Ini Upaya Masyarakat Adat Bayan Menjaga Lingkungan

Masyarakat Adat di Desa Wisata Senaru yang dikenal dengan keindahan alamnya, teguh menjaga budaya dan kearifan lokal, termasuk dalam menjaga lingkungan

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Masyarakat Desa Senaru sangat peduli dalam menjaga dan melestarikan kawasan wisata dan lingkungan sekitar termasuk mempertahankan nilai kearifan lokal.

Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara sangat kental dengan budaya dan keatifan lokal.

Mengawal masyarakat adat menjaga kearifan lokal
Raden Akria Buana

Kepala Desa Senaru, Raden Akria Buana, juga merupakan salah satu tokoh adat setempat.

BACA JUGA: Dialog Persiapan Santong Sebagai Desa Wisata, Ini Kendalanya

Keteguhannya mempertahankan nilai kearifan lokal, dan ditunjang dengan Desa Senaru merupakan kawasan wisata, ia melakukan kegiatan penanaman 1000 pohon di Desa Senaru Bayan

Langkah Akria Buana didukung oleh Pemda Lombok Utara.

Tak ketinggalan turut serta Wakil Bupati Lombok Utara, Dany Carter Febrianto dan dilaksanakan pada Jum’at (10/12/21) berlokasi di tanah aset Desa Senaru seluas 1,5 Hektare.

Beberapa ORMAS juga mendukungnya, seperti INTI NTB, OPAL KLU, Mahasiswa KKN (STP) Mataram, beberapa OPD diantaranya KLH, DKP3, Pariwisata, UPT perhubungan Laut Pemenang, Dikbudpora, BPBD KLU, Camat Bayan,Kepolisian Sektor Bayan, Sat Pol Pp dan Dinas Kehutanan Provinsi NTB, para Sesepuh adat Bayan, Toga, Pramuka, dan Ormas Pemuda PDIP.

Masyarakat adat menjaga lingkungan sesuai nilai kearifan loka

Kegiatan ini juga hadiri perwakilan pengurus berbagai media Online, Cetak dan Elektronik yang tergabung dalam Organisasi PWI, IJTI, AJI dan JMSI.

Kaki Gunung Rijani

Desa Senaru memiliki panorama alam menawan, lokasinya tepat berada di kaki Gunung Rinjani, dan merupakan daerah tujuan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

Di desa ini juga terdapat jalur pintu masuk para pendaki Gunung Rinjani, dengan jarak tempuh  dari Zainuddin Abdul Madjid Lombok International Airport sekitar 126.7 km atau dapat ditempuh dengan waktu kurang dari 3 jam dari Bandara.

BACA JUGA: Selain Pariwisata, NTB Perlu Kembangkang Potensi Gastronomi

Saat ditemui, R Akria Buana menuturkan, Desa Senaru berada pada ketinggian 601 mdpl, sehingga udara di sana terbilang sejuk.  Hingga saat ini warga di Desa Senaru masih mempertahankan adat istiadat dan tradisi mereka.

Itulah yang membuat Desa Wisata Senaru semakin menarik minat wisatawan, terkenal dengan keindahan Gunung Rinjani dan kebudayaannya.

Selain itu, Desa Wisata Senaru juga memiliki banyak potensi wisata, di antaranya Air Terjun Sendang Gile, Air Terjun Tiu Kelep, Air Terjun Batara Lenjang, tempat swa foto Arung RInjani, WIsasta Kebun kopi, serta rumah adat Senaru.

Desa Senaru masuk 50 besar kategori Desa wisata Indonesia, dan beberapa minggu yang lalu tepatnya hari Jum’at (05/11/21) dikunjungi dua Menteri sekaligus, yaitu Kemen Des RI dalam rangka peresmian pembagunan Home stay di Arung Rinjani, dan Kemenparekraf, Sandiaga Salahudin Uno.

Para pengusaha pariwisata Desa Senaru juga menyediakan beragam sovenir dan varian menarik seperti kain tenun asli, kerajinan akar kayu serta Kain dan olahan sayur ares, sayur komak, kelor dan olahannnya berupa kacang mete, keripik tempe, pencok dan lai-lain.

Sementara hasil perkebunan berupa biji cokelat, durian, pisang, alpukat dll,tuturnya.

