Peluang Agrowisata di Desa-desa Kecamatan Gangga

LOMBOK UTARA – lombokjournal.com

Lahan pertanian dan perkebunan yang luas nan eksotik di desa-desa di Kecamatan Gangga, cukup menjanjikan untuk dikembangkan sebagai pusat agrowisata yang maju dan profesional. Di antara wilayah yang menjanjikan peluang ini adalah wilayah Desa Bentek, Desa Genggelang dan Desa Rempek.

Kawasan pertanian terutama tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, cengkeh maupun tanaman buan-buahan seperti durian, manggis, rambutan, pepaya, membuka peluang pengembangan agrowisata di Gangga
Kawasan pertanian dengan tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, cengkeh maupun buah-buah

Potensi wisata di ketiga wilayah ini misalnya wisata alam, wisata sejarah/ budaya dan wisata religi. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor andalan bagi ketiga desa, yang cukup besar menyumbangkan PAD bagi Kabupaten Lombok Utara, meski tidak sebesar kontribusi Senggigi dan Tiga Gili (TraMeNa) di Kecamatan Pemenang.

Objek-objek wisata ini disamping menyumbang PAD juga mendatangkan devisa dan tentunya menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat tiga desa tersebut. Apalagi, pada hari ulang tahun ke-8 pada bulan juli lalu, Lombok Utara telah mendeklarasikan diri sebagai Destinasi Wisata Dunia.

Berbagai potensi wisata yang dimiliki termasuk wisata agro ini harus jadi pintu masuk pembuktian tagline tersebut agar punya branding wisata yang jelas dan keberadaan Lombok Utara sebagai salah satu destinasi wisata dunia di Indonesia diakui secara defacto oleh dunia internasional.

Brand wisata Kecamatan Gangga bertumpu pada penjualan alam dan seni budaya (kesenian tradisonal, tarian tradisional, musik tradisional, pusaka bertuah). Karena pengembangan agrowisata di wilayah ini belum tergarap maksimal, padahal, bila diselami secara utuh dan menyeluruh, potensi kearah itu amatlah cerah dan sungguh menjanjikan.

Kecamatan ini sebetulnya memiliki sejumlah simpul wisata yang bisa dijadikan paket agrowisata menarik. Ini mengacu pada kegiatan wisata yang mengandalkan kawasan pertanian terutama tanaman perkebunan seperti kopi, kakao, cengkeh maupun tanaman buan-buahan seperti durian, manggis, rambutan, pepaya.

Salah satu daya tarik menawan dalam agrowisata ialah adanya kesempatan bagi para pengunjung untuk melihat dan memanen buah dan hasil-hasil perkebunan yang lainnya. Kemudian, hasil panen ditimbang dan dihargai pengunjung sesuai harga yang ditetapkan oleh petani.

Dengan cara itu, pengunjung akan memperoleh kepuasan, pengalaman serta kesan mendalam dan tentunya akan sulit dilupakan. Sebagai wilayah agrowisata, kecamatan ini sudah sepatutnya dikembangkan jadi wisata agro sebagai bagian trademark wisata di Kabupaten Lombok Utara, hamparan bumi dengan sesanti Tioq Tata Tunaq. Dengan kata lain, agrowisata itu salah satu bentuk pariwisata dengan objek utamanya lanskap pertanian, wisata yang memanfaatkan objek-objek pertanian.

Di samping itu, agrowisata juga aktivitas wisata yang integral dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan objek pertanian sebagai objek wisata, seperti teknologi pertanian dan komoditas pertanian.

djn                            




MEJET, Pemandian Wisata Alam yang Elok Nan Eksotis

LOMBOK UTARA – lombokjournal.com

MENCARI lokasi pemandian indah dan elegan di Kecamatan Gangga terbilang mudah dan bayak  pilihan. Sebut saja di Desa Bentek, banyak lokasi wisata bahkan yang terdekat dengan jantung kota Tanjung sekali pun. Lokasi yang dimaksud ada di Dusun Sengaran (Tiu Saong) dan Dusung Kakong (Tiu Mejet).

Lokasi ini menawarkan panorama alam yang luar biasa indah dan memukau setiap mata memandang bahkan bisa memantik naluri decak kagum kita pada eksotika lingkungan sekitarnya. Selain airnya terus mengalir setiap saat, ciri khas berikutnya, ialah tebing-tebing di sekitarnya landai serta pepohonan yang ada rindang kehijau-hijauan dapat menyejukkan jiwa dan saban waktu, bisa merasuki alam bawah sadar kita.

Kolam renangnya berasal dari mata air yang masih sangat alami. Saking airnya berasal dari mata air alami, suhu airnya pun terasa sangat dingin laiknya es.

Sumber air dari hutan yang mengitari daerah sekitarnya juga menyumbang dampak positif terhadap ketersediaan air dan suhu air yang dingin ini. Namun, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kawasan hutan seperti di Kakong dan Sengaran sudah mulai terjamah perlahan-lahan. Perlu perhatian yang serius dari pemerintah desa maupun pemerintah Kabupaten Lombok Utara untuk memelihara dan melindungi sumber daya alam hutan yang tersedia di kawasan seperti hutan mejet.

