Temu Kangen Siswa-Guru Angkatan 88 SMPN 1 Tanjung Mengharukan

Mantan siswa Angkatan SMP 1 Tanjung banyak yang sudah jadi orang sukses

LOMBOKUTARA.lombokjournal.com — 80 Alumni Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) Negeri 1 Tanjung angkatan 1988 menghadiri reuni sekaligus temu kangen, di Tanjung. Minggu (24/12).

Tidak hanya para alumni,  juga dihadiri beberapa guru pengajar SMPN 1 Tanjung yang masih aktif mengajar hingga saat ini.

“Ini reuni pertama angkatan 88. Dan alhamdulillah banyak yang hadir. Saya mewakili teman-teman alumni menyampaikan banyak terimakasih kepada guru- guru yang sudah mendidik kami dengan penuh sabar,” kata Ardianto, dalam sambutannya sebagai perwakilan alumni.

Ardianto, yang kini juga menjabat sebagai anggota DPRD KLU menambahkan, reuni bertujuan sebagai media silaturahmi, tidak hanya antar alumni tapi juga dengan para guru. Diharapkan di tahun-tahun mendatang lebih banyak yang hadir.

Reun juga dihadiri beberapa alumni terbaik 88, salah satunya Suliarna.S.Ag. yang menjabat sebagai Bimas Agama Budha, Kanwil Kemenag NTB. Juga Dr. Sumiadi. ST. MT, dosen di Universitas Brawijaya.

“Ada juga alumni SMP 1 Tanjung yang jadi pengusaha sukses. Cukup lengkap. Tapi jika dulu kami pernah nakal, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya,” kelakar Ardianto diukuti riuh tepuk tengan seluruh alumni.

Salah seorang guru yang hadir, Drs. Sukasman, mengaku terharu karena hingga saat ini masih diingat oleh mantan siswa didiknya.

“Terharu sekaligus bangga. Ternyata kami masih diingat, Alhamdulillah banyak yang sudah sukses. Ini bisa menjadi inspirasi generasi muda saat ini,” ungkapnya.

Di akhir acara, para alumni memberikan cindramata sebagai rasa trimakasih kepada para guru yang hadir.

DNU

 




GSMS KLU 2017 Gelar Pameran dan Presentasi Akhir

Dari program Gerakan Seniman Masuk Sekolah, diharapkan muncul mutiara-mutiara muda dari Lombok Utara. “Seni merupakan rasa yang ada dalam jiwa setiap manusia. Sehingga seni memberikan dampak yang besar terhadap prilaku manusia,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud NTB, Nasib. M.Pd

Masib, M.P.d

LOMBOKUTARA.lombokjournal.com — Setelah berproses selama kurang lebih 3 bulan, Program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) Lombok Utara 2017, akhirnya menggelar pameran atau persentasi akhir yang dipusatkan di Gedung Serbaguna Gangga, Selasa (12/12).

Enam bidang kesenian yang tergabung dalam program pusat itu di antaranya, Seni Kriya di SDN 3 Genggelang, Seni Musik di SDN 3 Santong, Seni Media di SMPN 1 Bayan, Seni Tari di SMPN 3 Tanjung, Seni Rudat di SMPN 1 Pemenang, dan Seni Teater di SMKN 1 Gangga.

“Kegiatan ini sebagai wadah bagi para generasi muda kita untuk menunjukan diri di bidang seni. Mereka semua antusias mengikuti program ini,” kata Ketua Panitia, Imam Safwan dalam sambutannya.

Bupati KLU Cq. Kasi budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata KLU, Aki Kertajati, dalam sambutannya mengatakan, kegiatan GSMS memberikan peluang dan ruang kepada siswa sekolah khususnya untuk mengekspreaikan kemampuannya di bidang seni.

“Dari kegiatan ini diharapkan muncul mutiara-mutiara muda dari Lombok Utara di bidang seni,” paparnya.

