Cerita Rakyat sebagai Sumber Inspirasi Puisi¹

Cerita rakyat mengandung nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal yang mengandung pesan moral cinta tuhan, alam semesta, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun

Cerita rakyat menawarkan wawasan tentang bagaimana manusia merasakan dunia masa lalu
Penulis : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Cerita rakyat adalah warisan budaya berharga dari masa lalu yang mengajarkan tentang nilai-nilai dan kebijaksanaan yang diperoleh oleh leluhur. Cerita ini, bukan sekedar kumpulan kata-kata yang diceritakan oleh nenek moyang.

Cerita rakyat mencerminkan akar budaya dan identitas suatu Masyarakat. Setiap cerita adalah jendela ke masa lalu.

BACA JUGA : Downshifting atau Mengurani Tingkat Konsumsi 

Cerita rakyat  menawarkan wawasan tentang bagaimana manusia merasakan dunia masa lalu, serta pelajaran moral yang tetap relevan di zaman modern (detikSumut: Kamis, 14 Sept 2023 06.30 WIB).

Ciri bahasa yang dominan dalam cerita rakyat (detikEdu: Senin, 15 Mei 2023 06.00 WIB) adalah:

  1. Menggunakan majas
  2. Banyak menggunakan konjungsi pada awal kalimat
  3. Menggunakan kata arkais (kata yang jarang digunakan)
  4. Mengungkapkan sesuatu yang mustahil atau tidak masuk akal

Sebagai bagian dari sastra lisan, maka cerita rakyat perlu direvitalisasi. 

Menurut Kethy Inriani (2017: hal. 167), sebagian sastra lisan yang memiliki kerarifan masih ada yang bertahan dan sebagiannya telah hilang ditelan zaman. 

Oleh karena itu, sastra lisan warisan leluhur yang mengandung kearifan perlu direvitalisasi untuk diterapkan dan diajarkan pada generasi muda sekarang demi penciptaan kedamaian dan peningkatan kesejahteraan bangsa di masa depan.

BACA JUGA : Ite BegaweFest, Ajang Promosi Produk Lokal NTB

Kearifan lokal adalah aturan yang berlaku di suatu tempat. Kearifan lokal sebagai local genius mampu mengatur tatanan kehidupan. Meskipun zaman telah berubah dan akan terus berubah, kearifan lokal mampu berperan untuk menata kehidupan masyarakat (Kethy Inriani, 

2017: hal 167)

Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal (detikedu: Senin, 29 Apr 2024 06.20 WIB) dapat meliputi cinta kepada tuhan, alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun. 

Juga mengajarkan nilai-nilai kasih sayang dan peduli, percaya diri, kreatif kerja keras, pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, rendah hati dan baik, toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Sebagai bentuk revitalisasi³, maka puisi adalah salah satu pilihannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasannya terikat oleh rima, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.

Sementara itu, menurut James Reeves, seorang penulis Inggris yang dikenal karena puisi, drama, dan sastranya, (detikedu: Jum’at, 21 Jan 2022 16.30 WIB), mengatakan bahwa pengertian puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya pikat.

BACA JUGA : Gugus Tugas Bisnis dan HAM Dibentuk, Agar Produk Lokal NTB Mendunia

Beberapa contoh puisi yang bearasal cerita rakyat/kearifan lokal:

Sangkareang

maka jadilah taman

seperti kisah firdaus

melenakan mata

tempat sukma bersiteguh

membuang rasa lapar

membelit kasih sayang

 

maka jadilah taman

saat kau sebut jinayang

membuat mata bathinku hilang

Ampenan, 18-02-2022: 00.29

 

Mandalika (1)

aku adalah rahasia

di tepian pantai

antara hidup dan mati

berbalut cinta

berkelindan moksa

dilumuri kasih nyale*

aku adalah rahasia

kisah anak manusia

berbalut cinta

lahir

hidup

mati

Makassar,  17-11-2021: 23.12

*nyale (baca nyaleu) bahasa sasak berarti cacing

 

Mandalika (2)

ombak biru

pasir putih

adalah saksi bisu

tubuh menjelma nyale

seturut buihbuih cinta

menjaga kedamaian

aik meneng tunjung*

tilah empak bau*

bangun integritas bangkitkan solidaritas

putri cantik memikat

memilih jalan patriot

di atas kehadiran diri

Pantai Seger, 30-04-2023: 14.17

*Bahasa Sasak yang artinya: ambil ikannya, tapi jangan bikin keruh airnya

 

The Last Pepadu*

bulan ke tujuh

tanah kering membara

hujan belum tiba

angin membawa debu

memanggang asa tersisa

hingga napas menderu

dua lelaki telanjang dada

berhadapan adu kekuatan

penjalin dan ende di tangan

menyerang

menepis

melukai

hingga darah menetes

memercik tempat berpijak

menyambut hujan tiba

di riuh tetabuhan

tatapan nanar

pakembar

Bengkulu, 27-07-2023: 14.20

*Judul & Karya Lukis Lalu Syaukani Art

(dalam Pertemuan Kecil, Maret 2024: hal. 58)

 

 Yellow Princess*

kesedihan segera berlalu

seturut kebaikan meninggalkan kenangan

kehangatan tetap terjaga

senyampang meneruskan semua risalahnya

adalah setitah ratu 

merangkai narasi sabda

meredam amarah para kekasih

saat tubuh menjadi nyale 

di tengah segara kuta

para kawula bahagia mengumpulkannya

bagai serpihan meneduhkan

meninggalkan langit kemarau

gemerlap di jiwa

menuntun kearifan

hidup berdampingan

seia sekata di gumi paer

Lampung, 06-08-2023: 20.40

*Judul & Karya Lukis Lalu Syaukani Art

(dalam Pertemuan Kecil, Maret 2024: hal. 67)

Jika diketegorikan, maka menurut Sutji Harijanti dalam Modul Bahasa Indonesia Kelas X, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru. 

Dalam berkarya, saya lebih memilih ke puisi baru. Karena puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan, dan bentuknya lebih bebas dari puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun rima. 

Hal ini senada seperti di tulis Patta Nasrah (di Facebook: 25-10-2020), “Kang Agus tidak menulis “poem” seperti di zaman romantic Inggris, yang terikat oleh larik, rima, bait dan sajak. Ia seorang penulis “poetry” yang bergaya bebas seperti cara orang Amerika mengoreksi sastra Inggris yang puritan…”

#AKUAIR – Perumnas Ampenan, 15-11-2024: 19.47

¹Artikel ini telah disampaikan sebagai materi Pelatihan Mulok Bahasa Sasak Para Guru (PAUD, SD dan SMP) Se-Kota Mataram: Minggu, 16-11-2024

²Aktif di Entitas AKUAIR

³Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berdaya.

 




Ary Juliyant. Melawan “Aroes” Besar Musik Industri

Ary Juliyant pernah dinobatkan sebagai Presiden Musik Indie Indonesia, namun kini tak sreg lagi karena musisi indie dipersempit sebagai warna musik, yang tak beda dengan industri.

Ary Juliyant adalah gerilyawan kesenian yang mencoba “berperang” melawan musik industri dengan kemampuan terbatas
Catatan Manajemen: Agus K Saputra

lombokJournal.com ~ Tidak sulit menemukan tempat tinggal Ary Juliyant. Ada label yang begitu sohor. Rumah Kucing Montong (eRKaeM). 

Berada di kompleks perumahan Montong Kedaton, Batu Layar, Lombok Barat. Dinamakan eRKaeM karena sang pemilik penggemar kucing!

Lantas “rumah kucing” ini bertransformasi menjadi tempat untuk aktivitas seni. Pada 14 September 2016, program diskusi dan pentas seni bertajuk Ngopi Sore, digagas Yuga Anggana dan kawan-kawan yang mentas setiap rabu sore, menjadi tanda resmi eRKaeM sebagai rumah pergerakan gerilyawan kesenian.

