TAMBORA, Kisah Letusan Dasyat Yang Membawa Berkah

Gunung Api Tambora memiliki nilai cerita sangat berharga. Tanpa  cerita dibelakangnya, objek tidak ada harganya. Story telling itu pening.

MATARAM.lmbokjournal.com —  “Batik atau keris, bernilai lebih ketika ada cerita di belakangnya,” ungkap Kepala Badan Pengembangan Ekonomi Kreative Nasional, Triana Munaf saat meresmikan Festival Pesona Tambora Tahun 2017 di Hamparan Savana Doroncanga Dompu, Selasa 11/4-2017.

Kisah letusan Tambora yang dasyat menjadi modal luar biasa yang bisa digunakan untuk membangun industri pariwisata di NTB.

“Letusan Tambora memiliki nilai history yang luar biasa, jadi nilainya ada pada story telling, bukan pada nilai sebenarnya atau nilai keindahan alamnya,” tutur Munaf.

Kisah tambora memang luar biasa. Gunung Tambora merupakan stratovolcano aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, NTB. Letusannya yang melenda dahulu menjadi letusan terbesar sepanjang sejarah vulkanologi.

Sebelumnya, Gunung Tambora memiliki tinggi 4.882 m dpl dan menjadi puncak tertinggi kedua di Indonesia setelah Jaya Wijaya. Letusannya tahun 1883 begitu besar hingga melenyapkan hampir separuh tubuhnya dimana kini menyisakan gunung  setinggi 2.851 m dpl. Kondisi tersebut sesuai dengan nama Tambora snediri yang  berasal dari dua kata, yakni ta dan mbora yang berarti ajakan menghilang.

Saat erupsi, letusan Tambora terdengar hingga ke Pulau Sumatra, Makassar dan Ternate sejauh 2.600 km. Berikutnya, 400 juta ton gas sulfur menguasai langit hingga jauh di atas awan mencapai 27 mil ke strastofer, debu tebalnya bahkan telah menyelimuti Pulau Bali dan mematikan vegetasinya.

Begitu tebalnya abu berterbangan di langit, sepanjang daerah dengan radius 600 km dari gunung tersebut terlihat gelap gulita selama dua hari karena sinar Matahari tak mampu menembus tebalnya abu.

Kaldera abadi akibat letusan pun sangat besar seluas 7 km, sementara jarak antara puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800 meter. Total kematian yang ditimbulkan adalah 71.000 jiwa, bahkan ada sumber yang menyebut data korban hingga 92.000 jiwa.

Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi.

Satu tahun berikutnya (1816), sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena terjadi perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa yang disebabkan oleh debu letusan Tambora ini.

Selain itu, terjadi gagal panen di China, Eropa dan Irlandia. Bahkan, mengakibatkan tragedi kelaparan di Prancis telah menyulut kerusuhan di negeri itu. tak lama setelah itu, abu vulkanik yang tersebar itu mengendap di tanah dan memberikan kesuburan serta kehidupan baru bagi dunia. Di NTB sendiri, kabupaten Dompu lahir tepat setelah ledakan Tambora.

Kisah tentang dahsyat ledakan, kematian sekaligus kehidupan menjadi nilai jual luar biasa. Kisah atau cerita merupakan bagian penting yang membentuk industri pariwisata. Ia memberikan nilai, membangun image dan membangkitkan rasa ingin tahu lewat story telling. Dalam industri pariwisata, cerita memiliki nilai jual luar biasa dan menjadi modal utama dalam kegiatan promosi.

Festival Tambora 2017 merupakan upaya pemerintah provinsi NTB untuk mengembangkan dan membangkitkan sektor Pariwisata dan industri ekonomi kreatif di kawasan pulau Sumbawa sebagai dari komitmen Pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Barat.

Langkah strategis yang telah dijalankan Pemerintah Provinsi NTB sejak 2015 mendapatkan apresiasi dari wakil presiden Republik Indonesia  melalui Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf.

