diperhatikan. Dia harus operasi di RSUD Provinsi NTB pada 2 Maret mendatang,” kata Saleh.

Selainminta dukungan proses operasi Rabitah, Saleh juga minta Pemda Lombok Utara bersikap atas dugaan pencurian organ ginjal Rabitah. Diduga Rabitah korban jaringan penjualan organ dalam.

“Ini kejahatan serius. Ada beberapa kasus juga terjadi sebelumnya, namun tidak bisa terungkap karena korbannya meninggal dunia. Rabitah bisa menjadi pintu masuk membongkar sindikat ini,” tegas Saleh.

GRA




Peluncuran Buku Puisi ‘Hai Aku Sent to You’ Noorca

Noorca Marenda Massardi meluncurkan buku kumpulan puisi Hai Aku Sent To You, di Mataram, Lombok, Sabtu (25/2) malam.  Puisi yang disebutnya hai-aku itu menerapkan (sebagian) aturan-aturan struktur puisi Haiku.

MATARAM.lombokjournal.com

Diskusi peluncuran buku puisi ‘Hai Aku Sent To You’, dari kiri: Zaeni Muhammad, Noorca M. Massardi Kongso Sukoco, dan Dr Abudu Wahid. (foto; Lombok Journal)

Penulis novel, naskah drama dan penyair Noorca M. Massardi mendapat sambutan hangat dari sekitar 50 orang dari berbagai komunitas seni di Mataram, NTB, dalam acara peluncuran kumpulan puisi terbarunya Hai Aku Sent To You.  Dalam puisi terbarunya yang ketat mengikuti struktur tradisi penulisan puisi Haiku Jepang itu, Noorca juga sempat bertanya jawab dengan komunitas Haiku di Mataram.

Menurut Noorca, ia tertarik menulis gaya tradisi puisi Jepang itu setelah sempat menemani salah seorang pemenang penulisan puisi Haiku. “Dalam acara itu saya spontan menulis dan membaca Haiku,” katanya tentang perkenalannya dengan Haiku yang terjadi di bulan Desember 2016.

Dalam peluncuran buku yang berlangsung di POST (Paox Open Stage), salah satu komunitas seni di Mataram, diramaikan dengan penampilan Yoi Acoustic (Wing Irawan, Gde Agus Mega Saputra dan Yuga Anggana) satu kelompok musik akustik yang sangat populer di Mataram. Noorca sempat membaca puisi diiringi kelompok tersebut.

Bisa dikatakan, Noorca M. Massardi merupakan salah satu dari jumlah yang sangat sedikit dari penulis Indonesia yang tetap produktif menulis di masa senjanya. Lebih dari itu, kumpulan puisinya – kabarnya baru diiterbitkan (dicetak) bulan Maret – yang diluncurkan di POST (Paox Open Stage) di Batudawe, Mataram itu menunjukkan semangat pengggunaan bahasa Indonesia untuk menjelajah puisi Haiku yang memiliki aturan struktur ketat.

Prof Maman S Mahayana, pengajar di Universitas Indonesia, dalam pengantar buku kumpulan puisi itu juga menilai Noorca berhasil membangun larik-kariknya sesuai ketentuan Haiku yang menggunakan struktur suku kata dan larik 5-7-5.

“Dia berhasil membangun larik-lariknya sesuai ketentuan haiku. Kita boleh punya keyakinan bahwa Bahasa Indonesia di tangan penyair andal, relatif menjelma jadi luwes dan lincah, meskipun diperlakukan dalam kemasan haiku,” tulisnya dalam kata pengantar buku.

Dalam diskusi peluncuran buku itu juga menghadirkan pembicara Kongso Sukoco, sutradara teater dan wartawan, dan pengajar IAIN Mataram, Dr Abudu Wahid. Kalau Kongso Sukoco banyak membandingkan penulisan puisi Noorca dengan unsur-unsur instrinsik puisi Haiku, sedang Abudu Wahid banyak menyoroti sikap religiusitas dalam puisi Noorca.

“Mas Noorca berhasil mempermainkan kata-kata untuk mengejar makna,” ujar Wahid.

Noorca mengatakan, meski Haiku memiliki aturan ketat, namun telah mengalami perkembangan.  Kalau dalam tradisi penulisan Haiku sebelumnya terkandung pencitraan alam, penjajaran (yang besar dan kecil, keheningan dan gerak, dan lain-lain) dan memiliki kigo (kata berkonotasi musim) yang menjadi ciri sensitivitas orang Jepang untuk perubahan musim.

