Selamatkan Kangkung Lombok Varietas ‘Aini’ dan ‘Gomong’
Kangkung varietas ‘Aini’ dan ‘Gomong’ asli Lombok sudah dipatenkan melalui SK Menteri Partanian sejak bulan April 2002. Seiring makin sempitnya lahan menanam Kangkung di Kota Mataram, dikhawatirkan varietas itu akan hilang.
MATARAM – lombokjournal.com
Dinas Pertanian Kota Mataram meninjau tanaman kangkung sistem hidroponik; harus ada solusi menyelamatkan kangkung super asal Lombok (foto; Chairul Anwar)
Haji Masbuhin, 50, yang saat ini menekuni tanaman kangkung Lombok di Bengkaung Desa Sandik, Lombok Barat, mengaku prihatin makin sempitnya lahan perkotaan yang membuat Kangkung super asal Lombok varietas Aini dan Gomong akan punah. Semula lahan pertanian di perkotaan yang 8 hektare sekarang tinggal sekitar 2 hektare.
Kangkung Lombok itu kualitas super, dan tidak ada di daerah mana pun. “Kalau tidak ada lagi yang nanam Kangkung, varietas unggul sayuran yang kita miliki juga akan hilang,” kata Masbuhin, Selasa (17/1).
Keprihatinan itu yang membuatnya tergerak bercocok tanam sayuran Kangkung. Semula ia menanam Sawi, Selada atau Bayam. Tapi kemudian ia menyadari konsumen Kangkung di pasar tradisional di Lombok cukup besar, akhirnya ia fokus menanam Kangkung. Sayuran lainnya tetap ditanam, meski jumlahnya terbatas.
“Kangkung Lombok sudah sangat dikenal. Bahkan sampai ke mancanegara. Kita harus menyelamatkan varietas kangkung Lombok yang terkenal super. Pemda mestinya punya solusi, jangan sampai varietas kangkung Lombok punah,” katannya.
Tapi tidak seperti umumnya petani kangkung tradisional, menanam Kangkung dengan sistem hidroponik memberikan hasil yang jauh lebih menguntungkan. Menurutnya, ini kesempatan emas bagi masyarakat untuk menambah penghasilan.
Saat ini, Masbuhin siap memanen 5 kolam Kangkung, masing-masing kolam ukuran 1 x 10 meter, yang dipanen tiap 15 hari bisa menghasilkan sekitar 1 ton. Kalau dihitung tiap ikat seharga Rp1.500, maka dalam 15 hari bisa menghasilkan Rp10 juta lebih.
“Itu perhitungan paling rendah. Saat ini harga per ikat di pasar sudah Rp4.000,-,” tutur Masbuhin.
Ka-eS
Tanam Kangkung Sistem Hidroponik, Menguntungkan dan Tidak Mahal
Menanam kangkung sistem hidroponik, hasilnya berlipat dan bisa dilakukan masyarakat kota. “Bercocok tanam sistem hidroponik tidak mahal,” kata Haji Masbuhin.
MATARAM – lombokjournal.com
Haji Masbuhi di kolam kangkung hidroponik (foto: Chairul Anwar)
Menanam sayuran daun dan sayuran buah sistem hidroponik tidak mahal, dan bisa dilakukan masyarakat untuk menambah penghasilan. Selama ini, menanam sistem hidroponik (menanam tanpa media tanah) hanya dimonopoli pemodal yang bermain di industri pertanian.
“Kalangan industri pertanian memberi kesan, seolah-olah hanya dengan modal besar bisa bercocok tanam sistem itu,” kata Haji Masbuhin pada Lombok Journal, , Selasa (17/1) di Mataram. Ia sudah dua kali memanen kangkung dengan bertanam cara hidroponik dengan biaya murah.
Menurutnya, menanam sayuran cara itu selama ini memang dikelola dengan teknologi cocok tanam yang mahal. Dan itu membuat harganya mahal dan tidak bisa memasok pasar lokal.
Masbuhin, 50, mengaku bisa mensederhanakan bercocok tanam sistem hidroponik. Setidaknya ada tiga hal yang mempengaruhi biaya produksinya. Yaitu pemberian nutrisi, pembuatan green house, serta perlengkapan maupun peralatan yang digunakannya .
Karena itu, ia merencanakan untuk memberi pelatihan dan penyuluhan bagi masyarakat yang ingin bercocok tanam berbiaya murah dan hasilnya lebih tinggi. Terutama untuk mengembangkan urban farming yang menghadapi kendala sempitnya lahan.
“Setidaknya masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya sendiri,” ujar Masbuhin.
Ka-eS
Tingkatkan Layanan Kesehatan, Pandan Duri Bangun Polindes
LOTIM – lombokjournal.com
Baru tiga tahun mekar, Desa Pandan Duri, Kecamatan Terara, Lombok Timur, sudah membangun polindes. Fasilitas layanan kesehatan itu merupakan salah satu misi Pemdes Pandan Duri menjadikan desanya sebagai salah satu desa sehat.
“Sejak terpilih, komitmen kami memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat. Harus ada prasarana kesehatan yang layak dan dekat dengan warga,” kata Kepala Desa Pandan Duri H. M. Nasruddin, saat peresmian Polindes.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur drg. Asrul Sani, yang hadur dalam peresmian itu didaulat memotong pita sebagai tanda mulai beroperasinya pusat layanan kesehatan warga desa itu.
Menurutnya Asrul Sani, ia bangga Pemdes Pandan Duri berkomitmen membantu pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan warga. Pembangunan Polindes ini adalah wujud kongkritnya
“Kita harus bangga dan mendukung apa yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar ,” kata Asrul
Dalam kesempatan sama, Camat Terara dalam sambutannya mengatakan, Polindes Pandan Duri terbaik dari aspek fisiknya bangunannya se-Kecamatan Terara. “Kualitas bangunan Polindes ini cukup baik,” ungkapnya.
Camat berharap, kualitas fisik yang baik, dapat diikuti makin membaiknya kualitas pelayanan bagi masyarakat. Dengan masyarakat yang sehat, program pembangunan di desa dapat berjalan sesuai rencana karena mendapat dukungan masyarakat.
Hadir dalam peresmmian itu, Koramil, Kapolsek, Kepala Desa Se-Kecamatan Terara, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan perwakilan warga dari 3 dusun yang ada di Desa Pandan Duri.
Jay
Semangat Berbagi Mahasiswa Universitas 45
MATARAM – lombokjournal.com
Ikut merasakan penderitaan orang lain, tak perlu dimulai tindakan-tindakan besar. Perhatian kecil pun untuk meringankan penderitaan orang yang butuh bantuan, sangat berarti. Semangat itu ditumbuhkan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram, saat memberi bantuan Rizki Pratama, penderita tumor di kemaluannya.
Riri Cunda Girinati, anggota polisi yang saat ini bertugas di Mapolda NTB yang masih semester I di Fakultas Hukum Universitas 45, memprakarsai memprakarsai pengumpulan donasi untuk meringankan pasien tidak mampu Rizki Pratama, anak dari Adrian saputra dan Asti dari Lingkungan Karang Tapen, Kelurahan Cilinaye Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram.
“Kita menggugah kalangan kampus untuk peduli penderitaan orang lain,” kata Girinata.
Gerakan peduli kemanusiaan itu tentu bukan yang pertama dilakukan hop over to here. Sebelumnya, mahasiswa Universitas 45 juga melakukan aksi sosial sunatan massal di Dusun Bentek, Kecamatan Ganggi Lombok Utara. Termsuk pengumpulan pakaian bekas dan bantuan kursi roda bagi yang membutuhkan.
“Kami juga melakukan aksi pengumpulan donasi untuk korban banjir bandang di Bima,” tutur Girinata. Ini juga aksi untuk menunjukkan betapa indahnya aksi berbagi, tambahnya. Ia akan terus mengetuk kalangan kampus, termasuk pihak dosen, dan melibatkan berbagai instansi di Kota Mataram agar segera mengatasi penderitaan orang yang membutuhkan.
