Tim Pengkaji Gelar Pahlawan Maulana Syeikh Bertemu Gubernur

Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan Pusat (TP2GP), ingin melihat langsung antusiasme masyarakat Nusa tenggara Barat (NTB) yang berharap Gelar Pahlawan Nasional dianugerahkan kepada Maulana Syeikh, TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid.

MATARAM.lombokjournal.com — Kunjungan tim peneliti, Senin (30/10)  dipimpin  ketua rombongan, Dr. Sudarmanto, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama dua pejabat Direktorat Kepahlawanan Kemensos RI, Daniel Saleeha dan Luberto Azis.

Mereka diterima Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi di ruang kerjanya didampingi Sekda NTB, Ir. H. Rosiady Sayuti, Ph.D., Kadis Sosial, H. Aksanul Khalik dan Karo Humas dan Protokol Setda NTB, H. Irnadi Kusuma.

Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan Gubernur NTB yang sekaligus cucu Maulana Syeikh saat menerima tim tersebut meminta doa dan dukungan kepada semua pihak, terutama masyarakat NTB agar Maulana Syeikh segera ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

TGB menegaskan, hanya NTB yang belum memiliki pahlawan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Karena itu, perjuangan dan dedikasi Maulana Syeikh sebagai putra terbaik NTB selama hidupnya menurut TGB, layak untuk diberikan gelar pahlawan nasional.

“Ini juga merupakan do’a dan harapan yang sudah lama dinantikan oleh seluruh masyarakat NTB,” katanya.

Kepada Tim tersebut, TGB menceritakan, Maulana Syeikh telah menjadi sosok kebanggaan masyarakat NTB. Tidak hanya pada masa hidupnya, namun sampai dengan saat ini Ilmu dan pengabdian beliau tetap menjadi pedoman bagi generasi NTB.

Maulana Syeikh, lanjut TGB, berhasil membangun dan merintis kebersamaan, tidak hanya bagi masyarakat NTB tetapi juga bagi masyarakat Indonesia.

“Beliau membangun daerah dan bangsa ini dengan merangkul semua komponen masyarakat melalui pendekatan agama,” tegas TGB saat itu.

TGB berharap kepada seluruh anak bangsa agar dapat menyerap dan menjadikan inspirasi konsep dan pendekatan yang dilakukan Maulana Syeikh sebagai modal membangun bangsa dan negara.

Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP), Dr. Sudarmanto menyampaikan kehadirannya di NTB, termasuk bersilaturrahim dengan Gubernur NTB untuk melihat dan merasakan langsung antusiasme masyarakat NTB menyambut penetepan Maulana Syeikh sebagai pahlawan nasional.

Ia mengaku senang dengan doa, harapan dan antusiasme masyarakat NTB kepada Maulana Syeikh.

“Itulah tujuan kami ke sini. Ingin melihat lebih dekat dan juga merasakan antusiasme masyarakat NTB,” Ungkapnya di hadapan Gubernur.

AYA




Kata TGB, Interaksi Manusia Semangatnya Harus Mendamaikan

Optimisme dan interaksi yang mendamaikan merupakan kekuatan Islam

lombokjournal.com

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang lebih akrab dengan sapaan Tuan Guru Bajang  (TGB)  mengajak seluruh umat Islam untuk membangun optimisme dalam setiap berinteraksi dengan siapa pun. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, ketika membangun Kota Madinah.

Disamping optimisme, interaksi sesama manusia menurut TGB juga harus dibangun dengan semangat islah, yaitu mendamaikan.

TGB menguraikan hal itu dalam tausiyahnya usai menunaikan sholat subuh berjama’ah di Masjid Jami’ Darussalam Kota Wisata, Bogor Provinsi Jawa Barat, Sabtu (28/10).  Gubernur hadir memenuhi undangan Tablig Akbar yang digelar pengurus masjid setempat.

Lebih lanjut diuraikannya terkait interaksi itu. Menurut TGB,  interaksi itu kalau digambarkan dalam bentuk piramida, maka tahapan pertama, adalah interaksi yang dilandasi dengan kesamaan latar belakang.

Kedua interkasi yang dibangun atas fondasi  kesamaan visi, lalu pertautan hati, hati yang bersih dengan memahami kekurangan masing masing atau saling mengisi dan memaafkan.

Terakhir adalah interksi yang dilandasi mawaddah, yaitu interksi yang dibangun atas landasan kepentingan orang banyak. Kasih sayang satu sama lain yang tidak terbatas.

Di hadapan sekitar 600 jama’ah, TGB  menegaskan bahwa optimisme dan interaksi yang mendamaikan itulah sesungguhnya letak kekuatan Islam.

TGB menguraikan dua ayat dalam Surah Al-Hujurat, yaitu ayat 9 dan 10. Ayat 9 Allah manyampaikan kalau dua kelompok beriman berperang, maka islahkan (damikian). Ayat ini dalam skala besar, membahas perselisihan antara dua kelompok.

