JKN-KIS Berkontribusi Rp152,2 Triliun Di Tahun 2016

Meski baru berjalan berjalan 3 tahun, pada tahun 2016 JKN-KIS berkontribusi pada terhadap perekonomian Indonesia mencapai 152,2 triliun di tahun 2016 

lombokjournal.com —

Program JKN-KIS tidak hanya berdampak terhadap pelayanan kesehatan tapi juga perekonomian. Hasil penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), di tahun 2016 JKN-KIS sudah berkontribusi pada terhadap perekonomian Indonesia mencapai 152,2 triliun

“Setelah penyelelenggaraan program JKN-KIS berlangsung 3 tahun, dampakya tidak hanya pada pelayanan kesehatan, tapi juga berdampak ekonomi, ini suatu kontribusi yang nyata,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fahmi saat memberikan di tengah-tengah kegiatan Talkshow bertema “Bagaimana Generasi Muda Memaknai Nilai-Nilai Pancasila Dalam Era Kekinian” di Kantor Pusat BPJS Kesehatan, akhir Mei (31/05).

Pada tahun 2021 kontribusinya diperkirakan meningkat sampai Rp289 triliun. Dampak JKN-KIS terhadap perekonomian Indonesia sifatnya positif dan berkelanjutan.

Dalam jangka pendek, program JKN-KIS mendorong aktifitas ekonomi sektor yang bersinggungan dengan JKN-KIS seperti jasa kesehatan pemerintah (rumah sakit dan puskesmas), industri farmasi, alat kesehatan dan non kesehatan (industri makanan dan minuman).

Untuk jangka panjang, program JKN-KIS mendorong peningkatan mutu modal manusia. “Mutu modal manusia merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan,” kata Fahmi Idris.

Tahun 2016, dampak JKN-KIS terhadap jasa kesehatan yang diselenggarakan pemerintah mencapai Rp57,9 triliun, industri farmasi Rp10,1 triliun, industri alat kesehatan Rp0,20 triliun, jasa kesehatan dan kegiatan sosial swasta Rp14,6triliun serta JKN-KIS Rp6,8 triliun.

Industri makanan, minuman dan tembakau terdampak Rp17,2 triliun, perdagangan selain mobil dan sepeda motor Rp7,5 triliun, jasa angkutan, pos dan kurir Rp3,5 triliun, jasa keuangan dan persewaan Rp2,4 trilun dan sektor lain Rp38,6 triliun.

Rr