Kiprah Pondok Pesantren Sirajul Huda mendapat perhatian Pemrov NTB. Pihak Disperindag NTB dorong Ponpes ini memberdayakan pengrajin
LOTENG.lombokjournal.com — Kiprah yang dilakukan Ponpes Sirajul Huda di Dusun Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah, tidak hanya memikat wisatawan. Pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, mulai memberi perhatian atas inovasi programnya.
Empat orang dari Dinnas perdagangan (Disperindag) NTB, berkunjung ke Ponpes Sirajul Huda, Selasa (11/7). Semula kunjungan itu untuk menindaklanjut pengajuan proposal permohonan pengadaan mesin Jahit, beberapa waktu sebelumnya.
Namun kedatangan Ponpes di Dusun Paok Dandak itu, mulai melihat potensi yang dimiliki ponpes ini. Apalagi setelah tim survey dari Disperindag itu bertemu dan mendapat masukan dari Ketua harian Yayasan, Ahmad Jumaili dan Kepala SMKI, Suhaili, M. Si.
Hasil pembicaraan itu, kedatangan Tim Diisperindag akhirnya menyatakan kesiapannya untuk pengadaan mesin Jahit. Bukan sebatas itu, bantuan yang diberikan malah berkembang.
“mereka juga akan menyiapkan fasilitator untuk membekali anak-anak untuk aneka kerajinan,” kata Ahmad Jumaili.
Kesediaan pihak Disperindag itu merupakan jawaban spontan atas fakta yang ditemui di lapangan. “Potensi dari beberapa siswa mendapat perhatian,” jelas Jumaili.
Bahkan lebih jauh, pihak Disprindak menyarankan agar pihak Yayasan mengakomudir beberapa pengerajin sekitar. Lebih-lebih dari kalangan wali murid, seharusnya mereka bisa diberdayakan.
“Disperindag menyatakan kesiapannya siap untuk mencarikan pasar untuk semua jenis kreasi kerajinan,”jelas Jumaili..
Menurutnya, kesediaan pihak Disperindag itu merupakan komitmen penting. Kalau potensi siswa, bahkan masyarakat sekitar ponpes, diberdayakan akan menghasilkan generasi yang mandiri dalam semua aspek.
Misalnya, dengan adanya mesin jahit, para siswa siap memproduksi pakaian seragam sekolah. Bahkan beberapa jenis produksi lainnya, bisa dipasarkan.
Gilang
Tangkal Percalon Penerimaan Siswa Baru, Sekolah Harus Pedomani Aturan
Sejak wewenang penyelenggaraan SMA/SMK diambil alih provinsi, sekolah diminta benar-benar pedomani aturan yang ada
Ilustrasi Percaloan (Foto: Ist)
MATARAM.lombokjournal.com — Maraknya isu pungutan liardan praktik percaloan saat proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) , mendapat respon Gubernur NTB, H.M Zainul Majdi di Mataram.
“Supaya tidak tersangkut masalah, sekolah saya minta bisa pedomani semua aturan yang ada. Misalnya, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dalam penggunaannya dipedomani betul aturannya,” kata Gubernur Zainul Majdi, Selasa (11/7)
Menghindari penyimpangan yang sering terjadi di sekolah seperti pungutan liar ( pungli ), semua sekolah, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah menangah kejuruan ( SMK ) sederajat yang kini kewenangannya di ambil alih oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) diminta selalu berpedoman dalam aturan yang ada dalam membuat setiap kebijakan
“Biasanya kan menjelang penerimaan siswa baru sering terjadi hal seperti itu, ” cetusnya.
ia minta semua guru untuk benar – benar menjaga dan menjadikan sekolah sebagai tempat terhormat dan dibanggakan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB diminta melakukan pembenahan, menerapkan prinsip akomodatif dan mengakomodir tenaga semua tenaga honorer.
“Pembenahan menyangkut reward dan punishmen, kalau ada yg melakukan pelanggara atau penyimpangan, harus dilakukan tindakan tegas. Tidak ada toleransi bagi yang melakukan pelanggaran,” kata gubernur.