Sedangkan Ayat 10, Allah menjelaskan sesunggunya orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah. Dua ayat tersebut perlu ditadaburi dan menjadi bahan renungan dalam setiap interaksi dengan orang lain. Terutama, bagaimana membangun interkasi yang mendamaikan.

“Kalau dua ayat ini diletakkan dalam kaca, maka pertanyaannya adalah kapan kita sudah mendamaikan orang,” katanya.

Karena dua ayat ini tidak hanya berbicara soal kesholehan pribadi , tetapi persoalan mendamaikan orang lain. Orang sholeh hanya membangun kepribadian diri, namun Islah diminta dan diperintahkan untuk Islah untuk orang lain.

“Tugas kita adalah bagaimana mendamaikan. Bukan sebaliknya,” ungkap TGB

Kalau tidak ada langkah-langkah untuk mendamaikan perselisihan, maka akan merusak apa-apa yang baik dalam diri umat Islam.

Apa kebaikan itu? Yaitu kebaikan yang sudah disebarkan oleh Allah SWT di atas permukaan bumi ini. Sebagaimana air hujan yang menyirami tanah tandus, yang kita tidak bisa bedakan tetesan yang mana yang menumbuhkan.

Ini merupakan pengingat bagi kita, kebaikan itu sudah disebarkan oleh Allah di seluruh permukaan bumi. Sehingga, kebaikan itu menggambarkan bahwa tidak ada ruang bagi ulama untuk tidak menerima kebenaran dari orang lain.

“Kalau terjadi sesuatu dalam umat, mari kita belajar untuk mendamaikan. Sebagaiman risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW,” ajaknya.

Namun, diingatkannya mendamiakan itu tidak selamanya berbanding lurus dengan ketinggian ilmu seseorang. Kadang kondisi itu, dapat menghilangkan keobjektifan seseorang dalam memutuskan sesuatu. Sebagaimana yang terjadi pada sahabat-sahabat Nabi.

Karena itu, TGB mengajak seluruh jam’ah untuk menumbuhkan semangat menyelesaiakn persoalan di tengah masyarakat, sekecil apapun persoalan dan perselisihan itu.

“Perselisihan yang besar sering kali dimulai oleh perselisihan yang kecil,” ungkapnya, yang melanjutkan tTausyiah tersebut dengan dialog interaktif.

AYA/Hms




Ini Pesan TGB Di hari Sumpah Pemuda

Pemuda diajak untuk terus menguatkan dan mewujudkan komitmen dalam kebaikan

lombokjournal.com —

Pemuda adalah sosok yang identik dengan ide-ide cemerlang dan selalu punya spirit kuat untuk berkontribusi bagi masyarakat, agama dan bangsa. Jika selama ini, ada oknum tertentu yang melempar wacana bahwa pemuda adalah sumber masalah, maka perlu diwaspadai.

“Jangan-jangan ini merupakan cara orang-orang yang tidak suka pada masyarakat itu, agar potensi pemuda yang ada daerah itu termajinalkan, sehingga  pemuda-pemuda itu kehilangan kepercayaan,” kata Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengungkapkannya saat Tablig Khusus Sumpah Pemuda di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangeran Selatan, Sabtu (28/10).

Gubernur NTB yang akrab dengan sapaan  Tuan Guru Bajang (TGB) itu mengatakan, salah satu cara mereduksi pandangan oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut, adalah dengan senantiasa meningkatkan kemampuan pemuda dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu tak kalah pentingnya bagi pemuda untuk mengokohkan karakter yang baik.  Diiringi pula upaya menularkan kebaikan-kebaikan itu untuk berkontribusi dan memberikan yang terbaik kepada masyarakat dan NKRI tercinta ini.

Kepada ratusan anak muda yang antusias mengikuti Tablig Akbar di hari sumpah pemuda ini, Gubernur TGB yang juga ahli tfsir Qur’an tersebut mengajak seluruh pemuda untuk terus untuk menguatkan dan mewujudkan komitmen dalam hal kebaikan.

“Menanamkan kebaikan pada diri sendiri dan  selalu menularkan kebaikan-kebaikan itu kepada orang lain, adalah salah satu cara untuk menghargai diri pemuda itu sendiri,”, tutur Tuan Guru Bajang.

Menurut TGB, hanya pada pundak pemuda- pemuda yang hebat dan generasi yang berkarakter baiklah yang mampu mengemban kewajiban dan tanggung jawab yang tinggi untuk mengawal keutuhan NKRI menjadi bangsa yang  maju dan kuat.

Guna memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas, Gubernur TGB  berpesan kepada para pemuda agar terus mengasah diri dengan  ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan pengalaman serta skill yang tinggi disertai upaya  mengokohkan karakter yang baik dan moralitas yang kuat.

Juga mengajak masyarakat untuk memberikan kepercayaan kepada pemuda-pemuda hebat yang dimiliki negeri ini untuk berkontribusi, membangun masyarakat dan bangsa. Tentunya dengan cara-cara yang baik dan mengokohkan persatuan.

Lebih lanjut, TGB menjelaskan bahwa berbicara soal pemuda adalah berbicara soal bagaimana memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat.

Karena dalam Islam, konsep pemuda selalu diletakkan pada posisi yang tinggi dan luas, mengingat peran dan kontribusinya pada agama. Sebagaimana peran pemuda-pemuda pada zaman rasulullah yang memperjuangkan tegaknya Agama Islam.

Pemuda juga tidak identik dengan seberapa besar umur seseorang atau seberapa kecil umur yang melekat pada diri seseorang. Bisa saja, umur yang lebih dewasa tidak memiliki obsesi individual dan yang ada dalam benaknya adalah memberikan kontribusi besar bagi pembangunan.

Atau bisa juga, umur yang lebih muda memiliki konsep yang matang serta mengorbankan waktu dan tenaga untuk berkontribus lebih bagi masyarakat. Pemuda sesungguhnya adalah bagaimana berkontribusi positif bagi kepentingan yang lebih luas, ungkap Gubernur TGB.

AYA/Hms




TGB Bicara Kejujuran, Agama dan Karakter Pancasila di Universitas Kristen

Kata TGB, Pancasila itu adalah kemanusiaan yang berketuhanan

lombokjournal.com

Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) menegaskan, kejujuran merupakan pondasi atau sumbu yang menentukan kadar integritas sesorang.

Sedangkan integritas atau karakter yang baik merupakan modal utama mewujudkan bangsa yang kuat dan maju. Dengan kejujuran, seseorang memiliki integritas.

Gubernur TGB memaparkan itu saat memenuhi undangan Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI), Dr. Maruarar Siahaan, SH.MH sebagai narasumber pada kuliah umum mahasiswa  UKI, di Kampus UKI di Jakarta, Jum’at (27/10), dengan tema “Pendidikan Wawasan Kebangsaan Pada Generasi Milenial”.

Menurut TGB, untuk mencapai kemajuan yang besar disegala bidang, bangsa  ini harus didukung dan dibangun oleh generasi muda berkarakter kuat. Yakni generasi muda yang memiliki integritas pribadi dan sosial yang baik, moralitas yang kuat serta kejujuran yang tinggi.

Di hadapan sekitar 200 mahasiswa, TGB mengungkapkan pandangannya tentang agama dan hubungannya dengan Pancasila. Tuan Guru Bajang memaknakan Pancasila  sebagai ” Kemanusiaan  yang Berketuhanan Yang Maha Esa”.

Menurutnya, agama merupakan modal terpenting dan utama dalam membangun bangsa. Dan nilai nilai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat didalam wadah NKRI ini, termasuk Pancasila bersumber dari norma dasar dan meta norma  yang diambil dari nilai nilai ajaran agama.

“Pancasila adalah modal penting membangun bangsa,” kata TGB.

Tidak ada  satu pun nilai Pancasila sebagai dasar negara yang bertentangan dengan agama. Bahkan, nilai-nilai tersebut sangat fundamen dalam kehidupan manusia.

Karena itu, TGB mengajak para pemuda untuk membangun karakter yang kuat untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih baik.  Terlebih pancasila ini merupakan hasil kesepakatan para pendiri bangsa sebagai modal sosial bagi warga negara.

Dengan modal ini, bangsa Indonesia akan lebih maju seiring semakin cerdasnya para pemuda memandang dan mencermati modal sosial tersebut.

“Maka, ketika ada yang bertanya kepada saya, Tuan Guru, kalau dalam satu kalimat menurut Tuan Guru, Pancasila itu apa? Saya sampaikan, kalau dalam satu kalimat bagi saya, pancasila itu adalah kemanusiaan yang berketuhanan,” ungkap Gubernur Alumni Al-Azhar tersebut.

Menurut TGB, dari lima sila yang ada di pancasila tersebut, empat diantaranya berbicara tentang kemanusiaan dan satunya berbicara tentang ketuhanan.

Sebagai modal sosial dan hasil konsensus para pendiri bangsa, TGB mengajak  seluruh mahasiswa yang hadir untuk betul-betul menghiasi ranah kehidupan dengan nilai-nilai baik yang ada dalam Pancasila.

Termasuk, jika suatu saat nanti para mahasiswa terjun ke dunia politik dan mengemban tugas besar untuk memperbaiki bangsa.

Praktik-praktik politik yang baik harus ditradisikan mulai saat ini, ajaknya. Generasi muda juga perlu mambangun karakter yang baik sejak dini dengan menjalankan ajaran agama,” tegas TGB.

Apalagi saat ini, generasi muda sudah masuk ke era milenial, dimana seluruh informasi yang terjadi di belahan dunia dapat diakses oleh siapa pun.  Era milenial tidak perlu dilawan atau dijadikan ancaman. Justru momentum itu harus dijadikan peluang untuk menyebar dan berbagi informasi tentang pengalam-pengalaman hebat kita.