Tiu Mejet ini lebih identik dengan pemandian air pancuran yang berasal dari hutan Mejet dengan kolam renangnya yang mempesona, semakin banyak diminati penduduk yang hendak berwisata karena dekat dengan pusat kota, jalur tansportasi yang baik. keunggulan lain, berwisata dan berekreasi di sini lebih murah dan mudah.

Hutan Bebekeq dan Montong Gedang juga menyajikan pesona pemandangan yang juga tak kalah indahnya dengan Mejet karena di sana masih banyak pohon tua yang terpelihara dengan baik selama ratusan tahun.

Batang pohon yang menjulang tinggi, akar pohon yang menggelantung rapi serta dedaunan yang rindang juga turut mewarnai pemandangan yang elok serta menjadi nilai wisata tersendiri yang eksotis dinikmati. Bahkan pohon tumbang yang melintang sekalipun bisa menjadi sesuatu yang mengasyikkan ketika dilewati dengan cara menyuruk. Kesan alami pun muncul dengan sendirinya seakan kita berada di hutan belantara yang membahana.

djn




Indahnya Panorama Alam, Air Terjun Pemanan di Lombok Utara

Siapa mandi di Pemanan, akan merasakan kebugaran

 LOMBOK UTARA – lombokjournal.com

Air Terjun Pemanan termasuk salah satu pemandian wisata yang belum banyak dikenal wisatawan. Padahal, objek wisata Air terjun Pemanan di Desa Bentek Kecamatan Gangga, Lombok Utara ini, sangat elok dan eksotis. Air terjun ini merupakan aset desa yang luar biasa, dan bila dikembangkan akan memberi manfaat kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.

Dari penelusuran Pewarta lombokjurnal.com di lokasi wisata, keindahan air terjun Pemanan memberikan kesan mendalam  bagi yang berjiwa seni. Lokasi pemandian Pemanan bisa menyejukan hati. Betapa tidak? Keindahan bebatuan yang halus dan berwarna warni, bisa membuat pengunjungnya berdecak kagum.

Panorama alam sekitarnya menambah tingkat gemulai senja air Pemanan. Airnya amat jernih, bersih, dan bening membawa aura eksotika cukup tinggi. Aliran air sungai yang berkelok-kelok disertai debit air yang tak begitu deras, membawa pesona kesejukan tiap mata yang memandangnya.

Keelokan tebing dari kejauhan mata memandang nampak begitu jelas. Tebing-tebing tersebut disertai kanyonia yang berdempetan satu sama lain, dapat menambah aura panorama objek wisata ini. Susunan bebatuan tebing yang terjal dan curam bisa memberikan kesan mendalam bagi siapapun yang melihatnya.

Di samping itu, wisata ini juga mampu menyehatkan badan yang pegal-pegal, linu-linu dan pesakitan lain yang sejenis. Keyakinan banyak orang terhadap hal ini bukannya tanpa alasan yang masuk akal.

Menyembuhkan Penyakit

Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, konon, pada zaman dahulu ada seorang bijaksana dari kerajaan Bebekeq sedang sakit berusaha keliling mencari obat penyakit yang dideritanya. Berbagai usaha dilakoni toh juga belum menemukan obat. Hampir putus asa.

Karena belum mendapatkan obat yang bisa menyembuhkannya, namun takdir Tuhan berkata lain, hingga pada suatu malam ia bermimpi disuruh oleh seorang tua renta untuk pergi mandi ke Pemanan.

Percaya pada mimpinya itu, pagi-pagi buta dengan penuh percaya diri ia langsung bertolak ke Pemanan dengan berjalan kaki menempuh jarak 2 km. Di tengah perjalanan ia selalu terngiang dengan firasat dalam mimpinya antara percaya atau tidak.

Tapi berkat petunjuk, ia terus menyusuri jalan hingga sampailah di Pemanan. Sesampainya di tempat ini, ia sangat yakin dengan suasana yang ditemui dalam mimpinya. Tanpa berpikir panjang ia kemudian langsung menceburkan sekujur tubuhnya ke tengah kolam (Tiu, Sasak) Pemanan.

Setelah lima belas menit mandi ia bisa merasakan bahwa penyakitnya berangsur-angsur sembuh, dan akhirnya sembuh total serta badannya terasa bugar kembali seperti sediakala.

Seorang bijaksana kerajaan Bebekeq tersebut kemudian bertitah bahwa “bagi siapapun di kemudian hari yang mandi di Pemanan maka ia akan merasakan kebugaran normal. Bagi yang sakit akan sembuh laiknya yang saya alami”.

Itulah sepenggal cerita yang bisa diilhami dari kisah sang paduka kerajaan bebekeq.