Hari ini Senin (06/12), Resot Rinjani Barat yang ada di wilayah, Monggal, Santong dan Bayan KLU membantu kegiatan sosial penanaman berupa bibit kayu putih sejumlah 100 batang.

@ng

 




Buka Festival Budaya, Wabup Danny Ajak Pemuda Lestarikan Adat

Penyelenggaraan Festival Budaya Desa Gumantar, keterlibatan anak muda hampir di atas 80 persen. Ini membuktikan bahwa pemuda peduli dengan adat budayanya

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Masyarakat Lombok Utara, khususnya para pemuda, diajak peduli untuk melestarikan adat dan budaya.

“Pada masyarakat saya, khususnya pemuda untuk peduli dan melestarikan adat budaya yang kita miliki supaya tetap eksis ditengah arus perkembangan teknologi yang semakin maju,” ujar Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto R ST MEng nya.

Wabup membuka Festival Budaya di Desa Gumantar Tarian anak-anak meramaikan Festival Budaya Desa Gumatar

Hal itu dikatakanya saat membuka secara resmi Festival Budaya Desa Gumantar,  bertempat di Gedung Serba Guna Desa Gumantar, Kamis (02/12/21).

BACA JUGA: Pemdes Sesait Tingkatkan Kapasitas Digital Pelaku UMKM

Dalam pembukaan festival budaya itu tampak hadir Kepala Deda Gumantar Japarti, Kabid Kebudayaan Dikbudpora KLU Sukiman, serta undangan lainnya.

Acara Festival Budaya itu didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direktorat Pengembangan dan Kebudayaan.

Wakil Bupati dalam sambutannya mengaku bangga, karena dalam acara festival ini keterlibatan anak muda hampir diatas 80 persen. Ini membuktikan bahwa pemuda peduli dengan adat budaya yang dimiliki.

Melalui festival budaya yang dilaksanakan tidak hanya di Desa Gumantar melainkan beberapa Desa di KLU, diharapkan jadi kebangkitan adat dan budaya di Lombok Utara.

BACA JUGA: Gerakan 1000 Pohon, Upaya Selamatkan Sumberair di KLU

Festival Budaya Desa Gumantar menampilkan tarian, musik tradisional dan juga peresean yang rencananya akan mempertemukan pepadu terbaik dari Nusa Tenggara Barat, yang selanjutnya akan dihadapkan dengan pepadu terbaik Lombok Utara.

@ng

 




Remaja NTB Raih Juara Putri Batik Nasional

Remaja Putri NTB asal Kota Mataram, Kamala Feodora Tirta, meraih prestasi Putri Batik Nasional, dan Wagub Hj Sitti Rohmi berharap Kamala mengkampayekan pemakaian batik Sasambo

MATARAM.lombokjournal.com  ~ Kamala Feodora Tirta, siswi SMA Tunas Daud Kota Mataram berhasil meraih Juara I Nasional dalam ajang Putri Batik Remaja Indonesia 2021.

Pujian dan apresiasi pun disampaikan Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M. Pd.

Audensi wagub dengan remaja peraih Putri Batik Nasional
Audensi Wagub dengan Feo dan pendampingnya

Prestasi Kamala dinilai akan memotivasi remaja dan generasi muda NTB untuk mencintai batik dan tenun produk daerah sendiri.

Ummi Rohmi sapaan Wagub menyampaikan itu saat menerima audiensi Kamala Feodora Tirta, siswi SMA Tunas Daud Kota Mataram, Rabu (17/11/2021) di Ruang Kerja Wagub.

BACA JUGA: Mengenal Corak Batik Sasambo di NTB

Menurut wagub, remaja dan generasi muda bahkan masyarakat NTB banyak yang belum mengetahui keberadaan batik Sasambo, maupun tenun ikat yang dihasilkan penenun NTB.

Motif maupun pilihan warna batik dan tenun ikat milik masyarakat Sasak, Sumbawa maupun Bima cantik dan indah, puya ragam motif dan warna yang alami.

Serta memiliki filososi sesuai dengan kultur dan budaya pada ukiran batik maupun tenun ikat.

Wagub berharap agar Feo sapaan Kamala Feodora Tirta, memotivasi dan terus mengkampayekan pemakian batik kepada remaja, generasi muda. hingga masyarakat NTB mencintai batik Sasambo.