“Generasi milenial merupakan generasi yang membangun kebersamaan melalui persahabatan dan pertemanan.,” katanya.

Sebelumnya Rektor UKI, Dr. Maruarar Siahaan mengapresiasi TGB yang menghadiri undangan sekaligus berbagi pengalaman dan wawasan kepada seluruh mahasiswanya. Kehadiran TGB tersebut harus dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa untuk menyerap dengan baik ilmu dan pengalaman yang disampaikan TGB.

Ia berharap, Pengalaman TGB yang sukses memimpin NTB serta wawasan kebangsaan yang dimilikinya, dijadikan modal bagi para mahasiswa jika suatu saat menjadi pemimpin di negeri ini.

Hadir juga saat itu Warek I, Dr. Wilson Rajaguguk Warek III, Dr Dhaniswara Harjono, Wakil Dekan Kerdid Simbolon dan ratusan mahasiswa UKI dan umum

AYA/Hms




TGB Apresasi Pihak Yang Perjuangkan Maulanasyeikh Jadi Pahlawan Nasional

Pemberian gelar nasional ini menegaskan, keterlibatan para ulama dalam memperjuangkan maupun mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau lebih dikenal Maulanasyeikh

MATARAM.lombokjournal.com — Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) mengapresiasi semua pihak yang ikut memperjuangkan  agar TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau lebih dikenal Maulanasyeikh mendapatkan gelar pahlawan nasional.

Kabar terakhir, Maulanasyeikh masuk nominasi 5 tokoh pejuang nasional yang akan mendapat gelar pahlawan nasional. Pengumuman  secara resmi oleh pemerintah tanggal 10 November 2017 bertepatan dengan Peringatan Hari Pahlawan tahun ini.

TGB yang juga cucu Maulanasyeikh menyatakan bersyukur dan berterima kasih. Menurut TGB, memperjuangkan untuk meraih gelar pahlawan nasional bukanlah pekerjaan sederhana, tetapi cukup berat dan berliku.

“Saya fikir ini adalah bentuk kerja dan ikhtiar dari semua pihak. Dan perjuangan ini tidaklah sederhana tetapi berat dan cukup berliku,” ungkapnya, Jumat, (27/20).

Masyarakat memberikan  dukungan dan do’a, maka pengusulan ini bisa rampung dan hasilnya baik.

Pemberian gelar pahlawan nasional kepada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menegaskan keterlibatan para ulama dalam memperjuangkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekaligus memperlihatkan keterlibatan tokoh-tokoh NTB.

Tak banyak orang tahu, bagaimana perjuangan masyarakat, terutama para keluarga besar Maulanasyech saling bahu membahu melengkapi berbagai dokumen dan data yang dibutuhkan, dalam pengusulan gelar kepahlawanan bagi Tuan Guru Pancor.

Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB menjelaskan, setelah pengusulan pertama yang oleh Kementerian Sosial melalui TP2GP,  pihaknya diminta melengkapi berbagai kekurangan yang ada dalam pengusulan. Ditambah begitu banyaknya tahapan dan proses yang  harus dilalui dan  dilakukan.

Untuk mengetahui kronologis tersebut, secara umum pengusulan gelar kepahlawanan dibagi menjadi tiga tahapan.

Pertama, gagasan pemberian gelar ini muncul pertama kali dari keluarga besar yang kemudian mendapat dukungan dari banyak pihak masyarakat NTB, termasuk semua organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan NU serta organisasi lainnya, termasuk perguruan tinggi seperti UNRAM dan UIN Mataram serta Perguruan tinggi swasta lainnya.

Dan dalam pengusulan kali ini semua bupati/walikota juga menberikan dukungannya dalam bentuk surat pernyataan resmi yang kesemua dukungan tersebut menjadi satu kesatuan dalam dokumen usulan.

Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan penggalian dari berbagai sumber, mulai dari kalangan internal Nahdatul Wathon, para sahabat Maulanasyeikh, para santri dan tokoh-tokoh di luar NW. Semua rata-rata menyampaikan, almarhum TGKH Zainuddin Abdul Madjid kalau dilihat dari jasa jasanya, baik saat memperjuangkan kemerdekaan, maupun jasa jasanya dalam menyatukan umat Islam untuk menerima ideologi negara Pancasila, memperlihatkan semangat kebangsaan dan ke-Islaman berjalan seiring sejalan.

Maka sangat layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Pemerintah Provinsi NTB melalui  Dinas Sosial melakukan kajian-kajian mulai dari diskusi, seminar dan penelusuran berbagai dokumen baik di perpustakaan dan arsip nasional ataupu pun di MUI pusat dan bahkan sampai Makasar dan Sumatera.

Kedua, ide ini kemudian diperkuat dengan membentuk Tim Pengkajian yang terdiri dari tiga tim.

Tim pertama, melakukan kajian dan pembuatan naskah akademik dalam bidang perjuangan kebangsaan. Tim kedua, melakukan kajian dan pembuatan naskah akademik dalam bidang pendidikan. Kemudian tim ketiga melakukan kajian, dan pembuatan naskah akademik tentang karya-karya maulanasyech maupun karya org lain tentang Maulanasyeikh.