Wakil gubernur NTB, H. Muh Amin, S.H, M.Si menyatakan komitmennya untuk terus menghidupkan narasi dan cerita Tambota lewat promosi yang berkelanjutan.

“Karena itu dengan promosi-promosi yang kita lakukan akan mengembangkan perekonomian dan pariwisata kita ,” tegasnya.

(Humas Pemprov NTB)




Angkasa Pura Dukung Sport Tourism di NTB

Manajemen Angkasa Pura I Lombok International Airport (LIA) terus mengembangkan pembangunan Motocross and Grasstrack Circiut (MGC), atau arena balap motor cross untuk mendukung  angka kunjungan wisata ke NTB melalaui sport tourism.

LOMBOK TENGAH.lombokjournal.com — Selain sebagai lokasi standar untuk event motocross nasional dan internasional, ke depan LIA MGC ini dikemas untuk bermacam event juga.

“Ini semua untuk mendukung sport tourism di NTB,”kata General Manager LIA, I Gusti Ngurah Ardita, dalam pertemuan dengan media, Rabu (12/4) di hotel D’Praya, Lombok Tengah.

Ardita menjelaskan, LIA MGC yang sudah dilaunching Februari lalu, nantinya akan menggunakan lahan seluas sekitar 7 hektare di areal sekitar LIA. Pembangunan sirkuit motocross itu secara bertahap akan terus dilakukan dengan design dan konsep sirkuit yang melibatkan Ikatan Motor Indonesia (IMI).

“Sirkuit ini kita rancang menuju standar internasional, lahan 7 hektar kita pakai. Sirkuit punya tantangan tersendiri, dan sekarang panjang lintasan baru 1,2 Km, tapi tentu akan bertambah,” jelasnya.

Ia menambahkan, untuk agenda event yang akan digelar di LIA MGC, sudah ada kesepakatan dengan IMI untuk tahun 2017 ini.

Kejuaran motocross tingkat nasional yang saat ini masih berlangsung, diperkirakan akan memasuki tahap final pada September mendatang.

“Kegiatan putaran nasional final regional sekitar September, kita harap bisa digelar di Lombok ini,” katanya.

Ardita mengatakan, saat ini pihaknya tengah sedang menyiapkan pembangunan akses dan lahan parkir di sekitar sirkuit. Ke depan, sirkuit bersertifikasi internasional ini akan dikelola secara profesional.

“Konsep ke depan itu sport tourism jadi enggak hanya motocross atau tidak cuman nunggu event dari IMI. Misal Honda, Yamaha Kawasaki, mau bikin event bisa juga kita siapkan misal mau buat agenda di situ, atau offroad. Konsepnya kombinasi, untuk mendukung sport tourism,” katanya.

AYA




“Lombok Sumbawa Friendly”, Slogan Kemudahan Investasi di NTB

Slogan wisata ramah, Lombok Sumbawa Friendly, bukan semata slogan yang mampu menarik minat wisatawan datang ke Nusa Tenggara Barat (NTB), tapi juga menunjukan komitmen Pemerintah NTB dalam hal memberikan kemudahan bagi iklim investasi di daerah itu.

BIMA.lombokjournal.com — Wakil Gubernur NTB,H Muhammad Amin mengatakan, keramahtamahan atau “friendly” menjadi kunci penting dalam menciptakan daya tarik wisata.

“Keramahtamahan itu menyangkut seluruh aspek, mulai dari sektor birokrasi dengan menciptakan layanan  yang baik dan mempermudah investasi,”kata Wagub Amin, saat menghadiri Festival Lawata, Minggu (9/4) di pantai Lawata, Bima, NTB.

Dengan slogan Lombok Sumbawa Friendly, Wagub Amin menambahkan, NTB juga berupaya mewujudkan keramahan destinasi, yakni seluruh obyek dan potensi wisata dikelola, ditata dengan indah, rapi, bersih,  menarik dan  mempesona.

