Dekranasda NTB Serahkan 125 Paket Bantuan Kepada Pengrajin di Mataram
Para pengrajin memberikan kontribusinya dalam melestarikan kesenian, sebab hasil kerajinan bukan hanya bernilai materi saja
MATARAM.lombokjourna.com — Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB menyerahkan sebanyak 125 paket bantuan kepada pengrajin UKM/IKM binaan Kota Mataram, di Pendopo Walikota Mataram, Jum’at (03/07/20).
Ketua Dekranasda Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah mengatakan, pandemi Covid-19 begitu mempengaruhi perekonomian masyarakat, termasuk para pengrajin.
Masyarakat diajak tetap bersemangat menekuni usahanya dan mampu tetap berkarya meskipun di tengah situasi pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah, kita selalu diajarkan untuk bersikap optimis, bersikap positif, karena di balik semua kesulitan pasti ada kemudahan,” tuturnya.
Bunda Niken , memuji para pengrajin yang telah memberikan kontribusinya dalam melestarikan kesenian. Baginya, hasil kerajinan bukan hanya bernilai materi saja.
“Menurut saya, semua yang kita lakukan semata-mata bukan hanya untuk bisnis, namun kita juga melestarikan warisan nilai budaya dari nenek moyang kita. NTB memiliki kesenian dan kebudayaan yang luar biasa yang tercermin dalam kerajinan-kerajinannya,” jelasnya.
Bunda Niken yang juga merupakan Ketua TP PKK Provinsi NTB tersebut mengajak para pengrajin untuk ikut berkontribusi dalam memutus rantai penyebaran Covid-19. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan sekitar tempat tinggal.
“Bapak ibu nantinya menyampaikan kembali kepada masyarakat di sekitar kita, bahwa dengan mengikuti protokol kesehatan, jaga jarak, menggunakan masker, cuci tangan, itu adalah cara kita agar badai ini cepat berlalu,” pintanya.
Sebelumnya, Ketua Dekranasda Kota Mataram, Hj. Suryani Ahyar Abduh menyambut baik kepedulian dan perhatian Dekranasda Provinsi NTB kepada UKM/IKM binaan Kota Mataram.
“Mudah-mudahan bermanfaat bagi bapak ibu semua yang akan menerima bantuan nanti dan saya berharap kepada UKM/IKM agar ini dapat menjadi penyemangat, motivasi dan spirit untuk bapak ibu tetap bertahan dan bersemangat dalam melawan Covid-19,” kata Suryani.
AYA/HmsNTB
Kenormalan Baru, Hj Niken Minta Pengrajin dan Seniman Kasidah Siap-siap
Lasqi Kabupaten Lombok Tengah sudah kembali menggeliat, bahkan sudah mengikuti banyak kegiatan dan lomba
MATARAM.lombokjournal.com — Ketua TP-PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah yang juga Ketua Dekranasda Provinsi NTB dan Ketua Lembaga Seni Kasidah Indonesia (Lasqi NTB), menyalurkan bantuan sembako kepada pengrajin dan seniman kasidah yang terdampak Covid-19, di Pendopo Wakil Bupati Kabupaten Lombok Tengah, Kamis (02/07/20).
Hj. Niken yang mewakili dua organisasi tersebut menyampaikan, hampir empat bulan ini memang membatasi semua gerak. Tidak hanya dari segi kesehatan tapi juga berdampak pada segi sosial dan ekonomi.
Ia terus memberikan semangat kepada para pengrajin dengan menggunakan momen ini untuk berkarya di rumah.
“Sebagai pengrajin tentu saja sudah banyak mengalami naik dan turunnya dalam usaha, ini bisa dijadikan sebagai momen mempersiapkan diri dengan karya baru, desain baru, kualitas baru yang nantinya akan kita sajikan setelah new normal ini berlaku,” jelas Hj. Niken.
Hj. Niken mengaku senang karena Lasqi Kabupaten Lombok Tengah sudah kembali menggeliat, bahkan sudah mengikuti banyak kegiatan dan lomba. Diharapkan terus melakukan kegiatan-kegiatan agar seni kasidah terus berkembang.
“Masyarakat, di sekolah-sekolah semua memiliki kasidah dan marawis. Jadi kita tentu saja melestarikan hal ini sebagai sebuah saluran atau sebuah pengetahuan seni islam yang sudah kita miliki,” tutur Hj. Niken.
Ia ingin agar Lasqi NTB tidak hanya secara tradisional saja tetapi berani untuk mengikuti lomba kasidah kolaborasi. Hal ini guna mengeksplorasi kearifan lokal dengan memadukan kesenian musik dan tari.
“Saya pikir NTB memiliki budaya seni musik dan tari yang bermacam-macam yang bisa digabungkan dalam sebuah kolaborasi kasidah,” harap Hj. Niken.
Disampaikan, agar semua pihak dapat bersinergi dan berkarya dengan bidang masing-masing untuk memajukan dan menghasilkan karya-karya yang lebih baik.
Ketua Dekranasda Kabupaten Lombok Tengah, Hj. Baiq Irma Budiani Suhaili menyampaikan rasa terima kasih dan semangatnya karena di tengah wabah pandemi Covid-19 ini para UMKM dan pengrajin tidak hanya berdiam diri saja.
“Walaupun tidak seperti sebeumnyya usahanya berjalan, kita ambil saja hikmahnya dulu. Siapa tahu setelah corona ini akan mencuat lagi kegiatan atau tamu-tamu yang datang di Kabupaten Lombok Tengah,” ucapnya.
Ketua Lasqi Kabupaten Lombok Tengah, Baiq Aini Pathul Bahri melaporkan, semenjak adanya Covid-19, kepengurusan Lasqi Kabupaten Lombok Tengah belum berjalan.
Namun kegiatan seperti kasidah, marawis dan hadra tetap berjalan khususnya di lingkungan sekolah, baik tingkat SMP maupun tingkat SMA.
“Alhamdulillah, di semua yayasan termasuk di sekolah-sekolah umum seperti SMP dan SMA masing-masing sudah punya marawis dan hadra,” katanya.
Setelah usai memberikan sambutan, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah memberikan tanda kasih kepada pengrajin dan seniman di Kabupaten Lombok Tengah.
AYA/HmsNTB
Sekda Lepas Kontingen KLU, Ikuti MTQ XXVIII Provinsi NTB 2019
“Maka kita harus punya mental juara, karena ketika kita tidak mempunyai mental juara maka kita akan lemah sebelum berjuang. Bahasa laimnya mati sebelum berperang”
Drs. H. Suardi, MH
TANJUNG.lombokjournal.com – Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Utara (KLU) Drs. H. Suardi, MH melepas 72 kontingen KLU untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2019, di Aula Bupati Lombok Utara, Rabu (02/10) 2019.
Hadir mendampingi Sekda di antaranya Para asisten dan Kepala OPD di lingkungan Pemda KLU.
Sebelum melepas para kafilah Sekda H. Suardi mewakili Bupati Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH, mengajak seluruh kafilah bersyukur atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan sehingga para kafilah dapat menghadiri acara pelepasan kontingen KLU untuk mengikuti MTQ XXVIII tingkat Provinsi NTB tahun 2019 di Kabupaten Lombok Barat.
“Visi kita dalam kehidupan ini adalah visi akhirat. Tentu kita ingin surga, maka semua kegiatan kita terutama MTQ ini bertujuan mengharapkan ridho dari Allah SWT,” pesan Sekda.
Menurut H. Suardi, menyongsong pelaksanaan MTQ XXVIII 2019, Pemda KLU telah melaksanakan seleksi di tingkat kabupaten dengan cukup selektif.
Para peserta yang berhasil menjadi jawara dari proses seleksi itulah yang menjadi kafilah untuk mewakili Lombok Utara di ajang MTQ tingkat Provinsi NTB 2019.
Ia berpesan, agar seluruh kontingen KLU mempunyai mental juara, lantaran ketika seseorang tidak punya mental tersebut sama saja dengan lemah sebelum berjuang.
Mental juara itu terlihat saat para kafilah tetap berlatih dengan giat, tidak merasa cepat puas, dan senantiasa mengitlkuti apa yang disampaikan guru.
Pemda KLU berharap, pada MTQ Provinsi NTB tahun 2019 semua cabang mata lomba bisa dijuarai oleh para kafilah dari KLU, dan sekaligus dapat mewakili NTB di tingkat Nasional
“Maka kita harus punya mental juara, karena ketika kita tidak mempunyai mental juara maka kita akan lemah sebelum berjuang. Bahasa laimnya mati sebelum berperang,” kata Suardi.
Ketua Kafilah yang juga Asisten Bidang Pemerintahan Setda KLU, Kawit Sasmita, SH melaporkan cabang mata lomba yang diikuti oleh KLU.
Secara rinci dilaporkannya, peserta yang mengikuti MTQ XXVIII tingkat Provinsi NTB 2019 berjumlah 52 orang dan pelatih 27 orang dengan jumlah total 79 orang.
