TGB Tekankan Promosi Pariwisata Bernuansa Agama dan Budaya

Festival Kebudayaan menjadi filter terbaik dalam mencegah nilai-nilai asing yang bertentangan dengan jati diri bangsa

Hj Erica Zainul Majdi bersama peserta karnaval (Foto: Hms NTB)

MATARAM.lombokjournal.com – Masyarakat NTB diajak menggali lebih dalam nilai-nilai agama dan budaya, sebagai modal dan sendi-sendi membangun NTB.

Gubernur NTB, Dr.TGH. M. Zainul Majdi menyampaikan ajakan itu dalam pembukaan Bulan Pesona Lombok Sumbawa (BPLS) yang berlangsung di Taman Sangkareang di Mataram, Jum’at (18/8) sore.

Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur NTB minta, agar event tahunan BPLS lebih menekankan aspek-aspek promosi yang bernuansa penguatan  agama dan kebudayaan daerah.

Diharapkannya  festival  kebudayaan menjadi filter terbaik mencegah nilai-nilai asing yang bertentangan dengan jati diri bangsa dan masyarakat NTB yang religius.

“Mari kita jadikan festival ini sebagai filter bagi masyarakat, khususnya generasi muda menghadapi perkembangan dunia yang semakin kompetitif ini,” ajak TGB.

Gubernur yang hadir bersama Istri, Hj. Erica Zainul Majdi dengan busana adat Sasak, membuka BPLS  tahun 2017 dengan pemukulan Gendang Beleq di Taman Sangkareang, Mataram

Lebih lanjut ditegaskannya,  beriman dan berbudaya adalah benteng terkuat dari modernitas kemajuan dunia. “Itulah sebabnya beriman dan berdaya saing menjadi visi yang senantiasa diusung dalam pembangunan Nusa Tenggara Barat,” terang TGB sembari menegaskan, promosi, inovasi dan kreasi pembangunan yang ramah budaya, membuat NTB makin atraktif untuk menarik wisatawan.

BPLS merupakan Festival yang dilaksanakan selama satu bulan penuh dari tanggal 18 Agustus 2017 hingga 16 September 2017, dengan  menyuguhkan kolaborasi seni tradisional dan modern di berbagai destinasi wisata di lombok dan sumbawa.

Kemeriahan masyarakat menyambut event kebudayaan Lombok dan Sumbawa tersebut, tampak  dari kehadiran 1.500 peserta mengikuti pawai “Lombok Sumbawa Karnival” tahun 2017.

Peserta pawai tersebut merupakan perwakilan dari 10 Kabupaten/Kota se- NTB dan juga paguyuban-paguyuban dari berbagai daerah lain di Indonesia yang ikut berpartisipasi.

Sebanyak 28 acara utama dan 39 rangkaian acara disiapkan Pemprov Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk para wisatawan yang datang berkunjung ke Lombok dan Sumbawa dalam pelaksanaan BPLS.

Di antaranya: Lombok Sumbawa Karnival, Lombok Sumbawa Night Exhibition, Festival Kota Tua Ampenan, Festival Pesona Mandalika, Parade Kemerdekaan Indonesia, Idul Adha Religious Night Festival, GFNY Indonesia 2017, Tunaq Inter Fishing Contest, Kaliantan Kite Festival, Festival Moyo, International Halal Travel Fair, Sembalun Holtikultura Festival, Festival Gili Tramena Begawe, Festival Senggigi, Festival Film Pendek, Lombok Sumbawa Photo Contest

Asisten Deputi Pengembangan Segmen Bisnis Pasar dan Pemerintahan, Dr. Tazbir yang hadir mengapresiasi komitmen Pemerintah Daerah Provinsi NTB dalam mempromosikan dan memajukan pariwisata NTB.

“Dalam pantaun kami kontribusi NTB saat ini  tidak bisa dipungkiri dalam memajukan Pariwisata Nasional,”  Jelasnya.

Salah satu contoh dari upaya Pemda NTB meningkatan  arus kunjungan wisata mancanegara, kata Tazbir seperti Charter flight dari korea yang  pada saatnya akan menjadi penerbangan reguler.

