LKM Baitul Tamkin; Beri Pinjaman Tanpa Bunga, Setelah Berdaya Baru Bagi Hasil

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Bitul Tamkin yang memberdayakan ekonomi masyarakat miskin, bermula dari 4 miliar kini sudah mencapai 70 miliar lebih

MATARAM.lombokjournal.com —  Lembaga Keuangan Mikro Baitul Tamkin YANG didukung Pemprov NTB sejak 2011, KINI memperluas jaringan keanggotaan, ke Kabupaten Lombok Utara(KLU).

Setelah tujuh tahun, lembaga keuangan ini memiliki 6.000 Kepala Keluarga (KK) sebagai anggota. “Sudah tujuh tahun berjalan dan kepesertaannya sekarang masuk jadi empat kabupaten,” ujar Ketua Baitul Tamkin NTB Lalu M Kazwaini di Mataram, Kamis (07/09).

Anggota  Baitul Tamkin tersebar di Kabupaten Lombok Timur, KSB, Lombok Barat dan terakhir KLU. Lembaga keuangan ini merupakan grameen bank, artinya memberikan pinjaman pada masyarakat miskin.

Pengelolaannya pun berbasis komunitas, bukan individual. Di dalam komunitas tersebut tiap individu dapat memunculkan keluh kesah yang dirasakan. Tak hanya terkait keuangan, namun juga sosial bermasyarakat dan lainnya.

“Bagaimana membangun masyarakat yang tidak eksklusif namun inklusif,” jelasnya.

Kazwaini menjelaskan, keuangan mikro ini diberikan kepada masyarakat miskin agar ekonomi mereka membaik. Dasar pemikiran Baitul Tamkin, kemiskinan bersumber dari pendapatan yang rendah. Banyak anak yang tidak sekolah akhirnya menjadi buruh kasar dan memunculkan kemiskinan baru.

“Ini yang coba kami bantu,” sambungnya.

Anggaran Baitul Tamkin awalnya hanya berjumlah 4 miliar lebih. Namun hingga Desember 2016 lalau telah berputar menjadi 58 miliar. Bahkan terkahir pada Juni lalu meningkat menjadi 70 miliar.

Untuk memberi pinjaman, diberikan dalam dua skema. Pertama ,pinjaman tanpa imbalan tambahan atau bahkan dikurangi. Masyarakat hanya mengembalikan uang sejumlah yang ia pinjam. “Tanpa bunga,” tuturnya.

Pinjaman tersebut akan diidentifikasi selama lima bulan. Dalam Islam sendiri, Kazwaini mengatakan ada masyarakat yang miskin permanen. Namun ia yakin akan selalu ada jalan keluar dari kemiskinan tersebut.

Sebab itu Baitul Tamkin akan mengidentifikasi skill masyarakat miskin, kemudian memberi pinjaman. “Kita berikan pinjaman tanpa bunga, setelah berdaya baru berbicara bagi hasil,” tukasnya.

Setelah masyarakat miskin berdaya, baru diberikan pinjaman modal usaha. Jumlah kisaran pinjaman akan disesuaikan dengan kekuatan usaha.

Pihaknya tidak memberikan batasan maksimal. Berbeda dengan bantuan pinjaman yang dibatasi. Hal ini dilakukan agar masyarakat tersebut tidak terbiasa menjadi tangan di bawah (meminta).

“Kalau berbagi hasil kan jadi partner karena tangan kita sejajar,” pungkasnya

AYA