Seluruh peserta berasal dari setiap kecamatan di KLU. Cabang mata lomba yang dikompetisikan sebanyak 8 cabang lomba, terdiri dari tilawah dengan peserta 10 orang, qiro’ah 8 orang, tahfiz qur’an 9 orang, tafsir 3 orang, fahmil qur’an 6 orang, syarhil qur’an 6 orang, khatil qur’an 8 orang, serta cabang makalah karya tulis qur’an 2 orang.
“Pendaftaran peserta melalui online sehingga hari ini peserta harus daftar ulang dengan membawa KTP dan KK. Pembukaannya hari Kamis malam Jumat,” urai mantan Kadiskominfo ini.
Pelepasan kafilah ini diakhiri dengan pemberian ucapan selamat berkompetisi sebagai bentuk motivasi kepada kafilah Kabupaten Lombok Utara oleh Sekda diikuti tamu undangan yang hadir.
sta/humaspro
“Maka kita harus punya mental juara, karena ketika kita tidak mempunyai mental juara maka kita akan lemah sebelum berjuang. Bahasa laimnya mati sebelum berperang”
TANJUNG.lombokjournal.com – Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Utara (KLU) Drs. H. Suardi, MH melepas 72 kontingen KLU untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2019, di Aula Bupati Lombok Utara, Rabu (02/10) 2019.
Hadir mendampingi Sekda di antaranya Para asisten dan Kepala OPD di lingkungan Pemda KLU.
Sebelum melepas para kafilah Sekda H. Suardi mewakili Bupati Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH, mengajak seluruh kafilah bersyukur atas nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan sehingga para kafilah dapat menghadiri acara pelepasan kontingen KLU untuk mengikuti MTQ XXVIII tingkat Provinsi NTB tahun 2019 di Kabupaten Lombok Barat.
“Visi kita dalam kehidupan ini adalah visi akhirat. Tentu kita ingin surga, maka semua kegiatan kita terutama MTQ ini bertujuan mengharapkan ridho dari Allah SWT,” pesan Sekda.
Menurut H. Suardi, menyongsong pelaksanaan MTQ XXVIII 2019, Pemda KLU telah melaksanakan seleksi di tingkat kabupaten dengan cukup selektif.
Para peserta yang berhasil menjadi jawara dari proses seleksi itulah yang menjadi kafilah untuk mewakili Lombok Utara di ajang MTQ tingkat Provinsi NTB 2019.
Ia berpesan, agar seluruh kontingen KLU mempunyai mental juara, lantaran ketika seseorang tidak punya mental tersebut sama saja dengan lemah sebelum berjuang.
Mental juara itu terlihat saat para kafilah tetap berlatih dengan giat, tidak merasa cepat puas, dan senantiasa mengitlkuti apa yang disampaikan guru.
Pemda KLU berharap, pada MTQ Provinsi NTB tahun 2019 semua cabang mata lomba bisa dijuarai oleh para kafilah dari KLU, dan sekaligus dapat mewakili NTB di tingkat Nasional
“Maka kita harus punya mental juara, karena ketika kita tidak mempunyai mental juara maka kita akan lemah sebelum berjuang. Bahasa laimnya mati sebelum berperang,” kata Suardi.
Ketua Kafilah yang juga Asisten Bidang Pemerintahan Setda KLU, Kawit Sasmita, SH melaporkan cabang mata lomba yang diikuti oleh KLU.
Secara rinci dilaporkannya, peserta yang mengikuti MTQ XXVIII tingkat Provinsi NTB 2019 berjumlah 52 orang dan pelatih 27 orang dengan jumlah total 79 orang.
Seluruh peserta berasal dari setiap kecamatan di KLU. Cabang mata lomba yang dikompetisikan sebanyak 8 cabang lomba, terdiri dari tilawah dengan peserta 10 orang, qiro’ah 8 orang, tahfiz qur’an 9 orang, tafsir 3 orang, fahmil qur’an 6 orang, syarhil qur’an 6 orang, khatil qur’an 8 orang, serta cabang makalah karya tulis qur’an 2 orang.
“Pendaftaran peserta melalui online sehingga hari ini peserta harus daftar ulang dengan membawa KTP dan KK. Pembukaannya hari Kamis malam Jumat,” urai mantan Kadiskominfo ini.
Pelepasan kafilah ini diakhiri dengan pemberian ucapan selamat berkompetisi sebagai bentuk motivasi kepada kafilah Kabupaten Lombok Utara oleh Sekda diikuti tamu undangan yang hadir.
sta/humaspro
Standing Applause Menggema di Pembukaan APGN 2019, Dengan Tarian Kolosal “3 Secrets of Rinjani”
Lalu Surya Wulawarman, sebagai kreator Tari “Tiga Rahasia Rinjani” itu mengaku bangga dan bahagia. Sebab ia tidak menyangka hasil karyanya itu mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para delegasi APGN
MaATARAM.lombokjournal.com — The 6th Asia Pasific Geopark Network Symposium resmi dibuka hari Senin (03/09) 2019.