Serta, yang lebih penting lagi keramah tamahan masyarakat untuk menjaga keamanan, kenyamanan, kebersihan, melestarikan destinasi, adat budaya, tradisi, agama dan nilai nilai peradaban lainnya sebagai aset wisata yang sangat berharga.

Seperti diketahui, saat ini “Lombok – Sumbawa Friendly” dijadikan branding pembangunan Pariwisata NTB.

Wagub Amin mengajak semua pihak, terutama para kepala daerah, Bupati dan Walikota di NTB untuk memperkuat komitmen terhadap pembangunan sektor Pariwisata.

“Sebab sektor ini  telah terbukti sebagai penyumbang devisa terbesar dari sektor non migas,” katanya.

Karena itu, pemerintah daerah terus berbenah untuk meningkatkan  pembangunan pariwisata. Termasuk  menyusun regulasi yang memudahkan para investor untuk mengembangkan investasinya di wilayah ini.

“Semua potensi dan peluang yang kita miliki terus dilakukan pembenahan-pembenahan dengan membangun berbagai infrastruktur, memperkuat destinasi, promosi baik di dalam maupun di luar negeri,” tegas Wagub Amin.

AYA

 

 




Wagub Muhammad Amin Buka Festival Lawata, Promosikan Potensi Bima

Festival Lawata dibuka Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin, hari Minggu (9/4) di pantai Lawata, Bima, NTB.

BIMA.lombokjornal.com —  Festival Lawata yang sudah menjadi event budaya tahunan di Bima, merupakan  rangkaian kegiatan memperingati ulang tahun Kota Bima pada tanggal 10 April setiap tahun, sekaligus upaya mempromosikan potensi wisata di Kota Bima.

Wagub Amin menegaskan, pentingnya memperbanyak event seperti Festival Lawata ini sebagai media promosi.

“Dengan memperbanyak kegiatan seperti ini, apakah festival, pentas budaya dan lain sebagainya, akan menarik minat para tamu untuk datang, sehingga destinasi ini akan semakin dikenal,” kata Wagub.

Menurut Amin, periwisata  memiliki makna universal, yaitu mempercantik, memperindah, menyenangkan serta menyatukan, karena menembus sekat sekat suku, bangsa, ras, agama dan golongan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Lawata tahun ini juga melibatkan masyarakat nelayan tradisional Bima dengan menampilkan lomba layar perahu  yang dihias berbagai ornamen warna warni, sehingga sangat menarik.

Festival itu diikuti oleh ratusan perahu nelayan, berlomba dayung  yang mencerminkan budaya dan semangat bahari yang dimiliki Suku Mbojo.

Walikota Bima, HM Qurais Abidin mengatakan,  selain digelar dalam semangat ulang tahun dan menghidupkan wisata bahari, Festival Lawata kali ini juga untuk membangkitkan optimisme masyarakat kota Bima pasca musibah banjir yang meluluhlantahkan pemukiman dan fasilitas umum di wilayah itu.

“Pemkot Bima kini berupaya membangun sarana dan prasarana yang terdampak banjir. Selain itu, membangun optimisme masyarakat juga tidak luput dari perhatian pemerintah kota,” tukasnya.

Untuk optimisme itu, Qurais mengingatkan delapan prinsip hidup orang bima atau yang dikenal ‘nggusu waru’. Delapan prinsip hidup itu diantaranya selalu sabar, berilmu, kaya hati, taat pada Tuhan serta mementingkan kepentingan orang banyak.

“Kami juga memiliki prinsip selalu merealisasikan apa yang diucapkan dan berperilaku baik,” jelasnya.

AYA




Kemenpar Dorong Pengembangan Homestay di Kawasan Penyangga KEK Mandalika

Pengembangan sarana akomodasi berbasis masyarakat seperti homestay di kawasan desa-desa penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, di Lombok Tengah, NTB, mendapat perhatian Kementerian Pariwisata RI

UKUS KUSWARA

DENPASAR.lombokjournal.com — Sekretaris Menpar, Ukus Kuswara mengatakan,  pengembangan homestay dapat didorong dengan konsep desa wisata, dimana rumah penduduk di desa bisa dimanfaatkan sebagai sarana akomodasi bagi wisatawan yang berkunjung.

