Proses Pembangunan Rumah Warga Terdampak Gempa Dipermudah
Disoroti hunian sementara (huntara) yang sangat dibutuhkan warga sembari menunggu bantuan rumah dari pemerintah pusat
MATARAM.lombokjournal.com — Proses dan mekanisme pembangunan rumah warga terdampak gempa akan dipermudah, termasuk dari model bangunan.
“Yang penting tahan gempa, tidak pakai uji-uji, yang penting sesuai struktur (tahan gempa), silakan dibangun,” kata Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah, dalam rapat koordinasi percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi di kantor Kementerian koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di Jakarta, Senin (12/11)
Gubernur NTB, Zulkieflimansyah ikut hadir dalam rapat itu.
Usai membuka rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan di Gedung Sangkareang Pemprov NTB, Selasa (13/11), Wagub Rohmi menjeaskan, rapat diKantor Kementerian PMK itu menghasilkan keputusan tentang model bangunan yang lebih lunak dan tidak terpaku pada rumah instan sederhana sehat (Risha).
Meski begitu, Rohmi menegaskan hal ini tidak dimaknakan sebagai penurunan standar bangunan yang memenuhi kaidah tahan gempa.
“Tetap tahan gempa karena kalau kita bangun sesuai struktur tahan, bangunan yang struktur bagus kan kuat, tidak roboh,” terangnya
Rohmi menilai, keputusan tersebut sangat positif dan akan mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang selama ini kerap terkendala ketersediaan bahan bangunan.
Selain itu, Rohmi juga menyoroti hunian sementara (huntara) yang sangat dibutuhkan warga sembari menunggu bantuan rumah dari pemerintah pusat. Rohmi mendorong berbagai pihak untuk membantu mendirikan huntara.
“Huntara baru sekira 55 persen sampai 60 persen. Kita dorong supaya seluruh pihak perhatikan itu, terutama Pemkab/Pemkot melihat warga yang belum tertangani (huntara),” Tanya.
AYA
Fahri Bantu 500 Anak Muda NTB Magang ke Jepang
Magang adalah pintu masuk dan jenjang awal yang bisa dipilih generasi muda bangsa yang ingin berkarya di Jepang
MATARAM.lombokjournal.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), Fahri Hamzah, membantu 500 anak muda di NTB untuk ikut magang ke luar negeri.
Program ini terwujud setelah Tim Pengawas (Timwas) Pekerja Migran DPR RI melakukan kunjungan ke Seitama, Jepang, yang dipimpin oleh Fahri Hamzah.
Selanjutnya putra-putri NTB ini mengikuti seleksi program magang tersebut, di kantor Gubernur NTB, Mataram, kemarin.
Demikian diungkapkan Fahri melalui laman media sosial, akun facebook pribadinya, Senin (12/11).
Berikut ini dikutip lengkap isi status Fahri Hamzah di fanbage facebooknya, @FahriHamzahPage, sebagai berikut:
“Memotivasi sekitar 500 anak muda #NTB yang bersiap ikut rekrutmen dan seleksi program magang ke Jepang di komplek Kantor Gubernur NTB, Mataram, siang tadi (Senin, 12/11).
Program ini hasil kerjasama Kemenaker RI dan IM Japan, yang beberapa waktu lalu bersama dengan Timwas Pekerja Migran Indonesia @dpr_ri saya datangi sarana belajar dan tempat kerjanya di Seitama, Jepang.
Magang adalah pintu masuk dan jenjang awal yang bisa dipilih generasi muda bangsa yang ingin berkarya di luar negeri. Jepang, dalam hal payung perlindungan kepada pekerja migran, bisa disebut yang terbaik dari semua negara penerima pekerja Indonesia“.
Razak
Jalur Aik Berik Pendakian Rinjani Dibuka 19 November 2018
Keistimewaan jika pendaki melewati jalur Aik Berik, diantaranya, karena lebih dekat dari Bandara Internasional di Lombok, mudah ditemukan air, vegetasi berhutan dan mudah ditemukan satwa
LOMBOK TIMUR.lombokjournal.com — Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Sudiyono mengungkapkan, pembukaan jalur pendakian di Gunung Rinjani akan dibuka pada 19 November 2018.
Pendakian tersebut hanya melalui jalur Aik Berik, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Pembukaan jalur ini dilakukan setelah beberapa kali dilakukan survey untuk mengecek kondisi pasca gempa.
“Pendakian mulai November, tanggal 19 diresmikan. Ini sambil menyempurnakan sistim yang ada,” ucapnya, saat dihubungi lombokjournal.com, Senin (12/11) pagi.
Sudiyono mengatakan, paket pendakian yang nantinya akan diberlakukan oleh pihak TNGR yaitu dua hari satu malam dengan kouta 150 orang per hari.