Ratusan delegasi dari berbagai negara memenuhi Hall Rinjani Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, untuk mengikuti Opening Ceremony oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah.
Sebagai tuan rumah, Pemerintah Provinsi NTB telah menyampaikan komitmennya untuk menyambut para tamu sebaik-baiknya.
Alhasil, komitmen yang lahir dari kerjasama apik berbagai kalangan mendapat standing applause dari ratusan delegasi yang hadir. Termasuk Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah dan Anggota FKPD Provinsi NTB.
Pembukaan APGN 2019 ini memberi kesan mendalam bagi para peserta. Bahkan, para delegasi yang telah hadir di NTB sejak 31 Agustus 2019, memberikan standing applause kepada pemerintah provinsi dan seluruh pihak yang terlibat dalam event internasional itu.
Standing applause tersebut diberikan para peserta atas pembukaan acara yang berlangsung meriah dengan ditampilkannya sebuah tarian kolosal dengan judul “3 Secrets of Rinjani” Karya Sutradara dan Koreografer NTB, Lalu Surya Wulawarman dari Sasak Dance.
Salah satu delegasi APGN dari Alireza Amrikazemi dari Iran, merasa kagum dengan acara pembukaan itu. APGN Advisory Commitee itu merasa apa yang ditampilkan dalam acara itu sebagai sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka.
“Ini merupakan penampilan terbaik yang pernah saya lihat,” ungkapnya usai pembukaan sembari menyampaikan selamat kepada pemerintah provinsi dan seluruh jajaran yang telah menyelenggarakan acara tersebut.
‘Tiga Rahasia Rinjani’
Lalu Surya Wulawarman, sebagai kreator Tari “Tiga Rahasia Rinjani” itu mengaku bangga dan bahagia. Sebab ia tidak menyangka hasil karyanya itu mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para delegasi APGN.
Bahkan ia mengaku terharu, karena selama ini belum pernah mendapatkan standing applause panjang atas karyanya. Apalagi, bentuk penghargaan tertinggi di luar negeri adalah standing applause.
“Baru saya merasakan lagi di Indonesia, di daerah sendiri, di tanah kelahiran, dari Peserta APGN dari 34 negara, memberikan standing applause. Dan standing applausenya panjang,” ungkapnya saat diwawancara di lokasi kegiatan.
Ia menjelaskan bahwa NTB bisa menaklukkan dunia dengan menampilkan seluruh potensi dan kearifan lokal yang ada. Termasuk tradisi yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat, dapat ditampilkan dalam bentuk kekinian dengan tidak meninggalkan akar-akar tradisi yang ada.
“Ini penghargaan bagi NTB yang saat ini sedang menjadi tuan rumah APGN. Saya anggap NTB berhasil menjadi tuan rumah,” jelasnya
Ia juga menuturkan, Tarian “Tiga Rahasia Rinjani”, dengan lima adegan itu, menggambarkan masyarakat Sasak masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dalam cerita itu, dikisahkan masyarakat Sasak yang senantiasa hidup bersanding dan bersahabat dengan alam sebagai sebuah kekuatan.
Mereka selalu mendaki Gunung Rinjani yang di dalamnya dipenuhi potensi dan keindahan alam yang luar biasa.
“Saya ingin mengangkat Rinjani ini dalam tiga prespektif,” jelasnya.
Pertama lanjutnya, Rinjani sebagai pusat energi bagi masyarakat. Ketika melihat Rinjani katanya, maka energi masyarakat itu langsung terbangun. Kedua adalah Rinjani sebagai pusat peradaban masyarakat. Yang ketiga lanjutnya adalah sebagai pusat vulkanologi.
“Kita ingin menunjukkan pada dunia bahwa Rinjani itu sangat luar biasa,” tegasnya.
Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah mengungkapkan menjadi tuan rumah APGN sangat berarti bagi masyarakat NTB. Meski satu tahun lalu dilanda gempa bumi, namun menjadi energi untuk bangkit.
“Jatuh tujuh kali, namun bangkit delapan kali,” tutur orang nomor satu di NTB itu di hadapan Presiden Global Geopark Network, Mr. Nicholas Zaucus, Koordinator APGN, Xiochi Jin dan Executive Chairman of Indonesian National Commission for UNESCO, Prof. Arif Rahman.