BACA JUGA : Event Organizer, Harus Pelihara Karakter dan Jaga Kepercayaan

Menurut Ary Darjanto – nama asli Ary Juliyant – gerilyawan kesenian adalah orang yang mencoba “berperang” (baca: berkesenian) dengan kemampuan terbatas. Hal ini sebagai bagian mensiasati atau melawan situasi yang dianggap perlu diperjuangkan. Ketika pihak lain tidak peduli dalam ranah kesenian.

“Jadi, kebebasan berkarya yang terus bergelisah di sela keterbatasan finansial dan sarana, sudah disikapi sebagai hal biasa,” ujar Ary. 

Dan ini menjadi sebagai upaya sadar dalam “melawan aroes” besar industri musik.

Ary Juliyant pernah dinobatkan sebagai Presiden Musik Indie Indonesia. Namun kini dia merasa tak sreg lagi disebut musisi indie (baca: independent). Alasannya, selain telah dipersempit sebagai suatu warna musik, juga identik dengan industri. 

“Padahal indie ini sebuah gerakan dan konsep pendekatan. Tapi lantaran industri yang sudah tidak punya lahan garapan, melihat indie yang sedang marak, lalu mengambil dan menjualnya,” ujarnya.

Ary bukan anti industrialisasi. Tapi, menurutnya,  manakala kalangan yang tadinya bagian dari gerakan indie yang telah terangkat secara komersial dalam jaringan industri, mestinya tidak lagi memakai embel-embel indie. 

“Sebab, sejarahnya indie itu, adalah mereka yang ditolak industri, lalu mencari jalan agar karya sampai ke audiens,” ucap Ary yang telah melakukan tour dan konser musik secara mandiri hingga ke Benua Eropa. Audiens yang dimaksud Ary Juliant tidak ditentukan seberapa banyak penonton. 

“Di Belanda saya pernah memperdengarkan kreasi saya. Penontonnya hanya satu orang. Tetapi itu tetap disebut sebuah konser,” kata musisi yang pernah berkolaborasi memainkan musik tradisional di Lombok dan Sumbawa ini (dalam beranda fb Buyung Sutan Muhlis).

Dalam suatu perbincangan, Gerilyawan eRKaem ini pernah “dikecewakan” oleh Calon Pemimpin Daerah. Yang mengatakan, “Musisi bukanlah profesi.”

 “Bukan saja mengecewakan. Tentu saja menyakitkan. Seorang Calon Pemimpin Daerah tidak paham seluk beluk musisi,” geram Ary.

Musisi adalah sebutan untuk orang yang menekuni musik sebagai profesi, baik itu sebagai pemain, pencipta, atau pemimpin musik.

Pekerjaan sebagai musisi, dulunya adalah pekerjaan yang kurang dilirik orang. Bahkan, terkesan musisi itu dikucilkan dari lingkungan sosial karena dianggap miring menurut sebagian orang. Memang, tak dapat dipungkiri, di Indonesia ini, profesi sebagai seniman khususnya musisi belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Padahal, di manca negara profesi ini begitu dihargai.

BACA JUGA : Netralitas ASN Jadi Indikator Kualitas Demokrasi

Melansir detikjatim 09-03-2023, berikut sederet profesi di dunia musik:

  • Produksi Musik

Produksi musik merupakan profesi yang merangkai produksi audio khususnya musik, untuk berbagai keperluan: pribadi maupun industri.

Tugasnya yakni mulai dari menulis, merekam, dan memanipulasi musik untuk didistribusikan. Lebih detailnya produksi musik juga membuat ketukan, sketsa lagu demo, menulis komposisi, mengelola musisi atau artis, membuat perubahan artistik, perencanaan kerja, dan berkoordinasi antara tim dan artis yang berbeda dan lain-lain.

  • Pendidik Musik

Profesi selanjutnya adalah tenaga profesional yang tak jauh dari dunia pembelajaran, yakni pendidik musik. Profesi ini bertugas merancang, melaksanakan proses pembelajaran, menilai, hingga membimbing dalam dunia musik. Tenaga pendidik musik biasanya di sekolah, acara, atau pengelolaan musik. 

  • Pemain Musik

Pemain musik adalah profesi yang sangat dikenal. Biasanya pemain musik berada di atas panggung untuk memainkan alat musik seperti gitar, piano, atau orang yang menyanyi. Ada juga pemain musik yang menulis musik atau pencipta lagu.

  • Perusahaan Rekaman

Perusahan rekaman atau label rekaman adalah perusahaan yang mengelola rekaman suara dan penjualannya. Termasuk promosi dan perlindungan hak cipta. Perusahaan tersebut memasarkan rekaman musik dan video, bisa juga terlibat dalam berbagai fungsi industri musik. Termasuk perekrutan dan pengembangan artis baru, penerbitan musik, hingga penegakan hak cipta. 

  • Manajemen Artis and Supporting Music Performance Crew

Profesi selanjutnya yakni perusahaan yang membantu talent mendapatkan pekerjaan dan mengurus berbagai hal berkaitan dengan bisnis. Seperti tawar-menawar, surat-menyurat, kontrak, invoice, schedule, sewa kru, road manager dan lain-lain. 

  • Musik dalam Media

Ada musik dalam media, yakni pengamat musik atau hal-hal yang berkaitan dengan musik untuk disebarluaskan di media.

Perlu diingat bahwa manajemen memainkan peran yang sangat penting dalam industri musik. Berikut adalah beberapa alasan mengapa manajemen penting dalam musik:

  1. Pengelolaan Karir: Manajemen membantu mengelola karir seorang musisi atau grup musik. Mereka membantu merencanakan dan mengatur jadwal tur, penampilan, rekaman, dan promosi. Mereka juga membantu mengelola kontrak, negosiasi, dan hak cipta.
  2. Pengembangan Branding: Manajemen membantu membangun dan mengelola citra dan merek seorang musisi atau grup musik. Mereka membantu merancang strategi pemasaran, mengelola media sosial, dan memastikan konsistensi dalam penampilan dan gaya.
  3. Pengelolaan Keuangan: Manajemen membantu mengelola aspek keuangan dalam industri musik. Mereka membantu dalam perencanaan anggaran, pengelolaan pendapatan, pembayaran royalti, dan negosiasi kontrak keuangan.
  4. Jaringan dan Hubungan: Manajemen membantu membangun dan menjaga hubungan dengan pihak-pihak terkait dalam industri musik, seperti produser, agen, label rekaman, dan promotor konser. Mereka membantu dalam menjalin kemitraan dan kesempatan kolaborasi.
  5. Pengelolaan Proyek: Manajemen membantu mengelola proyek musik, seperti produksi album, pengaturan tur, dan peluncuran kampanye promosi. Mereka membantu dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan proyek agar berjalan dengan lancar.
  6. Fokus pada Kreativitas: Dengan memiliki manajemen yang baik, seorang musisi dapat fokus pada kreativitas dan penciptaan musik. 

Manajemen membantu mengurus tugas-tugas dministratif dan operasional sehingga musisi dapat lebih fokus pada proses kreatif.

Secara keseluruhan, manajemen memainkan peran penting dalam membantu musisi atau grup musik mengelola karir mereka, membangun merek, mengelola keuangan, menjalin hubungan, mengelola proyek, dan memungkinkan fokus pada kreativitas. 

Dengan adanya manajemen yang baik, musisi memiliki dukungan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam industri musik (dalam Brainly.co.id)

Di bagian akhir, Ary Julyant bercerita dengan penuh antusiasme tentang soundscape. Sebuah istilah yang dikembangkan oleh Scafer. Yaitu sebuah komposisi yang digarap dengan media konvensional dengan ide-ide musikal yang didasari pada pemandangan suara di suatu lingkungan tertentu, baik yang alami maupun urban.

“Di ruang pelayanan kantor, saya pernah “mengartikulasi” peristiwa dari tingkah laku customer yang sedang menunggu menjadi sebuah bunyi. Orang yang sedang memandang sesuatu, sedang bercakap-cakap atau geleng-geleng kepala,” ujar kang Ary memberi contoh.