Sementata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud NTB, Nasib. M.Pd. yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan seni adalah rasa yang ada dalam jiwa setiap manusia. Sehingga seni memberikan dampak yang besar terhadap prilaku manusia.

“Pada dasarnya manusia itu senang yang indah-indah,” tukasnya.

Dia berharap, ke depan program serupa bisa dilaksanakan lagi dengan alokasi anggaran yang lebih besar.

Acara yang berlangsung sejak pukul 16.00 Wita, dimulai dengan pameran seni kriya dan media. Dan malamnya dilanjutkan dengan seni pertunjukan Rudat, tari kreasi dan ditutup dengan pertunjukan teater.

Gerakan Seniman Masuk Sekolah i bertujuan menumbuhkan minat bakat peserta didik di Bidang Seni Budaya. Selain itu, guna menjalin kerjasama dan sinergi antara sekolah dan seniman.

GSMS (Gerakan Seniman Masuk Sekolah) itu sendiri merupakan program yang dijalankan Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud RI dalam bentuk program seniman mengajar kesenian pada kegiatan ekskul di masing-masing sekolah.

DNU

 




Kongres Nasional Akan Digelar Alumni Doktor Komunikasi UNPAD

Teknologi informasi dan komunikasi melahirkan fenomena dan budaya baru, yang  melahirkan berbagai kecenderungan baru dalam praktik komunikasi.

lombokjournal.com —

Fakultas ilmmu Komunkasi UNPAD

JAKARTA — Lulusan Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad) akan menggelar Kongres Nasional Pertama dan Diskusi Ilmiah di Bandung, Jawa Barat pada Rabu (13/12) 2017 mendatang.

Para Alumni yang menyatakan diri hadir hingga saat ini sudah mencapai sekitar 150 orang. Para alumni yang hadir berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Kongres pertama ini nantinya memilih pengurus yang tergabung dalam Ikatan Alumni Doktor Komunikasi (IADK) Unpad selama tiga tahun.

Menurut Panitia Kongres Dr. Moh. Hafizni, M.I.Kom., kongres dan pembentukan secara resmi wadah atau tempat berkumpulnya para lulusan doktor ilmu komunikasi bertujuan agar para alumni bisa berkontribusi untuk pembangunan bangsa, baik secara akademik maupun sosial.

Peran para ilmuan komunikasi saat ini sangat dibutuhkan karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah melahirkan fenomena dan budaya baru yang  melahirkan berbagai kecenderungan baru dalam praktik komunikasi.

Kecenderungan ini tidak jarang menimbulkan beragam kegagalan komunikasi pada tingkat regional dan nasional. Peran pemerintah sendiri belum cukup memberikan solusi yang tepat dari perspektif komunikasi yang efektif.

Karena iitu perlu kontribusi para ilmuan di bidang komunikasi, dalam hal ini para Doktor bidang Ilmu Komunikasi.

Saat ini, Doktor Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran merupakan bagian terbesar dari keseluruhan Doktor bidang Ilmu Komunikasi yang ada di Indonesia.

Mereka terdiri dari para dosen di berbagai Perguruan Tinggi Negeri, Swasta serta para praktisi media.

Visi besar pembentukan komunitas ini juga diharapkan menjadi tempat brainstorming isu-isu komunikasi guna mencari solusi berbagai permasalahan dalam rangka menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa.

“Inilah yang melatarbelakangi penyelenggaraan kongres Komunitas Alumni Program Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran,” pungkas Hafizni

AYA (*)




Ajakan Boikot film “Naura & Genk Juara” Itu Sikap Intoleran

Lembaga Perlindungan Anak Indonesia anggap film itu mendidik

lombokjournal.com —

Ajakan untuk memboikot film “Naura & Genk Juara” menunjukkan sikap-sikap intoleren dan cupat (picik) dalam hidup bermasyarakat. Apalagi, sebelumnya film itu sudah dinyatakan lolos sensor oleh Lembaga Sensor Film.