“Tapi kalau ada yang lebih boleh saja karena hitungan kita per harian. Tanggal 20 November dibuka untuk tiket kuota 150 org per hari,” ujarnya.
Harga tiket untuk pendakian ke Gunung Rinjani yaitu, Wisata manca negara (Wisman) Rp. 150 ribu per orang per hari.
“Bagi Wisnu 5 ribu per orang per hari. Diluar yang diwajibkan masuk ke Aik Berik,” jelas Sudiyono.
Ditegaskannya, jalur Aik Berik ini tidak bisa mengunjungi Danau Segara Anak, namun hanya bisa melihat area tersebut dari kejauhan.
“Tidak sampai puncak tapi bisa melihat danau,” terang Sudiyono.
Menurut Sudiyono, ada sejumlah alasan dan keistimewaan jika pendaki melewati jalur Aik Berik, diantaranya, karena lebih dekat dari Bandara Internasional di Lombok, mudah ditemukan air, vegetasi berhutan dan mudah ditemukan satwa.
Selain itu juga harus satu paket dengan wisata air terjun Benang Kelambu dan air terjun Benang Stokel yang ada di Loteng.
Sudiyono mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati ketika melakukan perjalanan di wilayah Gunung Rinjani.
Razak
Dengan Peduli Kebersihan dan Keindahan Lingkungan, Kaum Muda Pun Bisa jadi Pahlawan
Generasi muda harus punya ide dan gagasan yang cemerlang dan bisa diandalkan sebagai pelopor perubahan, tidak harus langsung di tingkat nasional, tapi bisa dimulai dari lingkungan dimana mereka tinggal saat ini
lombokjournal.com —
MATARAM ; Menjadi Pahlawan di zaman kemerdekaan saat ini, tentu tak harus dengan mengangkat senjata menghadapi dan mengusir penjajah.
Tapi, bagaimana seorang anak bangsa bisa mengisi kemerdekaan dengan karya nyata positif, yang berguna bukan saja bagi dirinya tapi bagi masyarakat umum, juga bangsa dan negara.
Hal ini yang selalu ditanamkan H Muhammad Syafrudin (HMS) kepada masyarakat terutama para generasi muda, setiap kali Anggota DPR RI ini turun ke lapangan menyapa masyarakat di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam moment peringatan Hari Pahlawan 10 November 2018, HMS mengatakan, pentingnya mengenang jasa para pahlawan yang sudah mengantarkan generasi bangsa menikmati kemerdekaan Indonesia saat ini.
Selain itu, moment Hari Pahlawan juga harus menjadi wadah introspeksi, apa yang sudah kita sumbangkan untuk mengisi kemerdekaan bangsa ini.
“Masyarakat terutama generasi muda harus menggali potensi yang mereka miliki. Kemerdekaan yang sudah susah payah diperjuangkan oleh para pahlawan kita, harus benar-benar kita jaga dan isi dengankegiatan-kegiatan positif yang mengharumkan nama bangsa. Ini sebagai wujud penghargaan kita pada jasa para pahlawan, jadi tidak sekedar seremonial belaka,” kata HMS, Senin ( 12/11)
Menurut HMS, generasi muda harus punya ide dan gagasan yang cemerlang dan bisa diandalkan sebagai pelopor perubahan. Tidak harus langsung di tingkat nasional, tapi bisa dimulai dari lingkungan dimana mereka tinggal saat ini.
Di NTB, misalnya, generasi muda di pedesaan bisa memulai dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan keindahan lingkungan.
Mereka bisa mulai menginisiasi kelompok pemuda sadar kebersihan atau semacamnya, bahkan bisa membentuk kelompok pemuda sadar wisata.
“Sebab, NTB ini kan sudah menjadi destinasi pariwisata unggulan. Baik di Lombok maupun Sumbawa, kalau generasi muda bisa jadi pelopor kebersihan dan keindahan lingkungan mereka, maka bukan tidak mungkin bahwa kelak setiap pelosok Desa pun menjadi destinasi wisata yang layak dikunjungi wisatawan,” katanya .
Jika kesadaran kolektif seperti ini terbangun, menurut HMS, akan banyak Desa-Desa wisata yang bisa dibentuk di NTB ini. Hal itu bukan saja mendukung upaya pengembangan pariwisata di daerah ini, tetapi juga membantu membuka lapangan pekerjaan, dan juga memiliki aspek ekonomis yang menopang perekonomian pedesaan.
Berbuat Hal Kecil
Bagi HMS, menjadi pelopor perubahan tak selalu harus dengan hal-hal besar yang membutuhkan banyak energi, waktu, dan biaya. Malah, gagasan yang besar biasanya justru berawal dari ide dan inisiatif kecil yang terus serius dan ditekuni hingga berhasil.