BACA JUGA : Perusahaan di NTB Harus Utamakan Pekerja Lokal

Bahkan ekstremnya adalah ketika seorang pemusik yang sedang konser mempersilakan para hadirin untuk mendengar musiknya. Hening yang ada. 

Tapi justru di situlah “sumber bunyinya”!

Untuk ke tahap ini diperlukan “mata batin”. Tidak sembarang orang bisa masuk ke wilayah ini. Practice make perfect–banyak latihan membuat menjadi sempurna.***

#akuAIR – Perumnas Ampenan, 14-10-2024




Teater ‘Ibu Padi’,  Pertunjukan Eksperimentasi Taman Budaya NTB

Pertunjukan teater mengalami perubahan dari waktu ke waktu, kualitasnya pementasannya yang digelar di taman budaya mengalami peningkatan

MATARAM.LombokJournal.com ~ Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) gelar Eksperimentasi Teater 2024, Sabtu (05/10/2024), di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya NTB, yang digelar mulai pukul 20.00 WITA. 

Pertinjukan teater yang memanfaatkan teknologi

Ratusan penonton dari berbagai kalangan hadir memenuhi kursi menyaksikan pertunjukan berjudul ‘Ibu Padi’. Gelaran eksperimentasi ini ditujukan untuk memberikan stimulus dalam proses pengembangan seni pertunjukan khususnya teater. 

BACA JUGA : Bengkel Aktor Mataram Pentaskan Lakon Kemaruk

Melalui kegiatan itu, Taman Budaya memberikan stimulan untuk pelaku teater menggarap pertunjukan secara lebih serius.

Sabarudin selaku Kepala Taman Budaya menilai bahwa kualitas pementasan teater dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Hal itu dinilainya tidak terlepas dari peran kreator-kreator muda yang terus berusaha mengembangkan seni pertunjukan di NTB. 

“Pertunjukan teater mengalami perubahan dari waktu ke aktu. Seluruh gelaran teater yang digelar di taman budaya mengalami peningkatan. Terjadi banyak loncatan-loncatan kreativitas. Sudah seharusnya muncul terobosan-terobosan baru dalam pertunjukan teater sehingga tidak terkesan ala kadarnya,” kata Sabarudin dalam sambutan membuka gelaran Ibu Padi, Sabtu  (05/10/24)

Loncatan-loncatan kreativitas itu menurutnya tidak terlepas dari sosok pemuda yang terlibat secara langsung dalam pengembangan seni pertunjukan. Sehingga banyak ide-ide baru bermunculan dan menjadi sebuah penyegaran dalam berbicara pengembangan teater. 

“Tahun ini teater banyak digarap oleh temen-temen muda. Pikirannya lebih fresh mengenai teater, pembacaannya lumayan bagus, dan lebih kreatif, inovatif,” jelasnya.

BACA JUGA : Transformasi Karya Visual dalam Antalogi Puisi ‘ Pertemuan Kecil’

Pertunjukan Ibu Padi sendiri disutradarai oleh sosok muda, Taufik Mawardi atau yang lebih akrab disapa Opik. Sosok seniman teater asal Narmada, Lombok Barat yang juga merupakan salah seorang dosen di Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Bumigora. 

Menurutnya, pertunjukan ini sebuah bentuk tantangan yang harus diwujudkan. Dalam tajuk eksperimentasi unsur kreativitas dan inovasi menjadi kunci utama untuk mewujudkan sebuah pertunjukan yang mampu memberikan pengalaman baru bagi penonton di balik pesan yang harus disampaikan. 

“Ibu Padi ini menjadi pesan utama yang pengin disampaikan. Tetapi karena ini pertunjukan eksperimental, tantangannya jelas pada persoalan bagaimana menghadirkan pengalaman baru bagi penonton. Saya coba untuk memadukan teknologi yang ada sekarang ini, untuk mengemas pesan yang pengin disampaikan,” terang Opik saat dijumpai usai pertunjukan berlangsung (05/10/24)

Pertunjukan yang berlangsung sekitar 45 menit itu menampilkan sebuah panggung tertutup tabir transparan. Sebuah tabir berwarna putih yang digunakan untuk menampilkan proyeksi visual. Menampilkan video yang merupakan kesatuan dari berbagai adegan dalam pertunjukan, termasuk di dalamnya tata cahaya dan musik. 

Pertunjukan teater ini mencoba memadukan unsur teknologi untuk memunculkan berbagai kemungkinan dalam memberikan pengalaman kepada penonton. 

“Memang konsepnya adalah memadukan berbagai adegan yang ada di balik tabir dengan video yang tampak. Keduanya merupakan satu kesatuan, termasuk tata cahaya dan bunyi-bunyian yang mengiring selama pertunjukan,” ujar Opik.

Aktor yang terlibat dalam pertunjukan Ibu Padi kali ini di antaranya adalah Den, Bagus Gani, Fitria, Keishe, Ocy, Rizki, Ayu, Danang, dan Hamzan. 

Adapun tim produksi terdiri dari Opik sebagai Sutradara, Penata musik oleh Emen, Ari, dan Basuki. Kostum oleh Dinda, MakeUp oleh Najwa, Penata Lampu oleh Guruh dan Aziz, Artistik oleh Bonex, Visual Director oleh Egi, dan poster oleh Cholenesia. 

Ibu Padi terinspirasi dari ide akan adanya sistem ketahanan pangan yang dimiliki masyarakat Sasak. Sebuah konsep yang hidup dalam dunia pertanian tradisional dan terus terjaga, hingga kemudian diabaikan dan dilepaskan dari kesadaran. Tidak hanya oleh masyarakat, tetapi juga para penguasa dan pemangku kebijakan. 

Lumbung yang menjadi tempat penyimpanan dan merupakan cadangan bagi masyarakat di saat krisis mulai diabaikan dan ditinggalkan. 

BACA JUGA : Perusahaan di NTB Harus Utamakan Pekerja Lokal

Modernisasi yang tidak jauh dari skema industrialiasasi, kemudian menghadirkan sistem pertanian modern dengan menggeser cara-cara tradisi. 

Sistem bercocok tanam yang lebih instan dengan berbagai rekayasa dan penggunaan bahan kimia, tidak lagi memungkinkan untuk menyimpan Ibu Padi yang menjadi simbol atas cadangan dan ketahanan pangan. 

Jargon-jargon kemajuan dalam perjalanannya dinilai serupa bius yang membiaskan hadirnya ketimpangan dan mengasingkan keseimbangan. fik

 

 




Kuliah Umum Masa Depan Seni Pertunjukan

Dalam kuliah umum ini terungkap rencana Fakultas Seni dan Desan merencanakan gedung pertunjukan yang representatif di NTB

MATARAM.LombokJournal.com ~  Kuliah umum ‘Masa Depan Seni dan Industri Kreatif NTB di Era Global’ diselenggarakan Program Studi Seni Pertunjukan Universitas Bumigora (UBG) berlangsung, Kamis (12/09/24) di Kampus Universitas Bumi Gora di Mataram.

BACA JUGA : Leader dan Manajemen di Tengah Turbulensi Bisnis

Kuliah Umum ini juga merupakan salah satu keseriusan kampus untuk terus berkontribusi dalam pengembangan seni budaya yang ada di NTB melalui Fakultas Seni dan Desain

Kegiatan kuliah umum itu menghadirkan Dr. Salman Alfarisi yang saat ini bertugas sebagai dosen di Universiti Pendidikan Sultan Idris Malaysia mewakili pembacaan dari ruang akademis. Dan Majas Pribadi salah seorang praktisi seni di Mataram.  

Rektor Universitas Bumigora  Dr. Ir. Anthony Anggrawan,MT.,Ph.D. yang membuka kuliah umum itu menyambut baik kegiatan itu, sebagai proses pengembangan diri bagi civitas akademik Universitas Bumigora khususnya. 

