Zakaria, Pelestari Rudat dari Terengan

lombokjournal.com

Sanggar Seni Rudat dan Mekayat (membaca syair hikayat, Sasak) juga memiliki visi besar. Di rumah Zakaria, tempat latihan sanggar Panca Pesona, terpampang spanduk yang menjelaskan visi sanggar itu, “Menciptakan manusia yang kreatif dan inovatif, dan kritis serta melestarikan budaya leluhur yang islami.”

rudatterengan22mei1
Zakaria dengan pedang peninggalan tentara Jepang

rudatterengan22mei

Entah sejak kapan seni tari Rudat masuk ke Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Menurut Zakaria (42),  warga Dusun Terengan, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, seni Rudat dan membaca syair hikayat (masyarakat setempat biasa menyebut mekayat) sudah dimainkan dan digemari di dusunnya sejak jaman Belanda.

Waktu kecil, Zakaria masih ingat bagaimana kakek dan bapaknya sangat bersemangat memainkan Rudat.  Dan di sanggar Rudat di Dusuin Terengan salah satu properti yang dimiliki adalah sebilah pedang peninggalan tentara Jepang.

Hingga kini,  seni Rudat (tiap main di dusun-dusun dibarengi pertunjukan Kemidi Rudat, drama tradisi yang banyak menyisipkan humor) masih menjadi pertunjukan rakyat yang digemari di Desa Pemenang Timur.  Tiap ada hajatan pernikahan atau sunatan di berbagai dusun di Pememang Timur, seni Rudat menjadi hiburan utama.

Bahkan sekitar tiga tahun silam,  seni Rudat menjadi tontonan terfavorit di Desa Teniga, Kecamatan Tanjung. “Kalau saya main di Teniga, selalu saya dijemput dan pulangnya diantar ramai-ramai masyarakat Teniga,” cerita Zakaria, hari Sabtu (21/5), mengenang saat-saat menyenangkan sebagai aktor Kemidi Rudat.

rudatterengan22mei2rudatterengan22mei4

Zakaria kini memimpin organisasi yang membina Rudat, Panca Pesona, yang rutin mengadakan latihan bersama 32 orang anggotanya, perempuan dan laki-laki, sebagian besar remaja dan pemuda Dusun Terengan. Di Dusun Terengan, wadah organisasi Rudat baru terbentuk sekitar tahun 1990-an, sebelumnya meski tanpa organisasi formal, kegiatan Rudat sudah ramai.

Menurutya, Rudat digemari selain merupakan pertunjukan yang akrab dengan masyarakatnya, menghibur dengan nyanyi dan tarian serta banyak diselingi humor, seni itu membawa pesan agama yang kental. Khusus di Terengan, masyarakat percaya bahwa jidur Rudat bertuah. Ada ungaoan di masyarakat kalau saat musim orang sakit,  “itu mau dirudatkan” maksudnya untuk mengusir bala harus diadakan pertunjukan Rudat. “Mungkin ini hanya sugesti. Tapi ada buktinya. Karena itu kalau jarang ada Rudat, pasti ada saja yang sakit,” cerita Zakaria.

Zakaria punya pengalaman, tahun 2014 waktu mengikuti festival di KODAM Udayana, Bali, ia terserang tipes parah, tapi ia memaksa diri tetap tampil. “Saya ingat sejarah Jendral Sudirman, yang ditandu tapi tetap bergerilya,” kenangnya. Akhirnya aia bisa main, dan setelah itu langsung sehat.

Syiar Agama

Ada 32 pesan dalam lagu yang dibawakan Rudat. Salah satunya tentang nasehat pada penontonnya, bahwa manusia penuh kelemahan, sering melakukan dosa. Karena itu, manusia dianjurkan selalu mengucapkan istiqfar. “Segala sesuatu bersifat fana, yang kekal abadi adalah zat Allah yang Maha Rahman,” ujar Zakaria mengutip terjemahan ayat Al Qur’an.

rudatterengan22mei5

Lagu-lagu dalam seni Rudat diambil dari kitab Al Barzanji, yang dirubah ke dalam bahasa Melayu.  Dalam lagu-lagu yang dinyanyikan, diajarkan perilaku hidup yang seharusnya dijalani kaum muslim. Ini tercermin dalam susunan atau struktur pertunjukan Rudat, yang dimulai dengan salam pembukaan selamat datang (salam).  Tiap pertemuan sesama muslim, menurutnya, harus saling mengucapkan salam.

Kemudian baris berbaris dalam Rudat, bermakna tiap melakukan apa pun harus dengan persiapan yang matang. Baru memasuki permainan inti, yang nyanyiannya menyampaikan pesan-pesan moral yang disesuaikan dengan publiknya (dicari lagu agar pesan yang disampaikan sesuai dengan penontonnya).