Ia menambahkan, menjadi tuan rumah APGN merupakan momentum untuk menunjukkan pada dunia bahwa masyarakat NTB itu kuat.
AYA/HmsNTB
Konser SURADIPA – ARY JULIANT ; Menikmati ‘Konten Lokal’ Dan Rindu Kereta di Kota Mataram
lombokjournal.com –
Dua musisi pentolan di Mataram, Suradipa dan Ay Juliant, tampil dalam konser satu panggung, di Teater Tertutup Taman Budaya NTB, Sabtu (03/08/2019) malam.
Suradipa dengan konsep atau tema The Journey, mungkin hendak menampilkan jejak penjelajahan perjalanan musiknya. Dan ia menimang khasanah lokal di bumi yang dipijaknya, tentu dalam perspektif jazz musician.
Sedang Ary Julliant, sang musisi ‘sesat’ karena gairah musikalnya terus bergerak, dan kita sebut saja ia sebagai penyanyi balada, dengan Kereta Itu Dari Stasiun Kota Mataram mengangkat kerinduan susana stasiun kota. Ini juga impian tentang hadirnya moda transportasi kereta api dari Mataram. Romantisme suasana stasiun, seperti kenangan Ary tentang stasiun Tugu di Jogja, membuat lagu harapan hadirnya kereta api itu sebagai keinginan nostalgik.
Apa yang yang terjadi?
Penonton mendapat suguhan performance musik yang komplit.
Suradipa, yang kerap diidentikkan warna jazz, tampil tertata rapi, runut tapi menyentuh, meski terkesan ‘dingin’. Lulusan jurusan musik Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja itu mengangkat apa yang disebutnya konten lokal (Sasak), menjadi wujud komposisi agar menjangkau (taste) publik lebih luas, melampaui lingkaran komunitas kelokalan.
Dan sungguh malam itu Suradipa mampu mengangkat kelokalan menjadi lebih ‘worldwide’. Ia menegaskan dalam diskusi usai pertunjukan, jenis jazz saat ini bukanlah menjadi minat segmen tertentu. Jazz yang sejarahnya lahir dari lingkungan para budak, yang semula menjadi (seolah-olah) hanya bisa dinikmati kelas tertentu, kini publiknya makin meluas.
Khasanah lokal bukan sesuatu yang asing bagi Suradipa, atau bukan karena ia terpukau sesuatu yang semata-mata eksotik. Ia bergelut di dalamnya, dan lokalitas itu menarik-narik kesadaran artistiknya.
Sedang Ary Juliant seperti biasanya, hangat menyapa, selalu ingin komunikatif dengan penonton. Dan seperti biasa pula, ia mempertontonkan ketrampilan memainkan berbagai instrumen musik. Vokalnya yang kadang melengking seperti ingin lebih jauh menyentuh kesadaran lingkungan sosial.
Dan Ary selalu mengajak, ia mengundang seseorang yang diikuti kelompok anak-anak disabiitas bernyanyi bersama-sama. Juga diajaknya seseorang yang membaca tentang kereta api, dalam bahasa Belada.
Di akhir pertunjukannya ia juga mengajak Suradipa bermain bersamanya. Dan hasilnya, suasana musikal yang unk sekaligus menghibur, dari kolaborasi musisi ‘sesat’ dan instrumen Suradipa yang tertata.
Dengan gambar jalan kereta bumel melalui layar LED yang menjadi backgorund , membuat pertunjukan musik itu sangat apik, dan mengaduk nostalgia.
Dan sayangnya, pertunjukan itu dinilai penonton sangat singkat.
k-o-s
Sang Trobador (baca; Baladeur) Tampil Di Taman Budaya
lombokjournal.com —
MATARAM ; Ary Juliant sering menyebut dirinya sebagai ‘gerilyawan’ musik. Apa maksudnya? “Sederhana, kita harus bisa mengatasi keterbatasan. Saya bisa melakukan pertunjukan musik dimana saja. Di kampung, di pinggir air terjun, di komunitas pemuda di desa-desa, di kafe, di gedung pertunjukan, dimana-mana sama saja,” katanya.
Saya pernah menonton Ary yang tampil bersemangat dan memukau di ajang Senggigi Jazz & World music Festival 2016 yang berlangsung di pantai Senggigi. Sama besemangatnya waktu saya menontonnya tampil di satu komunitas di sebuah kampung di Lombok Utara, di ‘Warung(-nya pak) Jek’ yang tiap Selasa malam sering diisi musisi campur baur, atau di komunitas Rumah Kucing di Montong (RKM), kawasan Senggigi. Ary selalu sederhana, bersemangat, ceria, menghibur, dan sering menyebut ‘sesat’ tentang musik yang dimainkannya.
