Erica Kampanyekan Wira Usaha, Sebab Banyak Anak Muda Cita-citanya PNS

Tantangan bagi Dekranasda NTB, yaitu lemahnya mental usaha khususnya bagi anak muda yang cita-cita jadi PNS, tidak tertarik menekuni usaha di industri kreatif

MATARAM.lombokjournal.ccom —   Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Provinsi NTB, Hj. Erica Zainul Majdi menegaskan, Dekranasda NTB bersinergi baik dengan pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya, mendorong peningkatan mental wirausaha di kalangan generasi muda dan masyarakat NTB.

Hal itu diungkapkannya saat hadir di Kantor Dekranas “Rumah Kriya Asri” Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Jumat siang (8/9-2017).

Di “Rumah Kriya Asri” Istri Gubernur NTB itu memaparkan program kerja Dekranasda Provinsi NTB sebagai bagian dari penjurian Dekranas Award Pembina Teladan Tahun 2017.

Menurut Hj Erica, tantangan terbesar untuk Dekranasda NTB saat ini adalah masalah mindset atau sikap mental, yakni rendahnya mental berwira usaha.

“Cita–cita pertama anak-anak NTB, menjadi PNS. Sehingga jiwa enterpreuner menjadi kurang berkembang,” katanya.

Lebih lanjut, Hj. Erica memaparkan,  pendapatan NTB dari sektor pemerintahan hanya 6 persen. Sedang pendapatan dari industri kreatif mencapai 12,5 persen. Hal ini mendorong istri Gubernur NTB tergerak mengkampanyekan enterpreunership atau kewirausahaan.

Dekranasda NTB mempunyai program go to school, program go to campus. “Para pengrajin yang jelas-jelas berhasil, pendapatannya tinggi, punya nama di nasional maupun di internasional, didorong dan dilibatkan untuk memotivasi anak–anak agar nemiliki mental wirausaha yang baik,” ujar Erica Zainul Majdi menjelaskan salah satu program Dekranasda NTB.

Secara rutin, Dekranasda NTB juga mengundang wirausahawan muda yang sukses. Tahun 2016, Dekranasda NTB bekerja sama dengan 3 desainer Indonesia membawa tenun lombok menuju New York Fashion Week.

Tahun 2017, Dekranasda NTB menggandeng Sari Ayu dalam hal warna kosmetik bertema Lombok dan Tambora.

Selain itu Erica Zainul Majdi menjabarkan, target Dekranasda NTB tiap tahun harus ada headline Kompas tentang kepala negara memakai tenun NTB.

Target itu terpenuhi, pada tahun 2016 Presiden Jokowi datang pada perayaan (Hari Pers Nasional) HPN 2016, kemudian di tahun 2017 pada pembukaan MTQ Nasional.

“Ini merupakan pelajaran berharga buat kami, karena sekarang jika orang mencari tenun, mereka bilangnya ‘TENUN JOKOWI’ dan ini sangat strategis,” ujar Erica bersemangat.

AYA/Hms

 




Lewat Organisasi Wanita, Tangkal Kekerasan Terhadap Anak

Tindakan bullying atau penindasan dengan kekerasan sudah alama ada, tapi sekarang bullying terjadi di tingkat anak sekolah, pelakunya berperilaku semena-mena yang berdampak buruk terhadap motivasi belajar anak

Peserta seminar

MATARAM.lombokjournal.com — Organisasi Wanita di NTB untuk solid dan semakin diajak kompak melakukan upaya pencegahan dan menangkal bullying dan kekerasan terhadap anak.

“Sebab itu dapat mempengaruhi dan merusak mental anak anak kita,” ujar Ketua BKOW Provinsi NTB, Hj. Syamsiah M. Amin di Gedung Sangkareang Kantor Gubernur Provinsi NTB, Rabu (30/8).

Ia menyambut baik atas pelaksanaan seminar “sosialisasi kepemimpinan wanita, pencegahan bullying terhadap anak, perdagangan orang/traffiking dan penyalahgunaan narkoba” yang diadakan oleh organisasi-organisasi wanita di NTB.