NURWATIN SAZWANI, 12 tahun, tiap detik meringis kesakitan. Anak dari pasangan Nurhabibah, 42, dan M Nasri, 56, asal Kecamatan Montong Gading, Lombok Timur itu tiap detik harus meringis kesakitan karena penyakit infeksi usus yang dideritanya.
Setelah menjalani operasi usus di Rumah Sakit Selong, Lombok Timur bulan Nopember 2016 lalu, dan ususnya harus dipotong 30 cm, ternyata tak kunjung sembuh. Gadis kecil yang kini dirawat di ruang Gili Nanggu kamar 111 RSU Mataram tubuhnya makin susut. Kalau buang air besar melalui perutnya.
Kedua orang tuanya hanya mengandalkan pengobatan dengan KIS (Kartu Indonesia Sehat), tak bisa berbuat banyak kalau harus menebus obat yang harganya tak bisa terjangkau. “Banyak obat mahal yang tidak bisa saya ambil, karena tidak bisa ditebus dengan kartu sehat itu,” tutur Nurhabibah saat ditemui sedang menunggu anaknya.
Di tengah ketidakberdayaannya, kedua orang tua Nirfatin berharap ada dermawan yang bisa meringankan bantuan anaknya. Bagi yang tergerak untuk membantu bisa langsung menghubungi no hp orang tua Nurfatin: 085337349166.
Glg
Mayat Membusuk di Pantai Trawangan
GILI TRAWANGAN – lombokjournal@com
KTP yang ditemukan di dompetnya
Gili Trawangan hari Rabu pagi digegerkan penemuan mayat di pinggir pantai. Sosok mayat laki-kaki yang sudah membusuk itu ditemukan di pinggiran pantai gili yang paling diminati wisatawan di Kabupaten Lombok Utara.
Seluruh badan laki-laki itu melepuh yang menyebarkan bau menyengat. Dari dompet mayat tersebut ditemukan indentitas berupa KTP atas nama Abdul Muis, kelahiran Desa Karang Bedil (30/10/78). Alamat yang tercantum dalam indentitas tersebut Gubuk Batu Karang Desa, RT 007/002, beragama Islam, belum menikah dan tercantum pekerjaan swasta.
Pihak SATGAS setempat sudah menangani penemuan mayat tersebut. Sampai berita ini diturunkan, belum diperoleh penjelasan penyebab kematiannya.
Glg
Tanah di Lombok, Gurih Untuk Tepung Perkedel
Masha Ru, “tanah bisa jadi makanan pokok.”
LOMBOK UTARA – lombokjournal.com
Saat berlangsung konser ‘musisi gerilya’ Ary Juliant di satu kampung di Kecamatan Pemenang, (Minggu, 25/12/2016), Masha Ru dan beberapa anggota komunitas Pasir Putih, melakukan demo masak menu Pisang Goreng Tanak Ampan,Tahu Goreng Tanak Ampan, Perkedel Goreng Tanak Ampan dan Tempe Goreng Tanak Ampan untuk suguhan penonton. Yang disebut ‘Tanak Ampan’ adalah jenis tanah yang biasa dimakan penduduk di Dusun Bentek, Pemenang Barat Desa, Pemenang, Kabupaten Lombok Utara.
Demo masak itu menggunakan Tanak Ampan sebagai tepung mengganti tepung terigu. “Rasanya gurih. Paling disukai ternyata menu perkedel goreng tanak ampan,” tutur Muhammad Sibawaihi, anggota Pasir Putih yang baru pulang dari program residensi di Polandia. Yang menginspirasi menu dengan tepung tanak ampan tak lain adalah Masha Ru.
Masha Ru (32), lahir di Moscow, Rusia yang kini tinggal dan bekerja di Amsterdam, datang ke komunitas Pasir Putih di Pemenang, Jum’at (16/12/2016), semula mengenalkan kue tanah yang dibelinya dari pasar tradisional di Jawa, Ampo namanya. Tapi Masha bukanlah pelancong, perempuan bertubuh mungil itu pada tahun 2011 sudah mengantongi gelar doktor (PhD) di Eindhoven University of Technology, Belanda.