“Selamat atas prestasinya, semoga terus menginpirasi remaja dan generasi muda di NTB,” ucap wagub.

Kadis Dikbud Provinsi NTB, Dr. Aidy Furqon mengakui, anak-anak dan remaja NTB dari berbagai even ataupun kompetisi baik akademik maupun non akadenik kerap meraih prestasi di tingkat nasional.

“Salah satunya Kamala Feodora Tirta yang meraih Juara Ajang Putri Batik Remaja Indonesia 2021,” terangnya.

Ke depan, prestasi siswa Sekolah Kristen Tunas Daud Mataram ini akan terus dioptimalkan. Untuk memotivasi siswa SMA dan SMK pada berbagai kegiatan sekolah.

BACA JUGA: Persiapan Ajang WSBK, Dipastikan Profesinal dan Optimal

Sehingga siswa-siswi di NTB percaya diri untuk berlaga pada kompetisi tingkat regional maupun nasional. Karena potensi yang dimiliki anak-anak cukup banyak untuk ditonjolkan.

Mengagumi batik Sasambo

Ditemani Direktur Sekolah Kristen Tunas Daud Mataram (SKTDM) Dr. Kristyanto S. Boko, Kamala Feodora Tirta, siswi SMA Tunas Daud Kota Mataram menyampaikan apresiasi atas dukungan Pemrov. NTB dan jajarannya.

“Sehingga saya dapat termotivasi meraih juara nasional,” kata Feo.

Dikatakannya, saat masa karantina banyak teman-temannya bahkan masyarakat di Ibu kota Jakarta yang mengagumi batik Sasambo milik NTB.

“Banyak yang bertanya harga dan cara mendapatkannya,” terang gadis yang bercita-cita ingin jadi dokter ini.

Ia juga mengaku, saat mengikuti proses lomba, membawa semua jenis batik yang dimiliki NTB, selain Sasambo, ada batik yang dari Lombok, Sumbawa dan Bima.

Nn

Diskominfotik

 




Festival Budaya Loloan, Modal Awal Lestarikan Adat Budaya

Dengan penyelenggaraan kegiatan Festival Budaya Loloan, diharapkan masyarakat bersama-sama menjaga dan melestarikan adat budaya

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto Ridawan ST MEng membuka secara resmi Festival Budaya Desa Loloan yang bertema “Membangun Melalui Seni & Budaya Semangat Berkarya” di lapangan kreatif Desa Loloan, Sabtu  (13/11/21).

Tari Gendang Beleq menyemarakkan Festival Budaya Loloan Wabup membuka Festival Budaya Loloan

Dalam sambutannya, Wabup Danny menyampaikan Kegiatan ini merupakan modal awal untuk melestarikan dan mejaga adat budaya khususnya di Kabupaten Lombok Utara.

Tantangan ke depan semakin kompleks, seiring berkembangnya teknologi dan sistem informasi yang  bisa menggerus budaya dan adat istiadat di daerah.

Karenanya, kekayaan yang harus tetap dilestarikan untuk generasi mendatang.

BACA JUGA: Desa Sambik Bangkol, Nominasi Kategori Lawan Covid-19

“Dengan kegiatan seperti ini semoga kita dapat sama-sama menjaga dan melestarikan adat budaya yang kita miliki,” tuturnya

Lebih lanjut kata Wabup Dann, melalui event-event Internasional yang ada di pulau Lombok, budaya tidak tergerus namun menjadi daya tarik  dan tontonan sehingga menjadi suatu yang dibanggakan.

“Harapan saya nantinya anak cucu di masa depan dapat melihat potensi budaya  yang dimiliki mulai dari tarian, musik dan lain-lain sehingga menjadi sesuatu yang turun-temurun dan tidak pernah putus,” harapan Wabup Danny.

Ke depan tugas Pemerintah dan generasi muda sekarang adalah bagaimana nantinya kita semua dapat melestarikan adat budaya yang ada. Dan tidak hanya dijadikan tontonan, namun juga menjadi identitas masyarakat Kabupaten Lombok Utara.

Pada Kesempatan itu pula Kepala Desa Loloan Mahyudin menyampaikan, event budaya merupakan salah cara untuk membangkitkan dan menghidupkan kembali budaya yang ada di desa.\

Suatu yang sudah mulai hilang dan untuk ditampilkan lagi.

