TGB TITIP DOA UNTUK NTB DAN INDONESIA

Lombokjurnal.com

TGB Sholat Gerhana
TGB ketika menjelaskan tatacara Sholat Sunnah Gerhana.

Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) titip doa untuk NTB danBangsa Indonesia kepada jamaah sholat sunnah Gerhana di Masjid Attaqwa, di Mataram (Rabu, 9/3). Sholat sunnah di Mataram itu dilakukan saat terjadinya Gerhana Matahari Total yang berlangsung di 11 provinsi di Indonesia, hari Rabu. NTB sendiri tidak termasuk lintasan peristiwa alam yang jarang terjadi itu.

“Selain mendoakan keluarga, saya mengajak jamaah sekalian juga mendo’a untuk Nusa Tenggara Barat dan Bangsa Indonesia agar diberkahi dan dijauhkan dari marabahaya,” kata TGB ketika memberikan sambutan sekaligus menjelaskan tatacara Sholat Sunnah Gerhana.

TGB menjelaskan, fenomena Gerhana Matahari Total merupakan bentuk kasih sayang Allah yang mengatur matahari dan bulan serta struktur tata surya lainnya, agar manusia bisa yang hidup di bumi merasakan kesempatan langka ini.

“Mungkin ini hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup. Berbahagialah yang hari ini bisa melaksanakan saholat sunnah dan menikmati peristiwa alam yang langka ini,” ujar TGB.
(Ka-eS/foto: Humas Prov NTB)




Gerhana Matahari Total : Membuka Pengetahuan, Bukan Membuat Mitos

IMG_20160309_073142
seorang ibu menyaksikan Gerhana Matahari

IMG_20160309_073344
anak-anak pun tak ketinggalan menyaksikan Gerhana Matahari

lombokjurnal.com

Nusa Tenggara Barat (NTB), memang tidak termasuk 11 provinsi — mulai dari Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Babel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara – yang menjadi lintasan Gerhana Matahari Total (GMT). Tapi menyambut GM (Kamis, 9/3/2016), masyarakat muslim di Lombok melakukan shalat gerhana atau shalat khusuf. Fenomena alam disambut ibadah sunnah, doa dan zikir di masjid-masjid.

Di beberapa kampung di Mataram, sejak pukul 07.30 wita, ibu-ibu dan anak-anak ikut menyaksikan gerhana matahari. Mereka tak melihat matahari langsung, tapi juga tak membeli kacamata khusus. Sebagian terlihat menggunakan film bekas foto rontgen. Melalui bagian gelap film rontgen itu bisa melihat bayangan bulan yang menutupi matahari, sehingga terlihat seperti bulan sabit. Pemandangan ini tak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Sinar matahari terasa redup, karena sebagian sinarnya yang biasa langsung ke bumi terhalang bulan. Para ilmuwan menyarankan, melihat gerhana menggunakan kacamata matahari yang bisa meredupkan cahaya matahari 100.000 kali. Atau kacamata hitam yang bisa membantu meredupkan cahaya matahari. Atau kalau tidak punya, bisa menggunakan kaca dengan jelaga, atau disket.

Membuka Pengetahuan

ilustrasi GMT
ilustrasi GMT

NTB tidak termasuk daerah yang pernah menjadi lintasan sejak GMT tercatat di Indonesia pada tahun 1900. Sejak tahun 1900 wilayah Indonesia telah dilintasi sekitar 10 GMT, yaitu 18 Mei 1901 (di Sumatera Barat, Jambi, Kalbar,Kaltim, Sulteng dan Maluku), 14 januari 1926 (Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalbar), 9 Mei 1929 ( Aceh dan Sumatera Utara), 13 Februari 1934 (Sulawesi Utara dan Maluku Utara) 4 Februari 1962 (Palu dan Papua), 11 Juni 1983 (Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara dan Selatan, Papua), 22 November 1984 (Papua), 18 Maret 1988 (Sumatra Selatan, Bengkulu, Bangka), 24 Oktober 1995 ( Sangihe, Sulawesi Utara), dan 9 Maret 2016 (Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Babel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara).

Mungkin karena tak punya pengalaman menjadi lintasan GMT, di NTB hampir tak ada mitos tentang GMT. Sebagai gantinya, peristiwa alam itu dihubungkan dengan keadaan alam semesta melalui  ‘ajaran’ religius.