Bagi yang ingin bertandang ke lokasi wisata ini tidak sulit karena akses jalan bagus serta tidak memakan waktu banyak. Jarak tempuh lokasi pemandian Pemanan kira-kira 15 km dari Tanjung dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Setelah sampai ke objek wisata tersebut kita bisa meminta bantuan jasa warga sekitar. Siapa penasaran, ayo berkunjung ke objek wisata air terjun “Pemanan”.

djn

 

 

 

 

 




Pukulan Rebana Tandai Launching Paket Wisata Halal

MATARAM – lombokjournal

Soft opening launching paket  wisata halal ASITA (Asosiasi Travel Agen atasu biro perjalanan) NTB  dilakukan Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin SH, M.Si  yang di tandai pemukulan rebana di Hotel Golden Palace Mataram, Sabtu  (4/6). Paket wisata halal menargetkan Islamic Centre di Mataram sebagai destinasi wisata.

wagubwisatahalal4Juni1
Wagub H Muhammad Amin bersama jajaran ASITA NTB

Paket wisata halal ini merupakan program kunjungan wisata atau paket tur (tour package) di Lombok selama 4 hari 3 malam. Program wisata itu, seperti dijelaskan pihak ASITA, program kunjungan di hari pertama para wisatawan dijemput dari LIA  (Lombok International Airport) menuju Desa Sade. Usai mengunjungi desa tradisional di Lombok Tengah itu, wisatawan mengunjungi Islamic Centre di Kota Mataram.

Hari kedua kunjungan di Lombok , wisatawan dipandu melakukan perjalanan mengunjungi Masjid Kuno Karang Bayan-Sesaot-Jurang Malang, dan diakhiri kunjungan ke Benang Kelambu.  Perjalanan di hari ketiga, wisatawan akan mengunjungi obyek wisata pantai seperti  Gili  Nanggu, Gili Sudak dan Gili Kedis. Pada hari keempat wisatawan check out,  transfer ke LIA.

Saat menyampaikan sambutannya, Wagub atas nama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) menyambut hangat kedatangan jajaran pengurus ASITA  se-Indonesia di NTB.  Diharapkan, kedatangan jajaran pengurus ASITA akan berkesan mendalam untuk menjalin kerjasama di bidang pariwisata di masa-masa mendatang.

Wagub Muhammad Amin menggambarkan industri pariwisata mendapatkan perhatian serius mengingat efek multiplier yang ditimbulkannya. Pariwisata yang mengeksplorasi daya tarik wisata berupa destinasi dan atraksi wisata, akan  menggerakkan industri-industri lain pendukungnya, seperti perhotelan, restoran, transportasi lokal, perdagangan dan cindera mata. Secara langsung pariwisata menggerakkan industri bidang transportasi, perbankan bahkan manufaktur, selain industry makanan dan minuman.

”Industri pariwisata pun menjadi salah satu penggerak ekonomi utama Nusa Tenggara Barat setelah pertanian,” kata wagub. Multiplier effect  yang dipengaruhinya itu, mendorong NTB bekerja bersama seluruh stakeholder memberikan perhatian serius. Wagub mengapresiasi gagasan ASITA NTB dalam pengembangan wisata halal.

Hadir dalam acara Soft opening launching paket  wisata halal Asisten Deputi Pengembangan  Segmen Pasar Bisnis  Kementrian Pariwisata Tasbie, Kadis Budpar NTB, General Manager LIA Ngurah, Direktur PT. Garuda , Ketua Mtta Malaysia H. Mohd Azri Bin Abdul Razak, Ketua Dewan Penasehat Asita  NTB Awanadi Aswinabawa,  Ketua DPD ASITANTB Dewantoro Umbu,  Para ketua Asosiasi Pariwisata dan Stakeholder Pariwisata NTB.

Pengembangan Wisata Halal

Wisata Halal mulai dikembangkan di NTB sejak Lombok meraih predikat The World’s Best Halal Tourism Destination” dan “The World’s Best Honeymoon Destination,” di ajang The World Halal Travel Summit/Exibition yang berlangsung di Uni Emirat Arab, bulan Februari 2015. Untuk meraih branding itu, Menteri Pariwisata DR Ir Arief Yahya,M.Sc  mengakui bukanlah pekerjaan mudah. Berbagai upaya dilakukan, termasuk strategi menggalang opini publik di social media.

IMG_8139

Warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mayoritas Islam, mempunyai potensi besar mengembangkan destinasi wisata halal. “Kalau punya potensi, kenapa tidak kita kembangkan (menjadi braniding) pariwisata kita,” itu dikatakan Gubernur NTB, TGH M. Zainul Majdi, waktu membuka seminar ‘Daya Tarik Indonesia Sebagai Destinasi Wisata Halal Dunia’ di Hotel Lombok Raya Mataram, bulan Maret lalu.

Saat itu, Menteri Pariwisata yang hadir sebagai keynote speaker yang memaparkan Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal di Indonesia, memberi dukungan agar NTB dikembangkan sebagai salah satu destinasi halal.

Meski branding destinasi halal itu baru pada level Award Abu Dhabi, tapi sudah menarik kunjungan wisatawan dari negara yang penduduknya muslim. Terbukti, Lombok saat ini mulai menarik minat kunjungan wisatawan Malaysia. Sejak saat itu, Gubernur  Zainul Majdi berharap semua pihak bekerjasama mengembangkan pariwisata halal.