AYA
Wawasan Anti Korupsi Untuk Para Pendidik di NTB
Para Kepala Sekolah, Calon Kepala Sekolah dan Para Pengawas Pendidikan SMA/SMK serta Lembaga Pendidikan di NTB mendapat pembekalan wawasan Anti Korupsi,
MATARAM.lombokjournal.com — Ini upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB mewujudkan pendidikan yang berintegritas. Para pendidik, mulai Kepala Sekolah, Calon Kepala Sekolah dan Para Pengawas Pendidikan SMA/SMK serta Lembaga Pendidikan di bawah wewenang Pemprov NTB mendapat pembekalan wawasan anti korupsi selama dua hari, Selasa dan Rabu (11-12/7), di Gedung Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB.
Pembekalan wawasan antikorupsi, terutama mengenai aturan pungutan dan sumbangan pendidikan. Wawasan itu merupakan upaya preventif mencegah kasus kasus pungli (pungutan liar) di lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov. NTB H. Muh. Suruji, menjelaskan, pembekalan dua hari itu dihajatkan agar ke depan tidak ada lagi kasus kasus yang menjerat pelaku utama pendidikan dalam mengelola keuangan sekolah. Dikatakannya, perkembangan penerimaan peserta didik sekolah menengah yang sudah digagas dengan sistem baru (sistem zona).
“Alhamdulillah di NTB berjalan lancar dan aman, tanpa penolakan seperti di daerah lain,” terangnya.
Tim Sauber Pungli dan 4 Rektor PTS terkemuka di NTB didaulat menjadi narasumber, yakni Rektor STKIP Hamzanwadi, Rektor IKIP Mataram, Rektor STKIP Bima dan Rektor UNSA.
Gubernur NTB, Dr.TGH. M. Zainul Majdi yang akrab disapa TGB, saat membuka acara menegaskan, penyelenggara pendidikan harus memiliki komitmen tinggi menjaga integritas.
“Salah satunya dengan membentengi diri dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di sekolah,” tegasnya.
Diingatkan gubernur, para pendidik agar taat asas dan mengikuti prosedur atau standar standar yang sudah ditetapkan, terutama dalam pengelolaan keuangan. “Khusus untuk pengelolaan belanja keuangan atau pungutan, jangan ada inovasi,” tegasnya.
Institusi Mulia
Penegasan itu dimaksudkan, jangan sampai institusi pendidikan sebagai tempat mulia, tempat anak-anak menimba ilmu, menjadi tercoreng kepentingan pihak tertentu. Mewujudkan pendidikan yang berintegritas, membutuhkan keteguhan komitmen semua pihak, ungkap gubernur di hadapan 487 kepala sekolah, calon kepala sekolah dan pengawas serta undangan yang hadir.
Gubenur Majdi mengajak seluruh pengelola pendidikan di NTB menyikapi peralihan kewenangan pengelolaan pendidikan tingkat menengah atas (SMU/SMK) ini dengan menampilkan kinerja dan ikhtiar terbaik.
“Pelimpahan kewenangan itu harus dapat secara nyata berkontribusi meningkatkan sektor pendidikan di NTB secara keseluruhan,” tegasnya.
TGB menyebut pendidikan sebagai salah satu sektor dengan regulasi yang cukup kaya. Misalnya, dalam hal penerapan kurikulum, butuh waktu bertahun tahun memutuskan apakah kurikulum tersebut sudah sesuai atau tidak.
Guna mewujudkan generasi berkualitas dan berkarakter, TGB menitipkan harapan kepada para guru dan kepala sekolah, agar mengintegrasikan 3 hal dalam mendidik. Yaitu transfer pengetahuan kognitif kepada peserta didik. Kemudian transfer nilai nilai baik, dan yang terakhir guru juga harus mampu mendorong , memotivasi serta memfasilitasi peserta didik melakukan penjelajahan intelektual.
Dalam kesempatan itu, TGB spontan mengajak undangan berdiri dan menyanyikan lagu hymne guru dan Indonesia Jaya. ” Lagu-lagu yang dapat menggugah kecintaan kita kepada guru dan tanah air”, ungkap TGB mengakhiri sambutannya.
AYA
Agribisnis SMK Islam Sirajul Huda, Loteng, Memikat Bule Austria
Tertarik pengelolaan lahan siswa SMK Islam Sirajul Huda di Lombok Tengah (Loteng), pasangan bule asal Austria tertarik jadi petani
Bule Austria beajar bertani (foto: Gilang)
LOTENG.lombokjournal.com — Pasangan bule atau wisatawan asing berkebangsaan Austria, akhirnya mencopot alas kakinya turun ke sawah. Rupanya mereka terkesan saat melihat siswa-siswa SMK Islam di Ponpes Sirajul Huda Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Kabupaten Loteng, sedang mengola lahan persawahan, Selasa (11/7) siang.
Awal ketertarikan pasangan bule Austria sehingga mengunjungi siswa SMK itu, bermula dari cerita yang didengarnya tentang jurusan Agrybisnis di SMK Islam, dengan menyiapkan lahan yang dikelola langsung oleh semua siswa. Tentu, selain itu mereja juga tertarik dengan adanya program Pengkajian islam, kursus beberapa bahasa, dan beberapa program lainya.
Informasi itu diperolehnya saat berkunjung ke salah satu desa yang dinobatkan menjadi Desa Wisata di Lombok Tengah yaitu Desa Mas-Mas, Batu Keliang Utara ( BKU).
Merekamengaku, Lombok merupakan salah satu tempat terindah yang pernah mereka kunjungi. Selain alamnya menyuguhkan panorama yang beraneka ragam, masyarakat yang dijumpainya selalu menyapanya penuh keramahan.
“Masyarakatnya ramah-ramah, dan itu jarang kami jumpai di negeri kami,” tutur bule laki-laki bernama Ploryan, 25 tahun.
Mereka tampak akrab dan berbagi cerita dengan beberapa siswa SMK yang diketuai Khairul Hatoni, yang tahun ini naik kelas III. Plorya yang datang bersama Isabela, 22 tahun, berjanji untuk berkunjung kembali bersama rombongan atau jumlah lebih besar.
Mereka mengaku sangat terkesan dengan sapaan hangat beberapa siswa yang sempat berkomunikasi meski hanya beberapa saat. Jangan anggap remeh, meski keduanya masih muda mereka adalah para pengajar atau guru bahasa. Di Austria mereka mengaku sebagai Dewan Pengajar Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris .
Dalam obrolan akrab dengan beberapa siswa, keduanya sempat memotivasi semua siswa agar lebih giat belajar. “Di Negeri kami banyak peluang untuk mendapatkan beasiswa,” ujar Ploryan yang langsung diiyakan Isabel..
Baik Ploriyan dan Isabela, mereka berencana sekitar dua hari lagi di Lombok. Setelah semalam menginap di Senggigi, mereka akan pullang ke negaranya.
“Ya, malam ini kami akan menginap di Senggi,” kata isabel menjawab pertanyaan siswa.
GILANG
Program ‘Hafizul Qur’an’ Ponpes Al-Idrisy, Loteng, Kurang Sosialisasi di Daerah Sendiri
Hafizul Qur’an sebagai program pengajaran Pondok Pesantren Al-Idrisy Dusun Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah, banyak diminati santri luar daerah
LOTENG.lombok journal — Banyaknya santri dari luar daerah yang mengikuti program Hafizul Qur’an di pondok pesantren Al-Idrisy Desa Durian, Janapria, Loteng, harus menjadi tantangan pengurusnya untuk mensosialisasikan di daerah sendiri.
Camat Janapria H. Mahlan, S. Sos, saat menghadiri Pondok Pesantren Al-Idrisy banyak mensosialiasikan programnya di daerah sendiri. “Jangan terkesan program Hafizul Qur’an lebih dikenal di luar daerah,” kata H Mahlan. (foto:Gilang/Lombok Journal)
Himbauan itu disampaikan Camat Janapria H. Mahlan, S. Sos, saat menghadiri Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Al-Idrisy Tahun Ajaran 2017/2018, Selasa (11/7). “Jangan terkesan program Hafizul Qur’an lebih dikenal di luar daerah,” kata H Mahlan.
Terkait datangnya santri dari luar daerah, Camat berharap jangan sampai perbedaan budaya menjadi penghambat dalam proses belajar. Malah seharusnya dijadikan penambah wawasan.
“Artinya, dengan banyaknya santri yang datanng dari luar, masing-masing bisa mengetahui keperibadian yang bermacam corak dan warna,” katanya.
Salah satu wali murid yang mengaku dari Flores, NTT mengatakan, motivasinya memondokkan putranya di Ponpes A-idrisy tersebut, ia berharap putranya pendidikan islam yang baik.