Pembukaan BPLS dihadiri Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi NTB, Wakil Gubernur NTB beserta istri, Ketua DPRD NTB, Danrem 162 Wira Bhakti, Danlanal Mataram, Danlanud Rembiga. Hadir Pula Wakil Walikota Mataram, Mohan Roliskana yang masing-masing juga menggunakan pakaian adat asli NTB yakni Sasak, Samawa, dan Mbojo.

AYA

BACA : Festival Budaya lombok sumbawa Resmi Digelar

 




Festival Bulan Budaya Lombok Sumbawa Resmi Digelar.

Pengembangan pariwisata dibarengi penguatan agama dan pengokohan nilai-nilai budaya

Salah satu peserta karnaval

MATARAM.lombokjournal.com —  Festival Bulan Budaya Lombok Lumbawa (BBLS) sebagai rangkaian Bulan Pesona Lombok Sumbawa (BPLS) 2017, mulai digelar di Taman Sangkareang di Mataram, Jum’at (18/8).

Dalam pembukaan festival yang merupakan Kalender Pariwisata NTB yang digelar tiap tahun itu dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan Karnaval. Kegiatan.

“Karnaval ini merupakan rangkaian dari Bulan Pesona Lombok Sumbawa (BPLS) 2017 sesuai kalender pariwisata NTB yang dimulai pada 18 Agustus sampai 16 September,” ujar Lalu Muhammad Faozal, Kepala Dinas Pariwisata NTB. Festival ini diikuti 10 kabupaten/kota di NTB dan didukung pelajar SMA dan SMK serta masyarakat yang ambil bagian pada kegiatan tersebut.

“InsyaAllah karnaval ini akan diikuti sedikitnya 1.500 peserta dengan 12 kendaraan hias yang mencerminkan kekayaan dan potensi yang ada di NTB,” tegasnya.

Dalam sambutannya, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah Kemenpar, Tazbir mengatakan, Kemenpar mengapresiasi  langkah Gubernur dan Wagub NTB, Walikota serta Dinas Pariwisata NTB yang aktif mempromosikan NTB sebagai destinasi wisata tingkat internasional.

“Ini bukti sudah banyak kegiatan yang dilakukan di NTB,” kata Tazbir.

Ia memaparkan, secara nasional pertumbuhannya pariwisata  merupakan salah satu tertinggi tinggi pariwisata di Asean, dan di dunia termasuk 20 negara yang pertumbuhan wisman tertinggi mencapai 24 persen.

“Saya yakin kontribusi NTB tidak bisa dipungkiri, karena Pak Gubernur dan Pemprov NTB sudah banyak sekali berbua. Tidak hanya event tapi juga meningkatkan kunjungan dengan akses penerbangan, termasuk Korea. Mudah-mudahan nantinya bisa reguler,” terangnya

Di tempat sama, Gubernur NTB, TGH Muhammad Zainul Majdi sangat menghargai para pelaku industri wisata yang punya hajat, insan nusantara, dan manusia Indonesia yang beriman dan berbudaya.

“Kenapa beriman dan budaya penting, karena dalam era apa pun termasuk era kompetisi, era globalisasi, ada dua hal yang mampu jadi benteng terkuat meminimalisir dampak dari globalisasi dan kemajuan dunia. Dua hal penting itu yang jadi benteng yakni agama dan budaya,” tegas pria yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang).

Dikatakan, pengembangan pariwisata dibarengi upaya mengokohkan agama dan budaya, sehingga bisa menyerap hal yang baik, dan saat yang sama bisa menyaring yang negatif. “Apa yang bisa menyaring pengaruh negatif, yakni agama dan budaya,” tegasnya.

Karena itu perlu upaya terus menerus promosi budaya, menciptakan inovasi dalam ranah budaya, selain bertujuan agar daerah kita lebih atraktif. “Yang utama agar agama dan budaya bisa berperan sebagai filter terbaik bagi kita semua,”kata TGB.

AYA

BACA: TGB Tekankan Promosi Pariwisata Yang Bernuansa Agama dan Budaya




IHGMA se NTB Selenggarakan Workshop Road to GM

Para General Manager hotel se Nusa Trenggara Barat (NTB) menyelenggarakan workshop dan berbagi pengalaman

MATARAM.lombokjournal.com — Indonesia hotel General manager Assosiation (IHGMA) menggelar workshop di Hotel Golden Palace, Rabu (16/8), bertujuan meningkatkan sumber daya manusia dan pariwisata khususnya yang bergerak dalam bidang perhotelan.