Hal itu dikatakan Hendardi, Ketua Setara Institut, menanggapi kontroversi beredarnya film “Naura & Genk Juara” yang secara sepihak dikatakan kelompok masyarakat sebagai menista agama.

Hendardi menegaskan, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia bahkan sudah menyatakan film tersebut baik dan mendidik.

“Kalau lembaga yang punya otoritas dalam peredaran film sudah menyatakan lolos sensor, kenapa masyarakat masih mempermasalahkan dan meributkan?”, ujar Ketua Setara Institut Hendardi.

Menurut Hendardi, sejak pilkada DKI ada fenomena saling curiga dalam masyarakat. Terlebih jika itu berkait dengan isu SARA.

“Apa pun, tindakan boikot atau petisi terhadap sebuah karya seni, itu tidak bisa dibenarkan. Lebih baik, mereka yg menolak membuat film tandingan,” ujarnya.

Hendardi menyatakan, kebebasan dalam berkarya tidak boleh dibatasi dan diintimidasi dengan ajakan boikot. Meskipun belum terjadi demontrasi jalanan, apa yang dilakukan sebagian masyarakat tersebut telah membuktikan adanya sikap-sikap intoleran, introvert dan kepicikan dalamhidup bermasyarakat

AYA (*).

BACA JUGA :

 




Ketua Lembaga Sensor Film; Tidak Ada Muatan Menista Agama

Kritik terhadap suatu film semestinya sesuai proporsi dan konteks.

lombokjournal.com —

Pihak Lembaga Sensor Film (LSF) angkat bicara soal kontroversi film “Naura & Genk Juara”. Ketua LSF, Ahmad Yani Basuki menegaskan, LSF selaku penanggungjawab yang meloloskan film tersebut, mempunyai standar dasar atau parameter untuk menyensor sebuah film.

Penilaian sensor itu, meliputi judul, tema adegan dan ungkapan dalam film. Dari semua aspek yang yang kita teliti, tak satu pun yang mencitrakan Islam secara negatif.

“Jadi, kalau diarahkan seperti menista agama atau melecehkan, kami tidak sampai kesana. LSF tidak melihat muatan semacam itu,” ujar Ahmad Yani dalam siara pers yang diterima Lombok Journal, Rabu (29/11).

Meski begitu, Ahmad Yani berharap agar orang tua mendampingi anaknya saat menonton film. Menurut Ahmad Yani, orang tua memiliki kewajiban untuk menjelaskan kepada anak, bukan lantas bereaksi berlebihan terhadap sebuah film.

“Itu kan fenomena sosial yang seperti itu bisa saja terjadi. Sama lah ketika film barat, pencurinya yang tentu bukan Islam, misalnya [menyebut] ‘Oh my God!,”

Diakui Ahmad Yani, dalam film tersebut terdapat adegan dimana salah satu penjahat mengucapkan istighfar. Namun, menurutnya ucapan tersebut merupakan ucapan spontanitas yang awam diucapkan oleh orang-orang kebanyakan.

“Dari kacamata LSF melihatnya itu bentuk-bentuk spontanitas, itu bisa terjadi pada siapa saja. Begitu juga, kebetulan itu terjadi di Indonesia, kita tidak fokus pencuri itu Islam atau Kristen, tapi dia kan tidak menggunakan atribut Islam. Dan tampilannya, menurut LSF, adalah tampilan penjahat,” jelasnya.

Bagi LSF, imbuhnya, film yang diloloskan dan dikritisi publik menjadi perhatian badan tersebut. Namun ia menegaskan kritik terhadap suatu film semestinya sesuai proporsi dan konteks.

Terkait kontroversi film Naura & Genk Juara yang belakangan ini menjadi viral di media sosial, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengaku sudah menerima klarifikasi dari Lembaga Sensor Film (LSF).

