BPPD Lombok Utara Buka Kantor Perwakilan di Jakarta
Kantor Perwakilan Jakarta akan menjadi penyambung komunikasi BPPD Lombok Utara
KLU.lombokjournal.com –
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Lombok Utara (KLU) membuka Kantor Perwakilan di Jakarta untuk meningkatkan promosi pariwisata Lombok Utara.
Ketua BPPD KLU Lalu Suratman mengatakan, ke depan keberadaan kantor tersebut akan memudahkan komunikasi dengan kementerian terkait di bidang pariwisata.
Menurutnya, saat ini BPPD belum memiliki kantor di KLU dan belum ada kucuran anggaran, namun bukan menjadi alasan bagi Team BPPD untuk lalai mempromosikan kepariwisataan.
“Fakta yang terjadi, Ribuan karyawan hotel menjadi korban akibat penutupan hotel. Bukan hanya karyawan hotel saja, semua sektor penunjang terkena imbasnya. Sementara, sektor ini adalah penyumbang terbesar bagi PAD Lombok Utara,” kata Suratman, Kamis (01/04/21).
Banyak program-program terkait pariwisata baik dari unsur swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintahan yang harus ditindaklanjuti segera.
Karenanya, Kantor Perwakilan BPPD di Jakarta akan menjadi penyambung komunikasi BPPD KLU, termasuk penyebaran informasi terkait pariwisata Lombok Utara secara cepat.
Lalu Suratman menyebut pengadaan Kantor Perwakilan Jakarta selain menjadi jembatan informasi pusat ke daerah, juga mejadi trigger masifnya promosi pariwisata Lombok Utara.
“Kita menyadari bersama, penutupan border yang dilakukan pemerintah berdampak serius bagi pariwisata Lombok Utara. Sehingga, strategi yang harus dilakukan adalah dengan membidik pasar domestik,” katanya sambi menambahkan, Kantor Cabang Jakarta akan dibuka pmulai hari Kamis tanggal 1 April 2021.
Kantor perwakilan Jakarta akan diisi tim dengan kemampuan mumpuni di bidang pariwisata dan memiliki jaringan kerja yang luas.
“Jaringan kerja yang luas serta memiliki kedekatan dengan pemerintah pusat, tentu jadi hal utama guna terbentuknya sinkronisasi program pusat dan daerah,” ujarnya.
Ast
Kabar Gembira, Wisatawan Bisa Mendaki Rinjani
Masyarakat diajak jaga kebersihan
SELONG.lombokjournal.com –
Wisatawan segera akan berbondong-bondong mendaki Rinjani, dan ini merupakan kabar gembira bukan hanya bagi yang punya hobi mendaki. Tapi juga bagi guide, porter, travel agent maupun masyarakat yang memperoleh rezeki dari wisata pendakian.
Gubernur H Zulkieflimansyah memastikan dibukanya Rinjani itu saat membuka acara Rinjani Megawe Festival 2021, di Desa Sembalun, Lombok Timur, Kamis (01/04/21).
Dalam akun Facebook Bang Zul Zulkieflimansyah, Gubernur Zul menulis, “Pagi ini di Sembalun Lombok Timur membuka kembali Jalur pendakian Rinjani. Semoga dengan dibukanya kembali pendakian Rinjani semakin ramai tamu2 yg akan mengunjungi kita krn Rinjani sdh terkenal keindahannya.”
Tentu saja dibukanya kembali wisata pendakian Rinjani akan menggairahkan dunia pariwisata di NTB. Terutama, wisatawan yang mempunyai minat khusus akan segera datang ke Lombok.
Karena itu ia minta masyarakat meningkatkan sadar wisata, salah satunya yaitu dengan menjaga kebersihan.
“Ayo jaga dan pelihara Rinjani kita terutama bersih dari sampah2 yg sering berserakan dan mengganggu tamu2 kita,” tulis Gubernur dalam akun Facebook.
Rr
Satpol PP dan Satlinmas NTB, Siap Jaga Keamanan Pariwisata
Keluar Perda Nomor 07 Tahun 2020 tentang penanggulangan penyakit menular, Satpol PP se – Kabupaten/Kota langsung bergerak
MATARAM.ombokjournal.com —
Sebagai salah satu daerah yang ditetapkan sebagai destinasi pariwisata super prioritas nasional oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Provinsi NTB terus berupaya menjalin sinergi dengan berbagai stakeholders untuk mewujudkan tujuh ikon pariwisata yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan penuh kenangan.
Sekretaris Daerah Provinsi NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., mengatakan itu saat memberikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Satpol PP dan Satlinmas dalam mendukung pariwisata halal di NTB yang berlangsung di Wisma Tambora NTB, Senin (29/03/21).
Mewujudkan hal tersebut, dIperlukan sinergitas berbagai stakeholders, termasuk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), yang telah mengambil porsi yang penting dalam memberikan rasa aman ditengah masyarakat.
