Bang Zul Kunjungi Perajin Tenun di Dusun Rentang  

Mengunjungi para perajin tenun di Dusun Rentang, Loteng, Bang Zul panggilan akrab Gubernur NTB menyoroti kebersihan lingkungan 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Gubernur NTB, Zulkieflimansyah bersama rombongan para Kepala Dinas di lingkup Provinsi NTB mengunjungi penenun-penenun tradisional di Dusun Rentang Desa Ganti, Lombok Tengah, (25/09/22).

Ini kunjungan terakhir Gubernur NTB, Zulkieflimansyah di Wilayah Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah. 

BACA JUGA: Gubernur Bersama Para Kadis Kunker ke Praya Timur

Bang Zul menyarankan para perajin tenun meningkatkan kualitas produknya

Tiba di lokasi Gubernur diberikan sapuk khas suku Sasak, Gubernur meminta para rombongan untuk membeli agar kehadirannya dapat dirasakan masyarakat.

“Lumayan buat oleh-oleh yang tak terlupakan diberikan oleh masyarakat penenun,” ungkap Gubernur penuh senyuman saat disambut cukup sederhana dan menyenangkan.

Selain itu Gubernur juga menyitir,  kondisi lingkungan yang memperihatinkan butuh perhatian pemerintah. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan. Sehingga membuat pemandangan sungai yang dijadikan tempat buang sampah menjadi tidak bagus dan kotor.

“Saya minta langsung Dinas LHK dan stakeholder terkait untuk segera mengatasi permasalahan tersebut untuk segera ditindaklanjuti,” kata Bang Zul sapaan akrab Gubernur.

Selain itu, diharapkan agar para perajin dan pelaku UMKM terus meningkatkan kualitas produk sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi mayarakat. 

Terlebih menggunakan pemasaran pada era digital mudah diketahui. Oleh karena harus betul-betul dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Sebelumnya, Gubernur Zul bersama rombongan meninjau Embung Batu Galang di Praya Timur Lombok Tengah. Menurutnya yang sangat penting dan diperhatikan oleh pemerintah. 

“Walaupun sederhana dan kecil, embung tersebut menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat,” tutupnya.

BACA JUGA: Festival Balap Sampan Tradisional Ditutup Gubernur NTB

Selanjutnya, diakhir kunjungan kerjanya bersama rombongan melanjutkan perjalanan untuk menghadiri 1000 doa di Istana Bawa Loam Ganti, Praya Timur. ***

 

 




Bupati Kukuhkan Pengurus FKUB KLU Masa Khidmat 2022-2027

Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) KLU yang dikukuhkan Bupati Djohan, diharapkan mampu menyelesaikan masalah antar umat beragama

TANJUNG.lombokjournal.com ~  Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Lombok Utara, masa khidmat Tahun 2022- 2027, dikukuhkan Bupati Lombok Utara, H. Djohan Sjamsu, SH  di Aula Kantor Bupati (15/09/22). 

Pengukuhan FKUB berdasarkan Surat Keputusan Bupati Lombok Utara, Nomor: 74/26/KESBANG/2022 tentang pembentukan Forum dan Sekretariat Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) Kabupaten Lombok Utara tahun 2022-2027, dengan 20 orang pengurus FKUB KLU.

BACA JUGA: Pembangunan Pusat Pemerintahan KLU akan Selesai Lebih Cepat

Bupati mengatakan, FKUB diharapkan mampu menyelesaikan masalah umat beragama

Wakil Bupati Lombok Utara menjadi Dewan Penasehat 

Ketua FKUB, Dr. Lalu Muhammad Muhsin Efendi Muhtar., MA, Wakil Ketua I Marianto dan Wakil Ketua II Romo Cindrasah, Sekretaris, Ust. Hamdun M.Hi.

“Keberadaan FKUB untuk memelihara kerukunan antar umat beragama selaras dengan tujuan Pemerintah Daerah dalam mempererat persatuan dan kesatuan umat beragama di KLU,” kata Bupati Djohan usai pengukuhan. 

Menurutnya, FKUB memiliki peran penting di tengah perpecahan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Menjadi penghubung, mediator dan penyelaras dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.

“Persatuan dan kesatuan adalah kunci keberlangsungan dan kestabilan berbangsa dan bernegara,” tutur bupati.

Perbedaan yang ada hendaknya melebur menjadi perekat kewargaan dan kebangsaan, menguatkan keberadaan budaya, agama, suku dan ras yang berbeda sebagai pendorong kemajuan daerah di masa depan.

Harapan kita  dengan adanya FKUB seluruh permasalahan antar umat beragama dapat terselesaikan dengan baik.

BACA JUGA: Wabup Danny Jelaskan Rancangan Nota Keuangan APBDP KLU

Dan FKUB juga diharapkan menjembatani sebagai upaya meningkatkan kualitas kehidupan umat beragama. Sekaligus upaya mempertahankan dan meningkatkan kondusifitas daerah.

Hadir pula  Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto R, ST.,M.Eng, Wakapolres Lotara Kompol Samnurdin SH, Kepala Kemenag KLU H. M. Ali Fikri SH.,MH, Kepala Kesbangkespol Muldani M.Si, Camat Pemenang serta undangan lainnya. ***

 




Rumah Penuh Mistis, Bale Samar di Desa Sakra

Bale Samar Sakra, rumah mistis berusia ratusan tahun tempat selendang Dewi Anjani disemayamkan

MATARAM.lombokjournal.com ~ Tim Ekspedisi Mistis PDI Perjuangan NTB dan Mi6 mendatangi  Dusun Sawo, Desa Sakra, Kecamatan Sakra, Lombok Timur menelusuri Bale Samar.

Ini sebuah rumah panggung yang penuh dengan cerita mistis. Tak sembarang orang bisa masuk rumah yang sudah berusia ratusan tahun ini, meski hanya ke pekarangannya. 

Konon di rumah inilah selendang Dewi Anjani disemayamkan.

Disebut Bale Samar, karena penghuni rumah tersebut tidak terlihat secara kasat mata. Namun keberadaanya dirasakan warga yang bermukim di sekitar Bale Samar tersebut.