“Memang haiku sudah berkembang. Kalau dulu tidak memuat perasaan sosial, dan lebih dominan citra alam,” kata Noorca yang puisi-puisinya lebih banyak memuat langsung perasaan sosial dan religius.

Dalam acara peluncuran buku puisi itu, yang menarik saat Noorca memproklamirkan bentuk lain, yaitu bondiku. Bondiku (nama yang diambil dari cucu laki-lakinya, Bondi), merupakan puisi pendek tiga baris dengan komposisi 5-6-1 suku kata yang diciptakannya. Namun penulisannya bisa dilakukan dengan pola terbalik 1-6-5 suku kata.

Menurut Noorca, Bondiku boleh ditulis bebas, bisa serius bisa lucu, religius atau sekuler, tentang manusia atau alam semesta, dengan tema apa saja, dan tak wajib soal rima. Namun diakuinya, struktur 5-6-1 itu terilhami 0leh 5 rukun Islam, 6 rukun Iman, dan 1 Allah SWT.

“Saya belum menuliskan kredo tentang bondiku,” kata Noorca.

Ka-eS  




Di Trawangan, Puluhan Bangunan Liar Ditertibkan

Puluhan bangunan liar di kawasan pantai di Gili Trawangan, Lombok Utara, Jumat (24/2) dibongkar paksa oleh tim penertiban, menyusul batas akhir toleransi agar bangunan dibongkar sendiri oleh pemilik usaha.

Wabup Lombok Utara, Syarifuddin (foto: Gra)

LOMBOK UTARA,lombokjournal.com —  400 orang tim penertiban personil gabungan, Satuan Polisi Air Polda NTB, Brimob, TNI AL dari Lanal Mataram, TNI AD dari Korem 162 Wirabhakti/Mataram, Satuan Pol PP Pemda Lombok Utara, dan unsur terkait lain, melakukan penertban bangunan liar di pantai di Gili Trawangan. Tim dibantu sekitar 50 orang tukang bangunan dan sebuah alat berat jenis eskavator, dalam

“Deadlinenya sudah habis. Jadi mulai tanggal 24 Februari ini, bangunan yang masih ada akan dibongkaroleh tim penertiban,” kata Wakil Bupati Lombok Utara, Syarifuddin, saat memantau jalannya penertiban di Gili Trawangan.

Syarifuddin menjelaskan, para pemilik usaha yang bangunan melanggar aturan sudah sejak lama diimbau membongkar sendiri dengan deadline tanggal 23 Februari.

Bangunan gazebo milik Aston Hotel Trawangan dibongkar paksa karena melanggar aturan roi pantai.(foto; Gra)

Menurutnya, penertiban dilakukan berdasar aturan Perda Rancangan Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pemda Lombok Utara yang mengatur bahwa batas bangunan minimal yang diperbolehkan di kawasan pesisir adalah 35 meter dari roi pantai.

“Kita ingin agar pantai di Gili ini bisa kembali seperti dulu. Ini pun kita masih tolerir hanya 30 meter dari roi pantai, kalau menurutaturan itu 35 meter,” katanya.

Ia mengatakan, dari 143 pemilik usaha yang bangunannya melanggar aturan, sebagian besar menerima langkah Pemda dan bersedia membongkar sendiri bangunan mereka.  Namun tim penertiban tetap akan memantau, selain melakukan pembongkaran paksa terhadap bangunan liar yang pemiliknya enggan membongkar sendiri.

“Tim akan berada di Trawangan hingga 20 hari ke depan, sampai pantai ini benar-benar bersih dari bangunan yang melanggar aturan,” katanya.

Kepala Desa Gili Indah, M Taufik mengatakan, masyarakat trawangan dan pengusaha disana sangat mendukung upaya Pemda.

“Masyarakat sangat mendukung, karena dengan begini maka akses publik ke pantai akan lebih leluasa,” katanya.

Gra




Konser YOI ACOUSTIC, Mengelola Naluri di Ruang Kosong

Tiga serangkai Yuga Anggana, Wing Irawan dan Gde Agus Mega Saputra, bergabung dalam YOI ACOUSTIC,  sedang melakukan konser dari TITIK ke TITIK, layaknya tengah melakukan ‘anjangsana batin’. 

