Konser  SURADIPA – ARY JULIANT  ;  Menikmati ‘Konten Lokal’ Dan Rindu Kereta di Kota Mataram

lombokjournal.com –

Dua musisi pentolan di Mataram, Suradipa dan Ay Juliant, tampil dalam konser satu panggung, di Teater Tertutup Taman Budaya NTB, Sabtu (03/08/2019) malam.

Suradipa dengan konsep atau tema The Journey, mungkin hendak menampilkan jejak penjelajahan perjalanan musiknya.  Dan ia menimang khasanah lokal di bumi yang dipijaknya, tentu dalam perspektif jazz musician.

Sedang Ary Julliant, sang musisi ‘sesat’ karena gairah musikalnya terus bergerak, dan kita sebut saja ia sebagai penyanyi  balada, dengan Kereta Itu Dari Stasiun Kota Mataram mengangkat kerinduan susana stasiun kota. Ini juga impian tentang hadirnya moda transportasi kereta api dari Mataram. Romantisme suasana stasiun, seperti kenangan Ary tentang stasiun Tugu di Jogja, membuat lagu harapan hadirnya kereta api itu sebagai keinginan nostalgik.

Apa yang yang terjadi?

Penonton mendapat suguhan performance musik yang komplit.

Suradipa, yang kerap diidentikkan warna jazz, tampil tertata rapi, runut tapi menyentuh, meski terkesan ‘dingin’.   Lulusan jurusan musik Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja itu mengangkat apa yang disebutnya konten lokal (Sasak), menjadi wujud komposisi agar menjangkau (taste) publik lebih luas, melampaui lingkaran komunitas kelokalan.

Dan sungguh malam itu Suradipa mampu mengangkat kelokalan menjadi lebih ‘worldwide’.  Ia menegaskan dalam diskusi usai pertunjukan, jenis jazz saat ini bukanlah menjadi minat segmen tertentu. Jazz yang sejarahnya lahir dari lingkungan para budak, yang semula menjadi (seolah-olah) hanya bisa dinikmati kelas tertentu,  kini publiknya makin meluas.

Khasanah lokal bukan sesuatu yang asing bagi Suradipa, atau bukan karena ia terpukau sesuatu yang semata-mata eksotik. Ia bergelut di dalamnya, dan lokalitas itu menarik-narik kesadaran artistiknya.

Sedang Ary Juliant seperti biasanya, hangat menyapa, selalu ingin komunikatif dengan penonton. Dan seperti biasa pula, ia mempertontonkan ketrampilan memainkan berbagai instrumen musik.  Vokalnya yang kadang melengking seperti ingin lebih jauh menyentuh kesadaran lingkungan sosial.

Dan Ary selalu mengajak, ia mengundang seseorang yang diikuti kelompok anak-anak disabiitas bernyanyi bersama-sama. Juga diajaknya seseorang yang membaca tentang kereta api, dalam bahasa Belada.

Di akhir pertunjukannya ia juga mengajak Suradipa bermain bersamanya. Dan hasilnya, suasana musikal yang unk sekaligus menghibur, dari kolaborasi musisi ‘sesat’ dan instrumen Suradipa yang tertata.

Dengan gambar jalan kereta bumel  melalui layar LED yang menjadi backgorund , membuat pertunjukan musik itu sangat apik, dan mengaduk nostalgia.

Dan sayangnya,  pertunjukan itu dinilai penonton sangat singkat.

k-o-s