Karena itu pula, HMS yang kembali maju sebagai Caleg DPR RI melalui PAN mencoba menggugah semangat generasi muda di pedesaan di pulau Sumbawa untuk mulai berkontribusi nyata.
Caranya, dengan membagikan cat dan perlengkapan cat di setiap Desa yang dikunjunginya.
“Saya berencana berikan sumbangan cat dan perlengkapannya, dan anak-anak muda di desa bisamulai mengkreasikan ide mereka untuk memperindah lingkungan mereka.Bayangkan saja kalau di Sumbawa terbentuk kampung warna-warni, seperti yang ada di Malang (Jatim) dan Semarang (Jateng), tentu akan luar biasa,” bebernya.
Bagi sebagian besar masyarakat NTB, nama HMS sudah tidak asing. Selama menjabat anggota DPR RI empat tahun belakangan, HMS selalu turun ke masyarakat dengan membagikan kursi untuk sekolah di Desa-Desa pelosok.
Setidaknya lebih dari 850 Desa di NTB menerima manfaat yang diberikan HMS itu.
Kali ini, HMS juga bertekad bisa mengunjungi lebih dari 500 Desa di pulau Sumbawa yang menjadi daerah pemilihan (Dapil) bagi dirinya, dengan membagikan cat dan perlengkapannya.
Ia mengatakan, jika sebuah lingkungan atau desa bisa tertata rapi dan menarik, maka lambat laun budaya bersih dan rapi di desa tersebut akan terbentuk. Hal ini bila dikembangkan akan menjadi potensi tersendiri bagi masyarakat desa baik dari segi pariwisata maupun ekonomi kreatif lainnya.
“Alam di NTB ini sangat indah. Namun keindahan saja tidak cukup, jika lingkungan tidak tertata baik dan juga bersih. Karena itu kebersihandan keindahan menjadi salah satu syarat Sapta Pesona Pariwisata. Saya ingin membangun kesadaran generasi muda kita untuk memulai dari hal kecil saja,” katanya.
Ia menambahkan, selain alam yang indah. NTB baik di Lombok maupun Sumbawa memiliki banyak tradisi budaya yang bila dikembangkan dengan kekinian bisa menjadi potensi ekonomi kreatif yang luar biasa.
Di sejumlah Desa misalnya, kerajinan tenun yang merupakan tradisi bisa dikemas menjadi ekonomi kreatif. Belum lagi dari sisi kerajinanlainnya, dan juga kuliner khas yang ada di Desa-Desa.
“Yang selalu saya perjuangkan adalah bagaimana para pemuda bisa berupaya mengubah Desa menjadi kekuatan ekonomi daerah ini,” tukasnya.
Me
Dikotomi Isu Caleg Impor Tak Sejalan Dengan Nasionalisme
Kehadiran HBK di NTB yang menjadi Caleg DPR RI dari Partai Gerindra Dapil 2 Pulau Lombok merupakan permintaan dari kader partai besutan Prabowo Subianto tersebut
Ketua DPD Partai Gerindra NTB, H. Ridwan Hidayat bersama HBK
lombokjournl.com — MATARAM; Ketua Badan Pengawas dan Disiplin (BPD) Partai Gerindra, H Bambang Kristiono atau HBK menilai adanya dikotomi pemberitaan mengenai Caleg Impor dan lokal yang belakangan ini berhembus di NTB.
Hal ini tidak sejalan dengan semangat nasionalisme dalam konteks bingkai NKRI.
“Tidak perlu kita ribut soal dikotomi Caleg impor dan lokal. Saya ini bukan Caleg Monster yang membuat takut. Mari lah beradu ide, konsep, gagasan, program dan tidak lagi beradu hal-hal yg memuakkan,” kata HBK, di Mataram saat memberikan orasi politik dalam pembukaan pendidikan dan pelatihan kader yang diadakan DPC Partai Gerindra Kota Mataram, Sabtu (10/11).
HBK menyatakan awal mula istilah Caleg impor dan lokal tersebut berasal dari internal Partai Gerindra NTB sendiri.
Menurut HBK, seharusnya di internal partai dapat menjaga kekompakan dan solidaritas menjelang pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan itu, sehingga Partai Gerindra bisa menjadi pemenang dalam kontestasi Pemilu 2019 khususnya di NTB.
“Saya kira tidak perlu dibahas lagi. Kita sesama lpartai Gerindra harus tahan uji, harus tahan banting, harus memiliki kekuatan untuk tidak diadu domba oleh teman kita sendiri. Sebab kita mempunyai cita-cita besar untuk melakukan perubahan di negeri ini, serta menghantarkan pak Prabowo Subianto menjadi presiden,” tandasnya.