Si anjing putih, buduk//Ia belum makan//Si anjing putih, buduk//Ia belum minum

……………………

lombokjournal.com

“Di tiap tempat kami sedang mengelola naluri di ruang-ruang baru, ruang kosong yang belum kami kenal, naluri harus dilatih agar cepat menanggapi berbagai situasi,” kata Yuga Unggana, usai main musik, berdialog dengan aktivis, dan apresiator lainnya termasuk mahasiswa yang banyak bertanya justru di luar musik.

Yuga Anggana

Wing Irawan

Gde Agus Mega Saputra

 

 

 

 

 

 

 

Di halaman belakang sekretariat SOMASI (Solidaritas Masyarakat Transparansi), LSM anti korupsi, hari Kamis (23/2) sore itu, konser Yoi Acoustic itu sudah ke titik ke empat. Sebelumnya menyellesaikan konser satu di Long Stone, dua di Vee Navhan, dan tiga di Lombok Light Music dan Forges (LLMG).

Di tiap tempat itu, naluri mereka bekerja dalam situasi berbeda. Misalnya di Vee Navhan sungguh menantang, mereka harus bernyanyi tanpa penonton. Bahkan tuan rumah pun ikut bermain.  Bahkan ini tak mudah, karena mereka justru membayangkan bagaimana respon apresiatornya.

Konser tanpa penonton

Konsernya di titik ke empat di LLMG, ketiganya bermain di ruko di pinggir jalan raya yang bising. Namun pengalaman itu justru membuat ‘progres’ perjalanan konsernya. Gde Agus membuat catatan tentang ini ,”sensasi terror bunyi maupun suara eksternal jadi catatan penting dari petualangan tiitik ke titik,” tulis Gde dalam akun facebook-nya.

Situasi itu justru memberinya pemahaman baru yang menarik dan berkesan, saat keberagaman kompleksitas melebur dalam pertunjukan. Situasi itu menawarkan sensasi liar, kebisingan malah menjadi stimulus  memahami ruang fisik maupun imajiner. Naluri kejeliannyanya bekerja menebak kehadiran soundscape.

Di halaman belakang sekretariat SOMASI

Mereka bertiga, seperti diakui Yuga Anggana, tak muluk-muluk untuk dianggap sedang menggelar pertunjukan. “Lebih dari cukup untuk disebut sebagai pertunjukan musik,” kata Yuga. Cukuplah ada karpet sebagai panggung, kehadiran penonton, tubuh-tubuh pemusik dan tentu ada karya yang sedang dikomunikasikan.

Tapi apa yang sedang mereka komunikasikan pada khalayak?

Pertanyaan ini memang mestinya dijawab Wing Irawan, yang menulis syair dan mencipta lagu-lagunya.  Namun tak mudah bagi pesepeda yang sempat berkeliling hampir separuh nusantara, dan ke beberapa negara Asia Tenggara, untuk menjawab pertanyaan yang sederhana pun.

Seperti-syair-syair lagu Wing Irawan, juga seperti artikel-artikelnya yang dimuat di koran-koran. Bahasa baginya “bukan sekedar alat komunikasi dan membangun pengertian publik, tapi berlaku sebagai materi pencitraan diri yang sangat subyektif.”

Lagu-lagu hasil persenyawaan tiga serangkai itu memang menawan. Harus diingat Yuga dan Gde punya latar pendidikan musik yang baik, keduanya menyelesaikan studi S2nya di ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta. Keduanya juga dosen musik di Jurusan Sendratasik Universitas NU di Mataram.  Sedang Wing Irawan, meski bermusik secara otodidak, tapi ia bermusik lebih separuh umurnya.

KONSER TITIK KE TITIK ini jadi menarik, mungkin bukan semata-mata karena musiknya. Ketiganya lebih dari sekedar bermusik ria. Itu berangkat seperti diungkapkan Gde Agus, tentang kegelisahan, kemanusiaan, bahkan terkait arsitektur komunikasi sosial. Dan seterusnya, bagaimana membangun titik menjadi garis, atau menjadi bidang, ruang dan penampakan kreatif lainnya.

Saya kira, Yoi Acoustic salah satu yang membuka harapan, bagaimana berproses mensublimkan “senimu” di jalan yang meyakinkan.