Bale Samar berada di tengah-tengah pemukiman di sebuah lahan yang dikelilingi tembok. Untuk bisa masuk ke halaman Bale Samar, hanya terdapat sebuah gerbang kayu yang di bagian atasnya terdapat tulisan “Basmalah” dan di sebelah kanan tulisah “Allah” dan sebelah kiri tulisan “Muhammad”.

Bale Samar persis di bagian tengah, berdiri di atas pondasi bebatuan. Sementara halamannya masih berupa tanah. 

Bale Semar, rumah mistis di Sakra konon tempat selendang Dewi Anjani
Bale Semar

Terdapat sebuah tangga kayu yang terhubung dengan pintu Bale Samar. Dindingnya terbuat dari bedek. Sementara atapnya dari ilalang. 

Persis di dekat tangga kayu, terdapat sebuah gentong air yang terbuat dari tanah liat lengkap dengan pancurannya. 

BACA JUGA: Letusan Samalas, Rumah Peninggalan Kedatuan Benue Diuji Radiokarbon

Mirip seperti tempat wudhu masyarakat Sasak zaman dahulu. Gentong tersebut ditutup “tembolak” tudung nasi khas masyarakat Sasak.

Saban hari, gentong tersebut diisi air. Sebab, saat diisi esoknya, air dalam gentong memang sudah habis sehingga harus diganti.

“Kami yang tinggal di sini memang sering mendengar gemericik suara air dari area Bale Samar. Seperti orang yang sedang berwudu, tapi tidak terlihat ada orang di sana,” kata Mamiq Zaki, salah seorang warga.

Dia menuturkan itu kepada Tim Ekspedisi Mistis PDI Perjuangan dan M16 yang bertandang ke Bale Samar, menjelang petang, Minggu (03/09/22). 

Tim Ekspedisi disambut “Mangku” Bale Samar Lalu Muksin, dan juga Kepala Desa Sakra, Lalu Anugerah.

Bale Samar memang sangat kental dengan cerita mistis. Nyaris seluruh warga di sana pernah melihat langsung dan mengetahuinya. 

Mamiq Zaki tak akan lupa, bagaimana ketika dulu Bale Samar dipugar. Waktu itu dia sudah duduk di kelas III Madrasah Tsanawiyah. 

Pria 46 tahun ini menuturkan, sore hari, atap Bale Samar yang berupa ilalang diganti dengan atap dari genteng tanah liat. Namun, kesokan harinya, seluruh genteng tersebut tiba-tiba saja sudah berada di tanah dalam kondisi tersusun rapi. 

Atap genteng pun dipasang lagi. Namun, keesokan harinya, hal serupa terjadi lagi. Begitu terus berulang. Sampai akhirnya, Bale Samar tetap menggunakan atap semula dari ilalang.

Warga lain acap mendengar kalau di dalam Bale Samar seperti ada suara-suara yang menandakan orang sedang beraktivitas. 

Pernah ada warga yang penasaran, lalu masuk secara diam-diam ke area Bale Samar. Bukannya mengobati rasa ingin tahu, warga tersebut malah kesurupan hebat.

“Sampai sekarang, kalau sudah Magrib, tidak ada warga yang berani macem-macem ke sana,” kata Mamiq Zaki.

Ritual Meriri

Tak ada yang tahu persis, berapa usia Bale Samar ini. Namun warga di Kecamatan Sakra meyakini, Bale Samar ini sudah berusia ratusan tahun. 

Jika kini kondisinya tetap terawat, Bale Samar memang dibersihkan oleh Mangku yang menjadi penjaganya. 

Konon, sang Mangku lah yang bisa berkomunikasi langsung dengan penghuni Bale Samar.

Saat ini, Mangku Bale Samar adalah Lalu Muksin. Namun, kepada Tim Ekspedisi Mistis PDIP dan M16, Lalu Muksin merendah dan menyebut dirinya masih belum secara resmi menjadi Mangku. Mengingat belum ada persetujuan dari “penghuni” Bale Samar.

“Belum resmi menjadi mangku. Kalau bahasa kita, posisinya masih dievaluasi (penghuni),” kata pria yang murah senyum ini. 

Dia begitu tawaduk, siapa pun yang datang disambutnya dengan begitu takzim.

Lalu Muksin menggantikan ayahandanya yang sebelumnya menjadi Mangku Bale Samar. Sang ayahanda berpulang pada tahun 2010. Semenjak itu, Bale Samar menjadi tanggung jawab Lalu Muksin.

Siapa sebenarnya penghuni Bale Samar?

 Lalu Muksin menerangkan, sudah turun temurun, masyarakat meyakini, Bale Samar dihuni oleh Dewi Anjani. 

Dalam mitos masyarakat Sasak yang mendiami Pulau Lombok, Dewi Anjani adalah merupakan manusia yang dianugrahi karomah (kesaktian) dengan mampu hidup di dua alam, yaitu alam manusia dan alam gaib (jin) serta ditugaskan oleh Allah untuk menunggu Gunung Rinjani.

“Banyak Bale Samar di Pulau Lombok. Tapi, Bale Samar yang ada di Sakra ini adalah induk dari Bale Samar lainnya,” tutur Lalu Muksin.

Secara berkala, warga akan menggelar ritual “Meriri” di Bale Samar Sakra. Ritual tolak balaq tersebut akan dilakukan manakala datang wangsit dari “Penghuni” Bale Samar. 

Wangsit tersebut datang dengan cara beraneka ragam. Bisa melalui mimpi bisa pula melalui warga yang kesurupan dan biasanya dalam waktu yang lama.

Saat ritual “Meriri” itulah, warga datang berbondong-bondong datang ke Bale Samar. Warga tersebut tidak hanya dari Sakra. Namun, dari tempat-tempat yang jauh dari Sakra. 

Mereka menyebut dirinya “Kawule Bale”. Lelaki, perempuan, dan anak-anak akan berkumpul di halaman luar Bale Samar. 

Ritual biasanya berisi dengan doa yang dipanjatkan oleh Mangku. Lalu warga menyambutnya pula dengan lantunan Salawat dan membaca tahlil.

Ritual “Meriri” terakhir digelar sebelum 2018. Sesaat sebelum gempa besar yang beruntun melanda Pulau Lombok. 

Itu sebabnya, warga meyakini, ritual “Meriri” tersebut dianggap sebagai “pemberitahuan” bahwa akan ada peristiwa besar yang terjadi. 