Semua itu melalui proses yang tidak mudah karena juga harus melibatkan banyak pihak untuk mendapat hasil kajian berdasarkan fakta-fakta, dokumen dan sumber.

AYA/Hms




TGB Tegaskan, Hanya Manusia Berkarakter Yang Mampu Lakukan Perubahan

TGB memaparkan konsep yang menjadi  penentu kemajuan atau keruntuhan ekonomi suatu bangsa.

JAKARTA.lombokjournal.com – Gubernur NTB, Dr.TGH. M. Zainul Majdi yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) saat menyampaikan orasi ilmiah  di hadapan ribuan wisudawan dan para orang tua wisudawan  Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI) Jakarta, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Selasa  (24/10), menegaskan berharganya manusia berkarakter baik.

“Negara akan mampu membangun ekonomi yang kuat, bertahan di tengah berbagai tantangan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya bila memiliki populasi cukup. Populasi yang dimaksud adalah manusia-manusia yang memiliki karakter yang baik,” kata TGB.

Diuraikannya, ada tiga tahapan seseorang untuk menjadi manusia berkarakter baik.  Pertama, moral knowing yakni kemampuan membedakan mana yang baik dan  buruk untuk diterapkan dalam seluruh konsep kehidupan. Kedua, moral feeling adalah seseorang yang dalam kesehariannya mampu mencintai kebaikan, berbuat baik dan bersahabat dengan orang orang baik.

Selain itu ada yang ketiga, yakni moral behavior, yaitu seluruh kebaikan yang ada dalam pikiran dan pemahaman seseorang. Bahkan menumbuhkan kecintaan pada kebaikan itu, sudah menjadi bagian hidup dan perilaku nyata dalam kehidupannya sehari hari.

Menurut Gubernur Tuan Guru Bajang, hanya manusia yang berkarakter baik inilah yang mampu menjadi pelaku perubahan.

“Terlebih  membangun ekonomi suatu bangsa secara konsisten dan konstan. Termasuk di dalamnya merubah sikap, pikiran dan pandangan dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun berbangsa,” katanya.

Di hadapan Ketua STIE Jakarta, Ridwan Maronrong beserta ribuan calon Ekonom dan Guru Besar STIE  Jakarta, TGB memaparkan konsep yang menjadi faktor penentu kemajuan atau keruntuhan ekonomi suatu bangsa.

Menurutnya faktor yang paling menentukan  adalah manusia itu sendiri, atau dalam bahasa umum disebut populasi.

Konsep ini, lanjut TGB sesuai dengan salah satu ayat dalam Al-Qur’an, yang bermakna bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya.

Inilah konsep yang pas menurut Tuan Guru Bajang untuk membangun dan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Yakni para generasi muda memiliki konsep dan komitmen kuat merubah diri ke arah yang lebih baik dan memiliki pengaruh pada kebaikan suatu bangsa.

“Saya berharap, bahwa tahapan wisuda yang anda semua jalani hari ini merupakan satu tahap untuk menyempurnakan karakter baik kalian,” harap TGB yang disambut tepuk undangan dan guru besar.

Pada tempat yang sama, Ketua STEI Jakarta, Ridwan Maronrong mengapresiasi TGB yang telah berbagi ide dan pemikiran tentang karakter dan peran pemuda bagi bangsa. Serta dijadikan bekal bagi para wisudawan dalam kehidupan sehari-hari.

Ridwan mengatakan, dalam pengabdian pada masyarakat bangsa dan negara, para alumni harus memiliki dan membangun serta mengedepankan integritas kepribadian yang kuat. Juga disiplin kerja keras ulet santun dan berperilaku atas dasar kejujuran dan kebenaran baik dalam niat pikiran ucapan maupun perbuatan ini.

“Saudara dan kita semua, harus meyakini dan tetap berpegang teguh pada kebenaran, dan norma-norma kehidupan terutama norma-norma etika dan moral yang dibenarkan oleh agama.  Masyarakat dan negara menantikan karya dan baktimu dan saudara kan dihargai untuk semua ini,” katanya.

AYA

 

 




Generasi Islam Punya Tanggungjawab Paling Besar Membangun Indonesia

Memahami Al Qur’an berarti juga sekaligus mampu menerapkannya  dalam kehidupan berbangsa,  untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat

lombokjournal.com  —

Umat islam yang jumlahnya 85 persen dari penduduk Indonesia memiliki tanggung jawab terbesar mengisi kemerdekaan. “Generasi muda Islam, terlebih mahasiswa Islam sebagai ummat yag memahami Al-Qur’an, memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar dari ummat yang lainnya,” kata Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi.

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menngatakan itu  dalam orasi ilmiah “Pengamalan Nilai Nilai Al Qur’an Dalam Membangun Negeri’, di hadapan Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam (STKQ AL-Hikam) Depok Jawa Barat.