Ka-eS




Pelebaran Jalan Pemenang Sampai Sembalun, Anggarannya 700 Milyar

Jalan raya penghubung di wilayah Utara pulau Lombok, dari Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, hingga Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, akan diperlebar dengan anggaran Rp700 milyar.

Kepala Biro Humas Setda Pemprov NTB, Yusron Hadi

MATARAM.lombokjournal.comp —  Rencana pelebaran jalan di wilayah utara pulau Lombok itu disampaikan Kepala Biro Humas Setda Pemprov NTB, Yusron Hadi, Kamis (23/2), di Mataram.

“Pelebaran jalan sepanjang 80 Km, dari Pemenang, Bayan, sampai Sembalun. Sudah diusulkan dengan anggaran sekitar Rp700 Miliar,” kata Yusron.

Menurutnya, usulan tersebut disampaikan dalam rapat terbatas lintas Kementerian yang dipimpin Presiden Joko Widodo, Selasa (21/2) lalu, di istana negara, Jakarta, yang dihadiri oleh Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi.

Pelebaran jalan di kawasan Utara pulau Lombok itu merupakan bagian upaya percepatan peningkatan infrastruktur di sekitar lokasi rencana pembangunan Global Hub di Lombok Utara.

Gra




KEK Mandalika Juga Menyasar Pengembangan Sekitarnya

Pembangunan KEK Mandalika, tidak semata-mata KEK saja, tapi Pemprov NTB juga mengembangkan kawasan sekitar.

MATARAM.lombokjournal.com – Hal itu dikatakan Kepala Biro Humas Setda Pemprov NTB, Yusron Hadi kepada wartawan, Kamis (23/2) di Mataram. “Mulai dari  Sekotong (Lombok Barat) sampai ujung Timur di Lombok Timur.Jalan by pass lingkar Selatan ini sebagai salah satu upaya kita,”katanya.

Saat ini pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah masih dilakukan pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), selaku pengelola kawasan.

Seiring pembangunan KEK, Pemprov NTB menilai perlu untuk mengembangkan kawasan potensial lain di sekitar KEK, khususnya di wilayah Selatan pulau Lombok.

Yusron mengatakan, pelebaran akses jalan dari Lombok International Airport (LIA) menuju KEK Mandalika, juga masuk dalam pembahasan pada rapat terbatas. Kondisi jalan eksisting dari LIA ke Mandalika saat ini relatif sempit. SehinggaPemprov mengusulkan pelebaran jalan.

“Ada program pelebaran jalan LIA ke kawasan  Mandalika, itu panjangnya sekitar 25 Km dengan anggaran mencapai Rp1,75 Triliun,” katanya.

Menurutnya, pelebaran jalan LIA-Mandalika tidak sampai membangun jalan dua ruas, sehingga tidak akan mengganggu keberadaan Dusun Sasak Sade, di Desa Rembitan, Lombok Tengah.

GRA

 




Pembangunan Jalan By Pass Lingkar Selatan Mencapai 3,41 Triliun

Pemerintah Provinsi NTB mengusulkan pembangunan jalan By Pass Lingkar Selatan pulau Lombok, untuk mendukung pengembangan spot strategis di wilayah tersebut.

Karo Humas Setda Pemprov NTB, Yusron Hadi

MATARAM.lombokjoournal.com — Usulan tersebut disampaikan dalam rapat terbatas lintas Kementerian yang dipimpin Presiden Joko Widodo, Selasa (21/2) lalu, di istana negara, Jakarta, yang dihadiri oleh Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi.

Kepada wartawan, Kamis (23/2) di Mataram, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov NTB, Yusron Hadi menjelaskan, jalan By Pass Lingkar Selatan pulau Lombok sepanjang 177 Km, akan menghubungkan kawasan Lombok bagian Selatan Lombok Barat hingga LOmbok Timur, mulai dari Lembar, Sekotong, Teluk Sepi, Selong Belanak, KEK Mandalika, Teluk Awang, hingga pantai Pink.

“Jalan by pass lingkar Selatan ini sepanjang 117 Km dengan anggaran mencapai Rp3,41 Triliun,” kata Yusron.

Yusron menjelaskan, selain mengusulkan pembangunan jalan by pass lingkar Selatan pulau Lombok, rapat terbatas tersebut juga membahas tentang pengembangan spot-spot potensial yang menjadi  kawasan strategis nasional yang ada  di NTB.