“Saya menyampaikan terima kasih kepada Dr. Salman, yang sudah jauh-jauh dari Malaysia hadir di sini. Dan juga pak Majas yang mau untuk berbagi pengetahuan dan pengalamannya dengan kami yang ada di sini. Saya berharap bapak ibu dan seluruh civitas akademik Universitas Bumigora memanfaatkan kesempatan ini untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya,” ungkap Anthony Anggrawan saat membuka kuliah umum.

Kegiatan kuliah umum ini juga merupakan salah satu keseriusan kampus untuk terus berkontribusi dalam pengembangan seni budaya yang ada di NTB melalui Fakultas Seni dan Desain. Selain melalui diskusi itu, keseriusan itu juga disampaikan melalui rencana Pembangunan Gedung pertunjukan di Mataram. 

“Kami serius dengan apa yang sudah kami rencanakan. Untuk seni pertunjukan nanti, dalam waktu dekat kami akan membangun sebuah Gedung pertunjukan yang baik dan berkelas di Mataram. Gedung itu nantinya tidak hanya menjadi tempat untuk mahasiswa berlatih, tetapi juga melaksanakan pertunjukan. Pertunjukan yang dapat dinikmati banyak orang, jadi wisatawan yang datang ke Lombok ini dapat menjadikan Gedung itu sebagai salah satu tujuan wisatanya.” jelasnya

BACA JUGA : Apresiasi Tokoh Indonesia 3035 untuk Pj Gubernur NTB

Upaya dan keseriusan Universitas Bumigora itu ditangkap dengan baik oleh kedua pemateri, Dengan prodi seni pertunjukan, Universitas Bumi Gora memiliki tantangan tersendiri. Dengan tantangan yang ada Universitas Bumigora harus mampu menunjukkan posisinya di antara kampus-kampus dengan jurusan seni lainnya. 

“Dengan membuka prodi Seni Pertunjukan murni, tentu ini memiliki tantangan tersendiri terlebih di NTB ini. Dengan apa yang disampaikan pak rektor tadi, paling tidak orang tidak akan berpikir atau kebingungan lagi kalau mereka kuliah di jurusan seni ini nanti mau jadi apa,” ungkap Majas Pribadi. 

Seni dan industri kreatif di Lombok atau di NTB ini memiliki tantangan yang cukup besar saat ini. Pengembangan pariwisata memang belum terlihat memberikan dampak signifikan. Persoalan ini harus menjadi tantangan yang harus diselesaikan melalui ruang akademis.

“Seni dan industri kreatif ini sudah ada dan berjalan di NTB. Tapi kembali lagi hasilnya masih belum memperlihatkan dampak signifikan. Kalau ngomongin industry kreatif in ikan ukurannya kesejahteraan masyarakat meningkat. Nah ini PR untuk Universitas Bumigora ke depan untuk dapat menyelesaikannya melalui ruang akademis ini,” jelas Majas. 

Salman dalam konteks seni dan industri kreatif berpandangan bahwa seorang seniman agar tidak terpaku dengan keberadaan tradisi. Masyarakat akademis di Universitas Bumigora ini harus bisa membedakan antara tradisi dan kreasi. 

Jika sudah bermain di wilayah industri kreatif, maka seorang seniman tidak seharusnya terikat dengan aturan-aturan tradisi. Meski mereka harus mempelajari tradisi agar memiliki pengetahuan cukup dalam menciptakan kreasi. 

“Kalau masuk ke industri kreatif jangan lagi terbelenggu oleh tradisi,: kara Salman. 

Menurutnya, yang perlu kita pikirkan adalah kebutuhan, apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Karena kreasi dan tradisi itu jelas dua hal yang berbeda. Kalau ngomongin tradisi ya cukup di masyarakat kita saja. Tapi kalau ngomongin industri kreatif, jangan ditarik lagi ke tradisi. Meskipun kita wajib untuk mempelajari tradisi sebagai modal untuk kita berkreasi,” ungkap Salman.

Salman memberikan catatan untuk membedakan proses dari kedua ruang yaitu tradisi dan industri. Di mana keduanya tidak perlu untuk saling dibenturkan atau dicampur-adukkan. Karena keduanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda. 

BACA JUGA : Pemerintah Pusat Diminta Tanggung Hosting Fee MotoGP 2024

“Tidak bisa dicampur-adukkan atau dibenturkan, tradisi dan Industri itu dua hal yang berbeda. Kalau kita berbicara seni yang digunakan untuk pariwisata misalnya, jangan lagi berfikir apa yang disukai masyarakat kita saat ini. Tapi apa yang dibutuhkan dan disukai oleh wisatawan yang datang kesini,” jelas Salman.

Prodi Seni Pertunjukan Universitas Bumigora merupakan prodi baru dan satu-satunya di NTB. Dalam perjalanannya prodi ini dituntut untuk dapat memberikan gambaran masa depan yang baik bagi mahasiswanya. Membangun optimisme dan peluang bagi lulusannya di bidang yang relevan.***

 

 




Karya Puisi yang Lahir dari Proses Gotong Royong

Karya puisi Agus K Saputra mendekati novel ‘Hati Itu Berkata Cinta’ (2021) karya Dyah Ruwiyati, dalam bahasa puisi, bergerak mengikuti plot yang terbangun dalam novel

MATARAM.LombokJournal.com Seorang penyair memang tak hanya berdiri di menara gading. Perlu seorang penyair ‘turun gunung’ dan mendatangi sekolah-sekolah untuk meluaskan apresiasi para pelajar tentang karya puisi.

BACA JUGA : Lakon Lintas Sektoral, Persiapan Event MotoGP 2024

Para pelajar mengapresiasi karya puisi yang ditulis alumni SMA 1 Matara,

Iru yang telah dilakukan Agus K Saputra, penyair yang telah menghasilkan beberapa buku antologi puisi, bertandang ke perpustakaan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mataram, Kamis (05/08/24) lalu. Buku yang diserahkan ke perpustakaan sekolah itu yaitu Kumpulan Puisi “Buku Harian Merah Muda” (Agus K Saputra, Penerbit CV Halaman Indonesia, Cetakan Pertama: Juni 2024)

Buku kumpulan itu memang layak diapresiasi para pelajar. Keseluruhan puisi terinspirasi dari novel ‘Hati Itu Berkata Cinta’ (2021) karya Dyah Ruwiyati. 

Menurut Tjak S Parlan, penyair dari Lombok yang kini hijrah ke Jawa, puisi-puisi dalam kumpulan ini bergerak mengikuti plot yang terbangun dalam novel. Dengan menggunakan sudut pandang (aku lirik) masa remaja, penulis mencoba menghidupkan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya: tindakan-tindakan, peristiwa  yang dialami, curahan perasaan (hal. 54)

Tjak S Parlan menilai dugaan kemungkinan bahwa penulis menggunakan puisi untuk bercerita. Kali ini Ia merespon sebuah novel berlatar tahun 80-an. Era di mana remaja yang kasmaran memiliki gaya dan caranya sendiri. 

BACA JUGA : Tegakkan Demokrasi Sehat di Pilkada Loteng 2024

Saat itu merupakan era di mana surat cinta masih sering ditulis dan diharapkan kedatangan pada suatu pagi, lewat seorang tukang pos yang membunyikan bel sepeda di depan rumah. Era saat perasaan-perasaan pribadi menjadi rahasia dan lebih sering ditumpahkan ke dalam buku-buku catatan harian (diary). Bukan dipampang di dinding media sosial seperti hari-hari ini (hal. 57)

Hal lain yang melatarbelakangi kumpulan puisi Agus K Saputra; pertama, kumpulan puisi ini semacam kerja gotong royong alias kolaborasi. Berawal dari Novel Karya Dyah Ruwiyati (Alumni Smansa 87). Setting cerita pun berlokasi di sekolah ini. 