“Budaya ini harus dilestarikan karena salah satu kekayaan dan identitas yang dimiliki Lombok Utara lewat kegiatan diharapkan banyak desa terinspirasi dan membuat event semacam ini ke depan, ” katanya.

BACA JUGA: Honor Tenaga Kontrak di KLU Akhirya Dipangkas

Dalam pada itu Ketua Panitia Lalu Putrasih melaporkan terselenggaranya kegiatan Festival Budaya Desa Loloan merupakan salah satu program yang diamanatkan dari Kemendikbud kepada pemuda yang ada di Desa sebagai penyelenggara dengan tujuan untuk memperkenalkan beberapa kesenian, tarian, kuliner dan sumber daya alam yang ada di Desa Loloan.

Kegiatan Festival Budaya ini juga dirangkaikan dengan Seminar Kebudayaan dan pameran produk UMKM yang ada di Kecamatan Bayan serta lainya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kemendikbud Desa Pemajuan Kebudayaan dan menjadi salah satu program perioritas Kemendikbud Ristek RI.

Turut hadir Ketua DPRD Kabupaten Lombok Utara Nasrudin, SHi, Plt. Kadis Pariwisata Drs. Ainal Yakin, Kabid Kebudayaan Sukiman, S.Pd serta undangan lainnya.

Ekosistem budaya

Seperti yang dikutip pada laman website kemendikbud, Program Desa Pemajuan Kebudayaan ini bertujuan mengaktifkan ekosistem pemajuan kebudayaan masyarakat di desa.

Caranya dengan mengenali dan menarasikan potensi budaya desa berbasis budaya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat desa itu sendiri.

Kegiatan dimulai dengan ditampilkannya kesenian di antaranya Gendang Beleq, Memaca Lontar dan Tarian Gegerok yang dipersembahkan oleh masyarakat Desa Loloan.

@ng

 




Bunda Niken Mendorong Museum Jadi Estalase Budaya

Bunda Niken mengapresiasi Museum Negeri NTB yang bekerjasama dengan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) NTB mengangkat tema “Eksotika Wastra Nusa Tenggara Barat”

MATARAM.lombokjournal.com ~ Ke depan, Museum Negeri NTB didorong agar mampu jadi etalase untuk menunjukkan identitas daerah.

Dan adanya berbagai kegiatan seperti pameran kebudayaan, dharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan kebudayaan makin meningkat.

Membuka pameran wastra kain tenun di Muem Negeri NTB

Momen pmbukaan pameran tenun khas ntb di Museum Negeri NTB

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, menyampaikan itu saat membuka Pameran Temporer Museum Negeri NTB yang bertemakan “Eksotika Wastra Nusa Tenggara Barat”, di Museum Negeri NTB, Senin (08/11/21).

BACA JUGA: Festival Bubur Beaq Bubur Puteq di Senggigi, Menarik Wisatawan

Karena itu, Perempuan yang akrab disapa Bunda Niken tersebut mengapresiasi Museum Negeri NTB yang bekerjasama dengan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) NTB atas tema yang diangkatnya.

Yakni upaya melestarikan kebudayaan wastra atau keberanekaragaman kain khas NTB yang terdiri dari berbagai suku, sehingga wastranya memiliki ciri khas tersendiri pada keragaman wastra-nya.

“Sebuah kegiatan yang sangat-sangat positif, kami apresiasi apa yang telah diikhtiarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yaitu menjadikan Museum sebagai sarana edukasi bagi masyarakat, baik masyarakat NTB maupun para tamu yang datang ke NTB,” ucapnya.

Bunda Niken menyebut bahwa melestarikan kebudayaan wastra NTB menjadi tugas dan tanggung jawab seluruh masyarakat. Dekranasda NTB pada tahun 2022 memiliki program “Sosialisasi/Kampanye Wastra”.

BACA JUGA: Senaru Desa Wisata Terbaik, Momen Kebangkitan Pariwisata

Program ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan wastra NTB, khususnya kepada generasi penerus bangsa.

“Menjadikan ini sebagai bagian dari edukasi kita kepada anak-anak akan sangat penting dan ini adalah suatu hal yang harus terus kita lakukan dengan rutin,” pesannya.

Pameran Temporer “Eksotika Wastra Nusa Tenggara Barat” ini berlangsung dari tanggal 8 sampai dengan 14 November mendatang.