Wakil Ketua MUI Masduki Baidlawi mengatakan, dalam klarifikasi itu, LSF telah menyatakan bahwa tidak ada permasalahan dalam film yanf saat ini sedang diputar di bioskop-bioskop itu.

“Apalagi, ada penghinaan terhadap agama Islam, ” ujar Masduki saat dihubungi melalui sambungan telpon.

Menurut Wasekjen PBNU itu, sebelum meloloskan film drama musikal anak tersebut LSF telah mengundang sejumlah ahli dan akademisi untuk ikut menyaksikan film. “Bahkan, salah satunya berasal dari MUI. Jadi, sebetulnya sudah clear dan tidak ada masalah,” tegasnya.

Meski begitu, lanjut Masduki, MUI akan menerima permintaan LSF untuk menyaksikan film tersebut dalam rangka melakukan klarifikasi. “Hal itu perlu kami lakukan agar masyarakat menjadi tenang,” tuturnya.

Sembari menunggu sikap resmi MUI, Masduki menghimbau agar masyarakat mampu menjaga ketenangan dan tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan negatif. “Jangan sedikit-sedikit umat merasa terpojokkan dan seolah-oleh dikepung oleh musuh, padahal sebenarnya tidak ada apa-apa,” pungkas Masduki.

AYA (*)

BACA JUGA :




Kontroversi Film “Naura dan Genk Juara”, Produsernya Jelaskan Ke MUI

Seniman jangan patah semangat, masyarakat dihimbau untuk Tabayyun, menonton dulu baru berpendapat

lombokjournal.com –

Munculnya kontroversi film “Naura & Genk Juara”, yang belakangan menjadi viral di media sosial, mendorong poduser film Naura dan Genk Juara, Amalia Prabowo menemui Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, KH. Ma’ruf Amin, di Bogor, Rabu (27/11).

Kedatangan Amalia untuk menjelaskan latar belakang dibuatnya film ini, dan tidak sedikit pun bertujuan mendiskreditkan pihak tertentu.

Menurut Amalia, film yang dibintangi oleh aktris cilik Adyla Rafa Naura Ayu ini benar-benar bertujuan untuk berbagi kebahagiaan dan pesan-pesan positif kepada anak-anak Indonesia.

“Kami ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak ditengah sedikitnya film musikal yang ditujukan untuk mereka. Tujuan kami sowan ke Kiai Maruf Amin adalah mengkomunikasikan hal tersebut dan meluruskan pandangan yang berkembang di masyarakat,” ujar perempuan berjilbab ini.

Ketua Umum MUI, KH Maruf Amin mengungkapkan, pihaknya mendukung film Naura dan Genk Juara, bila memang tujuannya memberikan pembelajaran positif bagi anak-anak Indonesia.

MUI, menurut Maruf, juga menghargai mekanisme yang dilakukan Lembaga Sensor Film (LSF) sebelum film ini dirilis, termasuk adanya unsur MUI di dalam proses screening tersebut.

“Kami menghimbau masyarakat untuk Tabayyun, menonton terlebih dahulu baru berpendapat. Jangan hanya melihat dari sosial media. Untuk para pekerja seni, saya himbau jangan patah semangat,” ungkap Maruf.

Amalia menambahkan, setelah menggelar nonton bareng bersama tokoh-tokoh NU dan puluhan anak yatim di Surabaya (25/11), dan puluhan tokoh serta pengurus Muhammadiyah di Jakarta (23/11), pihaknya perlu menyampaikan tanggapan positif para tokoh dan anak yatim tersebut kepada Ketua Umum MUI.

Nobar juga sudah digelar di berbagai kota, seperti Balikpapan, Makasar, Lampung, Bandung, Jakarta, dan sejumlah kota lain dengan respon positif dari orang tua dan anak-anak yang menonton.