Ary menetap di Lombok sejak 1995, hijrah dari Bandung. Dia mungkin termasuk jenis musisi Baladeur, istilah yang dipakai teman-teman Ary, mungkin maksudnya untuk tidak mengatakan ‘troubadour’.
Sebutan Troubadour hampir identik dengan ‘penyanyi’, meski etimologi kata itu ada pengertian yang bervariasi. Troubadour dimulai di Occitania di akhir abad ke-11, kemudian gerakan seni itu menyebar ke Itali dan Spanyol, bahkan di Jerman muncul gerakan-gerakan serupa, seperti Minnesang. Dante menyebut lirik troubadour sebagai fiksi retorik, musikal dan puitis, biasanya bertema ksatria dan cinta istana. Karena itu, pengikut seni troubadour kadang mendapat sindiran sebagai para sosialis yang berkelakuan borjuis, atau sebaliknya seperti borjuis berkelakuan sosialis.
Tentu saja Ary Juliant bukan penyanyi pengikut seni troubadour. Ia mungkin semacam baladeur atau penyanyi balada yang selalu tampak humble, meski memiliki energi besar. Ia pernah menolak musik industri, meski sekarang lebih arif. “Tidak masalah musik industri (atau industri musik), yang penting menghargai (juga mau berkompromi) dengan proses kreatif musisi,” kata Ary.
Ayo kita tonton konser Ary Julian bersama Suradipa di Taman Budaya NTB, hari Sabtu tanggal 3 Agustus 2019 jam 20.00 wita
Ka-eS
Wagub Siti Rohmi, Ikut Bernyanyi di Pentas Musik Kebangsaan
Penampilan The datu menjadi sempurna, karena mampu mengajak Hj Siti Rohmi Djalilah untuk tampil menyanyi di atas panggung
Wagub, Hj Siti Rohmi Djalilah tampil menyanyi
lombokjournal.com —
LOMBOK TIMUR ; Panggung berlatar bambu runcing, dipadu kain panjang berwarna merah putih terlihat megah. Jejeran bambu kuning yang masih hidup beserta daunnya, dipadu logo dan foto, mengesankan suasana masalalu di masa-masa perjuangan rakyat Indonesia mengusir penjajah.
Panggung artistik tersebut menjadi saksi tampilnya para musisi muda dalam gelaran Pentas Kebangsaan dan Pahlawan, Jumat (26/07) 2019. Pentas kebangsaan yang berlangsung di Areal GOR Hamzanwadi berhasil menyedot ribuan penonton.
Habib Asgar misalnya. Ia datang jauh-jauh dari Terara untuk menyaksikan band kesayangannya The Datu, yang malam itu tampil.
“Saya suka The Datu. Penampilannya selalu heboh di panggung. Saya sengaja datang untuk menyaksikan penampilan mereka malam ini,” kata pria yang mengaku suka musik lokal ini.
Pentas kebangsaan ini dibuka dengan penampilan memukau TGH Soleh Sukarnawadi dan Alfian. Gesekan biola TGH Soleh diiringi kelembutan saxophone Alfian, yang melantunkan tembang Ta’sis NWDI serasa menyihir penonton.
Lagu Ta’sis NWDI atau lebih dikenal dengan Antiya Pancor, merupakan salah satu lagu perjuangan karya Almaghfurulahu Maulana Syaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid.
Selanjutnya sederet penampil lain, tak kalah menariknya. Band lain seperti E’ed & Friends, Tongkek, Our Class, Keroncong, dan Bale Langgak Band rata-rata tampil memukau penonton.
The Datu misalnya. Mereka tampil “memaksa” penonton untuk ikut bernyanyi. Itok sang vokalis, tampil sangat komunikatif. Para penonton terutama mereka yang berada di barisan depan, diajak untuk ikut bernyanyi dan bertepuk tangan.
Penampilan The datu menjadi sempurna, karena mampu mengajak Hj Siti Rohmi Djalilah untuk tampil menyanyi di atas panggung.
Dalam sambutannya Wagub Rohmi Jalilah tak lupa menyampaikan pesan NTB Zero Waste.
“Awas hati-hati jangan buang sampah sembarangan,” katanya sebelum mulai bernyanyi.
Dikatakannya, generasi muda harus mengikuti keteladanan para pahlawan nasional kita,Maulana Syaikh. Mulana syaikh adalah sosok yang sangat gigih berjuang.
Anak muda harus kerja keras ndak boleh malas. Manfaatkan sisa hidup yang diberikan sebaik-baiknya. Kalau kita meneladani yang baik-baik maka hidup kita akan baik, kata Wagub NTB usai menyanyikan lagu Ya Maulana.