“Satpol PP sudah mengambil porsi yang sangat penting, yaitu harus memberikan jaminan rasa aman, tentu tidak hanya tanggung jawab satpol PP dan Satlinmas tapi adalah terus berkoordinasi dengan aparat keamanan lainnya agar bagaimana mencipatakan rasa aman dapat terwujud,” tutur Miq Gite, panggilan akrabnya.
Kehadiran Satpol PP dan Satlinmas mendapatkan apresiasi penuh dari Sekda NTB. Berbagai upaya yang telah dilakukan Sapol PP dan Satlinmas, tidak hanya menjaga keamanan tetapi juga menerapkan masyarakat agar patuh terhadap Perda Nomor 07 Tahun 2020 tentang penanggulangan penyakit menular. Perda ini mengharuskan masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan covid – 19.
“Terima kasih dan rasa bangga kepada teman – teman Satpol PP dan Satlinmas Kabupaten/Kota yang telah menjadi garda terdepan dalam suasana teror dan keterbatasan covid – 19,” tutur Miq Gite.
Dikeluakan Perda langsung gerak
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tri Budiprayitno, mengungkapkan, selama dikeluarkannya Perda Nomor 07 Tahun 2020 tentang penanggulangan penyakit menular, Satpol PP se – Kabupaten/Kota langsung bergerak.
“Alhamdulillah, teman – teman dari Kabupaten/Kota setiap hari bergerak bagaimana menerapkan protokol covid-19. Sejak Bulan Maret terus menerapkan sosialisasi dan sebagainya,” tuturnya.
Kasat Pol PP menuturkan, tantangan yang dihadapi oleh Satpol PP adalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Namun dengan semangat dan motivasi membuat seluruh Satpol PP dapat menjalankan tugas terbaik.
“Dengan keterbatasan SDM apabila dapat menjalankan tugas dengan baik maka itu yang luar biasa,” ungkap Kasat Pol PP.
Sebanyak 138 peserta Satpol PP dan Satlinmas hadir dalam Rakor ini, sekaligus dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Satpol PP yang Ke – 71 tahun dan Satlinmas yang ke – 59 tahun.
Sher
@DiskominfotikNTB
Bangkitkan Pariwisata, PHRI Diminta Aktif Proses Vaksinasi
Tahun 2021, Kemenparekraf mengalokasikan anggaran dengan estimasi sebesar Rp2,7 – 3,7 triliun untuk disalurkan kepada usaha pariwisata
lombokjournal.com —
JAKARTA :
Anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di seluruh Indonesia diminta terlibat aktif dalam proses vaksinasi, agar pandemi COVID-19 segera berakhir, sehingga sektor pariwisata dan ekonomi kreatif kembali bangkit.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengatakannya saat menghadiri pembukaan acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PHRI, di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (18/03/21).
Dalam acara tersebut, Menteri Sandiaga menjelaskan terkait program vaksinasi bagi para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Ia menceritakan kunjungannya mendampingi Presiden Joko Widodo untuk meninjau pelaksanaan vaksinasi masal di Ubud, Gianyar. Bali.
Bali yang merupakan destinasi tulang punggung mendapatkan tugas untuk melakukan vaksinasi sebanyak 2 – 2,5 juta sebelum Juni 2021. Dengan vaksinasi ini diharapkan menekan laju penularan COVID-19 dan confidence level Bali meningkat.
“Sehingga, sesuai dengan arahan Bapak Presiden, pariwisata nusantara sudah bisa kembali lagi ke Bali,” jelas Sandiaga.
Ia mengutuip ucapan Presiden Jokowi, kalau semua angka COVID-19 kondusif, serta semua pihak patuh dan kita mendapatkan resiprosity dari negara-negara sahabat.
“Sekitar bulan Juni atau Juli 2021, Indonesia mulai membuka perbatasan untuk wisatawan mancanegara,” tambahnya.
Selain Provinsi Bali, wilayah Jabodetabek juga akan mendapat prioritas penerima vaksin.
“Untuk vaksinasi bagi pelaku pariwisata di wilayah Jakarta sedang kita dorong, dan sudah ada titik terangnya, tapi saya tidak mau obral janji. Selain Bali, Presiden mengatakan bahwa di Jabodetabek juga diprioritaskan untuk pelaku sector pariwisata dan pelayan publik,” kata Sandiaga.
Terkait program stimulus dana hibah pariwisata, Sandiaga menjelaskan, pada 2020, Kemenparekraf sudah menyalurkan dana hibah sebesar Rp2,2 triliun kepada 6,730 hotel dan 7,630 restoran. Pada tahun 2021 ini, Kemenparekraf mengalokasikan anggaran dengan estimasi sebesar Rp2,7 – 3,7 triliun untuk disalurkan kepada usaha pariwisata.