Rer

 




Saatnya, Pariwisata Bicara Kualitas

MATARAM – lombokjournal.om

Pariwisata jangan melulu bicara kuantitas. “Pariwisata saat ini harus bicara kualitas,” kata Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH.M.Si, pada Rapat Kerja Kebudayaan dan Pariwisata 2016 dalam rangka Penyelarasan Program/Kegiatan antara Provinsi dengan Kabupaten/Kota se-NTB, di Hotel lombok Raya, Kamis, (02/06).

Menurut Wagub, salah satu unsur penting untuk menunjang kualitas pariwisata di NTB adalah melalui penyelarasan program, mulai dari tingkat pusat sampai ke Kabupaten/Kota.

????????????????????????????????????

“Apa yang kita lakukan harus menunjang pertumbuhan pariwisata. Kita tidak perlu malu belajar ke daerah atau negara yang sudah maju. Hari ini kita belajar kepada mereka, suatu saat mereka yang akan belajar ke kita,” ungkap Wagub

Selain menyelenggarakan rapat kerja, kegiatan tersebut juga ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan MUI, Telkomsel, GIZ dan BLKI Lombok Timur. Hal ini untuk mendukung pengembangan pariwisata yang berkualitas dan modern.

Saat itu, Wakil Gubernur menekankan penyelarasan tidak hanya pada program, namun juga pada kebijakan anggaran dan regulasi. Selain itu, orang nomor dua di NTB tersebut meminta semua pihak untuk aktif dalam mempromosikan pariwisata daerah yang ada.

“Kita harus bertindak sebagai pemasar, duta serta diplomat bagi daerah dan wisata kita,” ungkapnya saat itu di hadapan ratusan undangan yang hadir.

Karena itu, Wagub berpesan kepada seluruh peserta rapat untuk betul-betul memanfaatkan pertemuan tersebut sebagai forum mendiskusikan program kebudayaan dan pariwisata yang berkualitas. Namun, program tersebut tetap memperhatikan kearifan lokal yang berkembang.

“Artinya, semua program tersebut bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan angka kemiskinan,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. NTB, H. Lalu Fauzal menjelaskan tujuan kegiatan tersebut untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan selama ini, baik dalam komponen APBN, Komponen APBD Provinsi maupun kegiatan-kegiatan lain berasal dari APBD Kabupaten/Kota.

“Kegiatan ini juga bertujuan melakukan existing kegiatan dalam rangka mengawal sisa tahun 2016, mulai bulan Juni sampai Desember untuk kegiatan-kegiatan yang bersentuhan dengan promosi pariwisata NTB,” jelasnya di hadapan Wagub.

Selain itu, menurut Fauzal, raker tersebut dapat dijadikan forum untuk memantapkan langkah dan  gerak semua pihak menjadikan Lombok-Sumbawa sebagai destinasi unggulan, seiring dengan penetapan peraturan daerah tentang wisata halal.

Selain melibatkan seluruh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten/Kota se-NTB, juga hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati Lombok Utara, H. Najmul Ahyar, Pimpinan FKPD, tokoh agama, tokoh masyarakat dan budayawan.

Suk

 




SURAT CINTA BOCAH TAMBORA BUAT GUBERNUR

Penyelenggaraan Festival Pesona Tambora beberapa waktu lalu, masih menyimpan ketidakpuasan masyarakat sekitar kawasan Tambora. Banyak hal yang menerbitkan keluhan masyarakat setempat. Salah satunya adalah atraksi erotis TRIO MACAN yang melukai perasaan masyarakat setempat.  Berikut adalah surat terbuka warga masyarakat Tambora yang ditujukan kepada Gubernur NTB, DR TGH Zainul Majdi, yang dikirim ke redaksi Lombok Journal.com. Edtor.

Bapak Gubernur yang saya cintai,

Saya bukan Budayawan. Bukan juga sekelas Seniman apalagi Sejarahwan. Saya hanya tahu, Negara Indonesia adalah bangsa yang multikultural. Dimana masyarakatnya hidup berdasarkan etika kebiasaan yang berbeda  di tiap daerah, yang sifatnya sangat esensial.

Satu minggu terakhir ini, saya banyak sekali menjumpai tulisan-tulisan kritis atas perhelatan atau event Pesona Tambora yang diadakan oleh DISBUTPAR Provinsi NTB.

Bentuk kritiknya punya banyak Variasi. Ada yang mengkritik dengan puisi ada pula ungkapan yang bernuasa cercaan. Juga tidak sedikit dari mereka yang kecewa karena tidak medapat jatah roti.

Bagi kami, masyarakat Bima, Gunung Tambora adalah simbol kekuatan. Sebagian dari identitas kami yang hilang. Tempat yang kami anggap sakral di daratan Bumi Manggusu Waru. cerita-cerita tentang keganasan daerah Tambora hingga hari ini belum usai dikisahkan oleh nenek, kakek, ibu dan bapak kami.