“Kami memilih ponpes disini karena sudah terlihat buktinya dan dewan pengajarnya pun tidak dirgukan,” akunya.
Ia mengaku rela datang jauh-jauh meski dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan, dengan harapan putranya memperoleh pendidikan yang baik.
Secara Resmi yang digelar Dusun Paok Dandak, Desa Durian, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah Selasa, 08 Juni 2017 di Masjid Ponpes Al-Idrisi.
Penerimaan santri baru yang dirangkai acara Halal Bil Halal, dan Musyawwarah Tahunan Wali Santri terkait kebijakan dan peraturan Pondok Pesantren, dihadiri beberapa tokoh masyarakat setempat, Kepala Dusun durian dan Ratusan wali santri dari berbagai daerah.
Gilang
Pendidikan Karakter, Di NTB Penerapannya Secara Bertahap
Kebijakan penguatan pendidikan karakter merupakan konsep bagus, NTB akan menerapkannya secara bertahap sesuai kesiapan daerah
MATARAM.lombokjournal.com — Gubernur NTB, TGH M Zainul majdi yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu mengatakannya di sela sela acara Ceramah PPK oleh Mendikbud RI, Muhadjir Effendy di Mataram, Minggu (9/7) malam.
TGB menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap penerapan kebijakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di seluruh sekolah di Nusa Tenggara Barat. Program pendidikan karakter itu penerapannya dilakukan secara bertahap sesuai kesiapan dunia pendidikan di NTB.
“Salah satu fungsi pendidikan adalah membentuk karakter peserta didik, yang gilirannya akan melahirkan generasi baru yang berkarakter kuat, dan terwujud bangsa yang maju dan berperadaban tinggi,” ujar TGB.
Sebelumnya, Mendikbud dalam ceramahnya di depan 1.275 peserta yang terdiri guru, Kepala Sekolah, Rektor dan para pegiat pendidikan se- Pulau Lombok, salah satu program prioritas pendidikan yang menjadi perhatiannya adalah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Sedangkan prioritas yang lain sudah berjalan dengan baik, yakni evaluasi Ujian Nasional, revitalisasi pendidikan kejuruan dan percepatan akses pendidikan melalui Program Indonesia Pintar (PIP), jelasnya.
Menurut Muhadjir, penguatan pendidikan karakter tahun lalu, baru piloting pada 1.500 sekolah dan berhasil. Tahun ini, diimplementasikan lebih banyak lagi bagi sekolah yang sudah siap.
Mendikbud mengatakan, Permendikbud no 23/2017 sebagai pintu masuk penerapan PPK melalui pengaturan jam kerja guru. Salah satu sentral kesuksesan pendidikan karakter adalah guru.
“Maka beban kerja guru harus diatur sedemikian rupa, sehingga selain dapat memenuhi kewajiban sertifikasi juga menjadi pihak yang harus bisa membangun sinergi tripusat pendidikan,” kata Muhadjir.
Tripusat itu adalah sekolah, masyarakat dan keluarga. Guru harus mampu menjadikannya beririsan satu sama lain, sehingga siswa terbentuk karakternya tidak hanya dari jam tatap muka di kelas saja, tetapi juga dengan lingkungan dan masyarakat, terang Mendikbud yang juga Guru Besar Universitas Negeri Malang ini.
Dalam PPK, lanjut Mendikbud, guru harus mampu mengolah situasi agar siswa memiliki 4C. Yakni, critical thinking, communication skill, creativity and innovation, serta collaboration.
“Pembelajaran tidak hanya mengandalkan kelas. Guru harus bisa mengajak siswa lebih aktif, memecahkan masalah, bekerja dalam tim, saling menghormati dan menghargai, “ ujar Mendikbud.
Dukungan juga diberikan oleh Ketua Yayasan Lentera Hati Mataram, Muazhar Habibi. Menurutnya, di Mataram pendidika karakter sudah jalan. “Jadi kalau ada program Mendikbud seperti ini kita tinggal menyesuaikan saja,” ungkapnya.
Sebelum ceramah PPK Mendikbud sempat mengunjungi tiga sekolah, yakni Lentera Hati boarding School, Ponpes Nurul Jannah Nahdhatul Watan Ampenan, dan Muhammadiyah Boarding School di Mataram.