Karena itu, masyarakat diingatkan untuk bersiap-siap, selalu berdoa, tetap waspada, dan bertawakkal kepada Yang Mahakuasa.

Saat ritual “Meriri” inilah benda-benda pusaka dikeluarkan dari dalam Bale Samar oleh Mangku. Benda-benda pusaka tersebut wujudnya beraneka. Mulai dari keris, gong, dan juga selendang. 

Terdapat sebuah selendang yang tak akan dipindah dan tetap berada di Bale Samar. Selendang tersebut diyakini milik Dewi Anjani yang memang disemayamkan di Bale Samar. Selendang yang memiliki hiasan serupa emas tersebut diberi nama “Mbakirun”.

 Hanya selendang duplikat yang dikeluarkan saat ritual. Selendang duplikat itu terdiri dari tiga warna.

Selama ritual, gong yang merupakan benda keramat juga dibunyikan. Gong itu bernama “Mata Seribu”. 

Konon, kalau sudah dibunyikan, suara gong tersebut akan didengar oleh warga yang bermukim di pesisir timur Pulau Lombok di Selat Sumbawa, yang lokasinya 15 kilometer dari Bale Samar.

Dalam ritual ini juga akan dilakukan pengambilan air dari sumur khusus untuk diisi di dalam gentong yang ada di Bale Samar. Air ini hanya bisa diambil oleh seorang perempuan yang sudah suci, sebutan untuk  perempuan yang tidak lagi menstruasi atau menopause.

“Kalau ada perempuan yang mengaku sudah suci, tapi ternyata masih mestruasi, maka biasanya di tengah jalan, alat yang dipakai membawa air akan pecah dan terjatuh,” kata Lalu Muksin.

Warisan Datu Moter

Benda pusaka yang ada di dalam Bale Samar tersebut usianya juga tidak ada warga yang tahu persis. 

Namun, terakhir benda pusaka itu memang diwariskan pada “Datu Moter” yang juga telah mewarisinya secara turun temurun dari leluhurnya yang juga menjadi Mangku Bale Samar.

Kepala Desa Sakra, Lalu Anugerah, generasi keenam Datu Moter. 

Dalam sejarah Lombok, Datu Moter yang bernama Lalu Mustiarep atau Lalu Mustiawang, adalah Kepala Daerah Lombok di masa pemerintahan kolonial Belanda. 

Makam Datu Moter ada di Makam Dalam Lauq. Di batu nisannya tertulis, Datu Moter mangkat pada 27 Oktober 1949.

Menurut Lalu Anugerah, benda-benda pusaka yang ada di dalam Bale Samar berdasarkan penuturan turun temurun dari leluhurnya, antara lain Keris Patut Patuh Gose dan Keris Baru Jelenge.

Sementara itu, Ketua DPD PDIP NTB H Rachmat Hidayat mengatakan, dirinya tahu persis sejarah Bale Samar di Desa Sakra. Anggota DPR RI ini memang berasal dari Rumbuk, desa yang berbatasan langsung dengan Desa Sakra.

Tokoh kharismatik NTB ini menuturkan, sejumlah tradisi dan ritual yang dijalankan masyarakat saat ini adalah ritual yang sudah dilakukan turun temurun semenjak dulu. 

Di tahun 1963 saat dirinya masih SMP, Rachmat menyebut hanya dirinya orang luar satu-satunya yang saat itu yang dibolehkan Mangku untuk masuk Bale Samar. 

Rachmat sendiri memang sudah dianggap sebagai anak oleh Mangku Bale Samar. Sebab, keluarga Mangku Bale Samar yang secara turun temurun adalah juga pemimpin di Desa Sakra, merupakan muridnya ayahanda Rachmat, Guru Ramiah. 

Di sisi lain, Sekretaris Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 Ahmad Amrullah menjelaskan, tim ekspedisi secara khusus datang ke Bale Samar sebagai bagian dari upaya untuk menelusuri kekayaan budaya dan tradisi leluhur masyarakat Sasak yang masih dijalankan di sana.

BACA JUGA: Serem, Warga Sering Jumpa Kuntilanak di Lingkok Rumbuk

“Kami berharap, dengan langkah yang dilakukan Tim Ekspedisi, maka generasi muda NTB tidak menjadi generasi yang kehilangan jati diri karena tidak mengenal kekayaan tradisi dari para leluhur mereka,” kata politisi muda PDI Perjuangan ini.

Selanjutnya, Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 Bambang Mei Finarwanto didampingi Kepala Litbang Mi6, Zainul Pahmi menambahkan, dalam kontek Kearifan lokal eksistensi Bale Samar merupakan representasi  kekuatan Tradisi  dalam menjaga kehormatan petilasan leluhur yang diaktualisasikan lewat adanya Awig-Awig maupun rangkaian ritual adat yang bernuansa sinkretisme.

“Mitologi Bale Samar itu sesungguhnya merupakan identitas Perekat Kultural dalam melestarikan simbol-simbol adat dan sejarah Leluhur yang pernah eksis agar fragmen kisahnya tidak terlupakan,” kata Didu sapaan Bambang Mei. ***

 

 




Haul TGH Abdul Hamid Pagutan, Ini Pesan Gubernur NTB

Generasi Pagutan harus dipersiapkan agar mewariskan nilai nilai Islam, pesan Gubernur NTB saat Haul Almagfurlah TGH Abdul Hamid 

MATARAM.lombokjournal.com ~  Silaturahmi pemimpin dengan masyarakat adalah nilai Islami yang harus dirawat. 

Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zulkieflimansyah menekankan itu saat menghadiri kegiatan Haul Almaghfurlah TGH Abdul Hamid dan TGH Mustajab ke 53  di Pondok Pesantren Nurul Quran, Presak Timur, Pagutan, Kota Mataram, Sabtu (27/08/22). 

Gubernur NTB berpesan, agar generasi Pagutan mewarisi nilai-nilai Islam

“Pemimpin adalah mereka yang rela berkorban dan dekat dengan masyarakat. Melayani saat dibutuhkan,” ujarnya. 

BACA JUGA: Jalan Sehat Desa Anjani, Gubernur NTB Juga Tinjau Lapak UKM

Ia menyampaikan pesan, sebagai episentrum perkembangan Islam di Lombok, generasi Pagutan harus dipersiapkan, agar tetap mewariskan nilai nilai Islam tersebut. 

Di antaranya dengan pendidikan tinggi dan menghindari pernikahan dini. 

Menurutnya, tantangan agama dan ulama di masa depan kian berat. Karena itu dibutuhkan upaya menjaga warisan dengan mengingat para pendahulu melalui peringatan haul. 

Sementara itu, Ketua Yayasan Nurul Quran, Drs H Habibulbadawi mengatakan, sejarah panjang episentrum Islam Lombok dari Pagutan, Sekarbela dan Lombok Timur adalah akar yang tak boleh hilang. 

“Itu sebabnya peringatan haul ini dilakukan setiap tahun agar menjadi pengingat kebesaran pendahulu,” ungkap Habib. 

Ketiga tokoh ulama pertama di masanya itu, yaitu TGH Abdul Hamid, Pagutan dan TGH Rais, Sekarbela, merupakan tiga tokoh dengan keilmuan berbeda yang menjadi rujukan umat Islam Lombok hingga sekarang. 

Saat ini halaqoh masa lalu diwujudkan Nurul Quran melalui lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dan beberapa majelis taklim. 

Rangkaian kegiatan Haul ke 53 tahun ini sendiri dimulai sejak Jumat (26/08) dengan ziarah makam, pengajian umum dan ritual tolak bala berkeliling kampung dengan bersholawat dan mengumandangkan azan  di setiap sudut pemukiman. 

Dalam acara peringatan haul tersebut, Gubernur juga dihadiahi buku biografi TGH Abdul Hamid dan TGH Mustajab serta buku Mozaik Budaya Orang Mentaram karya H Fathurrahman Zakaria, penulis dan budayawan Pagutan. 

BACA JUGA: Pekan Teater Pelajar se NTB Ditutup Gubernur NTB

Hadir pula dalam acara haul, Kepala Biro Kesra, para tuan guru dan masyarakat.***

 




Makam Embung Puntik, Penyebar Islam di Lombok tahun 1717 M

Makam Kemaliq Embung Puntik di Lombok,  ulama penyebar Islam ternama di Lombok, ribuan masyarakat sering berziarah dan menggelar ritual adat 

LOTENG.lombokjournal.com ~ Kemaliq Embung Puntik, sebuah makam di Desa Sengkerang, Praya Timur, Lombok Tengah, menjadi langganan para peziarah. 

Area makam seluas sekitar 4 are itu dikenal sebagai makam keramat oleh masyarakat, bahkan sering digelar ritual adat di area makam.

Makam tersebut merupakan makam Denek Mas Suryadiningrat, ulama penyebar Islam ternama di Pulau Lombok. 

Ia diperkirakan menyebarkan Islam di Lombok sejak  tahun 1717 masehi.

BACA JUGA: Letusan Samalas, Benda Kedatuan Benue akan Diuji Radiokarbon

Makam Embung Puntik, petilasan Denek Mas Suryadiningrat yang jasadnya menghilang

Makam tersebut sudah ditetapkan sebagai cagar budaya dan juga telah diakui Dinas Pariwisata. Terbukti dengan adanya plang Dinas Pariwisata pada area makam.

Juru Pelihara Makam, Lalu Jasmawadi, yang juga merupakan generasi ke-13 keturunan Denek Mas Suryadiningrat mengatakan, ribuan masyarakat sering berziarah dan menggelar ritual adat di makam tersebut.

Ritual adat bernama Nede Embung Puntik yang digelar setiap bulan tujuh tanggalan Sasak atau setiap hari Senin pada bulan November. 

Pada ritual tersebut, masyarakat akan membawa aneka hasil bumi dan berdoa memohon berkah kepada Sang Pencipta.

“Setiap bulan ke tujuh tanggalan Sasak atau setiap hari Senin di bulan November selalu ada ritual adat di sini,” kata Lalu Jasmawadi didampingi Akademisi Mataram, Dr Asrin,  Rabu (17/08/22).

Ritual adat tersebut telah berlangsung turun temurun. Bahkan, masyarakat meyakini jika tidak menggelar ritual akan mendapatkan malapetaka seperti penyakit.

Pada bulan November, ritual akan berlangsung empat kali yang digelar setiap Senin. Masyarakat berbondong-bondong mengunjungi makam dan berdoa sebagai ucapan rasa syukur dan meminta berkah Allah SWT.

Selain bulan November, ritual adat biasanya juga digelar pada akhir Februari. 

Ada juga ritual adat bernama Saur Sangi. Di sana, masyarakat yang sebelumnya telah terkabulkan hajatnya akan datang ke makam sebagai bentuk rasa syukur telah tercapai atau terkabulkan keinginannya.

“Pada makam juga biasa digelar ritual ada saat ada anak desa yang akan dikhitan (disunat). Akan ada proses adat yang digelar,” ujarnya.

Sebelum dikhitan, anak tersebut akan dibawa ke makam dengan diantar keluarga, dan menggelar tradisi pemotongan selendang.

BACA JUGA: Kyai Mas Mirah, Penyebar Islam Sejak Jaman Pejanggik

Keliling Makam

Uniknya, makam  tersebut tidak sembarang dapat dimasuki peziarah. Harus ada ritual khusus mengelilingi makam sebanyak sembilan kali, sebelum dapat memasuki makam.

“Namun jika peziarah tidak bisa mengelilingi makam sebanyak sembilan kali, diberikan keringanan tujuh kali atau tiga kali,” ujarnya.

Masyarakat meyakini dengan mengelilingi makam, mengingat kembali sebelum manusia lahir ke dunia, manusia berada pada rahim ibu dan suatu saat akan meninggal dunia. 

Hidup di dunia yang singkat tersebut harus diisi dengan berbuat kebaikan sebagai bekal di akhirat.

Jika ritual mengelilingi makam tidak diindahkan peziarah, sering ditemui fenomena kesurupan seorang peziarah. Itu membuat juru kunci makam akan kerepotan menangani.

Lalu Jasmawadi mengungkapkan makam tersebut sebenarnya merupakan petilasan Denek Mas Suryadiningrat. Konon jasadnya menghilang dan tidak pernah muncul.

Denek Mas Suryadi Ningrat selain menyebarkan Islam, juga menciptakan sebuah lontar bernama Indarjaye. Lontar tersebut berguna jika ada anak kecil yang telat berbicara melewati umurnya, maka lontar tersebut akan dibacakan. Dengan izin Allah SWT, anak tersebut akan lancar berbicara.

“Banyak anak yang terlambat bicara, begitu dibacakan lontar Indarjaye akan lancar,” katanya.

Khasiat Lingkok Mas

Pada area makam juga terdapat sebuah sumur atau dalam bahasa Sasak disebut Lingkok Mas. Konon air di sana berkhasiat menyembuhkan penyakit. 

Juru kunci makam, Amaq Wahid mengatakan pernah suatu hari ada orang dari Sumbawa datang dalam kondisi kaki bengkak. Saat dimandikan di Lingkok Mas, ajaibnya perlahan-lahan orang tersebut sembuh.

“Banyak khasiat air Lingkok Mas untuk menyembuhkan penyakit. Bahkan orang dari luar Lombok datang ke sini,” ujarnya.

Amaq Wahid menjadi juru kunci makam sejak tahun 1993. Banyak fenomena supranatural dialami sejak menjaga makam. 

Dia pernah didatangi oleh sosok Denek Mas Suryadiningrat. Bahkan dia merincikan ciri-ciri fisiknya.

“Bentuk orangnya tinggi, gagah tapi badannya kurus. Dia memakai sorban putih,” katanya.

Konon ada peninggalan Denek Mas Suryadiningrat dalam bentuk pusaka yang masih disimpan hingga kini. 

Saat Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 turun ke lokasi, diperlihatkan sebuah pusaka terbungkus kain putih dan dililit tali. 

Pusaka tersebut berjenis tombak bernama Pusaka Randu Kuning. Diberi nama Randu Kuning karena saat pusaka tersebut ditancap ke pohon randu (kapuk), maka pohon itu akan berubah menjadi kuning. 

Pusaka tersebut dipercaya sebagai pusaka perdamaian. Begitu dua desa terlibat bentrok, saat pusaka tersebut ditancap ke tanah, maka bentrok akan mereda.

Penataan menuju lokasi makam

Sementara itu Ketua Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6, Ruslan Turmuzi, mengatakan Lombok menjadi lokasi penyebaran para wali, sehingga banyak sekali kedatuan atau sejenis kerajaan. Bedanya, kedatuan identik dengan Islam.

BACA JUGA: Teater Tradisi Cupak Grantang Diambang Punah

Bahkan Ruslan yang merupakan Anggota DPRD NTB berjanji akan menganggarkan penataan akses jalan menuju lokasi makam. 

Dan membangun fasilitas pendukung untuk peziarah seperti empat kamar toilet, penataan gapura depan dan renovasi rumah penjaga atau juru kunci makam.

“Insyaallah kita akan menganggarkan itu. Ya kalau seluruhnya menghabiskan anggaran Rp200 juta. Itu akan kita ikhtiarkan untuk mendukung keberlanjutan tradisi leluhur Sasak,” kata Ruslan. Ia meminta Sekretaris Tim , Amrullah untuk segera membuat perencanaan dan design penataan lingkungan situs embung puntik dengan tetap mengedepankan Arsitektur khas Sasak. 

Direktur M16 Bambang Mei Finarwanto mengatakan, penelusuran jejak sejarah situs Embung Puntik bagian dari strategi Tim Ekspedisi Mistis untuk mengurai dan membuka tabir sejarah leluhur Lombok. Agar bisa diurai benang merah ketokohan dan kelebihan ilmu dalam yang dimiliki. 

“Setidaknya, melalui testimoni yang disampaikan keturunan Denek Mas Suryadi Ningrat ini,  ada second opini terkait sejarah situs Embung Puntik yang bisa menjadi referensi sejarah untuk generasi mendatang,  di tengah minim bukti tertulis berupa catatan-catatan mitos  embung puntik” kata lelaki yang akrab disapa didu didampingi Bendahara Tim Mistis, Zainul Pahmi. ***

 

 




Gubernur NTB Resmikan Rumah Adat Palung Dalem, Lotim

Rumah Sederhana Tapi Dihuni Jiwa-Jiwa Besar, ini kata Gubernur NTB saat peresmian Rumah Adat di Desa Suwangi, Lotim

LOTIM.lombokjournal.com ~  Gubernur NTB, Zulkieflimansyah terkejut dengan sambutan selamat datang dengan slogan “Bertaubatlah saudaraku karena dunia sudah tua” yang ditulis oleh Ali Akbar selaku Ketua Rumah Adat Bale Beleq Palung Dalem.

Itu diungkapkannya saat meresmikan Rumah Adat Bale Beleq Palung Dalem Desa Suwangi Sakra Lombok Timur, (14/08/22).

BACA JUGA: Bupati Djohan Sjamsu: Orang di PMI Luar Biasa

Gubernur NTB BERHARAP RUMAH ADAT JADI NYAMAN UNTUK SEMUA
Gubernur Zulkieflimansyah

Bang Zul sapaan akrab Gubernur mengatakan, kalimat ini diungkapkan oleh Prof. Hariri yang termasuk dalam buku terbaik dunia saat ini.

“Jadi, luar biasa buku terbaik dunia saat ini mengutip tulisan Ali Akbar,” puji Bang Zul.

Bang Zul menyampaikan pesan tegas bahwa dunia boleh tua, dunia boleh berubah tetapi Ali Akbar tetap kelihatan muda.

Ia mengutarakan, nama Bale ini adalah rumah yang menyamankan kita semua. Sekarang banyak punya rumah yang besar tapi jiwanya sempit

“Jadi rumah yang diinginkan Ali Akbar ini kelihatannya sederhana mungkin kecil bentuknya tapi rumah ini dihuni oleh orang-orang berjiwa besar di bumi yang kita cintai ini,” tandasnya.

Hadirnya institusi tersebut diharapkan masyarakat tidak kehilangan arah dalam hidup.

“Mudah-mudahan Bale Adat ini menjadi rumah yang nyaman buat semuanya, tempat keluh kesah, tempat berdoa, dan terus mempererat persaudaraan dan lebih kuat persatuannya,” katanya.

BACA JUGA: Letusan Samalas, Benda Peninggalan Kedatuan Benue Diuji Radiokarbon

Peresmian Rumah Adat Bale Beleq Palung Dalem ditandai dengan pemukulan Gendang Belek oleh Gubernur didampingi Ketua Rumah Adat, Ali Akbar, Wakil Bupati Lombok Timur, dan Tokoh Adat lainnya dan penandatanganan prasasti. ***

 

 




Letusan Samalas, Benda Peninggalan Kedatuan Benue Diuji Radiokarbon

Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 akan uji penanggalan radiokarbon artefak dan benda sisa Kedatuan Benue, yang sempat terkubur akibat letusan Samalas

LOTENG.lombokjournal.com ~ Letusan Gunung Samalas di Lombok pada tahun 1257 diyakini menghilangkan banyak peradaban. 

Konon Salah satunya yang terimbas erupsi dasyat Samalas itu adalah Kedatuan Benue di Dusun Dasan Lekong, Desa Selebung, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah.

Beberapa bukti artefak dan benda kuno peninggalan Kedatuan Benue akan dilakukan pengecekan penanggalan radiokarbon untuk mengetahui usia pasti benda tersebut.

BACA JUGA: Kiai Mas Mirah, Penyebar Islam Sejak Jaman Pejanggik

Benda-benda bersejarah peninggalan Kedatuan Benue yang sempat terkubur karena letusan Samalas

Benda-benda yang akan dilakukan pengecekan penanggalan radiokarbon berupa potongan tengkorak manusia yang diduga berasal dari Kedatuan Benue, aneka pecahan logam dan tanah liat, beras kuno yang sudah menghitam dan beberapa keping koin bersimbol swastika.

Pengecekan penanggalan radiokarbon diinisiasi oleh Tim Ekspedisi Mistis  PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram. 

Benda-benda yang diperkirakan berusia ratusan tahun itu tengah dibawa ke Jakarta untuk diuji.

“Pengujian radio karbon untuk mengetahui usia suatu benda. Untuk memastikan Kedatuan Benue ada dan eksistensi kebudayaan dan struktur sosial masyarakat saat itu benar-benar menelurkan kebudayaan yang besar,” kata Direktur M16, Bambang Mei Finarwanto, Sabtu, (13/08/22).

Bambang Mei F mengatakan, Pengujian Penanggalan Radio Karbon terhadap sejumlah artefak  yang terserak di sejumlah lokasi sebagai langkah awal untuk menentukan titik dan koordinat sebaran petilasan kebudayaan Kuno Leluhur Lombok di kawasan tersebut. 

“Dari bukti artefak yang ada, Tim Ekspedisi Mistis menyakini bahwa Kedatuan Benue merupakan salah satu kotak pandora kebudayaan maju Leluhur Lombok yang pernah Eksis,” ujar lelaki yang akrab disapa Didu. 

Seorang tokoh pemuda Desa Selebung, Muslim, mengatakan benda-benda yang diyakini peninggalan Kedatuan Benue ditemukan pada 2016 lalu pada kedalaman tanah 40 meter.

“Saat itu ada penggalian tanah uruk di bukit Dusun Ranjok, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah. Para pekerja menemukan benda kuno,” ujarnya.

Ada sebuah teko berbentuk burung Garuda ditemukan pada kedalaman tanah. Usia teko tersebut diperkirakan setara dengan usia Kedatuan Benue. 

Ada juga beras yang sudah menghitam berton-ton ditemukan. Diduga tempat ditemukannya beras kuno tersebut pada lokasi logistik Kedatuan Benue.

“Kita temukan beras yang masih ada pangkalnya dengan jumlah cukup banyak. Patut diduga lokasi ditemukan beras itu adalah tempat logistik Kedatuan Benue,” katanya.

Banyak warga sering menemukan benda-benda berusia kuno di wilayah tersebut. Namun sayangnya benda-benda tersebut banyak telah dibawa ke luar kampung maupun dijual masyarakat.

Bahkan, warga juga sering menemukan potongan tubuh manusia dengan perhiasan lengkap. Diperkirakan mereka merupakan korban dari letusan Gunung Samalas.

“Potongan tubuh manusia sudah kita kuburkan dengan layak. Itu kita perkirakan korban letusan Gunung Samalas pada 1257,” ujarnya.

Warga setempat, Rohati mengatakan telah banyak menemukan benda-benda peninggalan Kedatuan Benue di kampung mereka. Saat itu dia menyewa lahan warga untuk produksi tanah uruk.

“Saya temukan banyak beras kuno, artefak dalam bentuk logam dan lainnya. Bahkan warga lain menemukan lonceng kuno dan kapak,” katanya.

Rohati mengatakan, ada warga juga pernah menemukan kepingan emas. Sayangnya itu kemudian dijual. 

“Ada salah seorang warga pernah dapat kepingan emas di sini,” ujarnya.

Ada juga ditemukan bong atau tempat berwudhu bergambar naga. 

BACA JUGA: Ceramah KH Achmad Zen Menyimpangkan Sejarah tentang Pancasila

Benda-benda yang diperkirakan berusia ratusan tahun itu masih berceceran dan diambil warga. 

Belum ada museum desa untuk menghimpun dan menyimpan benda-benda tersebut.

Rohati mengatakan saat pertama kali menemukan benda tersebut, dia terus mengalami mimpi-mimpi yang aneh. 

Pernah bermimpi bertemu seorang ulama yang menunjukkan dia masjid yang hampir ambruk.

“Saya sering mimpi aneh. Mimpi didatangi ulama. Bahkan pernah saya saat mau tidur seperti bunyi orang lempar logam atau emas di rumah saya,” ujarnya.

Sementara, Mukmin mengatakan beberapa profesor baik dari Indonesia, Prancis hingga Jepang melakukan penelitian di desa tersebut. 

“Ada ahli geologi sering datang ke sini untuk melakukan penelitian. Karena di desa ini juga ada dorphal (batu berukuran besar),” ujarnya.

Dia berharap melalui pengecekan penanggalan radiokarbon dapat memastikan usia benda dan menjadikan desa tersebut desa sejarah dan budaya.

“Berharap desa ini menjadi desa sejarah dan budaya, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.

