Hj. Niken Minta Hentikan Penggunaan Pewarna Dan Bahan Berbahaya Dalam Makanan
“Kita semua berharap melalui program ini budaya keamanan pangan masyarakat di NTB dapat terwujud melalui perkuatan sistem manajemen keamanan pangan sekolah”
MATARAM.lombokjournal.com – Orang tua, guru,pihak sekolah hingga para penjual makanan diminta memberi perhatian serius dan menjamin keamanan dan standar kesehatan pangan yang dikonsumsi anak-anak.
Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, SE, M.Sc, menegaskan, stop penggunaan zat pewarna dan bahan-bahan berbahaya dalam makanan.
“Pihak Sekolah, guru, orang tua murid dan kita semua, harus mengawasi keamanan jajanan anak di lingkungan sekolah masing-masing”, ujar Niken saat membuka acara Workshop Monitoring dan Evaluasi Program Intervensi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), yang diselenggarakan Balai Besar POM Mataram, di hotel Lombok Astoria Mataram NTB, Jum’at (06/12/2019).
Menurutnya, jajanan yang mengandung zat-zat kimia dan pewarna berbahaya, jika dikonsumsi oleh anak-anak kita, memang tidak semuanya langsung membuat anak-anak kita sakit.
Tapi mengkonsumsi jajanan seperti itu dalam jangka panjang, dapat merusak kesehatan anak, menghambat pertumbuhan fisik dan mental, bisa berakibat vatal bahkan mengancam keselamatan jiwanya.
Kepada produsen dan para penjual makanan, Bunda PAUD NTB mengajak instansi terkait terus memberikan pembinaan, penyuluhan dan pendampingan, agar mampu menjajakan pengan yang memiliki asupan gizi yang baik, serta terjamin keamanan dan kesehatannya.
Para produsen dan pedagang diminta menghentikan penggunaan bahan-bahan berbahaya , terutama yang menggunakan zat pewarna.
“Bila perlu para orangtua sesekali waktu juga menyediakan bekal sekolah dari rumah, sehingga asupan gizi dan keamanan pangan anak lebih terjamin,” tegasnya.
Menurutnya, hakekat intervensi keamanan PJAS adalah meningkatkan keamanan, mutu dan gizi PJAS di lingkungan sekolah/madrasah di seluruh wilayah provinsi NTB melalui penguatan lintas sektor dan peningkatan kemitraan di pusat dan daerah .
“Kita semua berharap melalui program ini budaya keamanan pangan masyarakat di NTB dapat terwujud melalui perkuatan sistem manajemen keamanan pangan sekolah,” pungkasnya.
Pangan tidak aman
Kepala Subdit Pemberdayaan Pelaku Usaha Badan POM RI, Dra. Dyah Sulistyorini, Apt. M.Sc, menegaskan program intervensi keamanan PJAS, merupakan iktiar untuk menjaga generasi bangsa dari pangan yang tidak aman.
Dijlaskan, Program Intervensi PJAS merupakan Proyek Prioritas Nasional dan memasuki tahun ketiga sejak tahun 2017. Pada tahun 2019, target sekolah yang diintervensi sebanyak 7000 sekolah.
Kepala BPOM Mataram, Dra. Ni GAN Suarningsih, Apt, MH menjelaskan, ada 14 sekolah yang telah di intervensi PJAS di Provinsi NTB. Targetnya ada 839 sekolah, sedangkan arget lokus sekolah untuk Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah sebayak 84 sekolah/madrasah.
Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak awal April 2019. Intervensi yang dilakukan diawali dengan Advokasi Lintas Sektor dengan OPD terkait, Bimtek Keamanan PJAS di sekolah percontohan Kabupaten/Kota se-NTB, Sampling dan Pengujian PJAS dengan Mobil Laboratorium Keliling.
“Sasaran PJAS ini adalah sekolah dan pengelola kantin. Intinya, pengelola kantin harus memiliki pengetahuan tentang PJAS, kantinnya tersedia bak sampah tertutup, tempat cuci tangan, lantainya dapat dibersihkan, itu saja syarat kantin itu,” jelas Ni GAN Suarningsih didepan peserta yang terdiri dari Kepala Sekolah, Dikbud, Bapedda se-NTB.
Ketika ditanya tentang adanya, Kepala BPOM mengatakan belum ada temuan kasus keracunan jajanan di sekolah. Kalaupun ada, maka sampel jajanan atau makanan tersebut akan dikirim ke BPOM untuk dilakukan pemeriksaan Laboratorium.
Kegiatan ini juga dirangkai dengan penyerahan Piagam Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah oleh ketua TP PKK PROVINSI NTB kepada 88 kantin sekolah yang memperoleh Piagam Bintang Satu Keamanan Pangan.
AYA/HmsNTB