Ditegaskannya, organisasi wanita merupakan mitra kerja pemerintah sekaligus pendukung program pembangunan. Sebab organisasi wanita di NTB merupakan perpanjangan tangan yang tidak jauh beda dengan organisasi besar lainnya.

“Saya rasa semua organisasi wanita punya program masing-masing yang sasarannya kepada masyarakat”, ucapnya.

Penyelenggaraan seminar, organisasi wanita di NTB tetap kompak dan solid, walaupun terdapat banyak perbedaan tapi dapat menjadikan perbedaan tersebut sebagai motivasi dan evaluasi untuk mempererat tali silaturrahmi.

Dijelaskannya, tindakan ‘bullying’ atau penindasan sama dengan ‘human traffiking’. Karena itu, Ketua BKOW NTB ini berharap agar organisasi wanita memberi pemahaman kepada para calon TKW.

“Beri pemahaman, bahwa tidak harus bekerja keluar negeri. Bisa saja berjualan kecil-kecilan disini, untuk meningkatkan ekonomi keluarga, yang penting ada kemauan,” tambahnya.

Sebelumnya Dr. Stella Utomo selaku Ketua Panitia melaporkan, seminar ini akan berlangsung dari tanggal 30 Agustus 2017 sampai dengan 2 September 2017 dan dihadiri oleh ibu-ibu GOW (Gabungan Organisasi Wanita) kabupaten/kota se-NTB. Acara ini merupakan program BKOW tahun 2017.

Dikatakannya, perilaku bullying merupakan perbuatan yang menjadi masalah nasional dan internasional, yakni anak-anak generasi muda penerus bangsa mengalami kekerasan di usia muda. Lain halnya dengan trafikking atau perdagangan orang yang beda tipis dengan pengiriman TKW ilegal.

Dengan seminar ini, ilmu yang diperoleh dapat diteruskan ke organisasi wanita yang tergabung dalam BKOW.

Turut hadir sekaligus membuka acara tersebut, Staf Ahli Bidang Sosial Kemasyarakatan, Drs. H. Imhal. Dalam sambutannya, ia mengatakan atas nama pemerintah provinsi NTB menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas terlaksananya kegiatan ini.

“Mudah-mudahan melalui kegiatan ini akan lahir masukan-masukan, rekomendasi yang bisa disampaikan ke pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan seluruh masyarakat untuk bersama-sama mencari solusi mengatasi permasalahan ini,” ujarnya.

AYA

 




Ika Asmi Susanti, Menggabungkan Kerajinan Batok dan Ketak

Kerajinan batok dan ketak menghasilkan asesoris, tas jinjing, tempat minum hingga lampu hias

Kerajinan gabungan batok dan ketak (Foto: AYA)

MATARAM,lombokjournal.com — Masyarakat NTB maupun wisatawan tak asing lagi dengan kerajinan ketak khas Lombok. Begitu juga dengan kerajinan batok kelapa yang mulai berkembang di pasaran industri kerajinan NTB.

Hal inilah yang membuat salah satu pemilik Bale  Creative di Mataram mempunyai ide menggabungkan Kerajinan batok dan ketak tersebut.Ide ini dituangkan oleh Ika Asmi Susanti, pemilik Bale Creative saat ditemui di Majeluk, Mataram, Selasa (29/8).

Ika menuturkan, ide ini muncul saat ia berada di Pulau Jawa. Saat itu ia melihat kerajinan batok kelapa, lalu muncul ide menggabungkan kerajinan ketak yang sudah ada di NTB. Yang diketahui bahwa Kerajinan ini belum ada di NTB bahkan Indonesia.

“Saya beri nama kerajinan Batket (batok dan kelapa)agar mudah diingat,” ungkapnya.

Ia mulai membuat kerajinan tersebut sejak 1,5 tahun lalu. Ika tak menemukan kesulitan membuat kerajinan ini. Terutama dari segi bahan baku, karena melimpah dan juga murah.

” untuk kerajinan Batket ini saya mulai dari 1,5 Tahun yang lalu,” ucapnya.