“Kita sudah usulkan ini dan diharapkan semua stake holder terkait harus terlibat di dalam pengembangan homestay di daerah penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, di Lombok,” kata Ukus, Sabtu (8/4) di Kuta, Bali.

Menurut Ukus Kuswara, pengembangan homestay di sekitar KEK Mandalika membutuhkan intervensi baik pemerintah daerah, Kementerian Pariwisata maupun Kementerian Perumahan Rakyat.

Ukus menjelaskan, pola desa wisata dan juga pengembangan homestay di dalamnya, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat di sektor pariwisata, serta memberikan manfaat ekonomi.

“Home stay ini juga merupakan salah satu solusi untuk memperbanyak kamar bagi wisatawan,” katanya.

Ia menambahkan, Kemenpar memiliki konsep bahwa manajemen homestay di desa wisata nantinya bisa dikelola dalam sebuah koperasi di desa wisata tersebut. Atau bisa juga dibentuk komunitas untuk mengakomodir seluruh homestay, baik itu terkait dengan upaya mendatangkan wisatawan dan juga pengelolaanya.

AYA




Sumbawa Barat Berupaya Membangun Bandara

Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), sedang berupaya membangun bandara untuk meningkatkan aksesbilitas ke daerah itu, terutama di sektor pariwisata.

SUMBAWA BARAT.lombokjournal.com — Potensi wisata yang dimiliki Sumbawa Barat sangat banyak, ada banyak destinasi pantai, alam, dan juga budaya. Tapi aksesbilitas masih minim.

“Ini yang sedang kita upayakan, kita sedang berupaya membangun bandara,” kata Bupati Sumbawa Barat, HW Musyafirin, Kamis (6/4) di Sumbawa Barat.

Musyafirin menjelaskan, Pemda Sumbawa Barat berupaya membangun bandara di lokasi bekas landasan pacu milik swasta yang kini menjadi aset Pemda, di Kecamatan Sekongkang, Sumbawa Barat.

Saat ini landasan pacu tersedia sepanjang 800 meter. Pemda Sumbawa Barat akan menambah panjang landasan pacu menjadi 1200 meter, dan membangun infrastruktur pendukung lainnya.

“Saya sudah bertemu dengan pak Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi), pekan lalu untuk menyampaikan ini. Yang kami butuhkan hanya kebijakan dari pusat terkait izin-izinnya, bandaranya biar kami yang bangun,” kata Musyafirin.

Menurut dia, secara resmi Pemda Sumbawa Barat juga sudah bersurat ke Dirjen Perhubungan Udara, dan saat ini tengah menunggu kebijakan dari pemerintah pusat.

Musyafirin mengatakan, keberadaan bandara menjadi faktor penting dalam meningkatkan sektor pariwisata dan ekonomi di Sumbawa Barat.

Sumbawa Barat memiliki cukup banyak destinasi wisata andalan. Misalnya saja pantai Sekongkang dan pantai Maluk yang juga potensial untuk surfing. Sebuah spot paralayang berkelas internasional juga sudah mulai dibuka di Desa Mantar berketinggian 640 Mdpl di Kecamatan Poto Tano.

Hanya saja, untuk  mengakses destinasi itu para wisatawan dan pengunjung membutuhkan waktu perjalanan sekitar 6 jam dari Mataram, ibukota NTB di pulau Lombok, melalui perjalanan darat dan satu kali penyeberangan laut dari Labuhan Kayangan, Lombok Timur menuju Poto Tano, Sumbawa Barat.

Keberadaan bandara, menurut Musyafirin, bisa memangkas waktu perjalanan yang panjang itu. Jika bandara Sekongkang terealisasi maka hanya butuh waktu 1 jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai di Bali, dan kurang dari 40 menit dari Lombok International Airport, untuk menuju bandara Sekongkang.