Orasi itu berlangsung saat Wisuda Sarjana Angkatan II dan Pengukuhan Mahasiswa Baru STKQ, di Kampus STKQ AL-Hikam, Depok, Sabtu ( 7/10) pagi.

Meski semua umat di Nusantara ini kokoh untuk membangun bangsa, tapi TGB mengingatkan, mahasiswa islamlah yang paling besar tanggung jawabnya.

“Memahami Alquran bermakna bukan hanya berarti tahu, hafal dan mengerti saja, tetapi  memahami Al Qur’an berarti juga sekaligus mampu menerapkannya  dalam kehidupan berbangsa,  untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat di negeri ini,” papar TGB.

Menerapkan nilai Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, kemanfaatannya harus dirasakan sebanyak banyaknya orang. Maka membangun negeri adalah kewajiban agama. Apalagi yang berinteraksi dengan Al Qur’an.

“Mengembangkan dan membangun Indonesia adalah bentuk tanggungjawab kepada Al-Quran,” tegas TGB. Mahasiswa diharapkan menempatkan diri mampu menjalankan amanah dan tanggung jawab dalam Al-Qur’an.

Dipaparkan, ada  tiga ciri peradaban Islam yang utama, yang harus diwujudkan. Pertama, Ubudiyah yakni menyangkut  ilahiah atau penghambaan kepada Allah SWT. Kemudian, insaniah adalah nilai kemanusiaan, dan akhlakiah yakni nilai-nilai moralitas.

Ciri kedua, Hubbul Ilmi. Ketika anda ingin berjuang, harus membuka cakrawala keilmuan. Tanpa ilmu jadi sebab tersebarnya segala macam kerusakan.

“Dalam konteks negara, banyak yang aneh. Bahkan Imam Al-Gazali pernah menyampaikan bahwa setengah dosa dari segala macam kerusakan dari perilaku kita akan ditanggung oleh orang orang yang beragama,” urainya.

Yang ketiga, nilai Al wasatiyah, yaitu orang- atau bangsa maupun umat yang melekat padanya kebagaikan dan keadilan. Ini adalah nilai AlQuran. Al-Qur’an bukan sesuatu yang statis. Tetapi merupakan upaya nyata dan aktif dalam masyarakat.

“Ukuran anda adalah pada pengkhidmatan. Amar Makruf nahi mungkar,” tegasnya.

Sembari mengingatkan, semua wujud pengabdian adalah baik. “Mau mengabdi di TPQ, di majelis taklim sampai di tengah ibu kota negara sekalipun di pusat republik,  semuanya baik,” imbuhnya.

Kata TGB, yang terpenting  adalah Assyahadah.  Secara sederhana, menjadi referensi bagi umat Islam atau umat-umat lain.

“Kalau ingin menjadi refernsi bagi umat lain, maka berkontribusilah lebih banyak dan lebih besar dari umat lain,” katanya.

AYA/Hms

BACA JUGA: TGB Orasi Nilai A Qur’an Untuk Membangun Negeri di Depok

 




TGB Orasi Nilai Al Qur’an Untuk Membangun Negeri di Depok

Bangsa Indonesia punya kesadaran kolektif, pentingnya agama dan nilai-nilai religius sebagai pondasi membangun bangsa.

lombokjournal.com –

Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi yang akrab dipanggil TGB menguraikan, Manusia Nusantara merupakan manusia berama dan religius, “Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan kesadaran kita bahwa kita adalah manusia beragama,” katanya.

TGB mengatakannnya dalam  Orasi ilmiah berjudul ” Pengamalan Nilai- Nilai Al Qur’an dalam Membangun Negeri” di hadapan Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam (STKQ AL-HIKAM) Depok Jawa Barat, dalam rangka Wisuda Sarjana Angkatan II dan pengukuhan mahasiswa baru STKQ, di Kampus STKQ AL HIKAM, Depok, Sabtu (07/10) pagi.

Dalam orasinya itu TGB menegaskan, agama dan nilai nilai religiusitas masyarakat Nusantara merupakan modal utama dan kekuatan terbesar dalam membangun negeri.

Manusia Nusantara adalah manusia yang beragama dan religius. Nilai-nilai agama dan religiusitas itu dijadikan oleh para orang tua  atau founding father sebagai modal paling istimewa membangun bangsa, tuturnya.

Kesadaran kolektif dan keinginan luhur itulah yang pertama, yakni Iktiraf dulu baru membangun kesadaran kolektif.

Menurut Ahli Tafsir Al Qur’an itu, Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dan pedoman dalam mengatur hubungan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan  metayuris, yang mencerminkan  sejak awal.

“Ada kesadaran bersama, kita adalah mahluk Allah dan itu salah satu modal besar,” ujarnya.

STKQ AL-Hikam Depok Jawa Barat merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi dan Ponpes besar yang didirikan oleh mendiang KH. Hasyim Muzzadi, seorang Ulama NU yang kharismatik.  Kyai Hasyim semasa hidunnya dikenal sebagai tokoh bangsa yang banyak diteladani, karena kearifan pemikiran dan gagasannya yang konstektual.

