Malam Takbiran dan Makna yang Tersirat Dalam Takbir
Menyambut Idul Fitri, salah satu sunnah yang dianjurkan dengan antusias, memeriahkan malam Idul Fitri dengan cara menyemarakkan malam takbiran dengan menggemakan takbir
lombokjournal.com ~ Menyambut datangnya Idul Fitri merupakan kebahagiaan tersendiri bagi umat Islam.
Momen Hari Raya ini menjadi penentu berakhirnya perjuangan sebulan penuh dengan berpuasa sepanjang bulan Ramadhan.
Meskipun penetapan awal Ramadhana waktu itu berbeda, Muhammadiyah mengawalil Ramadhan pada tanggal 2 april 2022, sedangkan penetapan awal Ramadhan di Kementrian Agama RI melalui siding isbat, pemerintah mengumumkan jatuh pada tanggal 3 april 2022. Meskipun berbeda, tetapi penetapan 1 syawal 1443 H, Muhammadiyah, dan pemerintah sama-sam 1 syawal 1443 H jatuh pada tanggal 2 Mei 2022.
Maka disinilah kita memaknai perbedaan menyatukan kita terlebih lebih pada Idul Fitri kali ini.
Selama Idul Fitri, kita seharusnya menjadi individu yang diperbarui. Menjadi pribadi yang berkarakter, bersih dari maksiat.
Menyambut Idul Fitri, salah satu sunnah yang dianjurkan dengan antusias, memeriahkan malam Idul Fitri atau malam takbiran dengan menggemakan takbir.
Takbir atau takbiran pada mulanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, tepatnya beliau turun ke lapangan kemudian mempersembahkan takbir hingga beliau muncul di lapangan. Setelah permintaan itu dia menghentikan takbir.
Pada hakekatnya melalui kasus perilaku Nabi Muhammad SAW inilah kita kemudian dikenal dengan istilah takbir keliling. Takbir yang di lengkapi dengan berjalan kaki dari kota ke kota yang berbeda bertekad untuk mensyiarkan agama Islam di Indonesia.
BACA JUGA: Idul Fitri 1443 H, Gubernur NTB akan Shalat di Islamic Center
Di Indonesia, Takbir Keliling adalah artikulasi, kebahagiaan, kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa di bulan yang penuh dengan nikmat.
Gerakan ini selesai sepenuhnya niat memuji nama Allah dengan mengucapakan Takbir, Tahmid dan Tahlil.
Umat Islam Indonesia menggemakannya dengan berbagai artikulasi kemenangan, dilingkupi oleh momen-momen bahagia, dan terkadang juga menggunakan berbagai jenis gambar imajinatif seperti lampu-lampu indah, kerajinan kaligrafi, bangunan bambu sebagai bangunan masjid, dan lain-lain untuk merayakan bulan Ramadhan. Namun ada juga yang merayakan takbiran secara sederhana.
Artikulasi apresiasi dalam merayakan malam takbiran kali ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, Setelah dua tahun berturut-turut kita tidak memeriahkan malam takbiran mengingat fakta bahwa pandemi Coronavirus sedang berkembang di Indonesia.
Mensyukuri kemenangan dengan takbir setelah berpuasa sebulan penuh, melakukan shalat tarawih, berlomba-lomba mencari malam yang lebih baik di atas malam 1.000 bulan (malam Lailatul Qadar), dan menyelesaikan Al-Qur’an adalah aliran apresiasi yang dilakukan. dan besar diselesaikan oleh umat Islam di seluruh dunia di bulan Ramadhan ini.
Takbiran merupakan salah satu artikulasi bagi umat Islam untuk mensyukuri hari kemenangan di saat hari raya Idul Fitri.
Dalam komponen budaya Muslim Indonesia, Takbiran adalah sebuah energi, dan tanda di mana umat Islam merayakan hari kemenangan.
Sebenarnya, apa makna yang tersirat dalam takbiran bagi umat Islam.
Dalam Al-qur’an surah al-Baqarah ayat 185 Allah subhanahuwat’ala berfirman:
[ 185 : (2 ) وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. [البقرة
Artinya: “dan supaya kamu menyempurnakan bilangannya dan supaya kamu agungkan kebesaran Allah atas petunjuk yang telah Dia berikan padamu dan supaya kamu bersyukur.” [QS. al-Baqarah (2): 185]
Dan di dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh ibu umar r,a:
الْمُصَلَّى يَوْمِ اْلفِطْرِ وَفِيْ رِوَايَةٍ كاَنَ يَغْدُوْ إِلى .كَبَّرَ فَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ إِذاَ غَداَ إِلىَ الْمُصَلَّى يَوْمَ اْلعِيْدِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ
. تَرَكَ التَّكْبِيْرَ اْلإِمَامُ حَتَّى إِذَا جَلَسَ اْلعَيْدِ ثُمَّ يُكَبِّرُ بِالْمُصَلَّى إِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى يَوْمَ
[رواه الشافعي في مسنده جـ 1 : 153، حديث رقم 444 و 445]
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia apabila pergi ke tanah lapang di pagi hari Id, beliau bertakbir dengan mengeraskan suara takbirnya.
Dalam riwayat lain (dikatakan): Beliau apabila pergi ke tempat shalat pada pagi hari Idul Fitri ketika matahari terbit, beliau bertakbir hingga sampai ke tempat shalat pada hari Id, kemudian di tempat shalat itu beliau bertakbir pula, sehingga apabila imam telah duduk, beliau berhenti bertakbir. [HR. asy-Syafi‘i dalam al-Musnad, I:153, hadis no. 444 dan 445]
BACA JUGA: Sirkuit Samota di Sumbawa, Tuan Rumah MXGP 2022
Dari dua dalil yang telah disebutkan di atas, dapat di artikan bahwa ayat di atas yang berisi anjuran untuk memperbanyak takbir dalam rangka menyambut Hari ‘Idul Fithri yang dimulai semenjak terbenamnya matahari pada malam ‘Idul Fithri adalah dengan memperhatikan perintah Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 185, yaitu merayakan Idul Fitri dengan malam takbiran dengan cara bertakbir setelah sempurna bilangan puasa Ramadhan.
Dan Rasulullah mengajarkan umat Islam untuk menyuarakan takbir untuk mengagungkan nama Allah. Sehingga takbir merupakan merupakan perwujudan sudah mejalankan sunah menghidupkan malam Hari Raya Idul Fitri.***
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1443 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN