Wagub Mendorong Permainan Tradisional Tetap Dilestarikan

Permainan tradisional yang kita miliki tidak boleh hilang

LOTIM.lombokjournal.com — Dalam rangka HUT yang ke-55 SMAN 1 Selong, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB menggelar acara Pojok Ekspresi. Kegiatan berlangsung di SMAN 1 Selong, Lombok Timur, Sabtu (29/08/20).

Pojok Ekspresi menjadi ruang kreativitas dan inovasi bagi sekolah dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang diluncurkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB.

Dengan mematuhi protokol kesehatan, siswa-siswi SMAN 1 Selong terlihat asyik memainkan aneka permainan tradisional seperti presean, permainan dedengklak, begasingan, lompat tali, hingga pertunjukan ketongkek.

“Melalui Pojok Ekspresi, kita berbagi cerita, berbagi pengalaman, saling mendukung, serta menambah pengetahuan,” kata Wakil Gubernur NTB, Dr.Hj.Sitti Rohmi Djalillah yang hadir pada kesempatan tersebut.

Permainan tradisional lanjut Wagub, harus tetap dilestarikan, tidak boleh kalah dengan gadget.

Untuk saat ini, dalam melakukan aktifitas apapun, semua orang dituntut untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, termasuk dalam bermain.

“Budaya hingga permainan tradisional yang kita miliki tidak boleh hilang, apalagi sampai kalah dengan gadget,” tambah Wagub yang akrab disapa Umi Rohmi tersebut.

Keberadaan Pojok Ekpresi ini katanya menjadi warna baru dan semangat baru untuk sekolah yang ada di NTB.

Melalui kegiatan tersebut, kita semua bisa kembali bermain, kembali mengingat serta bertukar pikiran tentang permainan dan kebudayaan yang ada di Provinsi NTB.

“Alhamdulillah, Pojok Ekpresi mampu mengingatkan serta memperkenalkan kembali budaya yang ada di daerah kita tercinta,” tambah Umi Rohmi.

Di hadapan tamu undangan dan siswa-siswi SMAN 1 Selong, Wagub menyampaikan selamat ulang tahun untuk SMAN 1 Selong, ia berharap, SMAN 1 Selong bisa semakin jaya, serta mampu melahirkan pemimpin dan generasi-generasi emas untuk bangsa dan negara.

“Selamat ulang tahun yang ke 55, semoga semakin Jaya dan banyak melahirkan generasi hebat untuk bangsa kita tercinta,” harap Umi Rohmi.

AYA/HmsNTB




Gelar Adat “Arya Patih Laga Yudha Negara” Untuk Pangdam IX Udayana

Dalam konteks budaya masyarakat adat Sasak, berharap kelak Pangdam dapat melestarikan budaya Sasak yang menjadi salah satu kekayaan budaya nasional

LOTENG.lombokjournal.com —  Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M.Sc beserta istri menyambut kedatangan Pangdam IX Udayana, Mayor Jendral TNI Kurnia Dewantara beserta Istri dan rombongan di Bandara Internasional Zainudin Abdul Madjid, didampingi oleh Unsur Forkopimda Provinsi  NTB, Wakil Bupati Lombok Tengah dan unsur Forkompimda kabupaten Lombok Tengah, Senin (20/07/20)..

Pangdam IX Udayana mendapat penganugrahan gelar adat Sasak yang mempunyai makna dalam konteks berbangsa dan bernegara Pangdam sebagai penjaga kedaulatan negara Republik Indonesia di wilayah Nusa Tenggara.

Dan dalam konteks budaya masyarakat adat Sasak, berharap kelak Pangdam dapat melestarikan budaya Sasak yang menjadi salah satu kekayaan budaya nasional.

Kegiatan ini diawali dengan pemasangan pakaian adat Sasak oleh Majelis Adat Sasak dan kemudian dilanjutkan dengan Penyerahan piagam penghargaan kepada Pamgdam IX oleh Wakil BupatiLLombok Tengah yang didampingi oleh Ketua Majelis Adat Sasak.

Pangdam IX Udayana menyampaikan rasa terimakasih kepada majelis adat Sasak atas penganugerahan gelar yang diberikan dan menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi NTB.

“Mudah – Mudahan kehadiran saya di NTB ini bisa membawa damai, bisa membawa keberkahan, dan bisa membawa  keamanan dan ketertiban bagi masyarakat khususnya masyarakat di Nusa Tenggara Barat,” ujarnya.

Usai menerima jamuan yang telah disediakan, Pangdam IX udayana beserta rombongan meninggalkan Bandara menuju Makorem 162 Wira Bhakti untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

AYA/HmsNTB

 

 

 




Dekranasda Bantu Sembako Pengrajin Terdampak Covid-19

Disarankan agar pengrajin memanfaatkan waktu selama pandemi Covid yang berlangsung kurang selama hampir empat bulan ini, untuk berkarya di rumah dan meningkatkan kualitas produk kerajinan

LOTIM.ombokjournal.com — Ketua TP-PKK Provinsi NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah yang juga Ketua Dekranasda Provinsi NTB, membantu sembako kepada pengrajin yang terdampak Covid-19 di Kantor Sekretariat Dekranasda Kabupaten Lombok Timur, Rabu (08/07/20).

Saat penyerahan bantuan itu, Hj Niken didampingi Pengurus Dekranasda Provinsi dan Pengurus Dekranasda Kabupaten Lombok Timur.

Hj. Niken mensemangati parapengrajin dan pelaku UMKM agar tetap memberikan dedikasi yang terbaik.

Diserukan, agar pengrajin memanfaatkan waktu selama pandemi Covid yang berlangsung kurang selama hampir empat bulan ini, untuk berkarya di rumah dan meningkatkan kualitas produk kerajinan.

“InsyaAllah setelah selesai Covid-19 pasti akan ada kebutuhan untuk kain yang lebih bagus, apalagi yang biasa menggunakan tenun seperti ASN dan kita harus memberikan barang yang kualitasnya bagus,” jelasnya.

Hj. Niken kemudian mengajak pengrajin dan pengurus Dekranasda tetap meningkatkan kualitasnya menjadi lebih baik, lewat pelatihan kepada pengrajin untuk membuat kemasan menarik.

“Barang-barang yang dijual keliatan lebih baik, bisa menjadi peluang untuk Dekranasda Kabupaten Lombok Timur berkerja sama dengan pengrajin kemasan agar sama-sama saling membantu,” tutur Hj. Niken.

Hj. Niken berharap pengrajin yang telah melebarkan sayapnya ke kancah nasional dapat mempertahankan pelanggannya.

Wakil Ketua II Dekranasda Kabupaten Lombok Timur, Hj. Nurhidayati, S.ST, M.PH, mengucapkan terima kasih kepada Dekranasda Provinsi NTB yang membantu kepada pengrajin Kabupaten Lombok Timur.

Ia juga memberi semangat kepada pengrajin untuk tetap berkarya dan berinovasi di tengah masa pandemi dimana sangat mempengaruhi perekonomian.

“Terima kasih kepada Dekranasda Provinsi NTB yang telah memberikan semangat kepada para pengrajin dan memberikan motivasi dalam bentuk paket sembako tersebut,” jelasnya.

AYA/HmsNTB




Bunda Niken Ajak Lestarikan Warisan Seni dan Budaya

Para pegiat seni dan budaya diajak agar kompak melestarikan dan memajukan kesenian yang sudah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat

MATARAM.lombokjournal.com —  Kesenian dan kebudayaan merupakan warisan nenek moyang yang melambangkan ciri dan khas suatu daerah.

Begitu pula dengan seni dan budaya Islam yang sudah begitu melekat di masyarakat.

Namun, di era modern seperti sekarang, semakin sulit dijumpai kesenian Islam seperti Qasidah dan Marawis yang dulunya selalu tampil di tiap acara besar.

Pelestarian nilai seni dan budaya kepada generasi penerus menjadi hal yang perlu dan harus dilakukan mulai dari sekarang.

Pesan itu yang diserukan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB yang sekaligus sebagai Ketua DPW Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah saat menyapa pegiat seni dan budaya di Kota Mataram di Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatul Ummah, Jum’at(03/07/20).

Kunjungan ini dirangkaikan dengan penyerahan bantuan akibat dampak pandemi Covid-19 kepada pegiat seni dan budaya di Kota Mataram.

“Alangkah baiknya jika kita terus majukan, kita pelihara, kita bina anak-anak dan generasi penerus kita, inilah bentuk dari penyaluran rasa seni yang sejalan dengan agama dan juga budaya kita,” ajak Bunda Niken.

Bunda Niken mengaku senang dapat bersilaturahim dengan pegiat seni dan budaya Kota Mataram.

Ke depan, Ia mengajak para pegiat seni dan budaya agar kompak melestarikan dan memajukan kesenian yang sudah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat.

“Insya Allah Lasqi di NTB akan kita majukan kembali bersama-sama,” ujarnya.

Ia  kemudian menyinggung pandemi Covid-19 yang telah menghambat berbagai aktifitas di semua aspek kehidupan, termasuk dalam bidang kesenian. Ia meminta agar masyarakat tetap sabar dalam menghadapi kesulitan di masa pandemi ini.

Menurutnya, kesulitan ini harus dihadapi dengan optimisme dan juga semangat, karena wabah corona sendiri telah memberikan banyak pelajaran dalam kehidupan.

“Mudah-mudahan pandemi ini tidak menghalangi para seniman untuk tetap bisa menghasilkan karya-karya yang nantinya bisa kita nikmati bersama,” harap Bunda Niken.

Ketua DPD Lasqi Kota Mataram, Hj. Noviani Danar Kinastri Mohan Roliskana mengapresiasi bantuan yang diberikan DPW Lasqi Provinsi NTB kepada para pegiat seni dan budaya yang ada di Kota Mataram.

“Mewakili teman-teman pelaku seni, kasidah dan marawis di Kota Mataram menghaturkan terima kasih dan apresiasi kepada Lasqi Provinsi NTB yang telah memberikan bantuan kepada kami di masa pandemi ini, semoga bantuan ini bermanfaat bagi kita semua,” ucapnya.

Adanya bantuan tersebut, diharapkan dapat menjadi penyemangat di situasi pandemi Covid-19. Ia pun berharap agar pandemi Covid-19 dapat segera berlalu, sehingga berbagai aktifitas, khususnya dalam bidang kesenian dapat berjalan seperti sediakala.

AYA/HmsNTB

 




Dekranasda NTB Serahkan 125 Paket Bantuan Kepada Pengrajin di Mataram

Para pengrajin memberikan kontribusinya dalam melestarikan kesenian, sebab hasil kerajinan bukan hanya bernilai materi saja

MATARAM.lombokjourna.com — Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB menyerahkan sebanyak 125 paket bantuan kepada pengrajin UKM/IKM binaan Kota Mataram, di Pendopo Walikota Mataram, Jum’at (03/07/20).

Ketua Dekranasda Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah mengatakan,  pandemi Covid-19 begitu mempengaruhi perekonomian masyarakat, termasuk para pengrajin.

Masyarakat diajak tetap bersemangat menekuni usahanya dan mampu tetap berkarya meskipun di tengah situasi pandemi Covid-19.

“Alhamdulillah, kita selalu diajarkan untuk bersikap optimis, bersikap positif, karena di balik semua kesulitan pasti ada kemudahan,” tuturnya.

Bunda Niken , memuji para pengrajin yang telah memberikan kontribusinya dalam melestarikan kesenian. Baginya, hasil kerajinan bukan hanya bernilai materi saja.

“Menurut saya, semua yang kita lakukan semata-mata bukan hanya untuk bisnis, namun kita juga melestarikan warisan nilai budaya dari nenek moyang kita. NTB memiliki kesenian dan kebudayaan yang luar biasa yang tercermin dalam kerajinan-kerajinannya,” jelasnya.

Bunda Niken yang juga merupakan Ketua TP PKK Provinsi NTB tersebut mengajak para pengrajin untuk ikut berkontribusi dalam memutus rantai penyebaran Covid-19. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggal.

“Bapak ibu nantinya menyampaikan kembali kepada masyarakat di sekitar kita, bahwa dengan mengikuti protokol kesehatan, jaga jarak, menggunakan masker, cuci tangan, itu adalah cara kita agar badai ini cepat berlalu,” pintanya.

Sebelumnya, Ketua Dekranasda Kota Mataram, Hj. Suryani Ahyar Abduh menyambut baik kepedulian dan perhatian Dekranasda Provinsi NTB kepada UKM/IKM binaan Kota Mataram.

“Mudah-mudahan bermanfaat bagi bapak ibu semua yang akan menerima bantuan nanti dan saya berharap kepada UKM/IKM agar ini dapat menjadi penyemangat, motivasi dan spirit untuk bapak ibu tetap bertahan dan bersemangat dalam melawan Covid-19,” kata Suryani.

AYA/HmsNTB




Gubernur Hadiri Ngaben di Setra Sengkongo, Gunung Pengsong

“Buat kami makna Ngaben sangat dalam. Merayakan momen seperti ini adalah untuk merayakan rasa syukur kita atas kehidupan. Mudah-mudahan kita yang masih hidup dapat senantiasa mengingatkan kematian”

L0BAR.lombokournal.com — Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah menghadiri upacara Ngaben bersama yang di Setra Sengkongo Gunung Pengsong, Kabupaten Lombok Barat, Rabu (26/02/2020).

Ngaben merupakan sebuah upacara pembakaran jasad yang dilakukan umat Hindu, dimaksudkan untuk menyucikan roh anggota keluarga yang sudah meninggal untuk menuju ke tempat peristirahatan terakhir.

Kegiatan Ngaben bersama yang diselenggarakan oleh Panitia Ashram Yastami dan Banjar Sida Karya Sengkongo ini turut dihadiri oleh Ketua Parisade Hindu Darma NTB, Camat Labuapi, Kepala Desa Kuranji, para pemangku kepentingan Sane Suksmayang Titiang, serta para tamu undangan lain.

Didampingi Istri, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, Gubernur Zul menyampaikan kebahagiaannya bisa turut hadir pada kegiatan tersebut.

“Saya senang sekali, bisa hadir bersama bapak ibu semua disini. Karena terus terang, dulu sebelum menjadi Gubernur kami punya banyak kesempatan mengunjungi tokoh agama, adat, dan masyarakat di NTB ini. Dan masyarakat sangat menyambut baik. Sehingga kami berkomitmen akan terus melanjutkan hal-hal baik ini,” jelas Gubernur yang akrab disapa Bang Zul ini.

Bag Zul juga menyampaikan makna filosofis ngaben bagi dirinya.

“Buat kami makna Ngaben sangat dalam. Merayakan momen seperti ini adalah untuk merayakan rasa syukur kita atas kehidupan. Mudah-mudahan kita yang masih hidup dapat senantiasa mengingatkan kematian,” ucapnya.

Ditambahkan, sesungguhnya yang manusia yang paling pintar dan pandai adalah mereka yang senantiasa mengingat kematian.

Bag Zul menyampaikan rasa terima kasihnya, dan berharap kedepannya dapat terus bersilaturahim dan hadir pada kegiatan-kegiatan lainnya sehingga tali persaudaraan bisa tetap terjalin.

“Mudah-mudahan dengan acara seperti ini, kita bisa terus saling mendukung di dunia, dan seterusnya sampai pada kemudian hari. Atas nama Pemerintah Provinsi NTB kami mengucapkan terima kasih, NTB adalah milik kita bersama, rumah kita bersama,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Dewa Nyoman Mayuradana menyampaikan, rangkaian kegiatan telah dilaksanakan sejak 11 Februari lalu.

“Rangkaian dimulai sejak 11 Februari lalu, dimana dimulai penggalian mayat sebanyak 12 orang untuk dilakukan pembakaran dan kemudian abunya dihanyutkan di pantai,” jelasnya

“Kemudian pada hari ini, adalah puncak acara Ngaben bersama dengan rincian 64 Sawe terdiri dari 26 Sawe dan 39 Ngelungah,” ujarnya.

Ashram Yastami sebagai panitia diketahui telah melaksanakan Pengabenan bersama sejak tahun 2016, dan ini merupakan kali ke empat pelaksanaan.

AYA/HmsNTB

 




Bupati Najmul Akhyar Buka Temu Publik dan Pameran Tenun Lombok

“Harapan saya untuk penenun, supaya bisa berkolaborasi dengan penenun lain. Intinya, bagaimana perkakas budaya bisa bermanfaat tak hanya pada aspek sosial tetapi juga aspek ekonomi”

TANJUNG.lombokjournal.com — Bupati Lombok Utara Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH, membuka Temu Publik dan Pameran Program Pemulihan Pascagempa bagi Penenun Lombok, Kamis (28/11/2019).

Kegiatan tersebut diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) melalui Bappeda berkerja sama dengan Organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Bidang Sosial dan Budaya (UNESCO).

Bupati Najmul mengatakan, perlunya para pihak berbicara masalah tenun secara holistik dalam konteks ruang yang lebih luas dan bukan hanya di Lombok Utara.

Hal ini perlu dipahami secara komprehensif lantaran pihaknya tidak memandang para pengrajin tenun hanya dalam koridor pelaku ekonomi semata, tetapi lebih sebagai pahlawan.

“Kami lihat beliau-beliau bukan hanya jadi pelaku ekonomi tetapi kami menganggap mereka sebagai pahlawan sehingga Pemda KLU memberikan suport kepada mereka,” kata Bupati Najmul.

Menurutnya, diskusi publik tersebut dipandang sangat strategis dan punya makna penting sehingga diharapkan bisa berdampak pada peningkatan ekonomi.