Sementara, Ketua DPD Partai Gerindra NTB, H. Ridwan Hidayat menegaskan kehadiran HBK di NTB yang menjadi Caleg DPR RI dari Partai Gerindra Dapil 2 Pulau Lombok merupakan permintaan dari kader partai besutan Prabowo Subianto tersebut.
“Tidak ada istilah (Caleg impor) itu. Saya kira itu hanya orang-orang yang takut bersaing dengan pak HBK,” ucapnya.
Ia pun meminta polemik Caleg impor dan lokal untuk dihentikan. Pasalnya, dengan adanya polemik tersebut dinilai tidak produktif untuk kepentingan NTB secara keseluruhan .
“Apalagi sekarang jaman era globalisasi, tentunya sudah tidak bicara lagi soal siapa itu darimana?. Yang jelas sekarang kader-kader Gerindra yang kita tampilkan di Caleg DPR RI itu sudah melalui proses penilaian yang panjang,” ujarnya.
“Jadi kami ada tim seleksi selama 6 bulan untuk melihat para caleg ini. Dan diluar dugaan pak HBK ini memiliki skor yang tertinggi. Ini artinya kader Gerindra menginginkan pak HBK maju dari NTB. Jadi tidak ada Caleg Monster. Tidak ada Caleg Impor di NTB,” kata Ridwan Hidayat menambahkan.
Me
Kaum Millenial Harus Berani Taklukkan Tantangan Global
Kaum millenial harus berani berpikir out of the box, justru untuk menciptakan lapangan kerja sendiri
Bersama pendukung
lombokjournal.com —
LOTIM ; Hari Pahlawan 10 November yang tahun ini jatuh pada Minggu (10/11) harus bisa dimaknai lebih luas oleh generasi muda, kaum millenial.
Caleg muda Dapil II DPRD Lombok Timur dari Partai Nasdem No urut 9, Saparwadi mengatakan, Hari Pahlawan harus menjadi momentum reorientasi semangat juang generasi muda termasuk di Lombok Timur.
“Semangat juang untuk mengisi kemerdekaan ini yang harus terus dipupuk. Kaum muda harus optimis bisa melakukan banyak hal positif untuk bangsa ini,” katanya.
Bukan hanya sebagai wujud terimakasih dan kebangsaan atas jasa jasa para pahlawan, kegiatan positif yang dilakukan kaum muda juga harus bisa membuktikan bahwa Indonesia memang bangsa yang besar dan penuh semangat untuk maju dan bersaing di kancah global.
“Semangat dan jiwa kaum millenial tidak boleh melempem, harus berani taklukan tantangan zaman global,” katanya.
Ia mencontohkan, di bidang kesempatan dan lapangan kerja. Kaum muda diharapkan jangan hanya menunggu lowongan kerja formal saja, apalagi hanya berharap selalu ada formasi untuk CPNS.
Lebih dari itu, kaum millenial harus berani berpikir out of the box, justru untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.
“Sekarang kan zamannya Teknologi. Kaum muda bisa memanfaatkan kemajuan digital itu untuk kerja kerja kreatif. Sektor industri kreatif ini bisa jadi potensi yang luar biasa,” katanya.
Ia berharap, inisiatif dan kreatifitas generasi milenial dalam menangkap peluang kerja yang memanfaatkan kecanggihan IPTEK selaras dengan kemajuan zaman yang menuntut pola pikir kreatif, efektif dan efisiensi.
Saparwadi mengatakan, kerja di lingkungan industri kreatif adalah paradigma baru membangkitkan kesadaran generasi millenial untuk tidak hanya menjadi penikmat tehnologi tapi harus mampu menggunakan tekhnologi tersebut agar bernilai produktif secara ekonomi dan finansial lewat aplikasi IT yg berguna.
Menurut dia, momentum hari pahlawan merupakan era kebangkitan generasi millenial yang melek tehnolog, karena melalui tehnologi IT semua peluang dan harapan masa depan terbentang luas melalui kreatifitas memanfaatkan aplikasi tehnologi.
“Maka jadilah generasi millenial yang bisa menjadi Pahlawan Pahlawan yang kekinian untuk kemajuan bangsa ini,” tegasnya.
Me
Tagana Muda Lobar Disiapkan Hadapi Bencana
Tiga puluh orang disiapkan untuk semakin memperkuat personalia Tagana di Lobar
LOBAR.lombokjournal.com — Tiga Puluh Taruna Siaga Bencana (Tagana) Muda serius menempa fisik di Pantai Kerandangan Senggigi Batulayar Lombok Barat (Lobar) Jum’at (09/11).