Selama proses penciptaan puisi ini, Agus diminta oleh Wiwiet –panggilan kecil Dyah Ruwiyati– sebagai semacam editor. Dari sinilah kemudian “lahir” beberapa puisi. Sebagai bentuk komentar. Puisi-puisi tersebut “iseng-iseng” dikirim ke Soni Hendrawan. Lantas beberapa di antara puisi-puisi tersebut oleh Soni Hendrawan berprosesa menjadi musikalisasi puisi.

Kedua, beberapa kawan tahun lulus 1987 berbagi kebahagian mengan mencetak buku kumpulan puisi ini secara gotong royong. 

Sehingga makna kolaborasi alias cara gotong royong mewujud utuh menjadi sebuah karya seni. Hal ini tersampaikan kepada Pustakawan dan beberapa siswa yang sedang berkunjung. Seolah makna “gotong royong” menemukan jalan hidupnya kembali.

Pada kesempatan ini, Saprun –staf perpustakaan- berharap dengan adanya donasi berbentuk buku kumpulan karya puisi dari alumni, menambah minat siswa untuk berkarya. Bukan hanya di saat menyelesaikan tugas akhir.

Hal senada pun diutarakan oleh Eko Wahono dari Teater Lho Indonesia. Selama ia mengampu ekstra kulikuler teater hingga tahun 2012, potensi siswa untuk serius menulis karya puisi dan berteater sangat banyak. Bahkan di akhir 2023 kemarin beberapa siswa memintanya untuk mendukung proses cipta film pendek.

BACA JUGA : Rakor SRIKANDI Sukses Digelar di NTB

“Ini bukti bahwa potensi yang ada sangatlah besar. Tinggal bagaimana kita sebagai pendidik untuk terus istiqomah menstimulus daya cipta seni, khusus karya puisi,dan memberi ruang yang luas. Jika perlu, para pendidik pun berkarya, menulis, ” tandas Eko. ***

 

 




Prodi Seni Pertunjukan, Program Baru Universitas Bumi Gora 

Adanya prodi Seni Pertunjukan di Universitas Bumi Gora megasah dan mengembangkan kompetensi di berbagai aspek seni teater, tari, musik, maupun tata kelola pertunjukan

MATARAM.LombokJournal.com ~ Universitas Bumigora (UBG) siap menerima mahasiswa baru pada Program studi (prodi) Seni Pertunjukan yang berada di bawah naungan Fakultas Seni dan Desain, Jum’at (09/08/24). 

BACA JUGA : Calon Paskibra NTB Diingatkan terkait Perilaku dan Jejak Digital

Program studi Seni Pertunjukan UBG menawarkan beberapa kompetensi di bidang seni pertunjukan

Prodi ini merupakan program baru yang ditawarkan, dan merupakan satu-satunya program pembelajaran dengan output bergelar Sarjana Seni (S.Sn.) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Pendaftaran mahasiswa baru kali ini dapat dilakukan secara online di laman PMB UBG sampai akhir bulan Agustus 2024. 

Prodi Seni Pertunjukan UBG mencoba menawarkan pengalaman Pendidikan yang unik dan menyeluruh bagi mahasiswa yang memiliki minat di bidang seni, khususnya seni pertunjukan. Adanya kurikulum yang disusun secara khusus sebagai perpaduan antara teori dan praktik, prodi Seni Pertunjukan UBG ditujukan untuk mengasah bakat dan mengembangkan keterampilan mahasiswa di berbagai aspek meliputi teater, tari, musik, tata Kelola pertunjukan, dan lain sebagainya. 

Program studi Seni Pertunjukan UBG menawarkan beberapa kompetensi di bidang seni pertunjukan. Beberapa kompetensi yang ditawarkan di antaranya adalah sebagai praktisi seni pertunjukan, pengkaji seni, instruktur/ pengajar seni pertunjukan, pengelola seni, jurnalis/ kritikus seni, dan wirausaha di bidang seni. 

Beberapa kompetensi yang saat ini dinilai memiliki prospek yang baik di masa mendatang, mengingat adanya pengembangan industri pariwisata di NTB. 

BACA JUGA : KKN Mahasiswa UNU NTB Bersihkan Sungai di Lotim 

“Banyak kompetensi yang kami tawarkan di prodi ini, dan kami pikir dengan kompetensi itu peluang mahasiswa akan cukup besar di masa mendatang. Kita tahu Pembangunan pariwisata NTB hari ini begitu pesat dan sangat memungkinkan seni menjadi bagian di dalamnya,” jelas Jeni sapaan akrab Nahdlatuzzainiyah, Kaprodi Seni Pertunjukan UBG (09/08/24)

Masyarakat yang memiliki minat kesenimanan baik menjadi aktor, musisi, penari, dapat bergabung di prodi Seni Pertunjukan UBG. Sejauh ini NTB tampak memiliki talenta-talenta unggul bidang seni di kancah nasional. 

Lahirnya prodi Seni Pertunjukan ini, diharapkan dapat menjadi ruang penempaan bagi masyarakat untuk semakin meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya. 

“Di NTB ini banyak sekali talenta-talenta nasional yang notabene mereka belajar secara mandiri atau autodidak. Lahirnya prodi ini mungkin dapat menambah atau memberikan ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan praktiknya di bidang seni,” lanjut Jeni

Tidak hanya menjadi praktisi, lulusan prodi Seni Pertunjukan juga dapat menjadi pengkaji, instruktur atau pengajar, pengelola dan wirausaha.  

Belajar di prodi seni ini tidak harus menjadi seorang praktisi, masyarakat bebas menentukan pilihannya sesuai dengan minatnya. 

“Tidak harus menjadi seniman ketika memutuskan kuliah di seni pertunjukan ini. Kalau ada yang pengin jadi pamong atau manajer pertunjukan, kita menawarkan kompetensi sebagai pengelola. Atau mungkin ada yang seneng nulis, bisa jadi mereka memproyeksikan diri untuk lulus sebagai pengkaji, jurnalis, atau kritikus, atau bahkan ada yang berkeinginan untuk menjadi seorang pengusaha,” jelas Jeni 

BACA JUGA : Hasil Survei ISS, Pilgub NTB 2024 : GASMAN Melesat

Keberadaan prodi Seni Pertunjukan UBG ini menjadi salah satu komitmen dan keseriusan UBG dalam memajukan seni budaya di NTB. 

UBG berupaya mempersiapkan SDM yang unggul di dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Selain prodi Seni Pertunjukan, UBG juga membuka prodi kepelatihan olahraga dan pariwisata Fik

 

 




Bengkel Aktor Mataram Pentaskan Lakon KEMARUK

Tidak seperti biasanya, kali ini Bengkel Aktor Mataram menguliti watak kekuasaan dengan ungkapan telanjang

lombokjournal.com ~  Bengkel Aktor Mataram atau Teater BAM dalam produksi ke 62 mementaskan lakon ‘Kemaruk’, mengupas cara-cara licik bekerja untuk mempertahankan kekuasaan. Pementasan ini merupakan lakon bertema kritik sosial politik yang paling uptodate.

Tidak seperti biasanya, Bengkel Aktor Mataram yang selalu menyuguhkan kritik dengan pengungkapan yang bergaya satir dengan visual yang membuai, kali ini kelompok teater paling tua di Mataram (NTB) itu benar-benar menyampaikan kritik dengan ungkapan telanjang. 

BACA JUGA : Agus K Saputra Melakukan re-Kreasi dari Karya Visual

Dalam pentas lakon 'Kemaruk', Bengkel Aktor Mataram menyampaikan kritik dengan bahasa telanjang
Raja Kemaruk

“Persoalan yang konteksnya jelas dan hangat, isi kritik harus disampaikan apa adanya, penonton harus segera memahami isi pesan yang disampaikan” kata Kongso Sukoco sutradara senior usai pementasan.