Acara yang bertema Road to General Manager ini dihadiri oleh seluruh General Manager Hotel se NTB.

Ketua IHGMA chapter, Lombok Erik Tumberleka, workshop diselenggarakan untuk peningkatan kualitas SDM perhotelan di NTB.

“Ya, tujuannya agar bisa meeningkatkan sumber daya manusia dalam bidang perhotelan,” katanya.

Irmansjah Madewa, pendiri dan penasehat IHGMA, yang dalam kegiatan workshop tersebut sebagai pemateri menjelaskan, menjelaskan kegiatan workshop ini yang kelima belas dari 26 kota yang direncanakan.

“Lombok adalah kota yang ke lima belas untuk IHGMA. Nanti Acara IHGMA akan ada di 26 kota di Indonesia,” jelasnya.

Secara khusus, kegiatan workshop ini digelar untuk  meningkatkan pengetahuan para GM ataupun calon GM.  Dalam workshop tersebut juga berlangsung berbagi pengalaman, tentang bagaimana cara atau tahapan-tahapan apa yang harus ditempuh untuk menjadi seorang GM yang berdaya saing dan kompeten.

Madewa memberikan masukkan, tiap individu di bidang pariwisata, khususnya perhotelan harus terus meningkatkan kualitas diri atau kompetensinya. Agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap perkembangan dan kemajuan pariwisata di daerahnya bahkan Indonesia.

Harapannya setelah mengikuti kegiatan ini, 250 orang peserta yang hadir dapat menerapkan apa yang didapatnya pada bidang kerjanya masing-masing, khsususnya bagi para GM dan calon-calon GM.

Acara IHGMA dibuka Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Faozal. Dalam sambutannya, Faozal mengatakan, sangat terbantu sekali dengan keberadaan IHGMA.

Ia yakin tiap kegiatan yang dilakukan IHGMA merupakan salah satu cara untu meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia (SDM).

Ia pun berharap, dalam acara workshop yang digelar IHGMA ini agar bisa memberikan dampak positif bagi pariwisata dan perhotelan di NTB.

“Mengingat yang hadir di acara ini adalah para GM hotel yang ada di NTB,” tutupnya.

AYA

 




Terus Meningkat Tingkat Hunian Hotel Di Mataram

Okupansi atau tingkat hunian hotel di Kota Mataram mengalami peningkatan

Ernanda A. Dewobroto (foto: AYA)

MATARAM.lombokjournal.com —  Pada bulan Agustus, okupansi naik sebesar 75 persen, mengalami kenaikan seiring dengan mulai ramainya wisatawan yang berkunjung ke Lombok dan adanya beberapa kegitan MICE atau rapat pemerintahan.

Hal itu disampaikan General Manager Hotel Golden Palace, Ernanda A. Dewobroto yang juga sebagai Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) kepada wartawan, Rabu (16/8).

Ia mengatakan, okupansi hotel selama bulan Agustus di semua hotel mengalami kenaikan sebanyak 10 persen, dari bulan Juli sampai Agustus ini.

“Bulan lalu masih di angka 65 persen, sekarang sudah 75 persen kenaikan di semua hotel dimataram,” terangnya

Untuk hunian hotel di kota masih didominasi wisatawan nusantara, dan masih mengandalkan MICE.

“Hotel yang di kota Mataram kan jauh ya dari pemandangan pantai, gunung dan laut. Jadi untuk itu kita hanya mengandalkan MICE serta mengadkan promo-promo,” terangnya

Rata- rata hunian kamar di masing-masing hotel sebanyak 75 persen. “Lama menginap di bawah dua hari,” pungkasnya.

AYA

 




Poltekpar Termegah di Indonesia, Dimulai Dengan Istigosah

Masyarakat Lombok Tengah suka cita dengan dimulainya pembangunan Politekpar Negeri Lombok di Lombok Tengah

LOTENG.lombokjournal.com —  Untuk pertama kalinya, pembangunan kampus Politeknik Pariwisata (Politekpar) dimulai dengan acara istigosah.