Dari baris berbaris sampai proses resque (penyelamatan) mereka lakukan sebagai latihan buat mereka terjun saat terjadi bencana.
Mereka dilatih oleh beberapa instruktur, di antaranya dari Palang Merah Indonesia, staff Dinas Sosial Lobar, bahkan juga melibatkan Badan SAR Nasional dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Mereka juga mendapat kegiatan mentorial dari anggota Tagana senior.
Para Tagana Muda tersebut dilatih selama empat hari. Dua hari di kelas dan dua hari lapangan.
Pembekalan materi pengurangan resiko bencana
Pelatihan teoretik mereka dapatkan di Hotel Montana Senggigi dari tanggal 7-8 November dengan materi kebijakan pengurangan resiko bencana, teknik penyelamatan di darat dan laut, teknik pertolongan pertama,dan materi layanan psiko sosial.
Berikutnya, mereka memperoleh pelatihan lapangan yang dipusatkan di Pantai Kerandangan Senggigi dari hari ini Jumat (09/11) sampai penutupannya hari ini (Sabtu, 10/11).
Pada pelatihan lapangan, mereka dilatih mengelola dapur umum, pembuatan shelter, memberikan layanan psiko sosial, dan water resque.
Salah seorang instruktur yang juga staff di Dinas Sosial Lobar, Mulyadi memastikan bahwa tiga puluh orang tersebut akan semakin memperkuat personalia Tagana di Lobar.
“Saat ini kita sudah memiliki 55 orang Tagana terlatih Se-Kab. Lobar. Dengan pelatihan mencapai 32 jam pelatihan, tiga puluh orang ini insya Allah siap untuk ikut membantu,” terang Mulyadi.
Untuk tahun ini, tambah Mulyadi, perekrutan Tagana dikonsentrasikan hanya dari empat kecamatan yang minim personil namun rawan bencana. Empat kecamatan itu adalah Kecamatan Narmada, Lingsar, Gunung Sari, dan Batulayar.
“Kemaren pun mereka sudah kita aktifkan sebagai relawan. Kita kan terkena kewajiban verifikasi sasaran penerima Jadup (Jaminan Hidup) untuk warga yang kena gempa,” terang Mulyadi.
Bagi Mulyadi, sejak awal para Tagana Muda tersebut telah teruji inisiatif dan motivasinya dalam membantu pihak Dinas Sosial.
“Tapi terus kita pantau dan evaluasi. Ke depannya, mereka akan dijenjangkan sesuai klasifikasi peran, fungsi, dan tugas serta kluster. Yang harus mereka fahami adalah tiga gugus tugas, yaitu perlindungan, pengungsian, dan logistik,” kata Mulyadi menjelaskan.
Tagana ini memiliki posisi sangat penting saat terjadi bencana. Imbalan atas jasa mereka sayangnya terbilang sangat kecil. Mereka hanya bisa memperoleh uang lelah dari APBD Lobar sebesar Rp. 300 ribu/bulan/orang serta tambahan dari APBN sebesar Rp. 250 ribu/orang/bulan.
“Tapi mereka masih bisa memperoleh uang pengerahan sebesar Rp. 100 ribu/orang/hari saat ditugaskan ketika ada bencana,” kata Mulyadi.
Karena mereka berasal dari warga biasa, para Tagana ini berperan besar dalam mitigasi bencana dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi resiko bencana.
Salah seorang Tagana yang terbilang senior di Lobar, Farhan menuturkan peran mereka kala bencana terjadi.
“Kami ini relawan yang siap dipanggil kapan saja. Sering kita bertemu dengan teman lainnya, langsung di lokasi kejadian. Kita sudah tahu tugas masing-masing,” ujarnya.
Tagana yang terlibat sejak tahun 2009 itu mengaku banyak hal membahagiakan yang ingin ia tularkan kepada para yuniornya.
“Di samping memperbanyak teman dan sahabat, ada kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa membantu sesama yang dalam kesusahan,” pungkas Farhan.
Harry
HBK : Asal Tekun Dan Serius, Pertanian Itu Nggak Ribet-ribet Amat Koq
Dalam skala lebih kecil, pertanian terpadu bisa dilakuKan kaum perempuan dan ibu-ibu rumah tangga dengan memanfaatkan lahan pekarangan
lombokjournal.com —
MATARAM ; Membangun kembali kejayaan Pertanian Indonesia bukanlah hal mudah, sekaligus bukan hal yang terlalu sulit.
Yang dibutuhkan hanyalah keseriusan, keberfihakan, dari pemerintahan pusat hingga di tingkat desa, dan juga ketekunan masyarakat untuk mendorong dan memberdayakan sektor ini.