Alan Malingi dari Bima, pegawai Pemkab Bima yang dikenal banyak bergelut di dunia seni budaya, menulis status di akun facebook tentang GMT. “….merupakan sinyal berbenturannya benda-benda langit yang memberi tanda bahwa tata surya kita tidak stabil alias sudah semakin tua. Alquran sesungguhnya memberi tanda tentang proses berbenturannya sistim tata surya sebagai bukti akhir zaman….”

Seringkali peristiwa alam dihubungkan dengan akhir zaman. Proses berbenturannya tata surya, seperti ajaran Alquran yang disebutkan Alan Malingi, apa benar memang merujuk peristiwa GMT. Sebab peristiwa GMT bukanlah ‘berbenturannya sistim tata surya’ seperti dipahami Alan Malingi.

Gerhana matahari merupakan peristiwa di mana posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar dan berada pada garis lurus. Bulan akan melintas di antara Matahari dan Bumi, untuk beberapa waktu cahaya Matahari ke Bumi akan terhalang bayangan Bulan. Ketika fase total itu terjadi bulan menutupi Matahari, korona Matahari akan tampak seperti menjulur dari pinggir bagian yang ditutupi Bulan.

Penyebaran mitos yang sering berbenturan dengan ilmu pengetahuan, tidak mengedukasi masyarakat agar bisa memahami fenomena alam secara lebih benar. Ketika GMT melintasi wilayah Jawa, Sulawesi dan Papua pada 1983, pemerintah Suharto melarang masyarakat melihat gerhana secara langsung karena dianggap menimbulkan kebutaan.

Padahal. semua itu tak lepas dari mitos tradisional maupun mitos modern bahwa memandang GMT membuat mata buta. Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, cahaya matahari ketika gerhana dan sehari-hari sama bahayanya. Jadi disarankan hanya melihat secara sekilas saja.

Wakil Presiden, Jusuf Kalla, mengoreksi kejadian tahun 1983, yang dianggapnya masyarakat diajarkan yang salah, untuk tidak bisa melihat dan harus tinggal di rumah. “Itu kesalahan besar. Oleh karena itu, dianjurkan justru untuk dilihat walaupun harus pakai kacamata khusus,” kata Jusuf Kalla akhir Februari.

Umumnya GMT berulangnya kejadian di suatu tempat, secara rata-rata itu di atas 300 tahun sekali. Sayang sekali kalau kita tidak menyaksikannya.
Rayne Qu (Dari berbagai sumber)




Lupakan Tambora, Letusan Rinjani Purba Jauh Lebih Dasyat

clive-oppenheimer
Profesor Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris,

lombokjurnal.com

Letusan Gunung Rinjani purba yang dikenal sebagai Gunung Samalas, jauh lebih besar dari Krakatau dan Tambora. Kalau rekonstruksi tentang letusan Samalas dilakukan, peringatan 200 tahun Tambora, akan diganti dengan peringatan lebih dari 700 tahun letusan Samalas di Lombok.

Kisah letusan Rinjani purba itu, bermula dari para peneliti yang mengamati jejak abu dan beberapa serpihan kimia dari sebuah gunung api yang pernah meletus dengan dahsyat. Jejaknya itu terdapat pada lapisan es, baik di Kutub Utara maupun di Kutub Selatan. Temuan para ilmuwan itu dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences. Bayangkan, letusan tersebut disimpulkan yang terbesar dalam 7.000 tahun terakhir.

Semula, asal-usulnya membingungkan para glaciologists, vulkanologi, dan ahli iklim selama beberapa dekade. Hanya diketahui, ledakan misterius terjadi pada 1257, di abad ke-13. Luar biasa dahsyatnya, sehingga jejak kimiawinya terekam dalam es di Arktik dan Antartika. Pada Abad Pertengahan terdapat teks yang menceritakan tentang iklim yang mendadak mendingin dan panen yang gagal.

Baru Diketahui Biangnya

Baru kini para ilmuwan menemukan gunung berapi yang menjadi biang peristiwa tersebut. Jurnal sains, PNAS, tim internasional menunjuk pada Gunung Samalas di Pulau Lombok, Indonesia yang ini dikenal sebagai Gunung Rinjani. Gunung yang bernama Samalas yang kini “hampir tak tersisa dan hanya tinggal sisa letusannya” – sekarang lebih dikenal bernama Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Rinjani dituding penyebab perubahan iklim mendadak di abad pertengahan untuk wilayah Eropa dan sekitarnya.