Kemaruk secara bisa diartikan selalu ingin mendapat banyak, loba, rakus pada harta (dalam konteks lakon ini bisa dimaknai rakus pada kekuasaan) 

Lakon ‘Kemaruk’ yang dipentaskan tanggal 04 Agustus 2024 di Teater Tertutup Taman Budaya NTB malam, Lakon ini berkisah tentang penguasa yang menghalalkan segala kelicikan, agar bertahan berkuasa atau tetap mencengkeram kekuasaan. Penguasa yang selama ini bertampang (terkesan) bloon, ternyata sangat piawai mengelabui lawan bahkan kawan politiknya. 

Lakon ‘Kemaruk’ diminati 

Pementasan lakon “KEMARUK” produksi ke 62 yang dipentaskan Bengkel Aktor Mataram akhir Juli dan awal bulan Agustus, menarik perhatian penonton. Pada pementasan perdana tanggal 4 Agustus malam, gedung tertutup Taman Budaya sesak dipenuhi penonton, Saya agak telat datang ke gedung pertunjukan, terpaksa hanya kebagian duduk di lantai, depan kursi penonton paling depan. 

Rupanya lakon dengan mengangkat tema penguasa yang kemaruk kekuasaan, sangat diminati penonton. Bengkel Aktor Mataram dengan mementaskan lakon ini menghadirkan narasi yang relevan dengan kondisi sosial-politik di tengah kecamuk Pemilihan Presiden. Meski pementasan itu ‘kontekstual’ namun bungkus estetika teaternya masih kental. 

Syahdan, seorang raja yang semula dikenal bersahaja, adil dan bijaksana, saat usia menua dan menyiapkan diri untuk ‘lengser keprabon’, perlahan wataknya berubah menjadi semena-mena dan menghalalkan cara agar tetap mencengkeram kekuasaan. Menjelang undur dari kekuasaan ia tiba-tiba gelisah. Ia dihantui ketakutan karena itu akhirnya harus berlaku menghalalkan cara untuk mempertahankan tahta yang semakin goyah. 

Sang penguasa, Raja di kerajaan antah berantah, merasa kekuasaannya terancam oleh para bangsawan, rakyat, bahkan dengan sekutunya sendiri. Dalam kegalauannya, ia akhirnya menghalalkan segala cara – menabrak awiq-awiq sosial – agar tetap mencengkeram kekuasaan. Untuk mempertahankan kekuasaannya, ia menggunakan tipu daya, kekerasan hukum pada aparatnya sendiri, hingga pengkhianatan.

BACA JUGA : Buku Puisi “Amerikano” Tur di 10 Titik di Pulau Lombok

Karakter yang Menggugah

“Sekarang semua orang tau bahwa aku bukan plonga plongo, kalianlah yang sebenarnya plonga plongo, karena tiba-tiba merasa jadi bodoh,” kata Raja. Dialog itu disampaikan Asta Bajang, aktor yang menggambarkan watak Raja saat berdialog dengan penasehat yang penjilat. 

Sutradara lakon ‘Kemaruk’, Kongso Sukoco, membagi panggung menjadi dua area yang masing-masing wataknya berseberangan. Sebelah kiri panggung (dari sudut pandang penonton) merupakan area permain Raja dan Penasehat Licik-nya. Dengan set panggung yang menyiratkan tahta yang agung.

Sedang sebelah kanan panggung area panggung merupakan area para oposan yang menentang Raja, yang dipimpin Sulastri dan Sadila. Meski penata set Muhammad Zaini hanya memanfaatkan reng dan trap dan sepotong kain, namun tersirat kesan tempat yang keras dan melawan.  Secara teknis pembagian panggung menjadi dua area ini menarik, karena menjaga tempo permainan tidak lamban, irama terjaga, pertunjukan jadi padat mengalir.. 

Cerita dibuka dari dialog Raja yang berhasil menjalankan siasat untuk mempertahankan kekuasaan. Siasatnya itu membuat para penentangnya terperanjat dan tak menduga, akhirnya membuat lawannya tak berkutik. Ancaman dari penentangnya berhasil dilumpuhkan. Meski sebagian besar pemain masih punya jam terbang terbatas di atas panggung namun sutradara, Kongso Sukoco, berhasil membangun suasana licik penuh muslihat dengan pencahayaan remang dan iringan musik arkodion yang mengiris. 

Sejak awal, penonton sudah diajak menyelami psikologi penguasa yang dihantui rasa takut kehilangan kekuasaannya. Drama pun bergerak dengan ungkapan kata-kata yang menusuk namun tetap dengan gaya segar menggelitik.

Di sinilah penonton disuguhi permain menarik para aktor, misalnya Asta Bajang yang memerankan Raja, layak diacungi jempol. Transformasi karakter dari seorang raja yang tenang menjadi sosok yang paranoid terlihat sangat alami dan penuh intensitas. Setiap gerak-geriknya menggambarkan betapa akal bulus sang raja hingga rela melakukan hal-hal licik demi mempertahankan singgasananya.

Di sisi lain, karakter pendukung seperti para warga, yang diperankan oleh Susan Damayanti, Meisyi dan Nurul Maulida Utami, menjadi antitesis dari Raja. Para warga mewakili suara hati nurani yang menyindir sekaligus mengingatkan raja agar tidak tersesat dalam ambisi buta. Namun, perjuangan itu  perlahan tenggelam oleh kekerasan hati sang penguasa.

Harus diakui, permainan Dende Dila yang memerankan Sadila, tokoh perlawanan dan Wulan Zein yang memerankan Sulastri, patut diancungi jempol. Keduanya yang kerap bertentangan taktik dan strategi perlawanan, menyuguhkan adegan yang menawan. Permainan dua tokoh oposan itu kekuatan karakter perempuan.

Pesan Moral, Visual dan Tata Panggung 

Visualisasi panggung yang berhaja namun memberi impresi mendalam menjasi salah satu kekuatan utama pementasan in. Tata panggung yang megah di awal cerita dengan singgasana sebagai pusat perhatian, perlahan-lahan berubah menjadi gelap dan kusam seiring dengan makin merosotnya  moral sang raja. 

BACA JUGA : Arsvita Program Over Act Theater untuk Perluas Referensi Teater

Penggunaan pengiring musik hidup di panggung belakang yang dimainkan Kholik dan Azmi memberikan efek dramatis, khususnya lagu-lagu yang menggambarkan penguasa yang mengangkangi kekuasaan. Seolah-olah menggambarkan bahwa sang raja tidak hanya memerangi musuh-musuh politiknya, tetapi sekaligus memberangus kawan dan sekutunya.

Pencahayaan dan penggunaan warna-warna gelap semakin menambah suasana muram, terutama pada adegan-adegan ketika Raja mengungkapkan penghianatan pada orang-orang yang semula menjadi sekutunya. Ungkapan raja adalah momen yang sangat emosional, di mana penonton bisa merasakan kehancuran moral yang dialami sang penguasa.

Melalui lakon “Kemaruk”, penonton diajak merenungkan betapa penguasa yang licik, dalam kenyataan tidak selalu berakhir dengan keruntuhan. Raja tetap berkuasa, dan para penentangnya harus mengambil nafas panjang.

“Kelicikan Raja berhasil memenangkan peperangan ini,” kata Penasehat Licik sang Raja.

Dalam lakon ini menyiratkan pesan bahwa kekuasaan yang didasarkan pada rasa takut dan pengkhianatan hanya akan membawa kehancuran moral, baik bagi pemerintahan penguasa maupun bagi rakyatnya. Pementasan ini juga menyentil sisi gelap manusia yang sering kali menghalalkan segala cara demi mempertahankan apa yang dimiliki, tanpa mempertimbangkan akibat jangka panjangnya.

Penonton bisa dengan mudah mengaitkan kisah ini dengan fenomena-fenomena politik kontemporer, di mana kekuasaan sering kali disalahgunakan dan dijaga dengan cara-cara yang tidak etis.

Saat ini Bengkel Aktor Mataram merupakan kelompok teater paling senior di Mataram (NTB)
Pendukung Bengkel Aktor Mataram

Tontonan lakon “Kemaruk ” adalah pementasan teater yang tidak hanya memikat dari segi visual dan alur cerita, tetapi juga menawarkan kritik sosial yang tajam. Dengan penyutradaraan yang kuat, tata panggung yang impresif, serta alur yang penuh intrik, lakon ini berhasil menghidupkan cerita tentang ambisi kekuasaan yang tak terkendali dengan sangat baik. 