Waktu tampil di Saman Summit tahun 2012 di Jakarta, Rudat dari Dusun Terengan ini menyanyikan lagu-agu yang menggambarkan masyarakat tradisi Lombok Utara yang banyak bermukim di wilayah pegunungan dan perbukitan, karena itu harus pandai-pandai menjaga keutuhan budayanya. Rudat Terengan tampil bersama 18 grup kesenian dari 9 provinsi seluruh Indonesia, setelah disurvey DR Endo Suwanda, mempunyai ‘kedekatan’ dengan Tari Saman

Dalam tarian Rudat diakhiri dengan baris berbaris, ini bermakna persiapan menghadapi kehidupan setelah mati. “Lillahi masyarikiha wa magharibiha.  Dari masryik ujung timur mulai matahari terbit, sampai magrib saat matahari tenggelam, semua kehidupan semata-mata di dalam kekuasaan Allah, itu pesan tarian Rudat seperti dituturkan Zakaria.

“Orang tua tidak pernah menyampaikan pesan seperti ini. Tapi saya menafsirkan filosofi seni rudat seperti itu,” kata Zakaria, ayah dua putra yang sejak kelas 4 SD sudah bermain Rudat.

Bagi Zakaria, tetap setia menjaga kelestarian seni Rudat merupakan kewajiban memelihara tradisi leluhur yang bersumber dari ajaran Islam.  Seni Rudat seperti halnya mekayat (membaca syair hikayat) merupakan media pendidikan moral yang harus terus dihidupkan. Dalam seni membaca syair hikayat, Zakaria pernah menjadi pembaca terbaik Syair Hikayat yang diselenggarakan RRI Mataram tahun 1995.

“Rudat dan mekayat itu bisa diakukan di rumah duka atau hajatan pernikahan. Ada pesan agama yang disampaikan melalui kesenian,” kata Zakaria tamatan SMP yang pada Israj Miraj baru-baru ini banyak memenuhi undangan mekayat hingga ke Mataram.

Pesan moral agama tak mesti disampaikan dengan cara ceramah.  Seperti Wali Songo yang mengajarkan Islam melalui seni wayang dan gamelan, Zakaria juga percaya kesenian juga media efektif menjadi sarana syiar Islam.

Prestasi Rudat Dusun Terengan;

  • Juara III Tari Kreasi Rudat Tingkat Kodam Udayana 2014
  • Juara I Festival Rudat se Pulau Lombok Juara II 2013 dan 2014 juara 1
  • Juara I Kreasi Tari Tradisi KODIM Lobar 1602 dan Korem Wirabhakti tahun 2014
  • Juara Harapan III Kreasi Tari Tradisi Kodam Udayana yang diikuti peserta dari Bali, NTB dan

Sanggar Rudat yang aktif di Lombok Utara saat ini ada di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Desa Lokok Rangan, Kecamatan Kayangan,  Desa Krakas, kecamatan Gangga,  masing-masing desa ada satu grup Rudat. Sedang di Kecamatan Pemenang ada tiga grup, masing-masing di Desa Pemenang TImur (Dusun terengan 3 grup, Desa Pemenang Barat (Dusun Telaga Wareng 1 grup), dan Desa Malaka (Duun Mentigi 1 grup dan Dusun Pandanan 1 grup)

Suk

 

 

 




Provinsi Literasi; Mereproduksi Karya Lokal dan Membuka Ruang Kreativitas

MATARAM – lombokjournal.com

Program Provinsi Literasi 2016 yang diluncurkan pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei lalu, merupakan bagian dari upaya meningkatkan minat baca dan membuka ruang bagi penulis daerah.

Hal itu  sudah menjadi perhatian DR Rosiady Sayuti semasa menjadi Kepala Bappeda NTB.  “Peningkatan literasi bukan cuma seputar minat baca dan kreatvitas penulisan, tapi juga mencakup pengembangan nalar dan pembentukan karakter masyarakat NTB,” kata Rosiady, Rabu (4/5).

DR H Rosiady : Mengimplementasikan kegiatan baca sastra
DR H Rosiady : Mengimplementasikan kegiatan baca sastra

Sebelumnya, Dinas Dikpora NTB sempat mewacanakan wajib membaca sastra bagi pelajar, mulai Sekolah Dasar hingga sekolah menegah atas. Bahkan wacana itu jauh sebelum Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan  mengeluarkan Permen Pendidikan  (tahun 2015 yang mewajibkan siswa membaca sastra sebelum pelajaran pertama dimulai.

“Waktu pertama dilantik sebagai Kadis Dikpora, gubernur sudah menyiapkan Pergub yang mengatur kewajiban baca sastra di sekolah,” cerita Rosiady.

Bulan Januari  2015 Rosiady dilantik kembali menjadi Kadis Dikpora, tugas pertama yang dilakukannya adalah menyusun Peraturan Daerah (Perda) Dinas Pendidikan. Momentum itu kembali dimanfaatkankannya  untuk mewujudkan impian meningkatkan kegiatan baca sastra di kalangan pelajar.

Dalam Perda (Peraturan Daerah) yang mengatur Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Prov NTB 2015, turunannya ada 7 Peraturan Gubernur Pergub). Pergub itu disamping mengatur soal pendanaan pendidikan (drafnya selesai disusun), dan beberapa lainnya, yang tetap menjadi perhatian Rosiady adalah implementasi kegiatan baca sastra.