Tim ilmuwan mengaitkan jejak sulfur dan debu di es di kutub dengan data yang ditemukan di wilayah Lombok, termasuk unsur radiokarbon, tipe dan penyebaran batu dan abu, cincin pepohonan, dan bahkan sejarah lokal yang menyebut tentang runtuhnya Kerajaan Lombok di suatu masa Abad ke-13. “Buktinya sangat kuat dan menarik,” kata Profesor Clive Oppenheimer dari Cambridge University, Inggris, seperti dimuat BBC, 30 September 2013.
Kolega Clive Oppenheimer yaitu Profesor Franck Lavigne dari Pantheon-Sorbonne University, Prancis yang telah menghadap Gubernur Zainul Majdi baru-baru ini mengatakan, “Kami melakukan sesuatu yang mirip investigasi kriminal.”

Penelitian yang mirip ‘investigasi kriminal’ itu awalnya tak diketahui tersangkanya. Hanya berbekal hari ‘pembunuhan’ dan jejaknya dalam bentuk geokimia di inti es. “Itu memungkinkan kami melacak gunung yang bertanggung jawab,” kata Franck Lavigne.
Meskipun, para peneliti lain menduga perubahan iklim mendadak dikarenakan letusan gunung api Okataina di Selandia Baru dan El Chichon di Meksiko, namun bukti lain tetap mengarah Samalas menjadi kandidat kuat ‘pelakunya.’ Menurut Clive, letusan dan erupsi Samalas juga dikait-kaitkan dengan sejarah lokal yaitu jatuhnya Kerajaan Lombok sekitar abad 13.

Seperti dimuat di National Geographic (01/10/13), terdapat teks dalam bahasa Jawa, Babad Lombok, yang menceritakan sebuah erupsi besar dari gunung api raksasa bernama Samalas yang menciptakan sebuah kaldera atau kawah. Ledakan 1257 yang semula dikaitkan dengan sejumlah gunung di Meksiko, Ekuador, dan Selandia Baru, gagal memenuhi prasyarat karbon dating dan geokimia. Hanya Samalas yang cocok.

Bila hasil rekonstruksi benar, maka Indonesia memiliki 4 gunung api dengan letusan dan erupsi maha dahsyat yang mempengaruhi iklim dunia, yaitu gunung Toba, gunung Tambora, gunung Krakatau. Dan kini yang terdasyat, gunung Samalas.

Rayne Qu (Bahan BBC/National Geographic)




Memperbanyak Penerbangan Ke Lombok

Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin
Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin (Foto: Lombok Atraktif)

Mataram – Deca Warnana
Makin meningkatnya penyelenggaraan even berskala nasional maupun internasional di Lombok, membutuhkan penambahan rute maupun jadwal penerbangan di Lombok International Airport (LIA). Tahun 2016, sedikitnya sudah 18 agenda nasional akan digelar di NTB. Agenda yang cukup padat itu harus didukung kelancaran transportasi.

Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan penerbangan itu pihaknya sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan. Tujuannya untuk mendesak pihak kementerian untuk mengkaji rute penerbangan langsung ke luar negeri dari dan menuju LIA di Lombok Tengah.
Sebenarnya desakan pada kementerian perhubungan itu bukan semata-mata even yang akan diselenggarakan di Lombok. Saat ini minat kunjungan ke Lombok terus meningkat. Kecenderungan membaik itu harus segera mendapat respon positif dari pemda.
Selain 18 event yang sudah ditetapkan, banyak pula rencana dari luar yang sudah terdaftar tapi belum diagendakan. Juga agenda spontanitas lainnya, tentu mendorong pemda segera mempersiapkan sarana yang diperlukan. Salah satu masalah transportasi.
“Makin beragam keperluan yang harus dilayani penerbangan. Bukan hanya TKI saja,” kata wagub, di Mataram Kamis (11/02).
Beberapa luar negeri yang rencananya segera dikaji adalah Malaysia, Singapura, China, Jepang, Australia dan Korea Selatan. “Sekarang dari luar ngeri yang masuk ke Lombok baru dari Malaysia dan Singapura,” kata wagub.
TKI
Memang harus diakui, penerbangan selama ini dari dan menuju NTB lebih banyak diisi oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) khususnya baik yang datang maupun yang pergi ke Singapura dan Malaysia. Dari Penerbangan AirAsia untuk rute Kuala Lumpur-Lombok ada 10 penerbangan tiap minggu.
Namun saat ini, hampir setengahnya adalah wisatawan asing yang berlibur ke Nusa Tenggara Barat. Untuk menduku dibukanya rute dari dan ke Lombok. Saat ini sudah ada dana khusus insentif sebesar 1,6 miliar bagi maskapai yang membuka jalur langsung, khususnya ke Australia. Negeri Kanguru merupakan salah satu penyumbang wisatawan terbanyak ke Lombok.
Peningkatan wisatawan yang berkunjung ke Lombok memang menjadi pertimbangan perlunya pengkajian pembukaan rute baru penerbangan. Saat ini, sektor pariwisata menjadi penyumbang terbesar ketiga penyumbang PDB Nusa Tenggara Barat, setelah tambang dan pertanian, pariwisata menjadi
(Ka-Es)




Akademi Komunitas, Penuhi Kebutuhan Pasar

Gubernur-NTB-Dr-TGH-M-Zainul-Majdi-menerima-Koordinator-Pendidikan-Vokasional-Berkelanjutan-PVB-Hanifah-Ferry-Mursidan-Baldan
Gubernur-NTB-Dr-TGH-M-Zainul-Majdi-menerima-Koordinator-Pendidikan-Vokasional-Berkelanjutan-PVB-Hanifah-Ferry-Mursidan-Baldan

Mataram – Deca Warnana
Nusa Tenggara Barat (NTB) akan membangun lembaga pendidikan, yang melatih tenaga kerja Perhotelan dan Tata Boga handal. Jurusan itu disesuaikan kebutuhan pasar di NTB.
Koordinator Pendidikan Vokasional Berkelanjutan (PVB), Hanifah Ferry Mursidan Baldan, merencanakan akan membuat lembaga pendidikan tingkat Diploma II. Jurusannya disesuaikan dengan kebutuhan pasar,” jelas Hanifah.
Hal itu diungkapkannya usai bertemu Gubernur NTB Dr TGH M Zainul Majdi di ruang kerja Gubernur setempat, Kamis (11/2). Dalam pertemuan itu, selain beserta rombongan juga didampingi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB Hj Erica Zainul Majdi, Asisten Administrasi Umum dan Kesra Drs H Lalu Syafi’i, dan Kepala Biro Humas dan Protokol, H Yusron Hadi.
Metode pembelajaran akademi komunitas ini 40 persen di kelas dan 60 persen di lapangan. Dipilihnya jurusan Perhotelan dan Jasa Boga, karena dua jurusan ini jadi favorit dan diinginkan user (pengguna tenaga kerja), “Pariwisata adalah bidang yang diminati saat ini,” ujar istri Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Ferry Mursydan Baldan, ini.

Akademi tersebut tidak hanya mengajarkan keterampilan tapi juga menanamkan nilai (value), seperti tauhid dan nilai kebangsaan. Lulusannya tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi didukung juga kepribadian yang baik, bekerja professional dengan tetap mengamalkan nilai-nilai agama dan kebangsaan. “Seperti seorang diplomat yang bekerja di luar negeri,” kata Hanifah.
Gubernur NTB Dr TGH M Zainul Majdi menyambut baik rencana pembangunan akademi tersebut. Itu sesuai dengan visi misi NTB yang beriman, berbudaya, berdaya saing, dan sejahtera. Lembaga pendidikan tersebut dapat meningkatkan sumber daya manusia di NTB, sehingga dapat bersaing dengan SDM dari luar daerah maupun luar negeri.
“Syukur alhamdulillah, ibu Hanifah memilih Provinsi NTB untuk membangun sekolah tersebut,” kata Gubernur.
Masyarakat NTB memiliki semangat tinggi bekerja di luar negeri. “Adanya akademi ini, masyarakat Lombok yang bekerja di luar negeri memiliki daya tawar. Sehingga tidak diremehkan di negara orang,” harap Gubernur,.
(lia/timred Biro Humas)