AYA
Bupati Lombok Tengah (Loteng) Tingkatkan Mutu Madrasah Untuk Filter Pariwisata
Pemkab Loteng Akan Tingkatkan Mutu Madrsah
Cara yang dianggap paling strategis untuk filter dan membentengi pengaruh pariwisata yakni meningkatkan mutu madrasah
LOTENG.lombokjournal.com — Bupati Lombok Tengah H. Moh. Suhaili FT bertekad makin berupaya meningkatkan mutu madrasah se Lombok Tengah, karena dianggap paling strategis membentengi pengaruh pariwisata.
Penegasan itu disampaikan Asisten II, saat menyampaikan sambutan Bupati Lombok Tengah dalam acara halal bil halal yang diselenggarakan Yayasan Marraqitta’limat Bakan di Halaman Madrasa Ibtidak Iyah, Senin, (10/7).
Menurut Asisten II, salah satu bentuk peningkatan mutu itu, yakni pihak Pemkab Loteng akan selalu mendukung pengembangan madrasah. “Kalau ada proposal dari madrasah, Pemkab Loteng akan memberikan bantuan kepada Madrasah,” ujarnya.
Halal bil halal yang diselenggarakan Yayasan Marraqitta’limat Bakan di Halaman Madrasa Ibtidak Iyah, Senin, (10/7).
Pada kesempatan sama, Kemenag Loteng, Drs. H. Nazri Anggara, sempat menguraikan tentang ‘Lima S’ dalam pariwisata Lombok. “Kelima S menjadi titk fokus dan PR semua Madrasah,” katanya
Menurutnya, pariwisata itu mengandung ‘Lima Unsus’ yaitu ‘Sin ‘ artinya pasir yang bersih jadi daya tarik yang luar biasa. Kemudian ‘Sea’, lautnya yang terbentang luas dengan deburan ombak yang membuka lebar peluang bagi para turis manca negara menikmatinya dengan olahraga surfing.
Selanjutnya ‘ Sun’ yakni matahari yang memberikan sinar hangat yang tidak didapat di tempat lain, selanjutnya ‘Souvenir’ yaitu aneka kerajinan yang bisa dibeli sebagai ole-ole.
Danan yang perlu mendapat filter atau dibentengi yaitu ‘S’ yang terakhir yakni ‘Sex’. Soal yang terakhir ini langsung berurusan dengan keimanan seseorang.
“Mau tidak mau, tanpa benteng yang kuat akan terjadi penyimpangan norma agama dalam perilaku sex, jika tidak mulai sedini mungkin kita bekali anak cucu kta dengan pengetahuan agama. Mereka akan terseret arus,” jelas Nazri saat memberikan kata sambutan singkat.
Acara halal bil halal ini dihadiri Kemenag Lombok Tengah, Drs. H. Nazri Anggare, Camat Janapria H. Mahlan, S. Sos, beberapa tokoh masyarakat, dan ratusan wali murid.
Camat Janapria sempat menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat Desa Bakan atas terselenggaranya kegiatan ini.
GILANG
TGB Ingatkan, Bendera Merah Putih Simbol Perjuangan Para Ulama
Pengurus Pondok Pesantren di Bima diingatkan Tuan Guru Bajang (TGB), mengibarkan bendera merah putih sebagai simbol istiklal merdekanya kita, yakni kembali ke fitrah, kembali kepada kebaikan dan kembali kepada kebenaran.
BIMA.lombokjournal.com — Gubernur NTB, Dr.TGH. M. Zainul Majdi yang akrab disapa TGB mengajak pengurus dan para santri Pondok Pesantren Al Madinah Desa Bolo, Kecamatan Bolo, Kabupatem Bima mengibarkan bendera merah dan menghormati bendera yang merupakan simbul dari perjuangan para ulama kita.
“Ini simbol dari perjuangan para ulama pendahulu kita. Tidak ada sama sekali maksud untuk disembah, tauhid kita tetap kuat,” tegas TGB saat roadshow dan Kunjungan kerjanya di Kabupaten Bima, Minggu (9/7).
Pada masa perjuangan, para ulama berjuang bersama sama membentuk laskar laskar mengusir penjajah. Kepada Pendiri Ponpes Al Madinah, Ustadz Jabir dan para pendidiknya, usai melakukan peninjauan ruang kelas dan lingkungan asrama santri di Ponpes tersebut, menyebut merah putih sebagai simbol istiklal merdekanya kita, yakni kembali ke fitrah, kembali kepada kebaikan dan kembali kepada kebenaran.