Dalam konsep yang tengah disusun bersama timnya, pelajar SD diwajibkan membaca 6 buah buku sastra, SMP sebanyak 6 buku, sedang pelajar setingkat SMA sedikitnya membaca 9 buku.

Rosiady menuturkan, saat tengah menyelesaikan draf terkait literasi itu, dosen Unram DR Mahsun baru menyelesaikan tugasnya di Badan Pembinaan Bahasa Pusat. “DR Mahsun banyak memberi masukan untuk melengkapi terkait program literasi. “ akunya.

Rekonstruksi Sastra Lokal

Seperti diungkapkan saat melaunching program Provinsi Literasi 2016 saat peringatan Hari Pendidikan (2/5), peningkatan literasi tak sebatas persoalan minat baca dan kemampuan menulis. Waktu itu Wakil Gubernur, Muhammad Amin juga menekankan pentingnya kualitas pola pikir dan pengembangan nalar  anak didik.

Namun penekanan pada kemampuan membaca sastra dan mengapresiasi budaya daerah menjadi focus Tim Literasi. Yang dibentuk Dikpora Tim yang terdiri dari kalangan guru, budayawan dan akademisi itu, kini tengah menyelesaikan rekonstruksi sekaligus mereproduksi naskah yang bersumber dari karya-karya lokal atau cerita rakyat.

“Karya-karya yang ada kita reproduksi, sedang kegiatan merekonstruksi menyangkut penyesuaian bahasa yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan,” ujar Rosiady. Kegiatan itu mencakup dua sasaran sekaligus, selain peningkatan minat baca juga  mengapresiasi budaya lokal.

Di luar itu, pihak Dikpora tetap akan memberi ruang bagi seniman, penulis dan sastrawan di daerah untuk meningkatkan khasanah karya sastra di daerah. Menurut Rosiady, keberhasilan program literasi justru  saat semua pihak memandang penting peningkatan cara berpikir untuk memproyeksikan masa depan NTB yang lebih maju.

“Membaca dan menulis hanyalah jalan mencapai tujuan kebangkitan manusia, khususnya warga NTB,” pungkas Rosiady.

 Ka-eS




Urusan Kebudayaan Bukan Di Bawah Dinas Pariwisata

MATARAM – lombokjournal.com

Urusan kebudayaan di daerah yang dikembalikan menjadi urusan Dinas Pendidikan memungkinkan pembinaannya lebih terarah. Selama penanganan kebudayaan di bawah Dinas Pariwisata, sektor kebudayaan  dipersempit menjadi pelengkap atraksi   pariwisata.  

DR H Rosiady Sayuti : urusan kebudayaan tidak bisa dipisah dari pendidikan
DR H Rosiady Sayuti : urusan kebudayaan tidak bisa dipisah dari pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKPORA), DR H Rosiady Sayuti saat dikonfirmasi juga membenarkan, penanganan kebudayaan seharus bergabung dengan pendidikan. “Memang tepat, kebudayaan harus bergandengan dengan pendidikan. Kebudayaan penanganannya tidak bisa dipisah dari pendiidikan,” katanya pada Lombok Journal di kantornya, Rabu (4/5).

Lebih lanjut Kadis Dikpora menegaskan, proses pembudayaan yang efektif harus melalui jalur pendidikan. Sebab proses yang berlangsung dalam pembinaan kebudayaan adalah proses penanaman nilai. Hal itu hanya dimungkinkan melalui kelembagaan pendidikan.

Kalau di Dinas Pariwisata memang tidak tertangani dengan baik. Karena itu, mengembalikan urusan kebudayaan bergabung dengan Dinas Pendidikan akan lebih mencapai sasaran.

“Pariwisata memang membutuhkan atraksi seni budaya. Namun orientasinya berbeda. Pijakan

Dinas Pariwisata adalah memasarkan. Sedang Dinas Pendidikan lebih menekankan pemahaman dan penanaman nilai. Karena penanganan kebudayaan jadi subordinat pariwisata, substansi pembinaan kebudayaan jadi kalah pamor dengan pariwisatanya,” kata Rosiady yang dikenal sebagai pakar sosiologi pedesaan itu.

Diperkirakan, bulan Agustus mendatang perubahan yang kembali menggabungkan kebudayaan ke Dinas Pendidikan sudah terealisasi.

“Pariwisata akan ditangani dinas tersendiri. Pendidikan dan kebudayaan akan diurus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, sedang urusan pemuda dan olahraga juga menjadi dinas tersendiri meski tingkatnya tidak sama dnegan dinas yang ada,” jelas Rosiady.

Saat ini, draft tentang perubahan nomenklatur dinas itu sudah rampung di tingkat provinsi. Berlaku efektifnya tinggal menunggu Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur Tentang Penataan Organisasi di Daerah yang akan dtandatangani Presiden.

Ka-eS