Bapak Gubernur NTB yang saya cintai, sekaligus saya banggakan,

saya adalah warga bapak yang masih sangat percaya bahwa pemerintah adalah simbol dari terwujudnya kesejahteraan rakyat. Saya hanya mencoba untuk mengingatkan kembali, bahwa kritik, apa pun bentuknya, adalah betuk kepedulian seseorang terhadap masa depan negaranya, bukan sebagai ungkapan kebencian. Begitu miris dan tergoresnya kepercayaan saya terhadap pemerintah atas isu kritikan yang ingin dipolisikan.

Bapak Gubernur yang saya hormati dan saya cintai,

sudah saya jelaskan bagaimana resisten warga Bima, ketika Tambora yang kami anggap simbol eksistensi budaya masyarakat kawasan gunung itu, menjadi tempat tarian tak senonoh dengan pakaian begitu ketat, hingga seluk beluk lekukan tubuhnya terlihat jelas. Ini erotisme di tempat yang menjadi eksistensi tradisi.

Mungkin kita akan merasakan hal yang sama. Dan jangan salahkan kalau resistensi kami muncul dalam bentuk kritik. Sebagaiman kerja saraf mototrik manusia ketika mengijak api.

Tulisan ini bukan semata-mata untuk mengungkapkan kebodohan Instansi Negara, atau ingin di kemudian hari mendapat jatah dari suatu “proyek budaya”.

Saya sendiri tidak terlalu paham bagaimana seharusnya melakukan perhelatan kebudayaan dan kesenian. Kalau saya ditanya, siapa yang layak untuk mengurus perhelatan sakral Tambora, jawaban saya hanya satu, yaitu mereka yang benar-benar memahami apa itu kebudayaan.

FPT MENDATANGKAN TRIO MACAN. "Lihatlah Tambora sebagaiman masyarakat Bima melihatnya."
FPT MENDATANGKAN TRIO MACAN. “Lihatlah Tambora sebagaimana masyarakat Bima melihatnya.”

Manusia dapat hidup walau tidak makan selama seminggu, tapi tidak ada manusia yang dapat hidup sedetik tanpa memmiliki harapan dan masa depan.

Surat yang saya tulis untuk Bapak, semoga menjadi catatan dan evaluasi ke ke depan bila hendak menyelenggarakan perhelatan pariwisata yang membawa nama Tambora..

Pesan saya “Lihatlah Tambora sebagaiman masyarakat Bima melihatnya.” Insha Allah akan berkah.

Semoga niat kebaikan selalu menyertai tiap langkah kita.

Salam hormat.

Imam Evimp, Warga Kawasan Tambora




Nurdin Ranggabarani: Disbudpar NTB Gagal Pahami Makna Festival Tambora

MATARAM – lombokjournal.com

Penyelenggaraan Festival Pesona Tambora (FPT) yang mendapat perhatian nasional bahkan internasional, mestinya mengeksplor kekayaan khasanah budaya lokal. Tapi diundangnya grup dangdut Trio Macan – yang dikenal tampil erotis – merupakan kegagalan penyelenggara memahami makna FPT.

nurdin ranggabarani2
Nurdin Ranggabarani

“Tidak terbayang sama sekali, apa kaitan antara harapan mengeksplor budaya lokal, dengan kehadiran Trio Macan,” kata Nurdin Ranggarani, anggota DPRD NTB dari Fraksi Partasi Persatuan Pembangunan (PPP) dalam percakapan dengan Lombok Journal, Selasa (19/4) malam.

Menurut Nurdin, Festival Tambora mestinya mengeksplor kekayaan khasanah budaya lokal yang agung adiluhung. “Itu yang diledakkan ke permukaan agar dunia dapat terhentak oleh gemuruh kehebatan khasanah budaya kita,” tegasnya yang berkali-kali mempertannyakan konsep Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB sebagai penanggung jawab festival akbar tersebut.

Bukan hanya itu, mantan tokoh pergerakan mahasiswa ini juga membayangkan, FPT merupakan festival rakyat yang melibatkan seluruh komponen lokal.  Seharusnya mwereka dilibatkan agar aktif dalam hiruk pikuk acara ini.

“Mulai dari merancang hingga mengisi seluruh pilihan kegiatan. Bagaimana rakyat berteriak dan berlarian kesana kemari waktu Tambora memuntahkan isi perutnya,” katanya. Penyelenggaraan FPT sesungguhnya diharapkan, agar seluruh isi kepala, isi hati, isi bathin, isi rasa dan isi perut para seniman lokal diledakkan. Agar mampu menggelagar sehebat gelegar Tambora 201 tahun yang lalu, tambahnya.

Mengingkari Pariwisata Halal

Sebagai wakil rakyat dari Pulau Sumbawa, Nurdin sangat berempati atas kekecewaan masyarakat lokal yang seolah dibelakangi dalam penyelenggaraan tersebut. Sebab, apa yang disebut “pesona Tambora” saat ini sebenarnya tangisan masyarakat terdekat di kaki gunung Tambora di masa lalu.