Ia menjelaskan, Pemda Sumbawa Barat memperkirakan membutuhkan sekitar Rp60 Miliar untuk perpanjangan landasan pacu eks bandara Sekongkang dan membangun infrastrukturnya.

“Banyak sekali potensi kita di Sumbawa Barat. Tapi tanpa aksesbilitas yang memadai, tetap akan sulit berkembang. Jadi ini yang sedang giat kita upayakan, dana sekitar Rp60 Miliar pun kita akan upayakan mampu,” katanya.

Selain untuk peningkatan kunjungan wisata, papar Musyafirin, keberadaan bandara juga akan meningkatkan minat investasi di wilayah Sumbawa Barat.

GRA




“Barapan Ayam”, Permainan Tradisional Yang Jadi Event Wisata di KSB

Jika di lain tempat pertandingan ayam jago dilakukan dengan cara mengadu atau menyabung dua ayam jantan untuk saling bertarung, tapi di daerah Sumbawa Barat, NTB, juga jadi atraksi pariwisata yang menghibur.

SUMBAWA BARAT,lombokjournal.com — Pertandingan ayam jago di sini, justru menyatukan dua ayam jago untuk bisa bekerjasama. Mereka harus bisa berlari cepat, beriringan, dan harus tepat menyasar tujuan, dalam “Barapan Ayam”.

“Tidak. Disini ayam jago tidak diadu untuk bertarung, tapi diadu kecepatan lari. Namanya  Barapan Ayam atau Sampo Ayam,” kata Komaruddin (38), Ketua Panitia perlombaan Barapan Ayam, Kamis sore (6/4) di Desa Tambak Sari, Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat, NTB.

Perlombaan Barapan Ayam di Desa Tambak Sari, digelar untuk mengisi rangkaian Festival Pesona Tambora 2017. Tapi di luar event Festival, tradisi Barapan Ayam bisa disaksikan setiap Minggu di Kota Taliwang, ibukota Sumbawa Barat.

Komaruddin menjelaskan, dalam Barapan Ayam, dua ekor ayam jantan akan disatukan dengan sebuah kayu yang secara lokal disebut Noga, yang kemudian ujungnya diikat pada masing-masing punggung ayam.

Dua ekor ayam yang sudah disatukan itu kemudian diarahkan oleh joki ayam menggunakan semacam pecut yang terbuat dari rotan yang ujungnya diberi bebunyian dari botol plastik bekas minuman yang disayat-sayat.

“Menggunakan pecut yang disini disebut Lutar, joki ayam harus mengarahkan ayamnya. Pasangan ayam harus berlari cepat dan harus bisa tepat menyentuh kayu Saka di garis finish,” katanya.

Suasana Barapan Ayam di Desa Tambak Sari nampak ramai dan riuh. Ratusan orang berkumpul di lapangan, dimana arena Barapan Ayam didirikan.

Sekitar 160 pasangan ayam akan berlomba di arena. Arena berukuran 20 kali 50 meter dikelilingi dengan kain jaring, agar ayam tidak lari keluar arena. Sementara penonton bisa menyaksikan dari luar arena.

Joki ayam yang dipanggil untuk masuk ke arena, akan membawa dua ayam yang sudah menyatu ke dalam arena.

Dengan kemampuan yang dimiliki, joki harus bisa mengarahkan ayam agar berlari cepat dengan jarak sekitar 50 meter menuju finish.

Sebatang kayu setinggi setengah meter atau disebut Saka, ditancapkan di garis finish. Pasangan ayam baru dinyatakan berhasil finish adalah yang berhasil menyentuh Saka.

“Tidak gampang mainnya, harus banyak latihan baik ayam maupun jokinya. Tapi ini seru, dan selalu bikin penasaran,” kata Muhamad Nursyamsi (28), warga Taliwang yang ikut lomba Barapan Ayam.