Kedatuan Benue

Kedatuan Benue diyakini merupakan kedatuan tua di Lombok jauh sebelum Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang. Di sana ada petilasan atau serupa makam Datu atau Raja Benue. 

Datu Benue diyakini tidak meninggal, namun tiba-tiba menghilang. Sehingga hanya tersisa petilasan saja yang kini sering diziarahi warga lokal maupun turis mancanegara.

Datu Benue memiliki julukan Wali Mukmin atau hamba Allah. Dia memiliki seekor kuda yang sangat cepat ketika berlari yang bernama Kuda Sambarani. Di depan makam tersebut ditemukan tempat mengikat kuda yang lengkap dengan sisa talinya.

Konon Kedatuan Benue sudah berdiri sejak 1800 tahun yang lalu, dengan mendirikan kedatuan yang kokoh. ***

 

 




Tim Ekspedisi Mistis Akan Telusuri Folklore Leluhur Lombok

Ketua Tim Ekspedisi PDIP NTB dan Mi6 Ruslan Turmuzi mensinyalir, ada benang merah kebudayaan Leluhur Lombok di balik beragamnya Mitos Cerita Rakyat

MATARAM.lombokjournal.com ~ Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 akan tetap menelusuri setiap cerita rakyat (folklore) Leluhur Lombok yang terserak.

Agar hasil cipta kebudayaan para leluhur bisa terdokumentasi secara utuh. 

Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB akan telusuri folklore leluhur Lombok

Hal itu diungkapkan, H. Ruslan Turmuzi, Ketua Rim Ekspedisi melalui siaran pers, Kamis (04/08/22) . 

BACA JUGA: Warga Sering Jumpa Kuntilanak di Lingkuk Rumbuk

Menurutnya, dengan menelusuri setiap rekam jejak sejarah para Leluhur Lombok, akan didapatkan benang merah, yang menghubungkan cerita rakyat dikaitkan penemuan atau pun bukti artefak tersebut. 

“Munculnya beragam mitos cerita rakyat haruslah dimaknai bahwa para leluhur lombok tersebut ingin menitipkan pesan untuk anak cucunya tentang kisah kebudayaan masa lalu yang pernah ada,” kata Ruslan Turmuzi yang akrab disapa RT. 

Selanjutnya RT mengatakan, rangkaian kegiatan Tim Ekspedisi Mistis yang telah berlangsung hampir 3 bulan, menelusuri berbagai artefak dan cerita rakyat leluhur Lombok mengisyaratkan adanya benang merah dikaitkan beragam cerita rakyat. 

“Misalnya Kisah Hilangnya Desa Besari di Lombok Utara, memiliki kemiripan  cerita rakyat yang disampaikan di Lombok tengah terkait asal muasal Penguasa di  kedatuan Besari. Akibat keterbatasan akses tehnologi,  bisa jadi para leluhur lombok  menyampaikan kisahnya secara verbal dan bertutur sebagai media informasinya,” ulas politisi PDIP NTB ini. 

Meskipun demikian Ruslan tetap optimis, Tim Ekspedisi Mistis kelak akan menemukan rekam jejak para leluhur Sasak secara utuh, melalui serangkaian penelusuran cerita rakyat yang terlupakan tersebut. 

“Kebudayaan Besar itu muncul dan dibangun karena ditopang oleh rangkaian kebudayaan kecil yang dimanifestasi oleh terseraknya berbagai artefak maupun mitos cerita rakyat berbagai versi. Tim Ekspedisi Mistis akan memverikasi guna menarik benang merahnya,” kata RT, sambil menambahkan Masa Kerja Tim Ekspedisi Mistis tidak dibatasi oleh durasi waktu dan kepentingan. 

Ruslan Turmuzi menambahkan, sesuai Pesan Ketua DPD PDIP NTB, H Rachmat Hidayat hendaknya  Tim Ekspedisi Mistis bekerja secara profesional. 

Dan menjaga obyektifitas dalam menelusuri peninggalan kebudayaan para leluhur, agar kisahnya dapat dijadikan referensi sejarah yang benar dan suri tauladan bagi generasi penerus. 

BACA JUGA: Kiai Mas Mirah, Penyebar Islam Sejak Jaman Pejanggik

“Dengan minimnya bukti artefak maupun jejak manuskrip yang belum ditemukan, menjadi tantangan bagi Tim Ekspedisi Mistis untuk melibatkan ilmu sains dan non sains mengungkap secara utuh berbagai kisah sejarah leluhur,” imbuh RT. 

Second Opini Sejarah Leluhur 

Sementara itu Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto menambahkan, Tim Ekspedisi Mistis saat ini belum melibatkan arkeolog secara full time mengingat keterbatasan Sumber Daya Manusia dan Logistik. 

Hal ini karena aktivitas Tim Ekspedisi Mistis bersifat swadaya dan spontan melalui berbagai publikasi media. 

“Publikasi Media itu sebagai bentuk pertanggungjawaban moral tim Ekspedisi Mistis kepada publik untuk masukan ( input ) buat stakeholder agar dapat menindak-lanjuti setiap temuan-temuan kebudayaan leluhur sasak,” katanya. 

Lelaki yang akrab disapa Didu menambahkan, Tim Ekspedisi Mistis akan mendokumentasi secara utuh dan membukukan setiap temuan di lapangan. Agar bisa dijadikan second opini sejarah leluhur  bagi yang memerlukan data dan info tersebut. 

BACA JUGA: Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk, Lotim

“Mengingat masih banyak folklore yang hendak di eksplore, maka konsentrasi Tim Ekspedisi Mistis  saat ini adalah menjelajah dan menelisik setiap Cerita Rakyat dan Situs kebudayaan Leluhur Lombok agar tetap teraktualisasikan secara utuh,” katanya. ***

 

 




Ngaben Masal di Desa Jagaraga, Ini Pesan Gubernur

Hadiri Upacara Ngaben Masal, Gubernur NTB kembali ingatkan pentingnya menjali tali persaudaraan dan persahabatan 

LOBAR.lombokjournal.com ~ Gubernur NTB, Zulkieflimansyah, mengapresiasi upacara Ngaben Masal yang diselenggarakan  Pemdes Jagaraga di Pura Dalem Trinayana pada Senin (01/08/22). 