Harga Batok kelapa hanya seharga Rp 60 ribu per karung. Sedangkan ketak sendiri bisa didapatkan seharga Rp 25 ribu per bungkul.

“Sejauh ini Prospeknya kerajinan dari Batok klapa dan ketak ini sangat bagus karena unik, begitu juga nilai jualnya,” sambung Ika.

Kerajinan yang dia buat ini kini sudah mulai  dikenal masyarakat NTB. Ia mengaku sudah  beberapa kali menyertakan kerajinan Batket dalam galeri pameran.

Selain itu, ia juga menjualnya melalui online. Pembelinya pun tak hanya dari NTB, namun juga dari luar. Salah satunya seperti dari daerah Sulawesi.

“Bahkan Oktober ini kita akan ikut pameran di Jakarta,” akunya.

Hasil kreasi kerajinan Batket beragam. Mulai dari tas jinjing, tempat minum, aksesoris, hingga lampu hias. Kisaran harganya pun beragam. Tergantung ukuran dan lama pengerjaan kerajinan Batket.

Untuk tas dihargai dari Rp150 ribu hingga Rp400 ribu. Sedangkan lampu hias mulai dari harga Rp 75 ribu hingga Rp 150 ribu.

“Modalnya murah namun biaya pengerjaannya yang mahal,” pungkasnya

AYA

 




Ibu Berperan Tanamkan Semangat Bela Negara

Sangat penting peran seorang Ibu dalam memberikan pendidikan bela bangsa dan cinta tanah air pada anak.

MATARAM.lombojjournal.com — Hj. Erica Zainul Majdi, Ketua TP. PKK Provinsi NTB, menegaskan peran penti ibu merupakan salah satu tolak ukur baik dan buruknya pada baik/buruknya kaum perempuan di suatu negara bergantung.

“Tugas para ibu di NTB adalah bagaimana menanamkan nilai-nilai tersebut dari entitas yang paling kecil yaitu keluarga,” ungkap istri Gubernur NTB dua periode itu, saat membuka acara Sosialisasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) Tahun 2017 di Aula TP. PKK Provinsi NTB, Selasa (29/8/17).

Menurutnya, ibu adalah madrasah pertama dan utama dalam menanamkan nilai nilai baik kepada anak- anak, termasuk semangat cinta  bangsa dan cinta tanah air.

Diharapkannya, Indonesia menjadi tanah yang damai, bukan menjadi tanah peperangan.

“Dan itu semua tak lepas dari tanggung jawab para ibu,” tegasnya, sembari mengingatkan kepada peserta agar hasil dari sosialisasi ini akan dapat diamalkan dan ditularkan.

Sebelumnya, Ketua Pokja I, Hj. Muhsinatin Mahali Fikri dalam laporannya menyampaikan, kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi pengetahuan dan pemahaman kepada seluruh masyarakat dan organisasi wanita di NTB tentang kesadaran bela negara.

“Insya Allah program-program yang dimiliki TP. PKK NTB bertujuan baik dan kami berharap bisa dilaksanakan dengan baik pula” ungkapnya.

Selanjutnya, Pasi Komsos Korem 162/Wira Bhakti, Kapten Inf Hardani, yang juga turut menjadi Narasumber menyampaikan bahwa pendidikan karakter bukan hanya tugas guru saja tetapi tugas kita semua (orang tua dan masyarakat).

Acara yang bertajuk “Dengan Semangat Bela Negara Kita Bangun Karakter Bangsa Untuk Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan” dihadiri pula oleh, Wakil Ketua I PKK Provinsi NTB, Hj. Syamsiah M. Amin, Wakil Ketua IV PKK Provinsi NTB, Hj. Rimbun Rosiady Sayuti, jajaran anggota PKK lima kabupaten/kota di pulau Lombok, Kepala Bakesbangpoldagri, Drs. H. L. Syafi’i, Kepala BPMPD Provinsi NTB.

Hadir sebagai narasumber, Kepala Bakesbangpoldagri Provinsi NTB, Drs. H. Lalu Syafii, yang memaparkan, salah satu faktor penyebab melemahnya karakter dan jati diri bangsa adalah melemahnya nasionalisme.