Syamsi mengatakan, percaya atau tidak,dalam Barapan Ayam juga diperlukan Sandro, atau dukun yang punya kemampuan khusus. Tugas mereka adalah mengelabui penglihatan ayam agar kayu Saka bisa terlihat mirip binatang buas, atau mahluk lain yang menakutkan.

“Kalau Sandronya hebat, pasti sangat jarang ayam yang bisa tepat menyentuh Saka, karena sudah takut duluan,” katanya.

Bupati Sumbawa Barat, HW Musyafirin mengatakan, Barapan Ayam merupakan tradisi masyarakat Sumbawa Barat yang hingga kini masih lestari.

Seperti juga Barapan Kebo, Barapan Ayam di Sumbawa Barat juga menjadi tradisi yang saat ini tengah dikemas sebagai salah satu event atraksi budaya untuk mendukung pariwisata di Kabupaten itu.

“Ya Barapan Ayam ini sangat unik, dan kami yakin ini hanya bisa disaksikan di Sumbawa Barat.Jadi tradisi ini bisa menjadi daya tarik wisata,” kata Musyafirin.

GRA

07/04/17, 13.04 – Jakarta P Panca: IMG-20170407-WA0001.jpg (file terlampir)

BARAPAN AYAM. Permainan tradisi barapan ayam di Sumbawa Barat, yang kini menjadi event pariwisata.(GRA)




Kemenpar Dukung Sirkuit MotoGP di Mandalika

Rencana pembangunan sirkuit MotoGP berkelas internasional di kawasan KEK Mandalika, Lombok Tengah, NTB, mendapat dukungan Kementerian Pariwisata.

DENPASAR,lombokjournal.com — Sekretaris Menpar, Ukus Kuswara mengatakan, keberadaan sirkuit MotoGP di Mandalika akan menjadi nilai tersendiri dan branding potensial bagi pariwisata Lombok dan NTB secara umum.

“Rencananya sirkuit ini akan dibangun di Mandalika, kawasan yang dikelola ITDC di Lombok Tengah. Ini akan menjadi nilai tersendiri bagi pariwisata di NTB,”kata Ukus, Jumat (7/4) pada Lombok Journal di Kuta, Bali.

Ia mengatakan, NTB merupakan kawasan wilayah yang cukup indah dan menarik bagi wisatawan, baik dari segi budaya dan keindahan alamnya.

Namun, perkembangan wisata saat ini juga membutuhkan inovasi dalam hal atraksi dan destinasi buatan.

“Buatan itu diantaranya dengan atraksi semacam pembuatan sirkuit Moto GP ini,” paparnya.

Seperti diketaui MotoGP merupakan branding yang dikenal seluruh dunia. Sehingga pariwisata juga akan bisa mendukung dengan promosinya.

“Jika dibangun di NTB maka orang luar akan menganggap itu suatu yang sangat Luar biasa. Dan akan mendatangkan banyak orang, banyak wisatawan ke depan,”katanya.

AYA




Kemenpar Gelar Workshop Jurnalis Pariwisata di Bali

Kementerian Pariwisata menggelar “Workshop Sosialisasi Kebijakan Kemenpar bagi Jurnalis Greater Bali”, Jumat (7/4), di Hotel Rani, Kuta, Bali.

DENPASAR.lombokjournal.com —  Kegiatan workshop diikuti sedikitnya 50 peserta terdiri dari jurnalis dari media cetak, online, dan elektronik, dari Provinsi Bali, NTB, NTT, Forum Wartawan Great Bali, Pengurus Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) Jakarta, serta perwakilan media asing di Bali.

Sekretaris Menpar, Ukus Kuswara mengatakan, workshop dilakukan untuk memperkuat semangat dan kolaborasi lintas sektor dalam pembangunan pariwisata Indonesia.

Menurut Ukus Kuswara, kunci keberhasilan pembangunan kepariwisataan nasional adalah kolaborasi pentahelix atau lima stakeholder yang solid, yaitu akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.