Bengkel Aktor Mataram dengan keterbatasan aktor dan aktrisnya, tetap berhasil menyuguhkan pementasan yang patut diapresiasi dan tentu saja memberikan refleksi mendalam tentang kekuasaan dan tanggung jawab kemanusiaan 

“Saya memang masih konvensional, masih menganggap ‘drama’ tetap menjadi pilar yang menegakkan struktur teater. Saya selalu berpijak dari kisah sastra,” itulah pengakuan Kongso Sukoco dalam percakapan dengan penulis. Roman Syair

 




Transformasi Karya Visual dalam Antologi Puisi ‘Pertemuan Kecil’ 

Penulisan puisi bisa beranjak dari karya visual, transformasi itu yang dilakukan penyair Agus Saputra dalam antologi puidi ‘Pertemuan Kecil’ 

MATARAM.LombokJournal.com ~ Dalam bedah buku puisi Pertemuan Kecil karya Agus K Saputra di Sanggar Tari Taman Budaya NTB, Kamis (18/04/24), Kongso Sukoco mengatakan, salah satu puisi dalam buku itu yang berjudul ‘The Last Pepadu’ menarik perhatiannya.

Karena sumbernya berasal dari olah raga rakyat yang sangat populer di Lombok yaitu Peresean.

BACA JUGA : Timnas Berprestasi Gemilang, STY Layak Dapat Penghargaan 

Transformasi karya rupa ke dalam bahasa puisi bisa memperluas makna
Performance art Zaini Muhammad

Karena itu, perupa setempat (Lalu Syaukani, red) mencoba mengabadikan permaian olahraga tradisional itu. 

Tentu saja lukisan itu tak menyampaikan pengertian verbal. Tapi mungkin puisi Agus Saputra bisa memperluas pemaknaan.” 

 ‘…hingga darah menetes//memercik tempat berpijak//menyambut hujan tiba..

Nah seperti ini, Agus menangkap makna lukisan berjudul ‘The Last Pepadu’. Ini hanya salah satu contoh, bagaimana transformasi seni rupa ke medium bahasa memungkinkan perluasan pengertian hasil pengamatan visual. 

Dan bisa jadi tidak sekedar itu, tapi juga memungkinkan hadirnya pengalaman estetik yang otonom.

Dalam contoh ini, lanjut Kongso, puisi dari proses transformasi itu salah satunya bisa mengambil peran memperluas pengertian kenapa harus diadakan ritus peresean. Ia mungkin hendak menjelaskan mitos tentang berlalunya musim kemarau di Lombok, tetesan darah merupakan simbol harapan kesuburan. Darah yang memercik dari pepadu yang berlaga, bagian dari harapan turunnya hujan menggantikan kemarau.

BACA JUGA : Limbah Radio Aktif Dibuang ke Laut, Rachmat Hidayat Protes

“Inilah yang saya maksud bahwa kreativitas membuat kita berpikir orisinal. Membuat solusi-solusi baru. Punya perspektif baru. Sesuatu yang mesti harus dihidupkan dan jangan menjadi umum, “ ujar Kongso.

Bagi Prof Wahid pertemuan ini adalah sebuah pertemuan besar dari proses dialektika. Pertama, saya menjadi tidak percaya kepada penyair, ketika menyaksikan proses musikalisasi puisi Secret Garden (karya lukis Mantra Ardhana) oleh Ary Juliyant. Karena ternyata, di balik kerendah hatian, di balik tawadhu, di balik ketidak inginan untuk disingkap, ternyata ada sesuatu yang besar.

Kedua, menarik sekali proses kreasi dari puisi-puisi ini, maka saya menjadi percaya. Bahwa dalam kajian kebudayaan ada adagium yang menyatakan penyair itu mati. Pelukis itu mati. Pembuat novel itu mati. Yang membuat ia hidup kembali adalah orang yang membacanya.

“Saya kira, penyair Agus adalah pembaca ulung yang penuh kreativitas. Yang kemudian membuat karya-karya yang oleh orang awam menjadi begitu lebih berbicara. Dan apa yang dibicarakan itu besar sekali. Inilah Ruh,” kata Aba Du Wahid, nama medsosnya di facebook.

Pada titik ini, Prof Wahid seolah diingatkan oleh pembicara sebelumnya, Majas Pribadi (Syawalan dan Berkesenian) yang mengutif Surat An-Naba ayat 38: “Yauma yaqumur-ruhu walmala ikatu saffal la yatakallahuma illa man azina lahur-rahmanu wa qala sawaba” 

Kira-kira lukisan itu seperti itu. Yauma yaqumur-ruhu. Hari ini kita berhadapan dengan lukisan, seakan-akan kita dibentangkan sebuah ruh. Ruh itu semangat. Ruh itu keabadian. Walmala ikatu: yang penuh sayap. Yang penuh sayap itu kalau kita lihat akan menghasilkan sebuah inspirasi baru. Pengetahuan baru. Inilah bagaimana malaikat menjadi personifikasi dari sayap-sayap kebenaran. Bershaf-shaf. Berjejer. Karya itu selalu lahir, lahir kembali, ditransformasikan kembali seperti diungkap Kongso Sukoco.

La yatakallamuna illa man azina lahur-rahmanu wa qala sawaha. Tidak berbicara apa-apa itu karya kecuali dijinkan oleh Allah. Dijinkan oleh Tuhannya. Dan kalau berbicara maka yang dibicarakan yang keluar dari situ adalah kebenaran.

“Kira-kira begitulah bacaan saya dari buku Pertemuan Kecil ini.  Apa yang dilihatnya dalam karya-karya seni rupa, lukisan dll. Saya kira ini menarik sekali. Ini adalah contoh bagi bagaimana pengarang, penulis atau pelukis itu dihidupkan lagi oleh orang lain. Pola ini atau cara seperti inilah yang disebut dialektika. Dialektika adalah penyambung peradaban. Peradaban akan mati. Kebenaran akan mati. Jika tidak ada pembacaan-pembacaan dialektis seperti yang dilakukan Agus K Saputra, “ tandas Prof Wahid, Guru Besar UIN Mataram.

BACA JUGA : Apel Hari Otonomi Daerah untuk Memperkuat Komitmen Pemda

Acara bedah buku yang bertajuk  Ngupi Buku: Pertemuan Kecil (18/04) dari transformasi karya visual itu dibuka oleh Kepala Taman Budaya NTB Sabarudin. Dihadiri pula oleh akademisi Agus Purbathin Hadi (Kecerdasan Buatan versus Orisinilitas Karya), para pelukis Mantra Ardhana, Zaeni Mohammad, Lalu Syaukani (Kearifan Lokal dalam The Last Pepadu dan Yellow Pricess) dan S La Radek (Karya Lukis dalam Puisi), tokoh LSM Mas Catur (Kebudayaan Kita Hari Ini), ‘gerilyawan erkaem” pemusik balada Ary Juliyant (Tentang Bunyi: Jalan Braga dan Majestic),  serta para penikmat sastra yang begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut.

Karya lukis yang turut hadir adalah:

1.Janji Jiwa karya Mantra Ardhana

2.The Last Pepadu karya Lalu Syaukani

3.Yellow Princes karya Lalu Syaukani

4.Dilema karya Zaeni Mohammad

5.The Rising Sun karya Zaeni Mohammad

6.Sampela Rimpu karya S La Radek

7.Pemburu Donggo karya S La Radek

8.The Second Flower karya Imam Hujjatul Islam

Penampil lain adalah para musisi dan penyanyi yang populer di NTB, yakni Pipiet Tripitaka (musikalisasi puisi “Kereta Langit Sudah Datang” dan “Terkoyak Ujung Mimpi”), Ary Juliyant (musikalisasi puisi “Majestic” dengan pembaca Hurri Nugroho, dan “Secret Garden” dengan pembaca Sri Latifa), Azhar Zaini (membaca puisi “The Rising Sun dan “The Warriors) dan koloborasi performance art Zaeni Mohammad dengan Sidzia Madvoc (Gempa Lombok: Ingatan Melawan Lupa).