The Datu mengusung lagu-lagu mereka yang sudah familiar dan mampu merebut hati para fansnya seperti lagu berayen dengan dan Sasak bersahabat. Musik tongkek dipadu musik moderen dan tarian, juga tampil unik.
Begitu pula dengan band Bale Langgak dan kelompok musik keroncong, mereka menjajal panggung dengan keunikan masing-masing yang membuat para penonton bertahan dan menikmati aksi mereka hingga lagu-lagu berakhir dan ditutup oleh penampilan E’ed & Friend dengan lagu-lagu mereka seperti mase biru dan lain-lain.
Tak lupa mereka mengakhiri penampilannya dengan lagu-lagu karya Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Me
Komunitas Pegiat Film Lotim Ikuti Workshop Perfilman di Universitas Hamzanwadi
Pelatihan produksi perfilman ini disambut antusias oleh para peserta
lombokjournal.com —
LOMBOK TIMUR – ; Ratusan peserta dari berbagai komunitas dan pegiat film lokal, Kamis (25/07) mengikuti kegiatan Workshop Perfilman, di Auditorium Universitas Hamzanwadi, Pancor, Lombok Timur.
Kegiatan tiga hari ini akan diisi pula dengan Lomba Karya Film Dokumenter, serta Nonton Bareng Film Dokumenter Pahlawan Nasional.
Hadir sebagai pemateri Ming Muslimin dan beberapa mentor yang memiliki pengalaman di bidang perfilman.
“Kegiatan ini akan berlansgung selama tiga hari, hari pertama para mentor akan menyampaikan teori dasar produksi film dokumenter,” kata Ming Muslimin.
Selanjutnya, tambah Ming, di hari kedua para peserta akan mulai mempraktekan teori, dan langsung turun lapangan untuk belajar produksi film.
“Hari berikutnya editing dan pemutaran hasil produksi para peserta. Hasil produksi ini akan dilombakan juga,” jelas Ming Muslimin.
Pelatihan produksi perfilman ini disambut antusias oleh para peserta.
Irul salah seorang peserta dari Ma’had darul Quran Wal Hadist, sangat senang dan antusias mengikuti penyampaian materi.
“Saya sangat senang mengikuti workshop ini, materinya sangat menarik dan tidak saya dapatkan di tempat lain, saya merasa beruntung bisa diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini,” kata Irul, di sela kegiatan.
Dijumpai terpisah, Kepala Taman Budaya NTB, Baiq Rahmayati M.Si menyampaikan penghargaannya kepada para peserta yang antusias mengikuti kegiatan workshop tersebut.
“Pemerintah akan terus mendorong kegiatan semacam ini. Rangkaian kegiatan workshop dan pemutaran film dokumenter ini kami harap memiliki dampak positif bagi perkembangan kreatifitas generasi muda serta menumbuhkan kesadaaran dan kecintaan terhadap jasa para pahlawan nasional,” kata Maya.
Para produser diharapkan lebih berhati-hati dalam memilih bahasa yang akan dicantumkan dalam lagu
MATARAM.lombokjournal.com – KPID bersama FKIP Unram mengadakan seminar tentang “Kajian potensi pelanggaran lagu-lagu berbahasa sasambo di televisi dan radio” di Kampus FKIP Unram Selasa, (02/07) 2019.
seminar meningkatkan kewaspadaan terhadap konten-konten yang berbahaya bagi masyarakat NTB khususnya disiarkan TV dan radio,
Ketua KPID Provinsi NTB Yusron Saudi, S.Pd.,M.Pd menerangkan seminar itu adalah amanat UU 32 tentang SSJ (Sistem Stasiun Jaringan). Salah satu ayatnya mengatur, Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Menurut Yusron, pelanggaran-pelanggaran cenderung lebih banyak didapat pada lagu. Masyarakat cenderung menikmati lagu namun tidak mempedulikan apa isi dari lagu tersebut.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para produser bisa lebih berhati-hati dalam memilih bahasa yang akan dicantumkan dalam lagu. KPID berkepentingan atau turut serta karena lagu-lagu tersebut disiarkan dengan melalui frekuensi yang ada.
Kegiatan-kegiatan seperti ini akan banyak dilakukan dan tentu saja akan menjadi awal untuk Sasambo tercinta dan tentu saja NTB Gemilang, sesuai tagline KPID, Siaran sehat untuk NTB Gemilang, tegasnya.
Dekan FKIP Unram Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc. mengatakan kegiatan seperti ini akan menjadi awal dan tentu saja akan berlanjut.