“Wajar dan sangat sopan bila porsi dan tempat pembukaan acara lebih banyak diberikan utk memancing tawa ceria mereka yang pernah menangis 201 tahun yang lalu. Kalau sekarang dibelakangi, kemarin mereka menangis dan hari ini pun mereka pun meringis,” ujar Nurdin. Sebelumnya, penyelenggaraan FPT mendapat kritik tajam dari kalangan seniman di Bima (baca: Ketidakbecusan Disbudpar NTB Dikecam Seniman Bima).

Nurdin menilai pihak Disbudpar NTB gagal memahami, bahwa pada bulan-bulan terakhir NTB sangat gencar mewacanakan “pariwisata halal”. “Saya pikir pada momen festival seperti inilah grand desain atau setidaknya contoh-contoh konkrit dari pariwisata halal itu dapat ditunjukkan ke publik wisata dunia,” jelas Nurdin.

Dengan konsep pariwisata halal yang konkrit itu dapat menarik minat para pelaku wisata, termasuk mengundang wisatawan dunia. Tapi kehadiran grup Trio Macan, tiga penyanyi yang selalu tampil erotis, justru bertolak belakang dengan konsep ‘wisata hala’. “Saya tidak faham apa kaitan Trio Macan dengan konsep wisata halal,” kata Nurdin.

Jangan-jangan kehadiran Trio Macan sebagai simbolisasi goyangan gempa dahsyat yang mengguncang dua gunung kembar Tambora – Rinjani. “Goyangan dasyat dua gunung kembar memang berpotensi meletupkan erupsi lahar panas dingin,” sindir Nurdin sambil tertawa.

Suk.

 




Ketidakbecusan Disbudpar NTB Dikecam Seniman Bima

lombokjournal

Puncak Tambora
Puncak Tambora

Di tengah gebyar penyelenggaraan Festival Pesona Tambora, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB mendapat kecaman  para seniman Bima. “Budpar NTB itu tidak becus mendesain strategi kebudayaan?” kata Ketua Dewan kesenian Bima, Husain Laodet.

Para seniman Bima dan Dompu mempertanyakan konsep budaya Disbudpar  terkait penyelenggaraan  event festival yang menjual “Pesona Tambora”.  Mereka merasa tidak pernah diajak bicara tentang penampilan budaya  dalam festival tersebut.  Sosialisasi pun tidak pernah dilakukan.

odet5
Husain Laodet, Ketua Dewan Kesenian Bima

Padahal, tentu yang dimaksud ‘pesona Tambora’ berarti terkait budaya di sekitar kawasan gunung yang pernah menjadi perhatian dunia karena letusannya yang dasyat tahun 1815.

Dalam aku facebook Husain Laodet yang dikenal juga sebagai penyair itu menulis blak-blakan: “sy mau tanya apakah penyelenggara event festival tambora melibatkan seniman dompu?? Apakah ada karya seniman dompu yg diminta untuk isi acara kebudayaan d festival Tambora? Jika tidak…. berarti benar tanah kita dijadikan lahan proyek budaya.”

Apalagi kemudian, panitia festival gunung yang berskala internasional itu mengundang penampilan grup dangdut seksi Trio Macan.  Itu dinilai menyimpang dari hajatan ‘pesona Tambora’  yang mestinya banyak menampilkan akar budaya tanah Tambora?

Dalam komen di akun facebook, Husain menulis cukup pedas:

“Hay …Budpar Prov NTB…. seleramu kelas teri…… sebatas belahan payudara, pusar dan bokong. Ini ya etika budaya yg kalian jual itu, ini ya nilai2 yg kalian dengungkan sebagai provinsi santri? Provinsi sejuta masjid? Provinsi berbudaya?? Apa lacur !! Kalian benar benar telah meludahi budaya Bima Dompu. Kalian mau berfoya foya dgn menjual nama tambora…bajingan !! faham ga sih bagaimana mendesain strategi kebudayaan ??”

Hay Disbudpar Prov NTB, kegiatan sarasehan budaya mBojo, acaranya d mBojo, kok didandani pake aksesoris tenun Sasak?
“Hay Disbudpar Prov NTB, kegiatan sarasehan budaya mBojo, acaranya d mBojo, kok didandani pake aksesoris tenun Sasak?”

 Dalam komen lainnya, akun Joko Bibit Santoso menulis:

selalu…kesenian dan kebudayaan hanya mejadi alat mencari keuntungan pejabat dan oknum seniman tertentu….dengan membuat event2 dengan embel2 kedaerahan namun seniman atau budayawan asli tempat event itu tak satupun dilibatkan,,,,karena takut ketahuan belangnya kalau penyelanggaraannya itu asal2 dan abal2an,”

Terpusat di Mataram

Sebelumnya, kritik juga diarahkan ke Disbudpar NTB karena memusatkan seremoni kegiatan di Mataram.  Kesalahan Disbudpar NTB lainnya seperti sengaja menyelenggarakan acara-acara seremoni penting terkait festival itu mengabaikan keberadaan masyarakat Sumbawa.