“Sebagai peristiwa kesenian, tentu hal ini harus tetap dirawat di tengah arus deras perubahan (sebagai penyambung peradaban, red). Revitalisasi Taman Budaya dan tentu saja kolaborasi antar seniman menjadi begitu penting dalam mengedepankan kearifan lokal,” tutup Agus K Saputra. ***

 

 




Agus K Saputra Melakukan re-Kreasi dari Karya Visual

Menerjemahkan karya visual  menjadi puisi, merupakan tantangan dan kesempatan bagi Agus K Saputra  mengembangkan kreativitasnya dalam penulisan puisi

MATARAM.LombokJournal.com ~ Menarik membahas tentang buku kumpulan puisi baru karya Agus K Saputra yang berjudul Pertemuan Kecil. Ini adalah buku puisi ketujuh yang dirilis oleh Agus K Saputra. Buku ini menawarkan kreativitas baru dengan menggabungkan puisi dengan seni lukis dan foto.

BACA JUGA : Buku Puisi ‘Amerikano’ Tur ke 10 Titik di Pulau Lombok

Agus K Saputra bersama perupa Zaeini Muhammad

Menurut penulis dan jurnalis Kongso Sukoco, yang terjadi pada Agus bukanlah kehabisan gagasan atau inspirasi dalam menulis puisi, melainkan mencoba hal baru dan berbeda. Dia menerjemahkan karya seni rupa menjadi puisi sebagai tantangan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya.

Isnan Sudiarto, penikmat sastra dan budaya, menyebutkan bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh foto. Kata-kata dapat memberikan berbagai makna dan interpretasi, berbeda dengan foto yang lebih terbatas.

Agus juga bekerja dengan karya-karya seni lukis dari berbagai seniman, termasuk Soni Hendrawan, Zaeni Mohammad, Lalu Syaukani, Mantra Ardana, Imam Hujatjatul Islam, dan S La Radek. Dia mengubah pengalaman visual dari lukisan menjadi narasi dalam puisi.

BACA JUGA : Komunitas Akarpohon Gelar ‘Majelis Buku Tipis’

Selain itu, buku Pertemuan Kecil juga mencakup musikalisasi puisi oleh Soni Hendrawan dan puisi-puisi yang diinterpretasi oleh Krakatau Band. Musikalisasi puisi ini memberikan dimensi baru pada karya-karya puisi tersebut.

Kongso Sukoco menyatakan bahwa transformasi yang dilakukan Agus dari pengalaman visual ke dimensi bahasa merupakan bentuk apresiasi seni yang unik dan mungkin menjadi reinterpretasi ekspresi visual melalui bahasa puisi.

BACA JUGA : Halal Bihalal Ormas Perempuan Bersama Bunda Lale

Peluncuran buku kumpulan puisi  ‘Pertemuan Kecil’ akan berlangsung di Taman Budaya NTB, Jalan Majapahit Mataram hari Kamis (18/04/24). ***




Tilawatil Qur’an Momen Pembinaan Bibit-bibit Qori’ – Qoriah 

Dari Pekan Tilawatil Qur’an akan lahir Qori dan Qoriah terbaik yang akan menjadi duta NTB di ajang-ajang kompetisi yang lebih tinggi.

MATARAM.LombokJournal.com ~ Penutupan Pekan Tilawatil Quran ke-54 oleh RRI Mataram pada 17 Maret 2024 di Aula Yri Prasetya LPP RRI Mataram disambut dengan apresiasi yang tinggi dari Pemprov NTB. 

Kepala Biro Kesra NTB, Drs. H. Sahnan, M.Pd, yang mewakili Penjabat (Pj) Sekda NTB, Ibnu Salim, mengungkapkan kebanggaannya atas kegiatan Pekan Tilawatil Qir’an ini. 

BACA JUGA : Ramadhan, Masyarakat Diajak Menyambutnya dengan Suka Cita

Ia menyebutnya sebagai momen penting dalam pembinaan bibit-bibit qori’ dan qoriah terbaik NTB.

Sahnan menyatakan, kegiatan Pekan Tilawatil Quran ini adalah sebuah peristiwa luar biasa yang tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga merupakan kesempatan untuk pembinaan dan pembibitan.

“Kami yakin dari sini akan lahir qori dan qoriah terbaik yang akan menjadi duta NTB di ajang-ajang kompetisi yang lebih tinggi.”

Selama acara tersebut, Yanto Prawironegoro, selaku Kepala LPP RRI Mataram, memberikan pesan kepada para peserta bahwa dalam setiap kompetisi, ada kemenangan dan kekalahan. 

Bagi para pemenang, ia mendorong mereka untuk terus mengembangkan potensi mereka agar bisa tampil lebih baik di level kompetisi Tilawatil Qur;an yang lebih tinggi. 

BACA JUGA : Imam Shalat Tarawih di Lotim Meninggal Mendadak 

Sementara bagi yang belum berhasil, ia menegaskan pentingnya tetap mempertahankan semangat dan terus memotivasi diri untuk belajar lebih keras.

Hadir dalam acara penutupan ini adalah Penjabat Sekda NTB Ibnu Salim yang diwakili oleh Kepala Biro Kesra NTB Drs. H.Sahnan, M.Pd, Kadiskominfotik NTB Dr. Najamuddin Amy, Ketua LPTQ NTB, Dewan Hakim, serta perwakilan dari pihak sponsor.

Pekan Tilawatil Quran ke-54 kali ini mengusung tema “Internalisasi Nilai-nilai Al Qur’an Bagi Generasi Milenial Menuju Indonesia Emas”. 

Para pemenang dari berbagai cabang perlombaan menerima hadiah berupa piala, sertifikat, dan uang pembinaan. 

Juara pertama baik putra maupun putri dari cabang tilawah akan langsung mewakili RRI Mataram ke tingkat nasional yang akan diselenggarakan pada 21-26 Maret 2024 di Yogyakarta.

BACA JUGA : Pemerintah Jamin Ketersediaan Stok Pangan di bulan Ramadhan

Berikut adalah daftar nama-nama juara PTQ ke-54 RRI Mataram di masing-masing cabang mata lomba:

Cabang Tausiyah Putera:

  • Juara I: Yek Ahmad Galib, dengan nilai 91.
  • Juara II: Hartawan, dengan nilai 87.
  • Juara III: Ahmad Kholiqi, dengan nilai 73.

Cabang Tausiyah Puteri:

  • Juara I: Baiq Fadilatul Islamiah, dengan nilai 94.
  • Juara II: Pairoza Resti Hatiza, dengan n

             Juara III: Dina Aulani, dengan nilai 87.

Cabang Tilawah Putera:

  • Juara I: Mohammad Alwi, dengan nilai 92.
  • Juara II: Ahmad Tohairi, dengan nilai 88.
  • Juara III: Taqwa Hikmatullah, dengan nilai 87.

Cabang Tilawah Puteri:

  • Juara I: Sulis Stiawati, dengan nilai 90,5.
  • Juara II: Hariyani, dengan nilai 87,5.
  • Juara III: Arbianti, dengan nilai 86,5.

Cabang Tahfidz Putera:

  • Juara I: Arzak Mahardika, dengan nilai 100.
  • Juara II: Iqbal Al Fiqri, dengan nilai 97.
  • Juara III: M. Kandiaz Samiu Akbar, juara III dengan nilai 96.

Cabang Tahfidz Puteri:

  • Juara I: Siti Rohdiana, dengan nilai 98.
  • Juara II: Najwa Andini Dwi Anugrah, dengan nilai 95.
  • Juara III: Laila Rahmatinnisa, dengan nilai 94,5.***