“Khusus kami di Lombok Utara, Kepala Dinas kami punya kebijakan hari Kamis harus menggunakan pakaian adat. Kebijakan ini berdampak pada pelaku usaha tenun dan penenun,” Jelas bupati.

Pengaturan kebijakan penggunaan pakaian adat bagi aparatur Pemda KLU akan diatur melalui peraturan bupati (Perbup). Saat ini, Pemda KLU melalui OPD leading sektor sedang menggodok ragangan Perbup dimaksud.

Di samping itu, bupati juga berencana mengundang para kepala OPD dan Kepala Sekolah untuk menandatangani MoU penggunaan tenun agar bisa berdampak langsung terhadap para penenun.

Ekspektasinya, kain tenun ini tidak hanya menjadi pakaian formal saja tetapi juga bisa dipakai oleh para milienial sehingga bisa membangkitkan semangat anak muda untuk menggunakan tenun.

“Harapan saya untuk penenun, supaya bisa berkolaborasi dengan penenun lain. Intinya, bagaimana perkakas budaya bisa bermanfaat tak hanya pada aspek sosial tetapi juga aspek ekonomi,” harap bupati.

Nilai-nilai kultural

Ketua BPMB Bali I Made Darma Suteja, SS, M.Si di hadapan Bupati Lombok Utara dan peserta pertemuan mengharapkan, kehadiran para desainer dari Jakarta dapat membantu sekaligus mengangkat ekonomi penenun dan pelaku usaha tenun Lombok Utara.

Menurut Suteja, kain tenun merupakan prouduk yang dekat dengan manusia sehingga ketika seseorang berbicara tenun pada hahekatnya tidak hanya berbicara ekonomi tetapi ada nilai-nilai kultural yang memiliki makna penting dan perlu dipelajari dengan pendekatan kultural.

“Berbicara fashion kita sangat bangga karena kain tenun Pringgasela telah jadi warisan budaya Indonesia. Semoga kehadiran UNESCO bisa membawa kain tenun menjadi kekayaan dunia,” katanya.

Ditambahkannya, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tradisi lisan yaitu manuscrif, adat istiadat, situs, teknologi tradisional dan rumah adat yang perlu diidentifikasi secara bersama-sama. Perkakas budaya bukan hanya berupa benda saja tetapi mencakup pellbagai unsur kebudayaan.

Dicontohkan, bilamana seseorang mengenakan kain londong abang berarti ia boleh ikut melakanakan ritual adat. Pun dalam konteks teknologi juga ada teknologi tradisional untuk tools pembuatan beragam produk tenun.

Kain tenun ini tak hanya berfaedah untuk pembungkus badan, tetapi punya simbol tersendiri terkait dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

“Harapan kami agar tidak ada klaim mengklaim sehingga kita harus menginventarisirnya,” harap Suteja.

Kepala Unit Bidang Budaya UNESCO, Moe Chiba menjawab pertanyaan wartawan terkait tenun Bayan mengatakan, dalam otoritasnya sebagai Kepala Unit Kebudayaan UNESCO, setiap kali mendampingi penenun dari seluruh dunia, ia selalu tertarik dengan tekstil tradisional atau kain tenun tradisional.

Banyak hal yang dapat diilhami seperti budaya, selera, cara membuat dan ritualnya dan nilai-nilai kearifan lokal lainnya.

“Terkait harapan supaya penenun Bayan perlu meneruskan kepandaian dan ide-idenya, UNESCO tidak bisa melanjutkan pendampiangan dan berharap amitra-mitra yang lain untuk membantu,” ujar Diana Setiawati, Project Coordinator UNESCO Jakarta.

Kaban Bappeda Heriyanto, SP yang juga Panitia Penyelenggara melaporkan, pascagempa bumi meratakan Lombok Utara, sejak saat itu pula konsentrasi pemerintah daerah, relawan dan masyarakat beralih pada recovery baik itu fisik, ekonomi dan juga budaya.

Diceritakan Heryanto, Januari 2011 datang kunjungan dari UNESCO untuk memberi dukungan khususnya recovery ekonomi dan budaya. Kegiatan UNESCO, mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai pihak, sehingga  pada bulan Maret UNESCO memberikan bantuan alat tenun, los kerja serta pelatihan desain di Jogja. Selain itu juga, digelar lokakarya dan pameran di Francis.

“Dalam kesempatan yang baik ini kami sampaikan terima kasih kepada UNESCO dan BPMB. Saya harap tetap ada dukungan untuk KLU sampai bisa mandiriM,” kata Heryanto.

Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Lombok Utara tersebut juga ditampilkan fashion show kolaborasi tenun Bayan dan tenun Pringgasela, pameran tenun penenun Pringgasela dan Bayan serta diisi talkshow program disampaikan oleh Moe Chiba.

Kegiatan tersebut dihadiri para Kepala OPD, Tokoh Adat, Budayawan, Pengrajin Tenun dan pihak UNESCO.

sta/humaspro




Nelayan Adalah Pejuang Optimistis

Kepala Museum Negeri NTB, Zubair Muslim mengungkapkan, peran nelayan sangat optimis dan luar biasa untuk kehidupan di masyarakat

MATARAM.lombokjournal.com — Nelayan adalah sosok yang memiliki pekerjaan yang tidak berhenti untuk optimis, meski mereka tidak tahu apa yang akan didapatkannya hari ini atau esok.

Rusman

“Tapi mereka terus mencari cara untuk bisa mendapat ikan yang banyak, tetapi karena optimis maka semangat hidupnya terus berkembang,” tutur Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Rusman, SH., MH.

Rusman menyampaikan itu dalam pembukaan Pameran Kontemporer Alat Penangkapan Ikan Di Laut yang bertajuk “Perkembangan Teknologi Alat Penangkapan Ikan Pada Nelayan Pesisir Pulau Lombok” yang berlangsung di Museum Negeri NTB, Rabu (27/11/2019).

Ia berharap adanya cara, praktek dan inovasi baru yang dapat dipersembahkan Museum Negeri agar dapat menjadi Museum hebat.

“Terus ikhtiarkan agar museum dapat terus berkembang , ada acara– cara baik, dan inovasi baik yang membuat orang mengatakan bahwa ternyata memang museum ini memang hebat,” jelasnya.

Kepala Museum Negeri NTB, Zubair Muslim mengungkapkan, peran nelayan sangat optimis dan luar biasa untuk kehidupan di masyarakat.

“Hal ini juga didukung dengan fasilitas sarana yang dulu seadanya, namun semakin maju zaman maka semakin maju fasilitas yang digunakannya” tuturnya.

Selain itu, sebanyak 7.695 Koleksi warisan budaya yang terdapat di Museum Negeri NTB, sekitar 2 persen koleksi yang dikeluarkan dalam Pameran kontemporer Alat Penangkapan Ikan Di Laut.

Zubair menjelaskan, pengumpulan koleksi yang ada di Pameran didapat dari berbagai penjuru.

“Alat – alat yang ada disini sebagian didapat dari warisan nenek moyang, ada juga dari nelayan yang memberikan langsung alat yang mereka punya” jelasnya.

Zubair menegaskan, museum memiliki tugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat adanya benda – benda penginggalan pada zaman dahulu agar dapat diketahui oleh masyarakat pada masa kini.

“Kebesaran nilai usaha orang dulu sangat luar biasa dan patut dihargai,  Itu merupakan kearifan budaya zaman dahulu. Masyarakat sekarang harus tahu agar dapat menegtahui bagaimana perjuangan mancing dapat menangkap ikan dengan alat sedehrana,” jelasnya.

AYA

 

 




Bupati Buka Pelatihan Peningkatan Kapasitas MKD

“Maka, mari kita jaga MKD ini dengan nilai-nilai lokal, karena tidak semua kabupaten/kota memiliki MKD. Mungkin hanya kita di KLU saja yang baru memiliki lembaga yang berbasis ke-adat-an dalam rangka menjaga nilai kerarifan lokal yang ada”

LOBAR. Lombokjournal.com —  Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara (KLU) melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP2KBPMD) menggelar pelatihan peningkatan kapasitas tahap II bagi Pengurus Majelis Krama Desa (MKD) Se-KLU.

Bupati Najmul Akhyar

Kegiatan untuk meningkatkan pemahaman mereka terkait penyelesaian sengketa berbasis masyarakat, berlangsung di hotel Puri Saron, Lombok Barat, Kamis (31/10) 2019.

Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama 4 hari, diikuti Pemdes dan MKD Se-KLU dengan menghadirkan narasumber dari Polres Lombok Utara Iptu Antonius Dopi, Budayawan Kamardi, SH, Akademisi H. Safwan, SH, MH dan Sulistiono dari LSM Koslata.

Bupati Lombok mengatakan, pembentukan MKD pada awalnya dihajatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di Desa.

Keberadaan MKD diharapkan dapat mengakomodasi penyelesaian permasalahan dengan pendekatan hukum adat berlandaskan norma budaya dan nilai-nilai kearifan lokal.