“Kerjasama  Indonesia Incorporated menjadi spirit kekuatan untuk mewujudkan pariwisata sebagai leading sector perekonomian nasional,” kata Ukus Kuswara pada wartawan Lombok Journal yang menjadi peserta workshop..

Program pemerintah dalam pembangunan lima tahun ke depan akan fokus pada sektor infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan pariwisata.

Penetapan kelima sektor ini dengan pertimbangan signifikansi perannya dalam  jangka pendek, menengah, maupun panjang  terhadap pembangunan nasional.

AYA

 

 




Gubernur NTB Dinilai Paling Komit Membangun Pariwisata

TGH. M. Zainul Majdi dinilai sebagai sosok gubernur yang paling komit membangun pariwisata.

Hj Erica Zainul Majdi bersalaman dengan Menpar Arief Yahya

MATARAM.lombokjournal.com — Menteri Pariwisata RI, Dr. Ir. Arief Yahya mengatakan hal itu saat membuka Musyawarah Rencanan Pembangunan (Musrenbang) 2017 di Hotel Lombok Raya, Kamis (06/04).

“Kalau saya mau berterus terang, saya hanya akan bantu provinsi, kabupaten/kota yang gubernur atau bupati/walikota yang komit dan konsisten membangun pariwisata,” ungkap Menpar.

Selain komitmen, Menteri yang pernah menjabat CEO Telekomunikasi Indonesia tbk. menilai pariwisata NTB saat ini tengah tumbuh dan menjadi perhatian dunia. Salah satu indikatornya adalah makin meningkatnya angka kunjungan wisatawan yang memenuhi destinasi-destinasi wisata di NTB.

Namun, menurut Menpar, NTB belum dijadikan sebagai tempat tujuan utama (primary destination) bagi wisatawan. NTB masih menjadi pilihan kedua (secondary destinastion) bagi pelancong untuk berwisata, kalah dengan Bali yang sudah tenar di manca negara.

Menurutnya, saat ini Indonesia menempati posisi ke-empat di Global Muslim Travel Index, untuk wisata halal, setelah Malaysia, Uni Emirat Arab dan Turky. NTB merupakan satu-satunya destinasi wisata halal Indonesia yang masuk dalam posisi 4 tersebut.

Karena itu, untuk menjadi NTB sebagai destinasi utama di dunia, perlu penguatan branding. Saat ini, NTB sudah dikenal dunia sebagai salah satu destinasi hala dunia. “Saya berbicara dengan Gubernur bagaimana NTB itu punya identitas. Dari itu, branding halal tourism kita kenalkan. Branding inilah yang harus kita perkuat,” ungkapnya saat itu.

Selain branding, faktor keamanan dan kebersihan harus menjadi perhatian dalam membangun pariwisata. “Hanya saja, tempat-tempat wisata itu perlu dijaga kebersihannya. Kebersihan itu akan menghadirkan kenyamanan bagi siapa saja yang berkunjung,” tutur pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur itu.

Terkait kebersihan distinasi wisata dan sejumlah ruang publik, Gubernur Majdi menjelaskan bahwa menjaga kebersihan merupakan perilaku. Perilaku tersebut menurutnya perlu waktu untuk merubahnya. Namun, ia meyakini bahwa masyarakat NTB yang reiligious ini mampu menjadi contoh perilaku hidup bersih.

“Itu menurut saya merupakan potret bahwa masih banyak yang harus kita benahi, khususnya dari sisi perilaku,” jelas Gubernur hadapan sejumlah wartawan usai pembukaan Musrenbang.

Karenanya, Gubernur yang akrab disapa TGB itu meminta dukungan semua pihak untuk menjaga kebersihan, terutama di destinasi wisata. Ia juga menghimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan agar tercipta NTB yang bersih.

“Kita bangunlah bersama pariwisata kita ke depan, Lombok-Sumbawa bersih, NTB bersih. Kita ajak semua elemen masyarakat,” pungkas gubernur.

Rr