TGB diundang secara khusus untuk menyampaikan orasi ilmiah oleh Lembaga Pendidikan yang dihajatkan sebagai tempat terbaik menyiapkan para Pemimpin Bangsa yang berkarakter itu.

Sebelum acara dimulai, TGB sempat bersilaturahmi dengan jajaran pengasuh Ponpes Al-Hikam dan melakukan ziarah kubur ke makam Kyai Haji Hasyim Muzadi.

Usai ziarah di kubur tersebut, TGB menuju kediaman almarhum KH. Hasyim Muzadi, diterima putra terakhir beliau, KH.Yusron Saddiqi yang sekaligus juga sebagai pengasuh ponpes Al Hikam, KH. Yusron Sidiqi.

Di hadapan Rapat Senat Terbuka yang dipimpin Ketua STKQ, H. Arif Zamhari, Ph.D dan ratusan undangan, TGB menyatakan memiliki kenangan yang sangat mengesankan dengan mendiang KH.Hasyim Muzzadi.

Bahkan TGB mengakui sangat kagum dan terinspirasi dengan pemikiran dan ketokohan Almarhum semasa hidupnya.

Diakui TGB, mantan Ketua PBNU itu turut mendorong dan memotivasi dirinya maju untuk periode kedua menjadi Gubernur NTB.  KH. Hasyim Muzzadi dikatakan sebagai sosok ulama  yang punya obsesi  membangun bangsa, di atas pondasi nilai-nilai masyarakat yang religius.

Bangsa Indonesia sendiri memiliki kesadaran kolektif pentingnya agama dan nilai-nilai religius sebagai pondasi membangun bangsa.

“Ketuhanan Yang Maha Esa  sebagai sila pertama dalam Pancasila sebagai dasar negara mencerminkan kesadaran kita, kita adalah manusia beragama,” tegasnya.

AYA/Hms

BACA JUGA : Generasi Islam Punya Tanggungjawab Paling Besar Membangun Indonesia

 




Generasi Islam Punya Tanggungjawab Paling Besar Membangun Indonesia

Memahami Al Qur’an berarti juga sekaligus mampu menerapkannya  dalam kehidupan berbangsa,  untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat

lombokjournal.com  —

Umat islam yang jumlahnya 85 persen dari penduduk Indonesia memiliki tanggung jawab terbesar mengisi kemerdekaan.

“Generasi muda Islam, terlebih mahasiswa Islam sebagai ummat yag memahami Al-Qur’an, memiliki tanggung jawab yang jauh lebih besar dari ummat yang lainnya,” kata Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi.

Orasi itu berlangsung saat Wisuda Sarjana Angkatan II dan Pengukuhan Mahasiswa Baru STKQ, di Kampus STKQ AL-Hikam, Depok, Sabtu ( 7/10) pagi.

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menngatakan itu  dalam orasi ilmiah “Pengamalan Nilai Nilai Al Qur’an Dalam Membangun Negeri’, di hadapan Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam (STKQ AL-Hikam) Depok Jawa Barat.

Meski semua umat di Nusantara ini kokoh untuk membangun bangsa, tapi TGB mengingatkan, mahasiswa islamlah yang paling besar tanggung jawabnya.

“Memahami Alquran bermakna bukan hanya berarti tahu, hafal dan mengerti saja, tetapi  memahami Al Qur’an berarti juga sekaligus mampu menerapkannya  dalam kehidupan berbangsa,  untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat di negeri ini,” papar TGB.

Menerapkan nilai Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, kemanfaatannya harus dirasakan sebanyak banyaknya orang. Maka membangun negeri adalah kewajiban agama. Apalagi yang berinteraksi dengan Al Qur’an.

“Mengembangkan dan membangun Indonesia adalah bentuk tanggungjawab kepada Al-Quran,” tegas TGB. Mahasiswa diharapkan menempatkan diri mampu menjalankan amanah dan tanggung jawab dalam Al-Qur’an.

Dipaparkan, ada  tiga ciri peradaban Islam yang utama, yang harus diwujudkan. Pertama, Ubudiyah yakni menyangkut  ilahiah atau penghambaan kepada Allah SWT. Kemudian, insaniah adalah nilai kemanusiaan, dan akhlakiah yakni nilai-nilai moralitas.

Ciri kedua, Hubbul Ilmi. Ketika anda ingin berjuang, harus membuka cakrawala keilmuan. Tanpa ilmu jadi sebab tersebarnya segala macam kerusakan.

“Dalam konteks negara, banyak yang aneh. Bahkan Imam Al-Gazali pernah menyampaikan bahwa setengah dosa dari segala macam kerusakan dari perilaku kita akan ditanggung oleh orang orang yang beragama,” urainya.

Yang ketiga, nilai Al wasatiyah, yaitu orang- atau bangsa maupun umat yang melekat padanya kebagaikan dan keadilan. Ini adalah nilai AlQuran. Al-Qur’an bukan sesuatu yang statis. Tetapi merupakan upaya nyata dan aktif dalam masyarakat.