“Dalam rapat itu, Gubernur juga menyampaikan bahwa secara geografis, spot-spot ini juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan pengembangan wilayah, pulau Lombok khususnya,” kata Yusron.

Saat ini konstalasi pembangunan pulau Lombok masih terkonsentrasi di bagian Tengah pulau dari Mataram hingga Labuhan Lombok, sedangkan wilayah Selatan dan Utara relatif masih belum berkembang.

Yusron mengatakan, pembangunan jalan by pass lingkar Selatan pulau Lombok merupakan bagian dari upaya pengembangan kawasan Selatan Lombok.

BACA : KEK Mandalika Juga menyasar Pembangunan Sekitarnya

Gra

 

 




Kuliner Pinggir Pantai Kota Tua Ampenan Akan Ditata Seperti Food Court

Kota Tua Ampenan kembali menggeliat.   Tiap malam, sepanjang pantai bekas bandar laut itu dipenuhi pengunjung.  Sayangnya, deretan kursi pinggiran pantai itu banyak menyita ruang publik.

MATARAM.lombokjournal.com —  Menghidupkan Kota Tua Ampenan tanpa membenahi agar lebih sehat dan tertata, justru akan merugikan masyarakat setempat. Misalnya kios penjual makanan yang kini mengatur kursi-kursi yang menyita jalan sepanjang pantai.

Makin banyak pengunjung menyukai kuliner pantai Amenan di malam hari (foto: Lombok Journal)

Penataan dalam waktu dekat yang dilakukan adalah menertibkan kegiatan kuliner sepanjang pantai. Pedagang pinggir pantai yang berjualan makanan saat ini mengatur kursi-kursi untuk pengunjung di sepanjang jalan pantai yang sebenarnya peruntukannya sebagai ruang publik.

“Pemkot membangun jalan, menata tempat itu sebenarnya memberi kesempatan publik menikmati suasana petang di pinggiran pantai ,” tutur Yusril. Tapi sekarang ruang publik itu seperti dimanfaatkan jadi kaplingan pemilik kios.

Menurut Yusril, seluruh kawasan kota tua akan ditata. “Itu akan dilakukan mengajak masyarakat berdialog, dilakukan secara persuasif.  Orientasinya meningkatkan SDM agar masyarakat setempat agar lebih banyak memperoleh manfaat dalam jangka panjang,” kata Yusril Arwan yang mengkomandani pengelolaan kawasan Kota tua Ampenan kepada Lombok Journal, Kamis (23/2).

Pihak yang diberi wewenang Pemkot Mataram untuk mengelola kawasan kota tua, saat ini tengah merancang penataan menyeluruh. Upaya penataan kawasan kota tua itu melibatkan Kepala Lingkungan, Lurah dan Camat Ampenan.

Diungkapkan Yusril, di sepanjang pantai itu akan ditertibkan dengan menata dagang kuliner itu seperti food court. Menjadi lokasi atau kawasan kegiatan kuliner seperti biasa di pusat perbelanjaan, dimana gerai makanan mengatur meja dan kursinya.

Penataan itu selain merapikan  penataan kursi dan meja kegiatan kuliner, sekaligus memberi  kesempatan publik leluasan menikmati suasana pantai.

“Tujuannya untuk kenyamanan pengunjung, sekaligus akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang berjualan makanan,” pungkas Yusril.

Re.

 

 

 




KIS Chicken, Sensasi Ayam Krispi Sambal Lombok

Perpaduan kriuk ayam krispi  dan pedas khas sambal Lombok, kini bisa dinikmati sambil jalan-jalan ke kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat.

Sulton Hadi, pemilik KIS Chicken

LOMBOK BARAT.lombokjournal.com —  Menu racikan khas Inaq Siti, kini hadir di KIS Chicken, sebuah kedai kuliner di Jalan Raya Senggigi No 21, Meninting, Kecamatan Batulayar.

“Di kedai ini kita coba tawarkan menu spesial ayam krispi sambal khas Lombok sebagai menu andalan, dan ternyata lumayan digemari pelanggan,” kata pemilik KIS Chicken, Sulton Hadi (35), kepada Lombok Journal.

Selain ayam krispi sambal khas Lombok, KIS Chicken juga menawarkan belasan menu makanan dan minuman.