Saat itu, TGB melihat tiang bendera yang terpasang di halaman Ponpes tanpa tali dan bendera. Itu menunjukkan, Ponpes tersebut selama ini belum mengibarkan bendera merah putih layaknya lembaga pendidikan. TGB langsung minta Ustadz Jabir mengibarkan bendera merah putih.
“Menghormati bendera merah putih bukan berarti kita mengkultuskan bendera, apalagi menyembahnya,” katanya.
Rasulullah SAW juga mengajak menghormati simbol simbol yang baik dan mengingat hal hal yang baik. Demikian pula ketika melihat bendera ini, insya Allah tidak ada lain hanya ingat perjuangan dan pengorbanan ulama.
TGB juga menguraikan, dulu Bung Tomo dalam perjuangan memimpin perang di Surabaya melawan kaum penjajah, satu satunya kalimat yang beliau teriakkan adalah Alahuakbar.
Jadi mengibarkan bendera dimaksudkan menghormati jasa para pejuang untuk kebaikan. Sebagaimana Agama juga mengajarkan umat manusia senantiasa menghormati kebaikan.
“Dan kebaikan itu berasal dari perjuangan para ulama terdahulu,” pungkasnya.
AYA
MOU Mengawal Isu Pendidikan dan Kesehatan
Pendandatangan MoU untuk mengawal isu pendidikan sekaligus isu kesehatan dilakukkan antara IKIP Mataram dan Endri’s Foundation (EF) di kampus IKIP Mataram
MATARAM. Lombokjournal.com — Menurut Endri, yang mewakili pihak EF mengatakan, pendandatanganan MoU tersebut, selain menguatkan silaturahmi antara EF dan IKIP Mataram, juga merupakan bagian kepedulian merespon masalah pendidikan dan kesehatan.
“Diharapkan kami bisa saling mengisi,” kata Endri, usai penandatangan MoU kampus IKIP mataram, Senin (3/7).
MOU dintandatangani Wakil Rektor I Bidang Akademik IKKIP Mataram, DR. Janaludin, MPD mewakili IKIP Mataram dan Endri Susanto dari EF atau Yayasan Endri’s. Penandatanganan itu disaksikan Sekertaris EF, Adam Tarpiin bersama Humas IKIP MATARAM . Ismail Marzuki SH. MH. serta Kepala BAAK IKIP MATARAM.
“Kia berharap Yayasan Endris bisa menjadi tempat pendaftaran mahasiswa baru IKIP MATARAM,” ujjar Endri.
Gilang
Merayakan Lebaran Topat, Jangan Lupa Pesan Orang Tua
Hanya mereka yang berpuasa, merasakan makna hari raya (lebaran) yakni mencapai kehidupan yang fitri. Sebulan puasa di bulan Ramadhan, akan merasakan makna Idhul Fitri. Setelah itu, sepekan berpuasa di bulan Syawal maka pada tanggal 8 Syawal kalender Hjriyah, akan menemukan kebahagiaan dalam perayaan Lebaran Topat, Minggu (2/7) mendatang.
Rame-rame bersantap ketupat di pantai (foto: IST)
MATARAM.lombokjournal.com –
Lebaran Topat mendapat tempat istimewa bagi masyarakat Sasak (Lombok). Mengapa demikian? Masyarakat Sasak menyatakan rasa syukur kepada Allah SWT (Orang tua Sasak menyebutnya Neneq Kaji Saq Kuasa). Kemeriahan lebaran Topat hanya terjadi di Lombok.
Tentang simbol topat atau ketupat, menurut salah seorang tetua budaya Sasak, Lalu Anggawa Nuraksi, konon para wali dulu saat berdakwah mensyiarkan agama di pelosok Lombok selalu berbekal ketupat.
Namun ada yang mengatakan, ketupat berbentuk segi empat sebagai menu makan utamanya merupakan khasanah kearifan lokal untuk mengingatkan asal muasal manusia. Ketupat segi empat menunjukkan bahwa manusia terdiri dari air, tanah, api dan angin.