Ribuan masyarakat Desa Puyung bersama Mahasiswa Politeknik Pariwisata Negeri Lombok dan ASN Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah mengikuti istigosah di areal pembangunan kampusnya, di Desa Puyung Lombok Tengah, Kamis (10/8).

Selain ungkapan syukur, istigosah diselenggarakan memohon keselamatan dan kelancaran pelaksanaan pembangunan Kampus Politeknik Pariwisata tersebut, sekaligus wujud dukungan dan suka cita masyarakat menyambut pembangunan sekolah pariwisata bertaraf internasional.

Saat doa yang dipimpin TGH. Makrif Makmun tersebut, hadir Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH., M.Si, Deputi Kementrian Pariwisata RI Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Sumber Daya Manusia, Prof. Ahman Syah, Bupati Lombok Tengah, H. Suhaili FT., Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Lombok Tengah, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Kepala Desa se-Kabupaten Lombok Tengah.

Wagub H. Muh. Amin menegaskan, pembangunan Poltekpar Negeri Lombok merupakan ikhtiar Pemerintah Provinsi NTB dalam peningkatan sumber daya manusia di bidang pariwisata. Poltekpar di NTB untuk menghasilkan pelaku-pelaku pariwisata yang handal.

“Ini merupakan investasi besar kita,” ujar wagub.

Pembangunan sumber daya manusia akan berdampak besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat ke depan. Investasi SDM dikatakan jauh lebih penting, sedang investasi infrastruktur sifatnya terbatas. “Dalam jangka tertentu bisa pudar atau rusak,” ujar Wagub.

Masyarakat dihimbau bersama-sama menjaga kelangsungan pembangunan Poltekpar, agar berjalan lancar sesuai target tahun 2017 sudah dapat digunakan.

Sebelumnya Bupati Lombok Tengah H. Suhaili FT, SH mengungkapkan, Poltekpar bertarap internasional ini diharapkan membukan wawasan dan pemahaman masyarakat Kabupaten Lombok Tengah akan terbuka wawasan atas kemajuan pariwsata.

“Poltekpar Negeri Lombok ini merupakan terbesar ke enam di Indonesia. Ini membuktikan perhatian pemerintah begitu besar kepada NTB, khususnya Lombok Tengah. Termasuk dengan ditetapkannya sebagai prioritas dari 10 KEK di Indonesia,” ungkapnya penuh kebanggaan.

“Ini sebagai sebuah harapan baru dalam ikhtiar mewujudkan masyarakat yang Beriman, Berdayasaing dan Bermutu di Bumi Tatas Tuhu Trasna”, katanya.

Pembangunan Kampus Poltekpar Negeri Lombok dengan luas lahan 20 hektar tersebut, akan menghabiskan anggaran Rp 1,5 Triliun. Pada akhir tahun 2017 sudah bisa digunakan karena ditargetkan 28 ruang kuliah sudah bisa dibangun. Tahun berikutnya pembangunan Laboratorium Poltekpar dengan anggaran Rp 180 Milyar.

Penjelasan itu disampaikan Deputi Kementrian Pariwisata Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Sumber Daya Manusia, Prof. Ahman Syah, saat menyampaikan sambutannya.

“NTB sebagai daerah pilihan dalam pengembangan pariwisata, setelah Wakatobi dan Danau Toba. Karena saat ini NTB fokus dengan pengembangan wisata halal,” tambah Ahman.

Saat ini pembangunan sektor pariwisata menjadi prioritas utama di Indonesia. Selain ditargetkan sebagai sumber devisa terbesar, diharapkan sektor pariwisata tidak merusak lingkungan dan memiliki dampak paling cepat dalam mensejahterakan masyarakat.

“Kampus Poltekpar di NTB ini akan menjadi termegah di Indonesia,” ujarnya.

Ahman mengakui, untuk vpertama di Indonesia pembangunan Poltekpar diawali dengan Istigosah.

AYA




Berkunjung Ke Pantai Unting-Unting, Pantai Bagian Selatan Lombok Tengah

Keindahan pantai di Lombok Tengah, pantai-pantai di bagian selatan Pulau Lombok, ibarat sebagian kecil keindahan sorga yang diperlihatkan di dunia

LOTENG.lombokjournal.com – Banyak pantai indah yang diceritakan. Tapi salah satu lokasi wisata yang belum banyak diketahui orang ini, menyuguhkan pemandangan menakjubkan.