MASHA RU : “Tampak lebih muda karena makan tanah.”
Bukan hanya kali ini Masha melakukan demo masak dengan bahan tanah. Ia pernah bersama Konstantina Roussou alias Dina Roussou, seniman dan juru masak yang lahir di Athena, berkolaborasi memasak tanah liat. Tradisi ini diangkat dalam konteks kontemporer, merangsang dialog dengan budaya lain di mana makan tanah liat masih merupakan tradisi. Maka, dikembangkan dan disajikan souffle keju dicampur tanah liat merah, dan pai cokelat dicampur tanah liat hijau,.
“Saya tampak lebih muda karena makan tanah,” katanya bergurau waktu bercakap-cakap dengan lombokjournal.com. Masha mengaku, waktu kecil di kampung halamannya di Rusia, ia juga pernah makan tanah. Penglaman masa kecil itu yang membuatnya jadi terarik meriset tanah untuk dimakan.
Masha Ru demo masak tepung tanah
Hingga kini ia mempunyai banyak koleksi tentang tanah yang bisa dimakan dari seluruh dunia. Koleksi itu yang dipamerkannya di National Gallery (7 Desember 2016 sampai 22 Januari 2017) di Jakarta, dalam ajang Jakarta Ceramice Contemporary Bienale.
Menurutnya, di beberapa negara, seperti di Suriname, Nigeria, Tanzania, Ghana, juga Rusia dan banyak negara di Afrika ia mengaku menemukan tradisi makan tanah. Tapi di Barat, makan tanah dianggap gejala gangguan psikologis.
Padahal, ini menjadi tradisi berabad-abad di Eropah, tuturnya. Tradisi itu berlangsung sejak 2500 SM. “Ini tradisi lama yang sekarang banyak orang tidak tahu,” kata Masha yang pernah residensi di Jatiwangi Art Faftory (September-Desember 2016).
Beberapa artikel tentang penelitian ilmiah membuktikan kandungan zat mineral di tanah, termasuk tanah Jawa. Tanah memiliki daya serap terhadap racun. Ada beberapa elemen zat dalam tanah yang sangat dibutuhkan tubuh manusia, meski tak semua tanah seperti itu. Bahkan ada yang justru mengandung zat beracun berbahaya.
Masha Ru sempat memperlihatkan foto makanan dari tanah namanya Terra Sigillata, berbentuk tablet terbuat dari tanah suci dari Yunani. Biasanya menjadi hidangan sebagai makanan penutup. Konon, harga terbungkus tablet itu setara dengan emas.
Selain itu, ditunjukkan pula foto satu Gereja di Palestina dengan sebuah gua purba yang dipercaya Maryam pernah menyusui Isa, dan air susunya menetes di tanah di goa itu. Kabarnya, hingga kini tanah gua itu baik untuk perempuan yang mandul.
Apakah tanah bisa menjadi makanan pokok? Menurut Marsha, secara teori bisa meski beum pernah dipraktekkan. Sebab sepengetahuannya, beberapa penduduk di Amerika Latin memakan tanah sebagai makanan pokok, karena tidak ada makanan lain.
“Sangat mungkin, tanah bisa menjadi menjadi makanan pokok,” kata Masha.
Di Afrika, Amerika Selatan dan Asia makan tanah masih merupakan budaya umum, spiritual atau praktik penyembuhan. Ada tradisi kuno di Indonesia untuk makan tanah liat sebagai camilan atau obat. Geophagy atau praktek makan tanah masih dilakukan pemelitian ilmiah.
Bertemu Ina Jawariah
Inak Jawariah
Masha ke Indonesia memfokuskan risetnya mengenai tanah. Waktu datamg ke Lombok, ia mengunjungi Dusun Bentek, Pemenang Barat Desa, Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Di Bentek sempat bertamu di rumah Inak Jawariah. Perempuan tua itu menuturkan, di dusunnya Batu Ampan merupakan makanan tradisi.