Jalan keluar atas masalah yang terjadi di masyarakat dapat diselesaikan di “Berugak”, sehingga tidak terlalu banyak masalah masyarakat yang masuk ke ranah kepolisian.

“Alhamdulillah Lombok Utara merupakan kabupaten dengan angka kriminalitas paling rendah di NTB. Ini satu hal yang menjadi keunggulan kita,” kata Bupati Najmul.

Perspektif hokum adat

Dikatakannya, masalah yang diselesaikan melalui pengadilan memang akan tuntas, tetapi pengadilan dalam menjalankan kepastian hukum mengedepankan hitam putih.

“Kita berharap penyelesaian masalah masyarakat dapat diselesaikan oleh MKD. Jika tidak bisa diselesaikan barulah kita bawah ke ranah hukum,” cetusnya.

Menurut Najmul, dalam konteks upaya penyelesaian masalah perspektif hukum adatlah keberadaan MKD menjadi penting di setiap Desa.

Peran MKD menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat, berdasarkan tiga perspektif yaitu berdasarkan hukum agama, hukum adat dan hukum pemerintah. Tidak jarang masalah yang diselesaikan secara adat lebih berhasil daripada pendekatan formal.

Dicontohkannya, pemeliharaan hutan di Bayan. Jika ada oknum yang menebang pohon di tengah hutan, meski satu pohon saja maka sang oknum didenda dengan sanksi hukum adat. Efeknya terasa jauh lebih berat ketimbang sanksi hukum formal.

Apabila tidak bisa diselesaikan dengan sanksi adat, maka si oknum dijatuhi disanksi sosial yaitu diusir dari kampung tersebut.

“Ini cukup berat tetapi dampak dan efek jeranya baik di masyarakat, sehingga hutan adat kita yang di Bayan, Semokan masih utuh, berbeda dengan tempat lain,” tandas Sekjen Apkasi ini.

Kelebihan lain hukum adat terkait dengan pelestarian hutan, ketika seseorang hendak masuk hutan dengan membawa tali atau parang pun tidak dibolehkan atau “pamali” karena disinyalir alat tersebut digunakan untuk merusak hutan.

Itulah nilai-nilai bestari kearifan lokal yang sangat ditaati oleh masyarakat Bayan, sehingga harapan dan tujuan hutan tetap lestari bisa tercapai hingga saat ini.

Bupati lantas berpesan agar masyarakat tetap menjaga tatanan sosial itu dengan adat dan agama, bahkan terkadang lebih efektif jika dibandingkan menjaga hutan dengan undang-undang.

“Maka, mari kita jaga MKD ini dengan nilai-nilai lokal, karena tidak semua kabupaten/kota memiliki MKD. Mungkin hanya kita di KLU saja yang baru memiliki lembaga yang berbasis ke-adat-an dalam rangka menjaga nilai kerarifan lokal yang ada,” ajak bupati mengakhiri sambutan.

Lembaga adat = menjaga kerukunan desa

Sekretaris DP2KBPMD KLU H. Suhardi, S.KM memaparkan, MKD merupakan salah satu kewenangan lokal berskala desa.

Melalui Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 20 tahun 2017 tentang MKD mengamanatkan agar di desa dibentuk lembaga atau majelis krama desa yang mempunyai tugas dan fungsi untuk membina kerukunan masyarakat desa.

Dan memelihara perdamaian dan menangani sengketa yang ada di desa serta membantu pemerintah dalam memfasilitasi penyelesaian sengketa di wilayah kerja masing-masing.

Pembentukan MKD di 33 desa telah dilaksanakan secara bertahap sejak peraturan tersebut ditetapkan. Pada 2017 terbentuk 15 MKD sedangkan pada 2018 terbentuk 28 MKD. Pengukuhannya digelar pada tanggal 1 Januari 2018 oleh Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.

“Keberadan MKD juga mendapat apresiasi dari Kajari Mataram dan beberapa Kabupaten/Kota yang dinaungi, KLU paling sedikit kasus yang masuk sampai ke ranah pengadilan. Hal ini membuat Kejari Mataram penasaran sehingga pada Juni 2018 beliau melakukan simulasi penyelesaian masalah di lapangan yaitu di Desa Bentek, ditemukan cara penyelesaian masalah oleh MKD,” paparnya.