Menurut Sulton, semua menu merupakan perpaduan produk makanan cepat saji berkarakter krispi, dengan resep bumbu lokal Lombok, termasuk sambal khasnya; sambal bajak.

Sulton mengaku membuka kedai KIS Chicken agar bisa berkreasi lebih mantap di bidang kuliner. Salah satunya dengan memadukan konsep kuliner modern dan tradisional.

Pengalaman yang ia dapatkan selama beberapa tahun bekerja di sebuah kedai waralaba ayam krispi, dan juga sebuah Caffe ternama di Mataram, ia padukan dengan resep menu tradisional yang dikuasai ibu mertuanya, Inaq Siti.

Menu ayam krispi sambal khas Lombok di KIS Chicken

“Kebetulan saya ada pengalaman di waralaba dan mertua saya juga pandai membuat menu makanan khas Lombok. Jadi menu di KIS Chicken ini benar-benar perpaduan modern dan tradisional,”katanya.

KIS Chicken sendiri merupakan singkatan dari Khas Inaq Siti, yang juga diambil dari nama sang mertua, Inaq Siti.

Mendukung Pariwisata

Bukan saja untuk kebutuhan masyarakat lokal di NTB, menurut Sulton, membuka usaha KIS Chicken juga bertujuan mendukung dunia pariwisata di NTB, khususnya Lombok. “Kami ingin agar wisatawan yang berkunjung ke Lombok juga bisa menikmati alternatif kuliner di KIS Chicken,” katanya.

Letak kedai KIS Chicken yang dekat dengan kawasan wisata Senggigi diharapkan bisa memudahkan bagi wisatawan untuk mampir.

GRA




Balai Pengelolaan Transportasi Darat Juga Dibangun di NTB

Kementerian Perhubungan RI akan membentuk 25 Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) di sejumlah Provinsi, termasuk di NTB mulai tahun 2017

MATARAM.lombokjournal.com  —  BPTD merupakan unit kerja baru dibawah Kemenhub, yang didalamnya akan mencakup kerja Otoritas Pelabuhan Penyeberangan (OPP).

“Dengan telah dikeluarkannya PM 154 Tahun 2016 maka peran OPP akan melebur di Unit Pelaksana Teknis (UPT) baru bernama Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD),” kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kemenhub RI, Pudji Hartanto, Selasa (21/2)  saat membuka Rapat Kerja dan Koordinasi OPP Lembar di Mataram, NTB.

Pudji mengatakan, dengan mengacu pada PM 154 Tahun 2016 maka Kemenhub akan membentuk 25 BPTD di seluruh wilayah Indonesia. BPTD ini akan membawahi Terminal Tipe A dan Jembatan Timbang yang berada di wilayahnya.

Dijelaskan, Undang-Undang 23 Tahun 2014 mengamanatkan, terminal tipe A dan Jembatan Timbang beralih kewenangannya kepada pemerintah pusat dalam hal ini  Kementerian Perhubungan.

“Oleh karenanya untuk meningkatkan pelayanan perlu dilakukan pembenahan baik peralatan maupun personilnya,” kata Pudji.

Menurutnya, sesuai arahan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat pengukuhan personil Terminal Tipe A dan Jembatan Timbang, perlu ada peningkatan pelayanan baik terminal maupun Jembatan Timbang.

Peningkatan pelayanan ini diperlukan karena tugas memang sebagai pelayan masyarakat.

“Kuncinya melalui 5 (lima) mau. Mau berubah, Mau turun ke lapangan, Mau tegur sapa, Mau terima saran, Mau berbuat,” kata Pudji.

25 BPTD yang akan terbentuk antara lain di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepri, Jambi, Bengkulu dan Lampung, Sumatera Selatan dan Babel,  Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY, Jawa Timur, Bali dan NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kaltara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, serta Papua dan Papua Barat.

Lebih lanjut Pudji mengatakan, pembentukan BPTD ini karena alasan efektivitas dan efisiensi karena BPTD akan lebih fokus dalam mengembangkan wilayah kerjanya.

“Melalui 5 mau yang saya sampaikan tadi dan ditambah dengan penggunaan Teknologi Informasi akan mengurangi celah pungli, dan tidak bosan-bosan saya sampaikan kepada para pegawai untuk Tidak Pungli,” ujar Pudji.

Gra