Tanak Ampan disukai wanita hamil. Selain membantu mengatasi masalah perut, yang dimakan sebagai camilan. Rasa tanah Batu Ampan memiliki rasa yang sama seperti Ampo tanah liat tradisional dari Jawa yang dibeli di pasar budaya di Jakarta.
Tanak Ampan
Anak Inaq Jawariah, seorang atlit karate Herman Johdi, waktu masih kecil juga makan tanah. Herman menemani Masha menemukan Batu Ampan di atas bukit. Di bukit mereka mencicipi Batu Ampan yang rasanya tawar dan lembut.
Tradisi mengunyah tanah kapur, yang disebut Mamak, juga bagian tradisi makan tanah. Tradisi mengunyah sedikit kapur dengan Daun Lekoq (daun sirih]) selain membersihkan juga membuat gigi lebih kuat. Orang kampong biasanya menambahkan dengan mengunyah tembakau.
Menurut Inak Jawariah, camilan Tanak Ampan biasanya untuk menemani merokok. Ada yang membakarnya dan dicampur dengan gula. Tapi banyak yang makan Batu Ampan mentah-mentah. Waktu Masha mengingatkan, bisa kurang aman makan tanah mentah karena resiko adanya mikroba dalam tanah liat. Tapi Herman Johdi menimpali ,”Orang-orang di desa tidak peduli tentang apa yang dikatakan para ilmuwan,” katanya.
Pulang dari Bentek, Masha bertanya dalam hati, apa yang akan dilakukannya dengan dua kantong Tanak Ampan ; memasak sup, membuat patung atau hanya makan mentah-mentah untuk merasakan tradisi masyarakat setempat.
Akhirnya, dua kantung Batu Ampan itu sebagian menjadi tepung menu camilan gorengan. Pisang Goreng Tanak Ampan,Tahu Goreng Tanak Ampan, Perkedel Goreng Tanak Ampan dan Tempe Goreng Tanak Ampan itu dilahap habis penonton yang menikmati konser musik Ary Juliant.
Ka-eS
Gus Dur, Tahun Baru dan Islam yang Rahmatan lil ‘alamin
MATARAM – lombokjournal.com
Gus Dur (seperti) hidup lagi. Dalam acara haul ke 7 Gus Dur, sekaligus menyemarakkan Tahun Baru 2017, “Gus Durian Lombok” memperingatinya dengan jargon “I Love You Full, Gus Dur”. Nilai-nilai pemikiran Gus Dur relevan menjawab tantangan Indonesia saat ini.
“Nilai-nilai pemikiran Gus Dur tentang demokrasi, keberagaman dan tentang Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, perlu diperjuangkan generasi muda,” kata Fairuz Zabadi, Kordinator Gus Durian Lombok, di tengah acara tahun baruan di tempat parkir Taman Budaya NTB, Sabtu (31/12) malam.
Fairus Zabadi yang akrab disapa Abu Macel, yang juga Ketua PC NU Kota Mataram menjelaskan, pihaknya sudah memperingati Haul Gus Dur ke tiga kalinya. Di hampir provinsi seluruh Indonesia, haul serupa sudah berlangsung ke tujuh kalinya.
Tidak seperti peringatan Haul ulama besar umumnya, dalam haul yang diselenggarakan komunitas jaringan Gus Durian itu, berangsung santai dan bebas meski tetap kusyu’. Seniman musik, sastrawan dan aktor teater bebas mengekspresikan karya seninya. Mahasiswa Universitas NU (UNU) juga semat menggelar karya-karyanya.
Salah satu yang ikut meramaikan adalah seniman musik, Wing Sentot Irawan. Wing Sentot yang juga dikenal sebagai pernah bersepeda mengelilingi beberapa Negara Asia Tenggara itu, menyanyikan karya-karya musik dengan lirik yang sufistik.
“Nilai-nilai pemikiran Gus Dur yang diuraikan tokoh-tokoh yang bicara malam ini, seolah-olah menghidupkan lagi sosos Gus Dur,” kata Sentot mengomentari testimoni yang disampaikan Ketua KNPI NTB, Ketua ANSOR NTB, termasuk tokoh muda yang sempat dekat dengan Gus Dur, Ahmad SH alias Memet.