“Ukuran anda adalah pada pengkhidmatan. Amar Makruf nahi mungkar,” tegasnya.

Sembari mengingatkan, semua wujud pengabdian adalah baik. “Mau mengabdi di TPQ, di majelis taklim sampai di tengah ibu kota negara sekalipun di pusat republik,  semuanya baik,” imbuhnya.

Kata TGB, yang terpenting  adalah Assyahadah.  Secara sederhana, menjadi referensi bagi umat Islam atau umat-umat lain.

“Kalau ingin menjadi refernsi bagi umat lain, maka berkontribusilah lebih banyak dan lebih besar dari umat lain,” katanya.

AYA/Hms

BACA JUGA: TGB Orasi Nilai A Qur’an Untuk Membangun Negeri di Depok

 




TGB Orasi Nilai Al Qur’an Untuk Membangun Negeri di Depok

Bangsa Indonesia punya kesadaran kolektif, mementingkan  agama dan nilai-nilai religius sebagai pondasi membangun bangsa.

lombokjournal.com –

Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi yang akrab dipanggil TGB menguraikan, Manusia Nusantara merupakan manusia berama dan religius, “Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan kesadaran kita bahwa kita adalah manusia beragama,” katanya.

TGB mengatakannnya dalam orasi ilmiah Orasi ilmiah berjudul ” Pengamalan Nilai- Nilai Al Qur’an dalam Membangun Negeri” di hadapan Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam (STKQ AL-HIKAM) Depok Jawa Barat, dalam rangka Wisuda Sarjana Angkatan II dan pengukuhan mahasiswa baru STKQ, di Kampus STKQ AL HIKAM, Depok, Sabtu (07/10) pagi.

Dalam orasinya itu TGB menegaskan, agama dan nilai nilai religiusitas masyarakat Nusantara merupakan modal utama dan kekuatan terbesar dalam membangun negeri.

Manusia Nusantara adalah manusia yang beragama dan religius. Nilai-nilai agama dan religiusitas itu dijadikan oleh para orang tua  atau founding father sebagai modal paling istimewa membangun bangsa, tuturnya.

Kesadaran kolektif dan keinginan luhur itulah yang pertama, yakni Iktiraf dulu baru membangun kesadaran kolektif.

Menurut Ahli Tafsir Al Qur’an itu, Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dan pedoman dalam mengatur hubungan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan  metayuris, yang mencerminkan  sejak awal.

“Ada kesadaran bersama, kita adalah mahluk Allah dan itu salah satu modal besar,” ujarnya.

STKQ AL-Hikam Depok Jawa Barat merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi dan Ponpes besar yang didirikan oleh mendiang KH. Hasyim Muzzadi, seorang Ulama NU yang kharismatik.  Kyai Hasyim semasa hidunnya dikenal sebagai tokoh bangsa yang banyak diteladani, karena kearifan pemikiran dan gagasannya yang konstektual.

TGB diundang secara khusus untuk menyampaikan orasi ilmiah oleh Lembaga Pendidikan yang dihajatkan sebagai tempat terbaik menyiapkan para Pemimpin Bangsa yang berkarakter itu.

Sebelum acara dimulai, TGB sempat bersilaturahmi dengan jajaran pengasuh Ponpes Al-Hikam dan melakukan ziarah kubur ke makam Kyai Haji Hasyim Muzadi.

Usai ziarah di kubur tersebut, TGB menuju kediaman almarhum KH. Hasyim Muzadi, diterima putra terakhir beliau, KH.Yusron Saddiqi yang sekaligus juga sebagai pengasuh ponpes Al Hikam, KH. Yusron Sidiqi.

Di hadapan Rapat Senat Terbuka yang dipimpin Ketua STKQ, H. Arif Zamhari, Ph.D dan ratusan undangan, TGB menyatakan memiliki kenangan yang sangat mengesankan dengan mendiang KH.Hasyim Muzzadi.

Bahkan TGB mengakui sangat kagum dan terinspirasi dengan pemikiran dan ketokohan Almarhum semasa hidupnya.

Diakui TGB, mantan Ketua PBNU itu turut mendorong dan memotivasi dirinya maju untuk periode kedua menjadi Gubernur NTB.  KH. Hasyim Muzzadi dikatakan sebagai sosok ulama  yang punya obsesi  membangun bangsa, di atas pondasi nilai-nilai masyarakat yang religius.

Bangsa Indonesia sendiri memiliki kesadaran kolektif pentingnya agama dan nilai-nilai religius sebagai pondasi membangun bangsa.

“Ketuhanan Yang Maha Esa  sebagai sila pertama dalam Pancasila sebagai dasar negara mencerminkan kesadaran kita, kita adalah manusia beragama,” tegasnya.

AYA/Hms

BACA JUGA : Generasi Islam Punya Tanggungjawab Paling Besar Membangun Indonesia