Dalam kesempatan itu, Gubernur mengapresiasi kegiatan ngaben masal yang diselenggarakan oleh Pemdes Jagaraga. Ia mengaku turut senang hadir pada kegiatan tersebut.

BACA JUGA: Gubernur NTB Buka Turnamen Sepak Bola Gubernur Cup 2022

Gubernur NTB BERPESAN MENJAGA TALI PERSAUDARAAN

Bang Zul panggilan akrab Gubernye NTB berpesan, walaupun dengan segala perbedaan yang ada khususnya masyarakat NTB, tali persaudaraan dan persahabatan harus terus terjalin. 

“Walupun kita berbeda keyakinan, beda suku, beda warna kulit sekalipun, kita harus tetap menjaga tali persaudaraan, persahabatan dan toleransi antar agama,” ucapnya.

Gubernur juga berharap ke depan dapat terus bersilaturahim serta hadir pada kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga tali persaudaraan bisa tetap terjalin.

“Mudah-mudahan dengan acara seperti ini, kita bisa terus saling mendukung di dunia dan seterusnya sampai pada kemudian hari. 

“Atas nama Pemerintah Provinsi NTB kami mengucapkan terima kasih. NTB adalah milik kita bersama, mari jalin terus rasa toleransi antar agama,” katanya.

Kegiatan ngaben masal ini terdapat 45 sawe yang akan diabenkan. Terdiri dari 3 desa di Kecamatan Kuripan. 

BACA JUGA: Hari Anak Nasional 2022, Mensos: Semua Anak Berhak Sukses

Upacara ini sekaligus rangkaian kegitan Ulang Tahun Desa Jagaraga yang ke 72.

Selain Gubernur NTB kegiatan ngaben masal ini turut dihadiri oleh Bupati Lombok Barat, Wakil Ketua DPRD Lombok Barat dan beberapa Kepala Perangkat Daerah Provinsi NTB.***

 




Serem, Warga Sering Jumpa Kuntilanak di Lingkok Rumbuk

Cerita Warga Rumbuk, Lombok Timur, ada lingkok yang memang serem, warga sering melihat Kuntilanak di Lingkok di Desa Rumbuk itu

LOTIM.lombokjournal.com ~ Dalam perspektif sains,  keberadaan hantu masih diragukan, namun dalam perpektif budaya dan tradisi ada pandangan lain. 

Hantu melekat dan diyakini turun-temurun dan mendapatkan legitimasi oleh narasi agama.

Di Desa Rumbuk Lombok Timur, fenomena adikodrati tersebut sudah turun temurun diyakini.

BACA JUGA: Lampan Lahat, Fragmen Wayang Sasak, Taruhannya Nyawa

Ini cerita serem tentang Lingkok di Desa Rumbuk, Lotim

Sebuah lingkok (tempat mata air) di Dusun Tanah Gadang 1 Desa Rumbuk, warga mengaku sering jumpa kuntilanak.

Di sana ada empat lingkok yang digunakan warga untuk mandi dan cuci pakaian yang dikenal angker. Lokasi tersebut bernama Lingkok Merdani. 

Di sana terdapat empat lingkok tepat berada di pinggir sungai. Sementara di atasnya terdapat pohon beringin dengan akar yang menghujam bumi. 

Warga sekitar sering melihat penampakan hantu berwujud wanita berpakaian putih dengan rambut yang terurai menyeramkan. Warga sering melihat sosok wanita sedang duduk atau berdiri di sekitar lingkok.

Asal Usul dan Khasiat Air

Tokoh masyarakat setempat, Amaq Rusniah mengatakan, lingkok tersebut memiliki sejarah panjang. Konon, lingkok tersebut didirikan oleh bangsa lelembut bernama Mbik Mayani. Sosok tersebut diyakini wali jin dari Gunung Rinjani yang membangun lingkok tersebut.

Amaq Rusniah di hadapan Tim Ekspedisi Mistis yang digawangi PDIP NTB dan Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16, berkomunikasi melalui telepati dengan sosok yang disebut wali jin tersebut. 

Peristiwa transendental itu dijelaskan secara terpotong oleh Amaq Rusniah.

Dia menjelaskan, lingkok tersebut diyakini sebagian masyarakat dapat mengobati penyakit. Ttidak jarang lingkok itu dikunjungi masyarakat dari luar kampung untuk mandi dengan niatan mengobati penyakitnya.

“Sampai sekarang banyak yang datang berobat mandi di sana,” katanya. 

BACA JUGA: Air Pancuran Bertuah di Desa Rumbuk

Ada ritual khusus yang dilakukan masyarakat saat datang ke lingkok tersebut. 

Masyarakat biasa membawa ketupat, rokok pilitan, beras kuning dan lainnya. 

Setelah itu, mereka melakukan ritual mandi untuk membersihkan diri dari penyakit.

Percaya tidak percaya, namun itu diyakini masyarakat di sana. 

Aura mistis di lokasi tersebut juga sangat terasa jika hari menjelang magrib. Lingkok tersebut sangat sepi dan tenang, tapi membuat bulu kuduk merinding.

Penataan Kawasan Lingkok Merdani

Sementara itu Sekretaris Tim Ekspedisi Mistis, Amrullah mengatakan, fenomena mistis yang kerap dijumpai warga di sekitar Lingkok Merdani tidak pernah mengganggu warga sekitar.  Serangkaian penampakan mistis haruslah dimaknai, skuad lelembut ingin memberikan pesan damai sekaligus  penegasan untuk tetap setia menjaga kelestarian kawasan Lingkok. 

“Sebagai warga Rumbuk, saya tidak terganggu dengan fenomena penampakan mahkluk astral  karena itu bagian dari tradisi saling menghormati eksistensi  antar dimensi,” ungkap Amrullah, yang kelahiran desa Rumbuk ini, Sabtu ( 30/07/22) . 

Amrullah berharap, kawasan Lingkok Merdani  bisa ditata rapi dan diberdayakan agar menjadi kawasan yang harmoni, asri dan bersih. 

BACA JUGA: Ini Dia! Senggeger Lombok Pemikat Wanita

“Setidaknya dengan ada penataan kawasan lingkok merdani, mweupakan upaya merawat dan melestarikan peninggalan kebudayaan leluhur desa Rumbuk,” tukasnya.***