“Asal tekun dan serius, (membangun) pertanian itu nggak ribet-ribet amat koq,” kata H. Bambang Kristiono (HBK), Kamis (08/11)
Ketua Badan Pengawas dan Disiplin (BPD) Partai Gerindra ini mengatakan, selain keseriusan pemerintah dan ketekunan masyarakat, mindset dan paradigma masyarakat tentang pertanian juga harus diubah.
Sebab, saat ini sudah terjadi degradasi makna dalam sektor pertanian kita, ketika orang membicarakan petani pasti langsung terlintas tentang kehidupan yang sulit, pra-sejahtera, dan kantong-kantong kemiskinan.
Petani dan nelayan, ditempatkan sebagai masyarakat dengan strata paling bawah.
Stigma ini kemudian meracuni pikiran generasi muda kita, tidak heran kalau lebih banyak para pemuda kita yang kemudian berpikir, lebih baik menganggur daripada menjadi seorang petani.
“Ini ironi, karena di negara-negara maju seperti di Belanda, orang-orang kaya itu justeru banyak lahir dari kalangan petani,” katanya.
Ditambahkannya, kalau bangsa agraris ini, pemuda-pemudanya berpikiran seperti itu, parah namanya. Ini yang harus diubah, karena mindset dan paradigma ini sangat keliru.
Kondisi ini, papar HBK, sangat berbeda dengan pemahaman masyarakat yang ada di negara-negara maju dan negara-negara berkembang lainnya dalam memandang sektor pertanian.
“Banyak negara-negara berkembang yang luasan wilayahnya kecil, tapi pertaniannya sangat maju dan petaninya juga makmur serta sejahtera. Karena mereka berpositive-thinking, bahwa sektor ini memiliki multiplier efect yang luas biasa,” kata HBK.
Menurut HBK, untuk merubah itu semua, Indonesia bisa memulainya dengan hal yang sangat sederhana.
Misalnya dengan memperkuat pola pertanian terpadu atau pertanian terintegrasi, dimana pertanian tanaman pangan, hortikultura, bisa dipadu bersama peternakan ataupun perikanan air tawar.
Dimulai dari Desa, bahkan di kegiatan-kegiatan ibu rumah tangga.
HBK menekankan, pola pertanian terpadu ini juga bisa dimulai dari skala yang kecil di pedesaan.
Kelompok tani (Pokta) yang sudah ada saat ini, bisa diberdayakan melalui konsep terintergasi itu.
“Sederhananya, sebagai contoh, limbah jagung bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan kemudian kotoran ternak bisa dimanfaatkan jadi pupuk organik, dan lain sebagainya”, katanya.
Dalam skala lebih kecil, papar dia, pertanian terpadu juga bisa dilakukan kaum perempuan dan ibu-ibu rumah tangga dengan memanfaatkan lahan pekarangan mereka.
Para ibu bisa memulainya dengan menanam sayur-sayuran seperti cabai, tomat, bawang di pekarangan mereka, dan di saat yang bersamaan, juga beternak ayam kecil-kecilan.
“Selain untuk mengisi waktu luang, kegiatan seperti ini juga bisa memberi tambahan penghasilan dalam membantu ekonomi keluarga. Yang terpenting pola pertanian terpadu ini harus dibudayakan, sehingga generasi muda kita ke depan tidak lagi berstigma buruk tentang petani dan pertanian”, katanya.
Ketahanan Pangan Kawasan
Dalam skala menengah, tambah HBK, pertanian terpadu merupakan salah satu upaya untuk saling menghidupi dan memberikan manfaat antar warga yang melakukan pengolahan lahan pertanian terpadu.
Dengan demikian, hal ini akan mendorong pola hidup simbiosis mutualisme antar warga dalam rangka memperkuat basis ketahanan pangan dalam kawasan tersebut .
Produktifitas dan efektifitas pertanian terpadu dapat menggerakkan perputaran roda ekonomi satu kawasan melalui produk yang dihasilkan .
“Tapi yang terpenting, pertanian terpadu ini jika dimasifkan dan dijadikan agenda gerakan nasional ketahanan pangan, rakyat akan mengurangi tingkat ketergantungannya kepada import pangan, sekaligus memperkuat lapangan kerja yang kreatif”, tukasnya.
Caleg DPR RI dari Partai Gerindra ini memang fokus mengangkat isu pertanian dalam setiap kunjungan lapangannya di P. Lombok, HBK selalu menekankan semangat bangkitnya kembali sektor pertanian di Pulau ini.