“Tanggapan positif tersebut menguatkan kami. Dan semangat positif ini yang juga ingin kami sampaikan kepada Kiai Ma’ruf sebagai tokoh Islam yang sangat kita hormati. Kami juga meminta pendapat dan wejangan dari beliau agar terus bersemangat berkarya untuk anak-anak Indonesia,” ujar sineas yang juga memproduseri film Wonderdul Life ini.

Film yang disutradarai Eugene Panji ini melibatkan 140 pemeran anak dan pengambilan gambar dilakukan selama bulan puasa.

Menurut Amalia, para pemeran cilik tetap berpuasa penuh ditengah jadwal syuting yang padat. Film yang dirilis tanggal 16 November lalu ini juga untuk mengobati kerinduan akan film musikal anak, setelah Petualangan Sherina yang dirilis 17 tahun lalu.

Polemik film drama musikal, Naura dan Genk Juara terus berlanjut di masyarakat. Film garapan sutradara Eugene Panji ini menuai kontroversi lantaran dianggap mendiskreditkan agama Islam. Selain ajakan boikot terhadap film tersebut, muncul juga petisi melalui media digital.

Demikian dikatakan Ketua Lembaga Sensor Film ( LSF ) Ahmad Yani Basuki , Wakil Ketua MUI, Masduki Baidlawi dan Direktur Setara Institute Hendardi melalui siaran pers yang disampaikan ke Media di Mataram , Rabu (29/11).

AYA (*)

BACA JUGA :

 




TGB Ajak Santri Nikmati Proses Menuntut Ilmu

Ibarat buah, tidak ada yang tumbuh langsung dinikmati, tapi butuh waktu hingga matang

MATARAM.lombokjournal.com – Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi memovitasi para Santri di Asrama Santri Pondok Pesantren Nurul Jannah NW Kampung Banjar Ampenan, Senin (30/10).

“Jadi anak-anakku bersabarlah dalam belajar dan nikmatilah prosesnya,” ujarnya.

Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur NTB dua periode ini menyampaikan pesan bijak tersebut usai peletakan batu pertama pembangunan gedung  lembaga pendidikan Ponpes NW yang berada di Kota Tua Ampenan tersebut.

Tidak ada buah yang tumbuh langsung bisa dinikmati rasanya, akan tetapi butuh waktu hingga matang. Begitu juga manusia kalau ingin jadi manusia yang komplit, butuh proses untuk menjadi manusia yang bermanfaat.

Kepada santri dan santriwati, Gubernur berpesan agar mereka  giat menuntut ilmu. “Masa depan yang akan kalian tempuh beberapa tahun mendatang akan dapat ditempuh dengan baik oleh orang-orang berilmu. Maka senjatailah diri kalian dengan ilmu yang baik dan bermanfaat, kemudian sebarkan ke masyarakat,” pesannya.

Saat itu, Gubernur juga mengingatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang berkembang pesat agar dimanfaatkan dengan baik. Gubernur berharap agar memanfaatkan alat-alat teknologi sebagai sarana tambahan dalam belajar dengan sebaik-baiknya. Pada masa kini kita belajar jauh lebih mudah daripada dulu.

“Jika dulu sarana belajar terbatas, tapi sekarang kita dapat memanfaatkan  sarana  komunikasi yang terhubung dengan internet. Gunakan sarana teknologi itu untuk hal-hal yang bermanfaat,” ujarnya.

Mengakhiri sambutannya, TGB kembali menekankan kepada para santri agar tetap istiqomah dalam menuntut ilmu.

“Allah selalu bersama orang-orang yang bertaqwa dan selalu berbuat baik. Dan perbuatan baik yang bisa kalian anak-anakku lakukan adalah,  belajar dan menuntut ilmu setinggi tingginya. Seperti  pohon, apabila akarnya tidak kuat maka seluruh bagian dari pohon itu juga tidak akan kuat. Begitu juga dengan anak-anakku semua,  bulatkan tekad kita dalam menuntut ilmu untuk mewujudkan cita-cita,” pungkasnya

AYA

 




Seminar Internasional dan Festival Tradisi Lisan ke-X di Mataram

Provinsi NTB baru pertamakali menjadi tuan rumah seminar yang rutin digelar setiap dua tahun sekali

MATARAM.lombokjournal.com  — Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyambut positif penyelenggaraan Seminar Internasional dan Festival Tradisi Lisan ke-X di Mataram, NTB, pada Kamis (26/10) hingga Jumat (27/10).