Nn

Diskominfotikntb

 




Sebutan ‘Inaq-Amaq’ Masyarakat Sasak, Punya Akar Tasawuf

Salah satu keturunan Alawiyyin, Dr. H. S. Ali Jadid al-Idrus, M. Pd mengatakan, sebutan Amaq, sebutan Inaq itu merupakan simbol-simbol tradisi tasawuf

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Meski tidak banyak, ada juga sebagian masyarakat Sasak Lombok di era sekarang, ada yang gengsi memanggil orang tuanya dengan panggilan Inaq-Amaq (bhs Ind. Ibu-Bapak).

Anak-anak Sasak (suku asli di Lombok) di masa kini lebih banyak memanggil orang tuanya dengan panggilan ibu-bapak, ayah-bunda, mama-papa, dan mami-papi.

Padahal panggilan Inaq-Amaq memiliki makna yang mendalam jika dikaji melalui ilmu tasawuf.

Munculnya berbagai tradisi di Lombok tidak terlepas dari pengaruh penyebaran Islam di pulau ini. Salah satu tradisi tersebut adalah sebutan Inaq-Amaq untuk panggilan pada Ibu-Bapak.

BACA JUGA;

Menparekraf Menganugerahkan Desa Wisata Terbaik di Desa Senaru

“Sebutan Amaq, sebutan Inaq itu sebuah bentuk simbol-simbol tradisi tasawuf yang sangat dalam,” kata salah satu keturunan Alawiyyin, Dr. H. S. Ali Jadid al-Idrus, M. Pd, (Kamis, 29 Juni 2017) yang lalu.

Jadi ucapan Ali Jadi Al Idrus itu tentu sudah berlangsung lama.

Kata “Inaq” berakar dari kata Bahasa Arab “Inaun” yang berarti wadah. Sederhananya kata inaq-amaq memiliki makna orang yang mewadahi.

Inilah salah satu tradisi yang mempertemukan tradisi muslim dari Timur Tengah dengan masyarakat lokal.

“Inaq, amaq itu kalau dalam ilmu tasawuf itu orang yang mewadahi. Di situlah titik temunya tradisi kami dengan Lombok ini khususnya,” jelas dosen di UIN Mataram ini.

Seperti diketahui penyebaran Islam ke Nusantara, khususnya Lombok salah satunya melalui strategi pendekatan tasawuf.

Di samping itu, selain tradisi panggilan inaq-amaq, masih banyak lagi tradisi di Pulau Lombok yang mengandung nilai tasawuf.

“Tinggal nanti bisa diukur tradisi Lombok itu banyak mengandung tasawuf. Orang-orang Lombok itu sangat cinta dengan tasawuf. Di situlah titik temu mereka itu,” jelasnya.

Sehingga Jadid menegaskan, orang memanggil orang tuanya dengan panggilan inaq-amaq bukanlah orang kampungan atau jadul.

BACA JUGA: Desa Senaru Salah Satu Desa Wisata Terbaik di Indonesia

“Jadi jangan berpikir orang sebut inaq, orang sebut amaq itu orang second line. Tidak. Tidak ada strata seperti itu,” tegasnya.

@ng




Khitan Massal, Tradisi Yang Warnai Perayaan Maulid Di Lekok

Khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti ketundukan kita kepada ajaran agama

TANJUNG.lombokjournal.com ~ Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung 25 Rabi’ul Awal 1443 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Oktober 2021, segenap Jama’ah Masjid “Darul Al Istiqomah” Dusun Lekok, Desa Gondang, Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara diwarnai acara nikah dan khitanan Massal.

seorang bocah sedang hitan

Khitan secara bahasa artinya memotong. Secara terminologis artinya memotong kulit yang menutupi alat kelamin lelaki (penis).

Dalam bahasa Arab khitan juga digunakan sebagai nama lain alat kelamin lelaki dan perempuan seperti dalam hadist yang mengatakan “Apabila terjadi pertemuan dua khitan, maka telah wajib mandi” (H.R. Muslim, Tirmidzi dll..

BACA JUGA: Wabup Danny Resmkan Rumah Layak Huni untuk Lansia Terlantar 

Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti ketundukan kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:”Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis dan memotong kuku” (H.R. Bukhari Muslim).