Di beberapa tempat di Lombok, orang tua atau sesepuh budaya atau adat menyebut Lebaran Idhul Fitri dan Lebaran Topat itu berpasangan. Idhul Fitri dikatakan sebagai Lebaran Mame (laki-laki/pria), sedang Lebaran Topat disebut sebagai Lebaran Nine (wanita/perempuan). Mungkin, yang terakir disebut lebaran Nine karena pada puasa bulan Syawal ini para wanita berkesempatan membayar beberapa puasanya yang batal selama puasa wajib di bulan Ramadhan. Entahlah.
Mestinya, perayaan Lebaran Topat dilakukan mereka yang berpuasa Syawal, selama sepekan pascaIdhul Fitri. Tapi tidak, semua bisa merayakannya, berkumpul bersama menyantap topat atau ketupat dengan menu khas Sasak seperti opor, urap-urap, dan panganan tradisional.
Dan secara tradisional, inti Lebaran Topat ungkapan rasa syukur yang dinyatakan dengan rasa hormatnya pada para wali penyebar Islam. Karena itu, ritual penting dalam lebaran ini adalah berziarah ke makam-makan keramat, atau kubur orang-orang suci yang berjasa mensyiarkan Islam sehingga masyarakat Lombok dikaruniahi keimanan dalam Islam.
Dan disitulah tampak nilai budaya atau kultural Lebaran Topat, sebagai ekspresi keislaman masyarakat Sasak. Di Kota Mataram, makam-makam yang biasa diziarahi masyarakat, yaitu Makam Bintaro di Ampenan, Makam Loang Baloq di Tanjung Karang, atau Makam Batu Layar (Lombok Barat).
Tiap Lebaran Ketupat, Makam Loang Baloq yang berseberangan jalan dengan Pantai Tanjung Karang, Mapak, sejak pagi penuh sesak oleh para peziarah dari berbagai tempat. Para peziarah itu berdoa, berebutan mencuci muka dan kepala dengan air di atas makam yang dianggap keramat. Demikian pula yang terjadi di Makam Bintaro dan di Batu Layar.
Di tempat lain, seperti di Lombok Tengah, masyarakat merayakannya dengan berziarah ke makam-makam keramat, yakni peristirahatan terakhir para wali yang berjasa berdakwah dan mensyiarkan Islam.
Ritual Pariwisata
Aspek sosial perayaan Lebaran Topat adalah rekreasi bersama keluarga dan handai taulan ke tempat atau obyek wisata. Tempat favorit adalah pantai. Tak heran kalau saat Lebaran Topat, pantai tertentu menjadi ramai pengunjung. Mereka bergerombol membawa bekal ketupat dan penganan tradisional lainnya untuk bersantap bersama-sama.
Pantai Senggigi di Lombok Barat termasuk paling favorit didatangi muda mudi, baik yang datang serndiri maupun bersama pasangannya. Polisi akan sibuk mengatur lalu lintas kendaraan yang datang maupun meninggalkan Senggigi..
Selain itu, seiring gencarnya promosi Lombok sebagai destinasi wisata, maka Lebaran Topat pun dijadikan salah satu event wisata untuk menarik kunjungan wisatawan. “Nuansa pariwisatanya lebih menonjol dari nuansa budaya maupun agamanya,” kata Anggawa.
Lebaran Topat sudah menjadi produk wisata. Pelaksanaan Lebaran Topat terkesan kehilangan roh budaya maupun religinya.
Tapi bagaimana pun, waktu terus berjalan dan berubah. Semula perayaan Lebaran Topat diisi dengan mengunjungi makam-makam para tokoh agama dan penyebar agama Islam di Lombok. Orang tua di Lombok dulu mengunjungi makam-makam para wali, tokoh penyebar agama Islam seperti makam Bintaro, makam Nyatuq, makam Selaparang dan lainnya.
Bolehlah muda mudi bergembira. Bolehlah pemerintah atau pelaku pariwisata mennjadikan Lebaran Topat sebagai produk wisata. Tapi ingat pesan orang tua, Lebaran Topat sesungguhnya momentum menumbuh suburkan syiar agama. Agama itu menyempurnakan tradisi. Bagi masyarakat sasak, tradisi mencerminkan nilai-nilai kebajikan agama.
Kata orang tua, Lebaran Topat dijadikan saat introspeksi mengenal kembali jati dirinya, seperti halnya seseorang yang menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
“Dendek ipuh panthok gong (tak usah segan memukul/membunyikan gong),” kata pepatah Sasak yang mengingatkan manusia agar mengoreksi diri.