Pantai yang sangat layak dipromosikan sebagai destinasi wisata ini, lokasinya di bagian selatan, tepatnya di Desa Mekar Sari, masih dalam kawasan Selong Belanak, Lombok Tengah.

Mulai dari suara deburan ombak yang ramah, menyapa pegunjungnya. Hamparan pasir putih sebesar merica, memaksa rasa ingin berlama-lama. Dan masih terlihat jejak makhluk Tuhan yang bernama Kura-kura, mengundang rasa penasaran ingin menemukannya.

Tim Lensa Humas Lombok Tengah dibantu warga sekitar salah satunya Andi, anak Kades Selong Belanak, mencoba langsung ketempat yang kebanyakan warga sekitar memanfaatkan  pantai tersebut untuk mencari udang dan ikan.

“Perbekalan yang cukup tentu sangat dibutuhkan, terutama air minum, maklum rutenya selain terjal juga jarak tempuhnya lumayan jauh,” pesan salah seorang Tim Lensa Humas, Loteng, sebelum melakukan perjalanan.

Itu pesan yang bijak. Sebab perjalanan menuju Unting-Unting, memang perjalanan pertama bahkan masyarakat Lombok Tengah sendiri kebanyakan tidak mengenal kokasi ini. Betapa tidak, dari tempat Tim Lensa Humas memarkir kendaraan masih harus menempuh perjalanan sekitar sejam di jalan berliku-liku yang kadang-kadang  melewati tanjakan terjal. Bahkan seluruh Tim Lensa Humas sendiri belum pernah mendatangi pantai ini.

“Perjuangan keras akhirnya mencapai tujuan.  Terbayar segenap perjuangan ke Unting-Unting, dengan suguhan pemandangan ekstra natural,” kata salah seorang.

Lokasi pantai di Desa Mekar Sari  merupakan pantai yang belum terlalu dikenal banyak orang. Untuk mencapai pantai tersebut dibutuhkan tenaga ekstra dan nyali tinggi untuk mencapai lokasi tersebut, dengan  menyusuri perbukitan yang merupakan kawasan hutan lindung, dan membutuhkan waktu satu jam dari tempat parkir di pantai Semeti.

Masyarakat sekitar menyebut pantai tersebut dengan nama pantai Unting-Unting bersebelahan dengan pantai Munah dan pantai Gili Gansing, di tempat ini juga merupakan tempat bertelurnya kura-kura.

Kita juga mendapat disuguhkan deburan ombak seperti air terjun yang mengalir melalui dua celah batu, satu obyek wisata Nambung yang berada di perbatasan Lombok tengah dengan Lombok Barat.

GILANG




Relokasi Pasar Seni Trawangan, Mulai Jum’at Malam

Hari Selasa malam (malam ini) dan Rabu, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Lombok Utara (KLU) akan sosialisasi untuk melakukan relokasi pasar seni Trawangan.

MATARAM.lombokjournal.com  –  Relokasi pasar seni itu dipastikan tidak akan merugikan pedagang pasar seni dan tak akan mengganggu perekonomian pasar tersebut.

“Setelah sosialisasi, kita buatkan event sambil pasang spanduk relokasi,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja KLU H Ahmad Dharma, usai berkoordinasi dengan Kepala Dinas Pariwisata NTB di Mataram, Selasa (1/8).

Ahmad Dharma mengaku sudah turun melihat lokasi baru, jaraknya sekitar 1 kilo meter lebih dari lokasi sebelumnya. Pihaknya menunggu jadwal dari Dispar NTB. Meski begitu ia akan melakukan sosialisas terlebih dahulu selama dua hari kepada pedagang yang akan direlokasi.

Rencana Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) dalam waktu dekat memang segera merelokasi seluruh pedagang di pasar seni Gili Trawangan. Relokasi tersebut diyakini tidak akan mengganggu perekonomian dalam pasar tersebut.