‘’Peserta khitanan massal sebanyak 34 anak dari empat Dusun yaitu, Dusun Lekok Utara, Lekok Selatan, Lekok Tenggara dan Lekok Timur.

Petugas kesehatan di datangkan sebanyak 8 orang dari Puskesmas Gondang Kecamatan Gangga lengkap dengan alat dan obat Obat2an. Mereka datang sekitar Jam 6.30 wita dan diterima panitia di Masjid “Darul Al Istiqomah” Lekok.

“Khitanan masal seperti yang diselenggarakan saat ini merupakan kebiasaan warga Dusun Lekok sejak lama, kata Ketua Panitia, Abdullah,S.Pd.

Pada tahun 2020 lalu sebanyak 42 anak yang di hitan, tuturnya pada wartawan media ini.

Khitan massal selain kewajiban ummat muslim, juga perwujudan kebersamaan dan sosial dalam rangka membantu sesama warga yang kurang mampu.

‘’Dengan adanya kegiatan tersebut harapannya untuk merangkul seluruh masyarakat khususnya di empat dusun Lekok ini untuk tetap budayawan berdarma bakti kepada masyarakat yang kurang mampu, terlebih lagi disaat masyarakat terhimpit ekonomi akibat pandemi Covid 19 yang masih berlangsung.

Faedah khitan, seperti yang diungkapkan para ahli kedokteran, mempunyai faedah bagi kesehatan karena membuang anggota tubuh yang yang menjadi tempat persembunyian kotoran, virus, najis dan bau yang tidak sedap.

Air kencing mengandung semua unsur tersebut. Ketika keluar melewati kulit yang menutupi alat kelamin, maka endapan kotoran sebagian tertahan oleh kulit tersebut.

BACA JUGA: Tokoh ‘Wet Adat Sesait’ Lakukan ‘Meriri Bale Makam Bayan’

Semakin lama endapan tersebut semakin banyak. Bisa dibayangkan berapa lama seseorang melakukan kencing dalam sehari dan berapa banyak endapan yang disimpan oleh kulit penutup kelamin dalam setahun.

Beberapa penelitian medis membuktikan , penderita penyakit kelamin lebih banyak dari kelangan yang tidak dikhitan.

Begitu juga penderita penyakit berbahaya aids, kanker alat kelamin dan bahkan kanker rahim juga lebih banyak diderita oleh pasangan yang tidak dikhitan. Ini juga yang menjadi salah satu alasan.

Biaya Khitan bersumber dari swadaya masyarakat setempat dan sebagian sumbangan sukarela keluarga PNS asal Lekok yang tinggal di luar dusun Lekok,berjumlah kurang lebih Rp 13 Juta, dan Rp7,5 sumbnagan dari Basnas KLU.

Selanjutnya digunakan untuk biaya administerasi/ATK, Obat obatan, tenaga kesehatan dan hadiah berupa jajan, mainan dan sarung.

Mudah mudahan kegiatan serupa bisa di tiru oleh warga yang lain, Amin.

@ng




Tokoh ‘Wet Adat Sesait’ Lakukan ‘Meriri Bale Makam Bayan’

Para tokoh yang mewakii desa yang secara geografis ruang lingkup daerah “Wet Adat Sesait” gelar prosesi ‘Meriri Bale Makam Bayan’

KAYANGAN,KLU.lombokjournal.com ~ Para tokoh adat Desa Sesait yang disebut “Tau Lokaq Empat”, yakni Pemusungan (Kepala Desa), Mangku Gumi, Jintaka, dan Penghulu Adat Sesait, menggelar prosesi “Meriri Bale Makam Bayan” berlangsung hari Kamis (28/10/21).

Para tokoh melakukan 'meriri makam' untuk menjaga peninggalan leluhurnya

Selain itu juga melibatkan perwakilan dari semua desa yang secara geografis tercatat sebagai ruang lingkup daerah “Wet Adat Sesait”.

Adapun desa yang termasuk desa “Wet Adat Sesait” antara lain Desa Sesait, Desa Pendua, Desa Santong Mulia, Desa Kayangan, dan Desa Santong.

Aswadin selaku penghulu adat Sesait menjelaskan,  seluruh desa yang termasuk dari “Wet Adat Sesait” tersebut memiliki tanggung jawab dalam pelestarian setiap adat dan budaya yang ada di Sesait, termasuk juga prosesi “Meriri Bale Makam Bayan”.