Ia menilai, jika dikelola dengan sungguh-sungguh, sektor pertanian ini bisa membawa bangsa Indonesia menjadi lumbung pangan dunia ke depan. Juga akan membuka banyak lapangan pekerjaan yang sangat besar, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Me
100 Kades di Lombok Barat Ikuti Bursa Inovasi Desa
Bursa Inovasi Desa (BID) merupakan program untuk memberikan solusi Pemerintah Desa (Pedes) memecahkan masalah dan rencana pembangunan di desa
LOBAR.lombokjournal.com — Sekitar seratusan Kepala Desa se-Lombok Barat dan aparaturnya menghadiri Bursa Inovasi Desa Kabupaten Lombok Barat 2018, Rabu (07/11).
Dalam forum tersebut para Kepala Desa melakukan proses belajar dan berdiskusi untuk mereplikasi inovasi yang sesuai dengan potensi desanya masing-masing.
Salah satu Kepala Desa, Sukadin yang merupakan Kepala Desa Kuranji Dalang mengakui, kegiatan Bursa Inovasi Desa sangat luar biasa dan dapat menjadi inovasi untuk membangun desa.
“Ini menjadi tolak ukur kita untuk peningkatan kualitas pembangunan di desa. Dengan kita berinovasi dan berkreasi untuk desa ke depan kita punya target, misalnya seperti desa kami di Desa Kuranji Dalang untuk mengembangkan ekowisata dengan potensi desa memiliki kesenian dan budayanya yang luar biasa,” ungkapnya.
Bursa Inovasi Desa (BID) sendiri merupakan program dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia sebagai sarana untuk memberikan solusi bagi Pemerintah Desa (Pedes) memecahkan masalah dan rencana pembangunan yang ada di desa.
Melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kab. Lombok Barat (Lobar) kegiatan ini digelar selama satu hari di di Gor Mini Gerung.
Kepala Dinas PMD Lobar L Edy Sadikin menjelaskan, kegiatan ini menjual kreasi dan inovasi yang sudah dilakukan oleh desa yang ada di Indonesia untuk bisa dicontoh desa-desa yang ada di wilayah Lombok Barat sesuai potensi yang ada di masing-masing desa.
“Terlebih saat ini adanya alokasi dana desa (ADD) bisa memicu desa untuk berinovasi sehingga tujuan dari Pemdes itu sendiri bisa dirasakan masyarakat,” katanya saat membuka kegiatan.
Dari kegiatan ini para Kades bakal menerima petunjuk terkait inovasi apa saja yang bisa dilakukan di desanya masing masing.
“Di antaranya beberapa poin menu bursa inovasi yang bisa dilakukan meliputi bidang infrastruktur, kewirausahaan dan pengembangan ekonomi lokal dan bidang pengembangan sumber daya manusia,” cetus Sadikin.
Mewakili Bupati, Asisten III Setda Lobar H. Fathurrahim menyampaikan sudah saatnya Pemdes bisa berdikari, berkreasi dan berinovasi yang tujuannya untuk desa itu sendiri.
“Dengan diadakan Bursa Inovasi Desa hari ini tentu mulai sekarang kepala desa kita harus punya mindset dan punya pemikiran untuk mampu membaca potensi-potensi yang ada di desa, sehingga bisa memunculkan hal yang baru di desa sebagai inovasi,” katanya.
Ia menambahkan, Kepala Desa merupakan Leader dan yang akan memberikan warna di desa. Untuk itu, Kepala desa bisa benar-benar memilah apa yang bakal dilakukan untuk memajukan serta membangun desanya supaya lebih baik lagi.
“Manfaatkan semua potensi yang ada yang telah dikelola di desa dengan baik sehingga desa maju mandiri. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sendiri akan terus mensupport kemajuan Pemerintah Desa,” tegasnya.
Harry
Deforestasi Hutan di Pulau Sumbawa Biang Keladi Kekeringan, HMS Ajak Millenial Ikut Peduli
Untuk mengatasi kekeringan, tidak cukup hanya dengan pendekataan instan jangka pendek seperti droping air bersih ke masyarakat
HMS bersama pendukungnya
lombokjournal —
SUMBAWA — Desforestasi, kerusakan hutan akibat pembalakan liar dan alih fungsi lahan, dinilai sebagai biang keladi masalah kekeringan di Pulau Sumbawa, dan NTB secara umum.
Akibat deforestasi itu, fungsi kawasan yang tadinya bisa menjaga cadangan air tanah ketika musim kemarau tiba, kini semakin jauh berkurang.
Hal ini dibuktikan dengan terus menurunnya debit air pada sejumlah kawasan mata air di hampir seluruh Pulau Sumbawa.
H Muhammad Syafrudin (HMS), Caleg DPR RI dari PAN mengatakan, masalah kekeringan ini bukan hanya soal terlambatnya musim hujan.