Sebelum direlokasi, rencananya pemda KLU akan melakukan sosialisasi sekaligus mengadakan event. Relokasi pasar seni sebenarnya telah lama direncanakan. Hanya saja, belum bisa diselesaikan.

Dharma mengatakan, ada tahapan yang telah disepakati sebelum melakukan relokasi terhadap pedagang di pasar seni tersebut.

“Malam ini dan besok malam kita akan lakukan sosialisasi. Malam sabtunya (Jum’at malam) sudah bisa kita lakukan pemindahan,” jelasnya.

Pasar seni tersebut akan direlokasi sekitar 1,5 kilometer dari lokasi semula. Di tempat relokasi telah dibangun 24 lokal baru berupa tenda untuk para pedagang. Termasuk termasuk empat toko di depan pasar seni.

Relokasi diyakini tidak akan merugikan para pedagang, karena di lokasi lama akan dipasang spanduk pemberitahuan, sehingga pelanggan dapat dengan mudah lokasi pasar seni yang baru.

“Tidak akan membuat pedagang rugi atau takut pemasukannya bekurang , karena nanti kita akan pasang pemebritahuan lokasi pasar seni yang baru,” jelas Ahmad Dharma.

AYA




Politeknik Pariwisata Jadi Prioritas Lombok Tengah

Dipastikan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) akan dibangun di Lombok Tengah (Loteng)

Kepala Dinas Pariwisata Loteng. H. L. Putria, S. Pd. M. Pd (Foto: GILANG)

LOTENG.lombokjournal.com – Keraguan tentang lokasi pennyelenggaraan pendidikan Politeknik Pariwisata dijawab tegas oleh HL Putria, Kepala Dinas Pariwisata  Loteng.  Selain itu, ia juga memastikan Masjid Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) juga akan segera diresmikan Presiden Jokowi.

“Bangunan Poltekpar dan Masjid KEK itu sudah harga mati,” kata Putria kepada Lombok Journal di depan Kantor Bupati Loteng, Selasa (1/8).

Selama ini muncul klaim dari beberapa kabupaten di NTB, tentang lokasi keberadaan Poltekpar. Namun Lalu Putria justru mempertegas, bangunan tersebut akan segera direalisasi pembangunannya di Loteng.

Ia juga kembali mengulang pernyataannya, Presiden RI , Joko Widodo akan kembali menginjakkan kakinya ke Pulau seribu Masjid, tanggal 27 Agustus mendatang. Kedatangan presiden dikatakan terkait realisasi pembangunan Poltekpar maupun Masjid KEK.

“Tanggal 27 Agustus rencana tentatifnya Presiden Jokowi akan datang, untuk pertama meresmikan Masjid KEK Mandalika,  yang kedua peletakan batu pertama Bangunan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Negeri Lombok,” tegas Putria.

Hal tersebut tentu merupakan jawaban tegas terhadap isu yang tengah berkembang khususnya di Lombok Tengah tentang adanya klaiman hak milik dari masyarakat.

GILANG




Masih Optimis, Peningkatan Kunjungan ke Kota Mataram

Tingkat hunian dan penyelenggaraan MICE di Mataram akan meningkat

Ernanda Dewobroto (Foto: AYA)

MATARAM.lombokjournal.com – Optimisme itu disampaikan General Manager Golden Palace Hotel Lombok yang juga menjadi  ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), Ernanda Dewobroto. City hotel yang memiliki spesifikasi sebagai tempat tinggal perjalanan dinas dan penyelenggaraan MICE, masih bisa bersinar seperti tahun ini.

Memang tahun ini banyak acara di NTB khususnya di Kota Mataram.  “Kami masih optimistis besar peluang. Baik itu event pemerintah atau pun dari swasta,” ujar Ernanda kepada media di Mataram, Senin (31/7)

Akupensi Hotel dikota sedang tinggi semenjak lebaran. “Sekarang meningkat sebanyak 25 persen jadi masing- masing hunian hotel dimataram naik menjadi 65 persen,” ungkapnya.

Lama menginap masih di angka dua hari untuk hotel, karena memang hotel di Mataram rata- rata dipersiapkan untuk kepentingan MiCE.