BACA JUGA: Peresmian Homestay dan Bimtek Pelaku Pariwisata di Senaru

“Desa yang termasuk wet adat sesait itu ada lima desa yakni, desa Sesait, Pendua, Santong Mulia, Kayangan, dan Desa Santong, lima desa inilah yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan bale makam Bayan ini,” terang Aswadin.

Proses “Meriri Bale Makam Bayan” dilaksanakan secara berkala tiap delapan tahun sekali. Tujuannya menjaga keutuhan peninggalan para leluhur desa Sesait yang ada di desa Bayan.

Tahapan prosesi “Meriri Bale Makam Bayan” dimulai dari musyawarah “Tau Lokaq Empat” dalam menentukan hari dan waktu dilaksanakannya prosesi tersebut.

Setelah “Tau Lokaq Empat” melakukan musyawarah, kemudian dilanjutkan dengan prosesi ritual adat hingga proses renovasi makam tersebut, dengan komando atau dipimpin langsung oleh penghulu adat desa Sesait.

Setelah proses renovasi selesai, kemudian dilanjutkan dengan agenda “Selametan” sebagai penanda bahwa “Meriri Bale Makam Bayan” telah selesai dilaksanakan.

Pelaksanaan renovasi makam tersebut memiliki aturan, yakni semua yang terlibat haruslah menggunakan pakaian adat dan khusus untuk laki-laki harus telanjang dada atau tanpa baju dan alas kaki.

Kecuali penghulu adat yang boleh menggunakan baju, tapi tetap harus melepas alas kaki ketika memasuki areal makam.

“Semua yang mengikuti prosesi ini harus melepas alas kaki dan baju mereka, kecuali penghulu adat yang bertugas sebagai komando prosesi meriri bale makam Bayan ini”. jelas Aswadin.

Kemudian dijelaskan, “Bale Makam Bayan” merupakan bagian dari situs peninggalan para sesepuh Desa Sesait yang terletak di Desa Bayan.

BACA JUGA: Program Desa Wisata di NTB, Ini Dukungan Mendes PDTT

Makam tersebut merupakan milik dari masyarakat adat Sesait secara historis. Karena makam tersebut menjadi saksi bisu dari eksistensi para leluhur masyarakat adat Desa Sesait yang pernah mendatangi Desa Bayan.

“Makam ini aslinya adalah makam orang tua kami atau sesepuh Sesait, tapi letaknya di Desa Bayan, itulah kenapa namanya “Bale Makam Bayan,” tutur Aswadin.

Han




Maulid Adat di Bayan, Lombok Utara, Dihadiri Gubernur NTB

Saat mengikuti Maulid Adat, Gubernur juga ke desa adat Bayan. Selain memiliki destinasi wisata budaya, tempat ini disebut punya sejarah panjang masuknya islam di Pulau Lombok

BAYAN,KLU.lombokjournal.com ~  Di berbagai tempat di Kabupaten Lombok Utara, masyarakat adatnya sedang memperingati Maulid Rasululah, yang penyeenggaraannya berlangsug di Masjid Kuno yang ada di masing-masing desa.

Gubernur mengikuti upacara Maulid Adat di Bayan

Di antara maraknya penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, salah satunya dan dianggap paling lengkap prosesi ritualnya yakni yang berlangsung di Masjid Kuno di Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Hari Kamis (21/10/21), Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah, mengikuti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Bayan Kabupaten Lombok Utara.

“Berkunjung ke Bayan adalah perziarahan panjang menembus batas dan waktu,” kata Gubernur Zul saat menghadiri Maulid Adat di Bayan Lombok Utara.

BACA JUGA: Maulid Adat Tiap Tahun Juga Berlangsung di Desa Pansor 

Ia juga mengajak masyarakat untuk berkunjung ke desa adat Bayan. Menurut catatan sejarah, selain memiliki destinasi wisata budaya tempat ini memiliki sejarah panjang tentang masuknya islam di Pulau Lombok.

“Sesekali datanglah ke Bayan di Lombok Utara untuk bersilaturrahim dengan kearifan,”ajaknya.

Maulid Adat Bayan merupakan kegiatan adat terkait peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.  Dilaksanakan selama 2 hari oleh masyarakat adat Bayan sebagai bentuk penghormatan terhadap Rasulullah.