Tentu saja, penampilan Fairuz Zabadi alias Abu Macel malam itu sangat menarik. Seperti biasanya, Abu Macel tampil kocak dan menghibur. Tapi saat membaca puisi ‘Laba Untuk Rakyat’, yang membawa pesan religius sekaligus keberpihakan pada rakyat, memukau penonton yang memadati halaman parkir Taman Budaya dan jalan Majapahit malam itu.
“Para investor boleh menanamkan modalnya di Indonesia, tapi harus mengutamakan Laba Untuk rakyat,” seperti itu kata Fairuz. Saat mengucapkan ‘laba untuk rakyat’ itu, penonton serempak mengucapkan yang sama dengan teriakan bersemangat. Perayaan pergantian tahun menuju 2017 itu ditutup dengan pembacaan shalawat yang melibatkan seluruh yang hadir, tepat pada pukul 00.00 wita.
Perayaan tahun baru itu merupakan puncak Kemeriahaan haul Gus Dur ke tujuh yang diisi dengan berbagai kegatan. Selain sholat Subuh bersama, workshop digita yang berlangsung pagi hingga siang hari, yang melibatkan perwakilan santri seluruh Lombok.
Sore harinya di Taman Budaya juga berlangsung acara “Memoriam Gus Dur” yang dihadiri perwakilan lintas agama, salah satunya Pendeta Hasan (Kristen), Romo Meta (Budha), Ketua Matakin NTB, DR Abdun Nasir, tokoh Ahmadiyah, serta juga menghadirkan perewakilan Korem 162 Wirabhakti.
Di tempat terpisah, Ketua Lapesdam Mataram, Jayadi, mengatakan bahwa perayaan haul yang dirangkaikan dengan perayaan Tahun Baru itu juga tak tertutup kemungkinan mengundang kritik. “Tak ada yang salah, atau ada yang perlu disesalkan. Penyelenggaraan acara untuk menguatkan keberagaman,” katanya.
ks
Malam Tahun Baru, Non Stop Bersama Gus Dur
MATARAM – lombokjournal.com
Banyak cara merayakan pergantian tahun. Anak Muda NU Mataram Merayakan Malam Tahun Baru, menggelar kegiatan 24 jam suntuk memperingati Haul Gus Dur.
Keluarga Besar Nahdlatul Ulama Kota Mataram menyelenggarakan serangkaian kegiatan mengambil tema 24 Jam bersama NU dan Gus Dur. Kegiatan ini dipusatkan di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat, mulai subuh tanggal 31 Desember 2016 hingga 1 januari 2017.
“Ini merupakan agenda tahunan rutin yang diperingati keluarga besar NU Mataram,” kata Ketua Panitia Haul Gus Dur, Hasan Basri, Kamis (29/12), dalam rilis yang dikirimkan ke lombokj0urnal@com.
Menurutnya, pergantian tahun baru tak perlu berhura-hura, dan mengahbiskan waktu dengan kegiatan buruk. “Lebih baik kita isi dengan serangkaian kegiatan positif,” katanya.
Dalam haul Gus Dur tahun ini, anak-anak muda NU Mataram menyiapkan serangkaian kegiatan mengisi detik-detik pergantian tahun, seperti “sholat subuh berjamaah, pelatihan santri digital, momeriam of Gusdur bersama tokoh lintas iman, istighosah dan doa bersama, refleksi akhir tahun, dan puncaknya akan dilaksanakan pagelaran musik, pembacaan puisi, teaterikal dan lain-lain yang bertajuk ‘Lailatul Art”, jelas Ketua Ansor Kota Mataram ini.
Pengorbanan Gus Dur
Terspisah Ketua Lakpesdam NU Mataram, Muhammad Jayadi, selaku Sekertaris Panitia menjelaskan, kegiatan ini merupakan upaya anak-anak muda NU Mataram mengingatkan publik jasa dan pengorbanan Gus Dur bagi bangsa Indonesia.
“Semangat dan fikiran Gus Dur harus terus ditransformasi ke masyarakat luas,” katanya Jayadi.