Hal itu dipicu oleh menipisnya jiwa sosial dan toleransi umat beragama. Sehingga berdampak pada meningkatnya konflik antar masyarakat, terkikisnya rasa hormat, budi pekerti serta pemahaman akan makna yang terkandung dalam nilai-nilai luhur yang ada pada kearifan lokal (local wisdom).

Usai penyampaian materi oleh para narasumber, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Berbagai pertanyaan terkait dilontarkan kepada narasumber. Diskusi hangat penuh pesan moral terutama bagi kaum perempuan pun mewarnai acara tersebut.

Pada acara yang diikuti oleh Para Pengurus dan ibu – ibu anggota berbagai Organisasi wanita se- NTB tersebut, Hj. Erica mengajak menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Hal ini dimaksudkannya  memberi teladan sekaligus menggugah  kesadaran semua pihak akan pentingnya semangat bela negara.

“Anak-anak masa kini relatif tidak mengenal lagu-lagu wajib nasional, seperti Indonesia Pusaka,” tuturnya.

AYA

 




Ibu-ibu PKK Dilatih Membuat Oleh-oleh Khas Lokal

Ibu-ibu PKK harus bisa memanfaatkan peluang bisnis lokal terkait berkembangnya sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat

MATARAM.lombokjournal.com – Majunya sektor pariwisata dimanfaatkan dengan menggali peluang bisnis lokal. Untuk mendukung sektor pariwisata, Tim Penggerak PKK Provinsi NTB mengadakan pelatihan ketrampilan bagi ibu ibu dan para Kader PKK.

Pelatihan meliputi membuat Oleh-Oleh lokal, berupa pangan olahan lokal  maupun industri kerajinan rakyat yang unik dan bercorak tradisional, serta kreasi lokal lainnya.

“Pelatihan keterampilan tersebut merupakan salah satu program pokok PKK dari Ketua TP. PKK Provinsi NTB, Hj. Erica Zainul Majdi. Itu menjadi kegiatan prioritas Pokja III tahun anggaran 2017,” kata Wakil Ketua I Tim   Penggerak PKK- NTB, Hj. Syamsiah M. Amin, saat membuka pelatihan di Aula TP. PKK Prov. NTB, Rabu (23/8).

Pelatihan ketrampilan itu meliputi pengolahan pangan lokal dan membuat tas dari bahan tali kur untuk Kader-Kader TP. PKK (Pokja III) Kabupaten/Kota Se-NTB. Majunya sektor pariwisata yang mendasari  pentingnya penyelennggaraan pelatihan tersebut.

Hj Syamsiah mengatakan, berkembangnya sektor pariwisata tentu bukan hanya membuka ruang bisnis ekonomi kreatif skala besar.Wisatawan yang berkunjung sering lebih membutuhkan sesuatu yang khas atau unik dari daerah yang dikunjungi. Misalnya makanan atau industri kreatif kecil- sebagai  oleh-oleh dari bahan khas lokal.

Ia mengajak para kader PKK se-NTB memanfaatkan peluang bisnis tersebut, dengan turun ke masyarakat memberi pelatihan dan motivasi, untuk mengembangkan industri kerajinan sesuai potensi yang tersedia di daerah masing-masing.

“Pangan olahan itu tidak hanya yang berasal dari hasil pertanian tetapi juga dari hasil laut,” ujarnya.

Para peserta pelatihan diharapkan benar-benar menyimak dan mendengar informasi yang diberikan narasumber. Hj. Syamsiah mengatakan, kreasi dalam mengelola bahan pangan lokal tidak harus yang aneh-aneh, cukup yang sederhana tetapi bisa menarik wisatawan.

“Saya melihat ibu-ibu disini sudah bagus dalam hal kreasi, tetapi masih butuh peningkatan,” ujarnya.