Keharusan adanya MKD tercantum dalam rancangan RPJMD tahun 2016-2021, yaitu menumbuh kembangkan strategi dan arah strategis terintegrasi dengan nilai luhur budaya yang ada di masyarakat.

sta/humaspro




Gubernur Zul;  Aktivitas Budaya dan Tradisi Merupakan Aset Budaya

Tahun 2020, diharapkan Pemerintah Daerah punya museum untuk melestarikan keragaman adat dan tradisi yang ada di masyarakat

Gubernur Zulkieflimansyah

LOTIM.lombokjournal.om —  Pariwisata tidak selalu identik dengan laut dan gunung saja.  Berbagai aktivitas seni budaya dan tradisi juga merupakan aset wisata daerah, yang perlu terus diperkaya dan dilestarikan.

Gubernur NTB, Dr.H. Zulkieflimansyah menegaskan, NTB  kaya dengan warna warni seni budaya dan tradisi rakyat.

“Hampir di tiap desa wisata tersimpan potensi seni budaya dan tradisi, termasuk kerajinan tenun dan busana yang perlu dieksplore lebih lanjut,” kata Gubernur yang akrab disapa Doktor Zul, saat menutup Event Kesenian & Budaya Pringgasela, di Kecamatan Pringgasela Lombok Timur, Senin (16/09)2019.

“Prosesi Boteng Tunggul ini yang sudah berusia 8 abad adalah warisan budaya yang luar biasa, harus tetap dijaga,” kata gubernur.

Boteng Tunggul adalah tradisi sakral yang biasa  digelar masyarakat desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur NTB mengiringi upacara adat Gawe Desa.

Boteng berarti berdiri dan Tunggul adalah kain tenun  yang dibuat pertama kali oleh tokoh tenun setempat, yaitu Lebai Nursini.

Kini tunggul tersebut telah berumur ± 850 tahun, yang berarti sudah berada di tangan generasi pewaris ke – 17. Tradisi ini sebagai cermin sejarah perjalanan tenun Pringgasela.

Dalam prosesi adat  Boteng Tunggul adalah kain tenun (Tunggul) yang diikatkan pada sebuah pohon bambu petung, sehingga tampak seperti umbul-umbul.

Kain tunggul itu dipercaya memiliki nilai kesakralan tinggi, sehingga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi ketika akan mengibarkan dalam suatu kegiatan adat gawe desa.

Demikian juga Bambu petung sebagai tiang Tunggul, selain harus diambil utuh mulai dari bagian akar sampai ujungnya. Orang yang mengikatkan kain itu hanyalah oleh pewaris tradisi, diiringi dengan seni tradisional sasak yaitu Gendang Belek dan kesenian Rantok.

Ketua Panitia Alunan Budaya Desa Pringgasela, Ahmad Feriawan mengatakan, masyarakat Pringgasela menganggap Tunggul ini adalah tenun Pringgasela.

Dan mereka sadar, bahwa mereka dilahirkan dengan tenun. Sehingga harus dijaga sampai kapan pun.

Tunggul ini juga sering digunakan sebagai media pengobatan dengan memanjatkan do’a dan salawat.

Ia menceritakan, Tunggul terakhir kali dikibarkan pada tahun 1979 silam, ketika pewaris dari kain ini menikah. Sejak saat itu, masyarakat sudah tidak pernah melihat tunggul dikibarkan.

 

Seluruh tradisi budaya yang dimiliki masyarakat, harus dilestarikan dan pelestarian itu ada di Kebudayaan.

Karena itu tahun 2020, ia berharap pemerintah daerah punya museum untuk melestarikan keragaman adat dan tradisi yang ada di masyarakat. Terlebih Tunggul yang berusia delapan abad tersebut.

Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pendidikan dan KebudayaanNTB, Rusman, SH, MH. Dia mengatakan pelestarian budaya adalah bagian yang harus menjadi perhatian. Budaya sebagai cermin dari masyarakat.

“Ini menjadi perhatian kami di Dinas Dikbud, bagaimana ke depan kita bisa mencari format yang baik sehingga budaya yang dimiliki betul betul lestari dan menjadi asset yang berharga,” ujarnya.

Dikatakan, di sekolah kekayaan budaya NTB sudah mulai masuk sebagai pelajaran muatan lokal. Bahkan khusus untuk tenun, SMK 2 Selong membuka jurusan khusus terkait kerajinan Tenun.

Ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat.

Selain upacara adat Boteng Tunggul, Alunan Budaya Desa Pringgasela, juga  menampilkan beragam atraksi seni seperti fashion show kain tenun, Pameran UKM dan Tari Tenun.

Kerajinan tenun sendiri menjadi khas Pringgasela. Produk tenun yang dihasilkan tak hanya beredar di Nusantara, tapi mulai menembus pasar dunia.

AYA/Diskominfotik