Tokoh Budaya Sumbawa yang juga Sekretaris Lembaga Adat Tanah Sumbawa, Syukri Rahman, S.Ag, memasalahkan pembukaan Festival Pesona Tambora, Sabtu (9/4), dilakukan di Kantor Gubernur bukan di kawasan Tambora.  Ia mengapresiasi festival itu sebagai jualan pariwisata.

“Tapi hargai masyarakat Pulau Sumbawa, khususnya masyarakat di kawasan Tambora.  Masyarakat Tambora seperti tidak dianggap,” kata Syukri.

Syukri membandingkan, acara untuk menyemarakkan festiva itul, masyarakat Pulau Sumbawa juga bisa menyelenggarakan acara budaya skala internasional yang berlangsung di Sumbawa. Acara Ziarah Tambora itu bisa menghadirkan belasan seniman internasional, dan alunan gambus dari kelompok seni musik gambus internasional.

Sebagai Ketua Dewan Kesenian Bima, Husain Laodet, mengekspresikan kekecewaan masyarakat budaya Bima terhadap Disbudpar NTB dalam puisinya yang diposting 13 April lalu;

BAJINGAN
(Puisi terbuka untuk Disbudpar pemprov NTB)

Di makam raja raja tua
Para bajingan itu menyembunyikan pundi mata uang logam dan lempeng batang emas dari racun serangga
Ditanamnya di bawah nisan bertulis nama Tambora”
hasil rampok

Bajingan… suara itu terlempar kosong antara sunyi yg tersekap kegelapan aksara
cendekia dan kaum priyai menabuh tambur dari kulit wanita bunting di kamar hotel, bersuil dalam nada dering jenaka sedikit centil menggoda
koridor pasar budaya sesak dengan obralan kata bual.
Kata si bajingan, proyek budaya itu serupa memasarkan buah dada gadis ABG dalam bakulan pariwisata

Sepanjang koridor pasar berjejer makelar memasang potret gadis perawan
dan diantara belahan dadanya terselip foto bugil pria tampan bernama tambora
Dia tidak tambun sebabnya akan laku layaknya lelang daging segar di pasaran
bajingan tersenyum sinis memandangi singa savana dari kejauhan, mengendap dari rerumputan kering pertanda pertarungan ini dimulai

Bajingan… dia melucuti gaun gadis perawan
melompat pagar norma dan mencincang harga diri budaya purba
Bajingan berubah wujud menjadi mucikari genit
Mereka bajingan tak punya adab terdidik yang dierami rahim pendidikan moral dari ibunya
Mereka dibesarkan dari kerakusan atas tahta harta dan deru nafas perempuan lacur…
Bajingan….mereka tengah meniduri ranjangmu
Kelambunya robek sebatas paha

Bajingan…. tontonlah tubuh bugilmu menari
Di atas tanah makam harga dirimu sendiri
Dan perempuan lacur akan meludahi senyummu yg repih
Bajingan !!!

‪#‎tambur tambora dua

Suk




Pariwisata NTB Belum Kembangkan Potensi Pertanian

agro wisata sembalun2
Wisata Agro di Sembalun

MATARAM – lombokjournal

Orientasi pengembangan pariwisata NTB berpaling dari masyarakat NTB yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Sektor paling tinggi menyerap tenaga kerja ini, seharusnya mendapat prioritas dalam konsep pembangunan pariwisata di NTB, khususnya di Lombok.

Hal itu mengemuka dalam seminar “Pemberdayaan sumber Daya Alam Guna Menunjang Pariwisata Berkelanjutan Menyongsong Pesona Lombok Sumbawa 2016”, di gedung Sangkareang Kantor gubernur NTB di Mataram, Kamis (23/03).  “Kita berkali-kali  mewacanakan wisata agro, tapi sampai sekarang belum terealisasi,” kata Ketua PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra.

agro wisata sembaun3
Sembalun menunggu kesungguhan Pemprov NTB untuk mulai mengembangkan ‘major project’ wisata argo

Beberapa daerah, seperti Jawa Barat atau Yogyakarya, sukses mengembangkan pertaniannya melalui konsep wisata agro. Jawa Barat berhasil mengembangkan ikon strawberi dalam wisata agronya. Yogya yang dikenal dengan wisata budayanya, wisata terbaik yang diunggulkan termasuk wisata agro.  Di daeah ini setidaknya terdapat 6 lokasi agro wisata yang sangat populer.

Sebab jenis wisata alam yang satu ini menjanjikan pengalaman-pengalaman baru bagi wisatawan. Wisatawan bisa langsung memetik buah atau sayuran di lokasi. Ada 6 lokasi agrowisata di Yogyakarta yang cukup populer.

Bagaimana di NTB?

Sayangnya, komoditas pertanian NTB sudah mengalami surplus kurang mendapat perhatian dalam konsep pengembangan pariwisatanya.  “Potensi yang kita miliki sangat besar, sebab kita punya area perkebunan durian, rambutan, jeruk atau manggis. Sayangnya, kita belum tergerak mengelolanya,” ujar Lanang.