Hj Syamsiah yang juga Ketua BKOW Prov. NTB menjelaskan, perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran usaha kecil dan menengah. Mengelola bahan pangan lokal dan kerajinan tangan seperti membuat tas dari tali kur merupakan salah bentuk usaha kecil yang bisa dilakukan ibu-ibu di rumah.

menurutnyai, ada 2 kendala yang dialami pengusaha kecil di NTB. Prtama menyangkut soal kemasan,  dan kedua adalah pemasaran.

Ia menghimbau kepada Dinas/Instansi terkait perlu menyediakan mesin pengemas bagi pengusaha kecil yang belum memiliki mesin tersebut.

“Untuk rasa, makanan lokal kita sudah baik dan terjamin dari penggunaan bahan pengawet. Kita hanya kurang dalam pengemasan,” ujarnya.

Hj.Syamsiah berharap kemasan produk olahan khas lombok tercantum logo halal, tanpa bahan pengawet, dan tercantum nama daerah penghasil makanan tersebut.

Ketua Pokja III Budi Utami Soegeng selaku Ketua Panitia, sebelumnya  melaporkan tujuan pelatihan adalah untuk mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan bahan pangan lokal dan pemanfaatan limbah.

Pelatihan ini diikuti oleh 35 orang untuk pengolahan pangan lokal dan 30 orang untuk pembuatan tas dari bahan tali kur.

AYA




PKK Lobar Masuk Nominasi Lomba Tertib Administrasi PKK Tingkat Nasional

Hasil lomba diharapkan mampu menginspirasi masyarakat dalam membangun kesejahteraannya

MATARAM.lombokjournal.com —   Program PKK Kabupaten Lombok Barat programnya dinilai didukung sistem dokumentasi dan tata kelola adiministrasi  yang baik.  Sehingga  terpilih bersama 4 daerah lainnya di Indonesia sebagai nominator, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Purbalingga, Ngawi dan Gorontalo.

Atas keberhasilan tersebut, PKK NTB dikunjungi Tim Verifikasi Lomba Tertib Administrasi PKK Tingkat  Nasional Tahun 2017, di Aula Gedung Tim Penggerak PKK Provinsi NTB di Jalan Pendidikan Mataram, Senin 21/8-2017.

Tim Verifikasi melakukan penilaian lanjutan untuk menentukan predikat juara I Nasional, atau PKK paling tertib Administrasi Tingkat Nasional tahun 2017.

Ketua Tim Penggerak PKK NTB, Hj. Erica M.Zainul Majdi bersama Wakil Ketua I, Hj. Syamsiah Muh. Amin dan didampingi  pengurus lainnya, menyambut hangat kunjungan Tim Verifikasi Lomba tersebut,.

Di hadapan Tim Verifikasi  Nasional,  Hj. Erica menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas terpilihnya PKK NTB diwakili Kabupaten Lombok Barat dalam nominasi 5 besar nasional.

Menurutnya, dengan masuknya PKK NTB sebagai salah satu nominator terbaik nasional, akan memberikan kesempatan kepada pengurus dan kader-kader PKK Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-NTB belajar lebih banyak. Karena akan dibimbing  langsung oleh tim verifikasi pusat.

“Kita sudah tidak sabar mendapatkan ilmu dan pendampingan dari ibu-ibu tim pusat,” ujar Hj. Erica.

Hj Erica mengatakan, administrasi dapat diibaratkan sebagai  jantung dari suatu organisasi. “Program-program organisasi akan dapat berjalan dengan baik, bila didukung tata kelola administrasi yang baik,” tuturnya.

Seluruh jajaran TP PKK NTB diajaknya memberi perhatian yang sungguh-sungguh terhadap administrasi PKK.

“Verifikasi ini bukan hanya untuk melihat tertibnya saja, tetapi juga menilai kelengkapannya dan akuntabilitasnya,” terang Hj. Erica mengingatkan jajarannya.

Pada kesempatan sama, Dra Hj. Nursula anggota tim verifikasi menyampaikan, Ketua umum PKK Pusat bercita-cita, agar setiap lomba yang dilaksanakan di jajaran PKK,  mampu memberi sesuatu yang bernilai strategis dan menginspirasi dalam melahirkan karya-karya yang lebih besar  bermanfaat bagi masyarakat luas.