Asisten I Budaya, Pemerintahan, dan SDM Pemerintah Kota Mataram, I Made Swastika mengatakan, tradisi lisan merupakan kekayaan bangsa yang tidak boleh hilang dan harus dilestarikan. Nilai-nilai budaya merupakan perekat dan juga menjadi sarana dalam menjaga keutuhan bangsa.

“Kita hidup dari budaya. Saat ini, tradisi lisan mulai terpinggirkan karena dunia modern,” ujar Swastika saat membuka seminar internasional Tradisi Lisan di Hotel Golden Palace, Mataram, NTB, Kamis (26/10).

Pemkot Mataram, mendukung seminar tentang tradisi lisan dalam upaya menjaga keberlangsungan budaya Indonesia. Swastika berharap, seminar ini memunculkan rekomendasi dan konsep yang kuat dalam upaya menjaga kelestarian tradisi lisan ke depan, baik untuk Kota Mataram, dan juga Indonesia.

“Meski masih ada yang masih terjaga (tradisi lisan). Ini seminar yang bagus dalam melestarikan budaya kita,” lanjut Swastika.

Provinsi NTB sendiri baru pertamakali menjadi tuan rumah seminar yang rutin digelar setiap dua tahun sekali. Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Pusat Prudentia mengatakan, pemilihan Mataram sebagai tuan rumah tak lepas dari keinginan Pemerintah Kota Mataram yang mengajukan diri sebagai tuan rumah seminar.

“Mataram sudah dua tahun lalu mengajukan diri. Ini terobosan baru karena sebelumnya digelar di Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan,” pungkasnya

AYA




TGB Tinjau Kesiapan Konferensi Internasional Alumni Al-Azhar Mesir

400 Alumni Al-Azhar yang datang dari 25 negara akan hadiri Konferensi Internasional  “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi” di Mataram

MATARAM.lombokjournal.com — Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) memimpin rapat persiapan sekaligus melakukan peninjauan lapangan, untuk memastikan kesiapan Kompleks Islamic Center NTB sebagai lokasi Konferensi Multaqa Nasional IV Alumni Al Azhar, Mesir, Senin (16/10).

Konferensi internasional  “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi” tersebut diselenggarakan atas kerjasama organisasi International Alumni Al-Azhar Cabang Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan tersebut akan berlangsung selama empat hari, 17 hingga 20 Oktober,   di Islamic Center Nusa Tenggara Barat di Mataram.

Sedikitnya 400 Alumni Al-Azhar yang datang dari 25 negara akan menghadiri konferensi ini. Rencananya, konferensi ini juga akan dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Dalam rapat persiapan yang langsung dilaksanakan di lokasi acara, TGB memberikan arahan kepada panitia dan pejabat instansi terkait untuk memaksimalkan penataan arena dan semua venue konferensi, termasuk keamanan dan kenyamanan lokasi serta akses peliputan oleh media massa.

Saat itu, Gubernur didampingi Wakil Gubernur, H. Muh Amin dan Sekda, Ir.H. Rosiady bersama Kepala OPD terkait mengecek dan meninjau satu persatu venue yang akan digunakan di area Islamic Centre dan sekitarnya. Kepada Panitya  penyelenggara Gubernur meminta  agar menyiapkan lokasi dan acara dengan sebaik baiknya serta berupaya memberikan pelayanan atau menjamu tamu dengan semaksimal mungkin.