“Acara yang sangat luar biasa,” puji gubernur saat bersama Bupati, Wakil Bupati dan Sekda KLU.

BACA JUGA: Wabup Danny Hadiri Peringatan Maulid Adat di Dusun Batu Lilir

Gubernur NTB ini juga menyampaikan rasa terima kasih atas undangan dan sambutannya yang luar biasa, kepada Bupati, Wakil Bupati, Sekda KLU dan masyarakat adat Bayan KLU.

Diskominfotik




Maulid Adat Juga Berlangsung Tiap Tahun di Desa Pansor

Selama ini Maulid Adat di Kabupaten Lombok Utara yang banyak jadi perhatian media hanyalah di Bayan, padahal Maulid Adat tiap tahun juga berlangsung di Desa Pansor, Kecamatan Kayangan

PANSOR,KLU.lombokjournal.com ~ Perhelatan Maulid Adat di KLU, menjadi salah satu identitas yang dibanggakan oleh masyarakat Kabupaten Lombok Utara.

Khususnya di Bayan, perhelatan Maulid Adat yang berangsung tiap tahun selalu jadi perhatian media.

Para tetua ada pada saat berlangsungya Maulid Adat

Padahal upacara Maulid Adat tidak hanya berlangsung di Bayan, tapi juga berlangsung di Desa Pansor, Kayangan, yang rutin dilakukan tiap tahun meski jarang terekspos media.

Masyarakat Adat Lombok Utara menggelar upacara Maulid Adat yang berpusat di masjid kuno atau Masjid Adat di beberapa lokasi, salah satunya di Desa Pansor, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

Nilai-nilai adat tetap dipertahankan oleh masyarakat Desa Pansor demi melestarikan warisan nenek moyang mereka.

BACA JUGA: Sosialisasi Dana Cukai Tembakau Dilakukan Masif di KLU

Upacara Maulid Adat di Desa Pansor dilaksanakan hari Kamis hingga hari Jum’at  (21 – 22/10/22), dengan berbagai rangkaian upacara adatyang berfokus di masjid adat desa Pansor.

Penghulu Adat Desa Pansor, JP Kuswara menjelaskan, Masjid Adat Desa Pansor awalnya berdiri di “genggirang” pada hutan “alas bana” yang kemudian dipindahkan ke tengah-tengah pemukiman warga desa Pansor.

Masjid Adat Desa Pansor diselenggarakan betujuan untuk mempersatukan masyarakat desa Pansor baik masyarakat adat maupun masyarakat pendatang.

Kemudian upacara Maulid Adat Desa Pansor tidak digelar dengan beberapa agenda atau ritual adat yang diwarisi secara turun temurun.

“Beberapa tahun yang lalu sempat ada selisih faham sehingga menjadi kendala dalam upacara Maulid Adat, kemudian sekarang kami dapat bersatu kembali dalam melestarikan adat budaya yang ada di Desa Pansor ini,” jelas Kuswara

Kemudian Kuswara sangat berharap, ada perhatian lebih dari pemerintah terkait adat budaya, hingga situs-situs yang menjadi peninggalan nenek moyang dapat dilestarikan secara baik.

Dan itu bisa tetap menjadi warisan berharga bagi setiap generasi di kabupaten Lombok Utara.

“Kami berharap kepada pemerintah bahwa setiap upacara atau warisan adat budaya bisa dilestarikan, termasuk yang ada di desa Pansor ini.” kata Kuswara

Pada kesempatan yang sama, Kuswara juga menyampaikan harapannya kepada setiap pemuda agar tidak merasa malu atau enggan untuk melestarikan adat budaya yang ada di desa Pansor khususnya.

Karena generasi muda adalah harapan bagi setiap warisan budaya yang ada, jika tidak dilestarikan secara turun temurun maka lambat laun setiap adat dan budaya yang ada bisa saja terlupakan.

BACA JUGA: Wabup Hadiri Peringatan Maulid Nabi di Dusun Batu Lilir

“Harapan saya selaku orang tua, generasi muda bisa turut melestarikan adat secara baik karena pemuda yang sungguh-sungguh melestarikan adat dengan baik maka pemuda itu bisa menjadi pemuda yang baik dan tangguh.” Jelas Kuswara

Han