Lebih lanjut ditegaskannya, semua daerah atau PKK yang masuk nominasi 5 besar nasional, termasuk PKK NTB dan Kabupaten Lobar sesungguhnya sudah menjadi pemenang.

Tapi untuk menentukan urutan juara dari kelima nominator tersebut, diperlukan  Verifikasi lanjutan, yakni untuk mencocokkan laporan dengan kondisi di lapangan.

“Kalau sudah menang atau masuk nominasi, harus lebih baik ke depannya karena akan menjadi contoh atau perhatian dari seluruh PKK di Indonesia,” pesan Hj. Nursula.

AYA/Hms




PKK Diajak Kuatkan Semangat ‘Fastabiqul Khairat’

Penting terus memupuk kekompakan dan persatuan dalam mewujudkan program program pemberdayaan perempuan dan keluarga yang sejahtera.

MATARAM.lombokjournal.com — Ketua TP. PKK Provinsi NTB, Hj. Erica  Zainul Majdi mengajak segenap jajaran PKK dan Organisasi Wanita di Nusa Tenggara Barat menyalakan semangat fastabiqul khairat.

“Mari kita tanam dan nyalakan semangat fastabiqul  khairat di jiwa setiap insan PKK dan Wanita untuk satu tujuan, memajukan NTB melalui pemberdayaan perempuan,” ajak Hj. Erica saat menghadiri Halal Bi Halal TP. PKK Prov. NTB di Aula TP. PKK Prov. NTB, di Mataram, Kamis (3/8/).

Fastabiqul khairat merupakan ajakan `berlomba-lombalah berbuat kebajikan’. Kebajikan yang dimaksud pasti kebaikan yang sesuai dengan perintah Allah.

“Pengabdian dalam pelaksanaan program program PKK diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat,” katanya. Ditambahkan, seluruh organisasi perempuan di NTB ini memiliki satu tujuan, memajukan NTB melalui pemberdayaan perempuan.

Kekompakan mencapai tujuan itu tidak lepas dari prinsip fastabiqul khairot, yang terus dipegang oleh kader PKK dalam melaksanakan tugasnya.

Halal Bi Halal yang mengangkat tema Dengan Silaturrahim Kita Teguhkan Kebersamaan tersebut dihadiri oleh Ketua BKOW Prov. NTB Hj. Syamsiah M. Amin dan Ketua Dharma Wanita Prov. NTB Hj. Ikhsanti Komala Rimbun Rosiady.

Kegiatan halal bi halal itu juga diisi ceramah Dr. H. Zaidi Abdad, MA, yang mengatakan, rasa kebersamaan yang kuat adalah kunci mengatasi berbagai masalah.

“Ada tiga hal dalam membangun kebersamaan, pertama membangun keimanan dan ketaqwaan, kedua membangun pendidikan, dan ketiga membangun ekonomi,” ujar Zaidi Abdad.

Keimanan dan ketaqwaan adalah segala perbuatan yang dilakukan di dunia dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

“Kenalkan anak-anak tentang  hakikat keimanan dan ketaqwaan sejak dini agar anak-anak kita kelak memiliki moralitas dan akhlak yang baik,” himbaunya.

AYA

 

 

 




Pelatihan Media Untuk Mengawal Isu Gender

Media diharapkan dapat mengawal masalah gender

Loteng.lombokjpurnal.com – Pelatihan Pengarus Utamaan Gender (PUG), PP dan PA bagi SDM Media di Provinsi NTB, dibuka Kepala DP3AP2KB ( Dinas pemberdayaan perempuan perlindungan anak dan pengendalian penduduk keluarga berencana) Hj. Hartina MM, di Hotel Golden Palace, Sabtu (29/7).

Pelatihan tersebut diselenggarakan atas kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP dan PA) bekerjasama dengan PWI Pusat. Penyelenggaraan pelatihan berlangsung hingga Minggu (30/7), yang diikuti 30 orang peserta baik wartawan maupun mahasiswa jurusan Jurnalistik di NTB.