Untuk mengkaji lagu-lagu dari Sasambo ini kita sudah menghadirkan oran-orang yang berkompeten dalam mengkaji lagu-lagu tersebut, harapnya.
Peran Media sangatlah penting di jaman ini, antara konten dengan bahasa pengantar informasi. Terkadang konten yang diberikan benar namun bahasa pengantar yang diberikan kurang tepat maka konten tersebut akan menjadi tidak benar/tidak baik.
Disinilah peran literasi diperlukan, kita bisa menyatukan makna antara konten, gambar dan bahasa.
Kaum Melinial Cinta Seni Daerah
Plt Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi NTB I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H. mewakili Gubernur menerangkan, saat ini kita dihadapkan perkembangan teknologi informasi yang pesat.
Sehingga sajian informasi sangat mudah didapatkan. Termasuk anak-anak usia belia sekali pun sudah sangat familier dengan beragam informasi media sosial dan hiburan yang mudah diakses melalui mobile handphone dan fasilitas komunikasi lainnya.
Namun di tengah perkembangan teknologi digital yang cepat itu, menurut Aryadi media televisi dan radio masih menjadi salah satu media komunikasi dan informasi yang efektif. Radio dan TV banyak menyajikan hiburan dan entertaiment lainnya.
Menurutnya, satu hal yang patut disyukuri, saat ini telah muncul kecintaan kaum melinial terhadap seni budaya daerah, termasuk lagu-lagu daerah (Sasambo).
Terbukti dengan makin banyaknya lagu-lagu sasambo yang digandrungi dan disiarkan di radio maupun TV lokal.
Ditengah semangat berkreativitas seni itu, kata Gde sapaan akrabnya, tentu terkadang muncul ekspresi atau kata-kata dan ungkapan dalam lagu dan seni tersebut yang kurang selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal, budaya dan agama.
Disinilah peran KPID yang bertugas nengawasi kontens penyiaran untuk mengingatkan lembaga penyiaran publik agar tidak menyiarkan kontens-kontens yang mengandung muatan dan potensi merusak karakter bangsa, tegas Aryadi
Tugas ini tentu tidak mudah, karena tiap daerah memiliki nilai kearifan lokal yang relatif berbeda, Misalnya pada masyarakat Mbojo, sebagai wujud penghormatan kepada orang tua atau orang yang dituakan, seringkali mengganti namanya.
Sebut saja misalnya nama Muhamad, akan lebih sopan di panggil memo. Namun sebaliknya bagi masyarakat di tempat lain, hal semacam itu malah dianggap tidak sopan.
Disinilah pentingnya peran para tokoh budayawan, akademi dan para cerdik pandai memberi kajian akademis dan masukan agar kontens-kontens yang disiarkan tidak menimbulkan konflik. Atau kesalahpahaman ditengah kehidupan masyakat budaya sasambo yang hiterogen, pungkas mantan Irbansus ini.
AYA
Lukisan Dari Barang Bekas Warga Biinaan Lapas Mataram
Gubernur hargai lukisan itu dan membelinya seharga Rp5 juta
Lukisan dari barang bekas
MATARAM.lombokjournal.com — Gubernur Zulkieflimansyah berdecak kagum, menyaksikan lukisan yang dibuat dari baran-barang bekkas, karya Jhony Mardiansyah, salah seorang warga binaan Lapas Kelas II a Mataram.
Itu terjadi saat Gubernur dan Wakil Gubernur mengunjungi Lapas Mataram dalam acara ‘Jumpa Bang Zul dan UMMI Rohmi’ di lapas,Jum’at (05/04).
Pemuda bernama Jhony Mardiansyah di lapas Kelas IIa Mataram ini, saat Jumpa Bang Zul Ummi Rohmi menghadiahi Gubernur dan istri sebuah lukisan indah. Lukisan hasil karya Jhony ini.
Lukisan itu mampu membuat Gubernur dan istri merasa kagum. Sebab, selain indah, lukisan ini dibuat dari barang-barang bekas.
Akhirnya, karya Jhony ini dibayar Gubernur Doktor Zul dengan harga 5 juta rupiah. Ini sebagai bentuk penghargaan atas karya yang tidak kalah hebatnya dengan lukisan-lukisan yang dipamerkan di tingkat nasional maupun internasional.
Tnetu saja pujian itu sangat membhagiakan JhOny
“Jangan lupa ajari teman-temanya yang lain,” pesan Gubernur Zul.
Selain karya Jhony, Gubernur dan Wakil Gubernur juga menyumbang dua meja tenis, alat masak dan tata boga bagi warga lapas.