AYA




Diskusi Buku; Wetu Telu Maknanya Bukan ‘Tiga Waktu’ Dalam Pelaksanaan Sholat

Masih banyak yang menyangkal dan meragukan eksistensi komunitas masyarakat Adat Bayan di Lombok Utara dalam menjalankan nilai-nilai Islam

Yusuf Tantowi (kiri), Raden Sawinggih dan Masnun Tahrir

MATARAM.lombokjournal.com – Bedah buku ‘Masyarakat Adat Bayan Dalam Bingkai Islam Nusantara’ yang berlangsung di Auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Sabtu (30/09), menjadi dialog menarik antara akdemisi, tokoh-tokoh adat dan mahasiswa.

Dua pembicara masing-masing tokoh muda Adat Bayan, Raden Sawinggih, dan Wakil Rektor I UIN, DR Masnun Tahrir,  menjelaskan tentang kesalahpahaman dalam menilai Adat Bayan.  Sawinggih misalnya, menyinggung soal ‘Wetu Telu’ yang pemaknaannya terlanjur tergiring menjadi waktu pelaksanaan sholat dalam Islam, yang jelas bertentangan  dengan sholat lima waktu.

“Wetu Telu sering diidentikkan dengan pelaksanaan sholat orang Bayan yang hanya tiga waktu,” kata Sawinggih.

Kesalapahaman itu membuat generasi muda Bayan enggan menjalankan adat.  Sebab kesalahpahaman itu menimbulkan stigma, orang Bayan hanya menjalankan sholat tiga waktu. “Karena itu, adat wetu telu dianggap sebagai Islam sesat,” kata Sawinggih.

Menurut Koordinator Badan pekerja SOMASI NTB, Ahyar Supriyadi, pelabelan komunitas yang berbeda dalam menjalankan praktik ritual keagamaan, berawal dari tafsir yang salah. “Wetu Telu dimaknai sebagai Tiga Waktu. Tafsir itu tidak seirama dengan pemaknaan dari komunitas adat Bayan sendiri,” katanya saat menyampaikan sambutan sebelum diskusi.

Salah seorang tokoh adat Bayan, Itrawadi, yang hadir dalam bedah buku itu menjelaskan makna ‘wetu telu’.  Menurutnya, makna Wetu Telu itu merupakan pembagian wewenang atau urusan dalam sistem kemasyarakatan. Khususnnya dalam urusan agama, pemerintahan dan adat.

Ditegaskan Sawinggih, Wetu Telu itu berarti Datu Telu, yakni Datu Agama, Datu Pemerintah dan Datu Adat.

Islam Nusantara

Buku berjudul ‘Dari Bayan Untuk Indonesia Inklusif’, 216 hal, diterbitkan SOMASI NTB, September 2016,  ditulis oleh enam penulis secara keseluruhan merupakan ‘pembelaan’ terhadap eksistensi komunitas adat.  Secara khusus di Bayan, selama ini masih ada kalangan meragukan eksistensi mereka  dalammenjalankan nilai-nilai Islam.

Salah seorang penulis buku itu, Yusuf Tantowi mengatakan, praktik ritual adat tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebab penyebaran Islam di Lombok tak bisa dilepaskan dari keberadaan masyarakat adat.

Munculnya istilah Islam Nusantara hakekatnya memberi ruang bagi komunitas adat menyampaikan nilai dan praktik ritual keagamaan. “Istilah Islam Nusantara bukanlah istilah baru. Gus Dur pernah bicara tentang pribumisasi Islam,” kata Yusuf Tantowi yang bertindak jadi moderator dalam bedah buku tersebut.

DR Masnun Tahrir secara tegas mengungkapkan, nilai-nilai seperti dipraktikkan dalam ritual adat bisa dijadikan hukum. Sebab syariat/fiq Islam bisa didiskusikan dengan hukum yang berlaku dalam komunitas adat atau masyarakat lokal.

“Tidak ada alasan memarjinalkan adat. Sebab komunitas masyarakat adat bukanlah second class,” kata Masnun Tahrir.

KS