“Pelatihan Pengarus Utamakan Gender Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bagi Media di NTB sangat penting, sehingga Media dapat mengawal masalah Gender di daerah ini dengan baik,” kata Hj Hartina.

Wartawan senior Kompas (1984-2015), Maria Hartiningsih, ebagai fasilitator pelatihan menyampaikan materi tentang Merebut Ruang Geder dan Media, dan Ketua Bidang daerah PWI pusat Atal S. Depari t sebagai fasilitor dengan materi Kode Etik Jurnalistik Penulisan Perempuan dan Anak.

Maria menguraikan, problem gender baik yang terjadi di Indonesia maupun di luar Negeri. Gender adalah kesamaan hak antara perempuan dan laki-laki, yang membedakan adalah kodratnya yaitu perempuan melahirkan dan menyusui.

“Gender tidak lagi oposisi tapi sudah beragam yang lebih terkait dengan relasi kuasa yang tidak seimbang,” katanya.

Menurutnya, isu Gender tidak hanya menyangkut perspektif perempuan tapi ada perspektif lain, yaitu yang kuat harus membantu yang lemah. Kalau relasi kuasnya timpang, maka kita tidak bisa melaksanakan demokrasi substansial yaitu menghargai hak dan martabat manusia.

Ketua Bidang Daerah PWI Pusat Atal S Depari dalam paparannya mengunngkapkan, Kode etik jurnalis ( KEJ ) merupakan panduan moral dan etika profesi wartawan dalam menjalankan kegiatan jurnalisme , mencari, memperoleh, memiliki , menyimpan, mengolah, dan menyajikan informasi (6 M).

Dikatakannya, Pelanggaran KEJ yang paling banyak mencampurkan fakta dan opini sebanyak 40 persen, disusul mengungkap identitas korban 38 persen, mengandung informasi cabul dan sadis 21 persen dan mengungkap identitas pelaku sebanyak 1 persen.

Ada banyak kode etik juralistik yang bisa menjadi pedoman para wartawan yakni kode etik jurnalistik 2016 yang disahkan Dewan Pers. Kode etik  yang khusus memberikan perhatian pada perempuan dan anak di pasal 4 yang berbunyi ” Wartawan indonesia tidak membuat berita bohong , fitnah, sadis dan cabul.”

Serta pasal 5 yang berbunyi ” wartawan indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Dimana identitas adalah sebuah data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak korban.”

AYA

 




PKK NTB Tekankan Program Yang Dipahami dan Mengubah Cara Pandang Masyarakat

Jajaran PKK NTB ditekankan menyusun program kegiatan di masing-masing kelompok kerja (POKJA), lebih memprioritaskan program yang membumi.

MATARAM.lombokjournal.com — Ketua TP PKK NTB, Hj Erica Zainul Majdi menegaskan perlunya masing-masing  kelompok kerja (POKJA), menyusun program yang mampu mengubah cara pandang masyarakat.

“Apa pun bentuk program tersebut, yang terpenting adalah program  dapat dipahami dan mampu mengubah cara pandang masyarakat menjadi lebih baik,” katanya saat memimpin rapat pleno PKK NTB, Senin (17/7) di Pendopo Gubernur NTB di Mataram.

Rapat pleno membahas evaluasi dan progres pelaksanaan program/kegiayan triwulan I dan II serta pembahasan program/kegiatan TP PKK NTB. triwulan III tahun 2017.

Saat itu Hj. Erica lebih banyak mendengarkan laporan pelaksanaan dan progres kinerja dan rencana program masing-masing pokja.

Beberapa program PKK yang akan dilaksanakan pada triwulan ketiga itu,  antara lain program ‘Bebas Iva’  di seluruh kab/kota se-NTB, sosialisasi  gizi yang melibatkan kader di Kabupaten/kota serta sosialisasi pengelolaan limbah rumah tangga. Program tersebut berada dalam wilayah kerja pokja IV.

Untuk kelompok kerja III, pada triwulan sebelumnya telah menggelar pelatihan pembuatan pupuk pestisida di 10 Kabupaten/kota, sosialisasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman pangan keluarga.