Menurut Lanang, sejauh ini kepariwisataan NTB belum jelas menentukan ‘positioning’-nya sebagai modal berjualan ke pasaran wisata. Pengembangan wisata agro, mestinya menjadi salah satu  modal mengembangkan kekhasan yang dimiliki NTB, khususnya Lombok yang mempunyai potensi besar di pertanian

“Kita harus memulai membangun major project untuk mengembangkan wisata agro,” kata Lanang.

Sebagai catatan, meski hasil pertaian NTB menggembirakan, output yang diharapkan terutama untuk peningkatan kesejahteraan petani masih jauh dari harapan. Di sisi peningkatan produksi menggembirakan tapi soal pemasaran masih kesulitan. Salah satu yang bisa segera dikonsolidasikan dan diimplementasikan, yaitu melalui program pariwisata.

Hasobul, peserta seminar yang mengaku dari Sembalun, Lombok Timur mengungkapkan, di daerahnya berpotensi besar sebagai destinasi wisata agro.  Kerjasama Dompet Dhuafa (DD) dengan Badan Pemerintah Daerah (Bapedda) Lombok Timur,  mengembangkan kawasan Sembalun di Lombok sebagai kawasan pemberdayaan Agrowisata.

Potensi yang ada di Sembalun dapat menjadi penggerak perekonomian petani. Apalagi potensi Gunung Rinjani yang sekarang dalam proses usulan sebagai Geopark Dunia di Unesco. Kalau disinergikan dengan program pariwisata provinsi, sangat menarik bagi para wisatawan.

“Sayangnya, pemerintah provinsi terlalu terpaku memburu investasi besar di Kawasan Pantai Mandalika di Lombok Tengah. Program wisata agro yang di depan mata kurang diperhatikan,” kata Hasobul. (Suk)




Tata Ruang Resort Wisata di Lombok Masih Semrawut

MATARAM – lombokjournal

Lanang Patra
I Gusti Lanang Patra

Di tengah-tengah gencarnnya upaya mengejar target kunjungan wisatawan, ternyata tata ruang resort wisata di Lombok tak dikelola dengan baik.  Tiadanya pengendalian dan kejelasan konsep, muncul bangunan  tempat usaha yang melanggar wilayah peruntukan. Akibatnya, wajah resort wisata makin semrawut.

 “Harus ada pengendalian (tata ruanng) dari pembuat kebijakan,” kata Ketua PHRI (Persatuan Hotel dan Restroran Indonesia) NTB, I Gusti Lanang Patra.

Lanang mengatakan itu saat bicara dalam seminar  “Pemberdayaan sumber Daya Alam Guna Menunjang Pariwisata Berkelanjutan Menyongsong Pesona Lombok Summbawa 2016”, diselenggarakan Forum Pemuda Peduii Bangsa di Gedung Sangkareang Kantor Gubernur NTB, Kamis (24/03).

Situasi ini sempat marak saat banyaknya pihak swasta tertarik dengan resort Gili Trawangan dan menanamkan investasinya untuk usaha akomodasi. Banyaknya minat pihak swasta berinvestasi di Gili Trawangan disambut Pemda setempat. Tapi pertimbangan akan menambah income daerah itu menyebabkan pelanggaran zonasi peruntukkan.

senggigi1
Dengan pengelolaan yang baik, potensi alam yang dimiliki Lombok menjadi modal pengembangan pariwisata yang bisa mengalahkan daerah lain

Hal yang sama, kasus pelanggaran zonasi peruntukan itu terjadi di resort wisata Senggigi. “Tata ruang di senggigi tidak ada pengendalian,” kata Lanang yang bicara bersama Kepala Bidang Penelitian Badan Lingkungan Hidup Provinsi (BLHP) NTB, Retno Kuntari.

Pengembangan penataan di Senggigi diharapkan didasari konsep yang jelas. Termasuk ‘style’ bangunan ruko sebagai sarana penunjang. Mestinya harus ada kekhasa arsitektur ruko di resort wisata yang harusnya berbeda dengan yang ada di kawasan bisnis di Cakranegara.

Selain Senggigi, banyak resort wisata di beberapa tempat lain di Lombok tak dikelola dengan baik. “Ada pantai indah yang namanya pantai Surga, tapi menuju kesana kita melewati jalan neraka,” kata Lanang tentang buruknya penanganan infrastruktur pariwisata dari pemda.

Sampah

Masalah sampah dan kurangnya fasiiitas sanitasi di resort wisata masih banyak mendapat sorotan peserta seminar.  Di Senggigi masih minim penanganan sampah dari pemerintah setempat. Apalagi di musim hujan, sampah dari pemukiman yang terbawa aliran air yang mengotori hotel, tak ditangani dengan cepat. “Kami di Gili Air, selain kebersihan belum baik, juga tak ada pembangunan MCK umum,” kata seorang pemilik penginapan.

“Pemda yang memperoleh PAD cukup besar dari pajak hotel dan restoran, harusnya  bisa mengembalikan sebagian kecil anggaran untuk pengelolaan kebersihan dan lingkungan,” harap Lanang. (Ka-eS)