“Tapi penyebab utamanya ya karena kerusakan hutan. Kalau masalah utama ini tidak diatasi, maka satu atau dua dekade ke depan, bukan hanya pertanian yang terncam tapi masyarakat kita juga akan mengalami krisis air bersih berkepanjangan,” kata H Muhammad Syafrudin (HMS), Rabu (07/11) di Sumbawa.
Kekeringan dan krisis air bersih menjadi masalah yang selalu terjadi di sebagian besar wilayah Pulau Sumbawa, dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk mengatasi itu, papar HMS, tidak cukup hanya dengan pendekataan instan jangka pendek seperti droping air bersih ke masyarakat.
Selain cost operasional yang cukup besar karena distribusi air menggunakan kendaraan dan memerlukan tenaga operasional dan BBM, pendekatan itu juga tidak memberikan solusi jangka panjang.
HMS mengatakan, harus ada upaya reboisasi atau penghijauan masif dan inovatif, serta memaksimalkan lahan pekarangan untuk mengatasi masalah kekeringan di Pulau Sumbawa itu.
“Karena masalah utamanya adalah deforestasi, ya solusinya harus dengan pemulihan kawasan hutan itu sendiri. Jadi harus ada upaya yang masif untuk penghijauan, dan ada kesadaran komulatif dari masyarakat untuk mulai memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam pohon,” katanya.
Menurutnya, laju deforestasi di Pulau Sumbawa sepanjang beberapa tahun ini, tidak seimbang dengan kemampuan pemerintah daerah di masing-masing wilayah untuk melakukan rebosisasi menyeluruh.
Namun dengan melibatkan para pihak dan juga masyarakat, maka upaya itu pasti akan berhasil.
Ia mengatakan, pemerintah melalui stakeholders terkait baik ditingkat Provinsi NTB maupun Kabupaten/Kota yang ada di Pulau Sumbawa, harus mulai menyusun rencana aksi yang nyata untuk kegiatan ini, dengan melibatkan semua pihak terkait dan masyarakat.
HMS yang seringkali turun ke Desa-Desa di pelosok pulau Sumbawa memaparkan, kondisi deforestasi di Pulau Sumbawa sudah cukup parah.
Sejumlah mata air menyusut debitnya, dan berpengaruh pada suplay air irigasi dan juga debit aliran sungai yang selama ini menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat.
Kondisi ini diperparah dengan anomali cuaca dan iklim akibat efek pemanasan global atau global warming.
Beberapa kawasan yang terus menurun debit airnya, antara lain sejumlah kawasan DAS di Batu Lante, Semongkat, Teluk Saleh, Moyo, Tambora.
Pasokan air untuk PDAM di Desa Kerike, Kecamatan Unter Iwes, juga mulai terganggu akibat turunnya debit air di suber-sumber air yang ada.
“Jika kondisi ini dibiarkan, maka dalam dua dekade ke depan dipastikan Sumbawa akan defisit air bersih,” kata HMS.
Untuk Generasi Mendatang
HMS menyadari, untuk melakukan reboisasi yang masif, tentu dibutuhkan banyak waktu, biaya, dan juga upaya.
Apalagi paradigma berpikir masyarakat saat ini ingin yang instan dan cepat. Sementara menanam pohon, perlu waktu lama sampai pohon itu bisa memberi manfaat.
“Tapi paradigma ini harus diubah. Harus mulai ada kesadaran kolektif masyarakat dan semua pihak, bahwa apa yang kita tanam hari ini, itu demi keberlangsungan kehidupan anak cucu kita, generasi penerus kita mendatang,” katanya.
Pola reboisasi yang dilakukan, menurut HMS, juga tak boleh sekadar seremoni dengan pendekatan proyek semata.
Pilihan jenis pohon juga harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Tamanan pohon jenis Trembesi dan semacamnya yang memiliki akar tunjang yang kuat, dinilai bisa menjadi jawaban.
Di tingkat masyarakat, HMS juga terus mendorong semangat untuk mulai menanam di lahan pekarangan mereka.
Dalam setiap perjumpaan dan diskusi bersama masyarakat yang dikunjunginya di pelosok-pelosok Desa di Sumbawa, HMS juga mendorong generasi muda, generasi milenial untuk mulai peduli lingkungan.
“Karena ini juga untuk kepentingan generasi mendatang agar tetap bisa menikmati kondisi lingkungan yang lebih asri dan baik,” katanya.
Sebab, tambah HMS, masalah defosestasi bukan hanya berdampak dan menjadi sumber utama kekeringan, tapi juga menyimpan bahaya banjir di saat puncak musim hujan tiba.
Hutan yang bisa menjadi wadah penyerap dan penampung air di saat hujan tiba, kehilangan fungsinya karena habitat alaminya rusak.