Program itu dilaksanakan melalui kerjasama kemitraan dengan Dinas Ketahanan Pangan dan BPTP. Sedangkan untuk triwulan ini, akan melaksanakan sosialisasi dan pelatihan pengolahan pangan lokal, pelatihan pembuatan tas dengan tali kur.

Untuk pokja II dan I masing masing akan melaksanakan monitoring dan evaluasi PAUD se-NTB,  dan secara rutin melakukan Pembinaan majelis ta’lim di seluruh Kabupaten/kota di NTB.

Hj. Erica mengapresiasi komitmen tinggi dan kinerja  ibu- ibu PKK tersebut. Namun ia juga menekankan, akan lebih baik lagi jika dalam melaksanakan sebuah program, para kader PKK dapat memberi contoh langsung kepada masyarakat.

Untuk gerakan cuci tangan pakai sabun  dalam rumah tangga misalnya, akan dapat berjalan maksimal jika ibu, sosok yang menjadi panutan bagi anak anak, dapat memberi contoh terlebih dahulu kepada anak anaknya.

“Kalau mau anak-anak mencuci tangan pakai sabun,maka ibunya dulu yang harus melakukan, pasti akan ditiru oleh sang anak,” jelasnya.

Pada saat itu Hj Erica juga berharap agar pelaksanaan program tahun 2017 dapat terus ditingkatkan. “Semoga di tahun 2017 ini kerja sama kita semakin lancar, kita semakin kompak,”tutupnya.

Rapat Pleno tersebut dihadiri wakil Ketua I, Hj. Syamsiah M.Amin, Wakil Ketua II Hj. Ikhsanti Komala Rimbun, serta seluruh anggota dan pengurus dari keempat POKJA tersebut.

AYA




Aktivis Desa Perlu Pahami Perlindungan Hak Anak

Aktivis desa penting menyadari perlunya melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi

MATARAM.lombokjournal.com —  Perlindungan hak anak butuh kepedulian masyarakat, karena itu harus memiliki wawasan pemenuhan hak-hak dasar anak.

Wakil Ketua I Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, Hj. Syamsiah M. Amin menyampaikan hal itu, saat membuka pelatihan aktivis desa dalam Pengembangan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di NTB tahun 2017, yang berlangsung di Hotel Grand Legi Mataram, Kamis (13/7).

Kerjasama DP3AP2KB dengan Tim Penggerak PKK Provinsi NTB itu bertujuan memperkuat kelembagaan masyarakat didesa/Kelurahan.  Setelah mengikuti pelatihan diharapkan menjadi agen perubahan untuk mencegah dan membangun norma anti kekerasan , serta meningkatkan kemampuan anak-anak melindungi diri dari praktik kekerasan.

Gerakan ini merupakan inisiatif masyarakat dari berbagai unsur, seperti toga, toma, todat, BPD, karang taruna, kader desa, PKK desa, pemerhati anak, aparat desa dan perwakilan anak yang ada.

“Gerakan ini, bukanlah pekerjaan ringan. Dibutuhkan dukungan kompetensi kader dan anggota masyarakat yang terlibat di dalamnya, agar mampu berperan sebagai penggerak dan penggugah kesadaran masyarakat,” ujar Hj  Syamsiah.

Ia mengajak peserta pelatihan benar-benar menjadi pelaku perubahan melalui pendidikan dan perlindungan anak dari berbagai aspek. “Pembangunan nasional tidak akan bisa berjalan secara optimal apabila kekerasan terhadap anak masih terus terjadi,” tegasnya.

Sebelumnya, Kepala DP3AP2KB Provinsi NTB Hj. Hartina, MM melaporkan, sasaran pelatihan kader bukan pegawai DP3AP2KB Kabupaten/Kota.

“Setelah pelatihan para peserta akan kembali ke desa/kelurahan masing-masing untuk bergabung dengan masyarakat dalam melakukan aksi-aksi perlindungan anak secara terpadu,” katanya.

Tidak hanya di desa/kelurahannya sendiri, tapi diharapkannya menyebar ke desa atau kelurahan lainnya yang belum  mendapat pelatihan.

AYA