Harapannya, masyarakat bisa meneladani dan mengaplikasikan gagasan Gus Dur tentang kemanusiaan, solidaritas, pembelaan terhadap minoritas, serta pentingnya menjaga keutuhan NKRI.
Kegiatan Haul Gus Dur tahun ini, mengundang kelompok warga dari semua latar belakang, dari aktivis, budayawan, praktisi, professional, pelajar, mahasiswa, pesantren, tuan guru, petani, pedagang, agamawan dan lain-lain.
“Semua kita undang, bersama-sama mengenang almarhum Gus Dur, sekaligus sama-sama merayakan malam pergantian tahun dengan hal-hal yang positif,” ujar Jayadi, mantan ketua PMII Mataram ini.
Kegiatan akhir tahun itu juga diisi dengan Istighosan dan doa bersama bagi keselamatan bangsa dari semua tokoh agama dan semua umat. Dengan harapan, bangsa ini tetap damai dan maju.
Rr.
DUG DAG, Kaos Lombok ‘Cinta Rinjani’
MATARAM – lombokjournal.com
Kalau di Jogja ada kaos DAGADU, di Lombok juga punya kaos DUG DAG. “DUG DAG” merek kaos khas Lombok, sebab itu mengarahkan kita ke bunyi salah satu seni tradisi Lombok yang kondang Gendang Bele. Yang juga menarik, Kaos DUG DAG diproduksi dengan brand kekayaan alam Lombok, Rinjani.
Andi Haris
Seiring pesatnya perkembangan pariwisata di NTB, khususnya Lombok, produksi kaos Lombok sebagai salah satu ole-ole khas juga berkembang pesat. Di berbagai tempat, banyak dijual kaos bergambar Lombok namun umumnya diproduksi di luar daerah.
Berbeda dengan lainnya, kaos DUG DAG diproduksi di Kota Mataram, Lombok. Produksi kaos Lombok itu melengkapi kebutuhan wisatawan yang datang ke Lombok untuk membawa ole-ole khas. Di berbagai tempat di kota Mataram, termasuk di resor wisata, akan dijumpai produk DUG DAG dengan desain Gunung Rinjani.
“Saya cinta Rinjani, kaos yang saya produksi bermaksud menyebarluaskan simbol kekayaan alam Lombok, Gunung Rinjani,” kata Andi Haris, produsen kaos DUG DAG sejak tahun 2010, Kamis (27/10)
Andi Haris mengatakan, gagasan memproduksi kaos bergambar Rinjani karena gunung tersebut mempunyai arti sangat penting tidak hanya bagi Lombok, tapi juga memberi kebanggaan seluruh masyarakat NTB. “Wisatawan yang ingat Rinjani, juga akan ingat NTB, khususnya Lombok,” kata Haris.
Karenanya, menurut Andi Haris, Rinjani sebagai aset berharga harus benar-benar dijaga, khususnya kebersihan dan kelestarian lingkungan gunung tertinggi kedua di Indonesia itu. Selain pihak pemerintah yang berwenang, wisatawan maupun masyarakat Lombok yang memperoleh manfaat ekonomi. Tiap tamu yang datang dan mendaki Rinjani selalu mengagumi keindahaannya. Sayangnya, kebersihan Rinjani belum ditangani optimal.
Haris mengakui berkepentingan mengkampanyekan pentingnya menjaga kelestarian Rinjani. Sebab dengan beredarnya kaos DUG DAG bergambar Rinjani yang dibawa ke luar daerah, makin banyak wisatawan datang dan berminat ke Rinjani. Secara berkala Haris banyak membantu mengorganisir kebutuhan wisatawan yang hendak mendaki Rinjani.
Jadi kalau berkunjung ke Lombok, jangan lupa bawa ole-ole kaos DUG DAG. Kalau di Mataram, bisa langsung kontak ANDI HARIS. Pasti dapat kaos dengan harga ‘bersahabat’. Soal kaos DUG DAG tak usah diragukan kualitasnya, sebab kaos tersebut didesain oleh lulusan Seni Rupa dari ISI (Institut Seni Indonesia) Jogja. Pasti top.