“Di bulan ini memang bulan rame, walaupun kunjungan tamu masih dari tamu lokal, dan dari Wisatawan nusantara, serta dari wisatawan asing yang ada walaupun tidak banyak,” tegasnya

Total akupensi masih di angka 65 sampai 70 persen, yang paling banyak mix yaitu liburan dan yang menggunakan untuk acara formal dan meeting.

Tiap hotel memiliki budget berbeda, dikota hanya mampu 65 sampai 75 persen. Beda dengan hotel yang di Senggigi atau Gili Trawangan yang jelas menawarkan keindahan alamnya,” tuturnya.

Ernanda mengatakan, jika pada bulan-bulan ini tingkat hunian hotel di NTB dan di Mataram khususnya mengalami peningkatan hingga 25 persen, salah satu penyebabnya nanyaknya turis lokal maupun mancanegara yang mengunjungi Lombok pada umumnya.Selain itu banyak kegiatan di hotel yang diadakan pemerintah di hotel yang ada di Mataram.

arapannya, selama high season rekan-rekannya yang tergabung dalam AHM yang fokusnya di wisata MICE, perlu diingat kota Mataram ini ada di Lombok.

“Kota mataram ini tetap di daerah wisata,  jadi kita tidak harus semata-mata fokus di wisata MICE. Juga harus tetap memperkuat leasure,” Tutupnya

AYA

 




Menstandarkan Usaha Pariwisata Halal

Pelaku pariwisata diharapkan punya pemahaman sama tentang destinasi wisata halal

MATARAM.lombokjournal.com —  Sosialisasi standarisasi usaha pariwisata halal dilakukan Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Mataram, Senin (31/7).

Kegiatan itu diharapkan bisa menyatukan pemahaman konsep wisata halal antara industri, pemerintah, dan regulator. Meski nama NTB terutama Pulau Lombok sudah dikenal dunia sebagai destinasi wisata halal melalui penghargaan destinasi wisata halal terbaik dunia.

“Namun penghargaan wisata halal harus dibarengi kesatuan langkah dan pemahaman yang sama,” Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal mengatakan

Sosialisasi kepada pelaku industri pariwisata NTB untuk melengkapi usaha dengan sertifikasi halal, baik hotel maupun restoran. Sebab masih banyak hotel yang bergantung pada sektor pariwisata konvensional seperti industri perhotelan.

Dikatakannya, para industri perhotelan harus menyiapkan pelayanan halal bagi wisatawan muslim. Misalnya, hotel menyediakan memberikan layanan halal seperti tempat untuk bersuci, dan perlengkapan ibadah.

Di tempat sama, LPPOM MUI NTB, Teti Indrawati mengatakan, sosialisasi sertifikasi halal sudah digaungkan LPPOM MUI. Namun, trennya terus meningkat seiring keberhasilan NTB ditetapkan sebagai destinasi wisata halal terbaik.

Teti menyampaikan, produk halal ialah makanan, minuman, obat, kosmetik yang tersusun dari unsur yang halal dan melalui proses produksi produk halal sesuai dengan syariah.

“Adanya sertifikasi halal, guna memberikan kenyamanan, keamanan, ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan suatu produk,” kata Teti.

Dalam perkembangan teknologi pangan, ada beberapa bahan terlarang yang bisa jadi bahan pangan dan kosmetik. Makanya perlu dilakukan penelitian atau pengecekan.

Tren sertifikasi halal di NTB terus meningkat tiap tahun. Pada 2016 tercatat ada 644 usaha yang sudah melengkapi diri dengan sertifikasi halal, dengan rincian UMKM sebanyak 269, rumah makan sebanyak 200, restoran hotel sebanyak 75, dan restoran non hotel sebanyak 100.

Angka tersebut melonjak signifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 175 sertifikasi dari empat kategori usaha tersebut.

Teti meminta para pelaku industri pariwisata di NTB menjaga kualitas usai mendapat sertifikasi halal. Bagi yang belum melengkapi, Teti berharap para pelaku usaha segera untuk melengkapinya.

Penerapan sertifikasi halal belum berjalan maksimal lantaran masih rendahnya kesadaran para pelaku usaha sektor pariwisata dan UMKM untuk mengurusnya.

“Ada juga asumsi yang katakan kalau setiap produksi yang dilakukan orang muslim pasti halal sehingga enggan mengurusnya,” kata Tetti.

AYA