“Dengan dana hibah ini, tentu kita ingin membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan memulihkan ekonomi dan kita harus menebar semangat. Karena saya sangat prihatin di destinasi super prioritas termasuk destinasi tulang punggung seperti Bali, sudah satu tahun menghadapi pandemi. Jadi kita harus membangkitkan kembali semangat mereka,” kata Sandi.
Rr
NYEPI Tanpa Pawai OGOH-OGOH, Wisatawan Memilih ke Gili
Wisatawan mancanegara berbondon-bondong ke Gili yang terlihat pada hari Minggu, 14 Maret 2021, yang memilih menghindari kondisi sepi di Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943
MATARAM.lombokjournal.com –
Hari Minggu (14/03/21), Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi. Tidak hanya di Bali umat Hindu akan berdiam diri di rumah menjalankan ritual khyusuk, Catur Berata Penyepian. Yaitu amati geni atau tidak menyalakan api. Amati karye atau tidak bekerja. Amati lelungan atau tidak bersenang-senang. Dan amati lelanguan atau tidak bepergian.
Tapi ritual Catur Berata Penyepian bukan satu-satunya ritual yang dijalani umat Hindu selama Nyepi, karena banyak ritual sebelum dan sesudahnya. Seperti Melasti, Bhuta Yajna, Yoga/Brata, Ngembak Agni/Labuh Bratah, sampai Dharma Shanti.
Beberapa tempat yang biasa memeriahkan Perayaan Hari Raya Nyepi dengan acara-acara khas masing-masing, seperti Malang, Boyolali, Probolinggo, (Jawa Timur), Candi Prambanan (Jawa Tengah), Kupang (NTT), Pantai Losari (Makassar) dan Mataram (NTB).
Di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pawai meriah yang biasa dilakukan sehari sebelum Nyepi seperti halnya di Bali, yaitu Pawai Ogoh-ogoh. Pawai budaya ini biasanya selalu menarik minat masyarakat untuk meyaksikannya, menikmati tontonan beragam bentuk Ogoh-ogoh yang digelar oleh pemuda-pemuda banjar di Mataram.
Secara simbolik, pawai ini dimaksudkan untuk mengusir nafsu atau hawa buruk dari muka bumi.
Seperti halnya yang terjadi di Bali, Pawai Ogoh-ogoh menjadi salah satu perayaan Nyepi yang paling ditunggu-tunggu warga dan wisatawan. Demikian halnya di Mataram. Tentu saja di Bali lebih semarak karena mayoritas warganya adalah pemeluk Hindu.
Namun di masa pandemi virus Corona ada aturan-aturan untuk mencegah, salah satunya aturan jarak fisik dan menghindari adanya kerumunan, hingga pembatasan perjalanan, maka terkait Pawai Ogoh-ogoh akhirnya juga terdampak pandemic.
Pawai Ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi 2021 atau Tahun Baru Saka 1943, ditiadakan. Pemerintah Kota Mataram meniadakan kegiatan ini sebagai Langkah pencegahan penyebaran Covid-19. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mataram I Nyoman Swandiasa, pekan lalu.
“Pawai ogoh-ogoh ini kita tiadakan lagi karena pandemi COVID-19 masih terjadi. Apalagi kasus COVID-19 di Mataramm terus bertambah,” katanya.
Menurut Swandiasa, kebijakan Pemkot Mataram sudah dipedomani dengan baik oelh umat Hindu di Mataram khususnya. Itu bisa dilihat tidak adanya umat Hindu yang membuat ogoh-ogoh secara masif seperti tahun-tahun sebelumnya.
Kalau ada yang sudah telanjur membuat Ogoh-ogoh, diharapkan mengarak ogoh-ogohnya hanya di sekitar banjar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19, melalui gerakan 5M.
Wisatawan berbondong-bondong ke Gili
Hari Raya Nyepi di masa pandemi suasana di Bali memang berbeda dengan di Mataram, Lombok. Bayangkan, termasuk wisatawan pun di Bali dilarang keluar rumah selama Nyepi. Tapi di Lombok, yang mayoritas penduduknnya beragama Islam, meski tetap bertoleransi menjaga ketenangan dan kesopanan, tidak ada aturan yang melarang warga keluar rumah. Apalagi bagi wisatawan.
Wisatawan di Gili
Selama Hari Nyepi, pelaku pariwisata di Lombok, khususnya di tiga gili yakni Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan ketiban rezeki. Dilaporkan, tingkat kunjungan wisatawan ke Pulau Lombok meningkat selama libur Hari Raya Nyepi 2021.
Wisatawan mancanegara mulai berbondon-bondong ke Gili yang terlihat pada hari Minggu, 14 Maret 2021. Sebagian besar mereka datang dari Bali, yang memilih menghindari kondisi sepi saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943
Lumayan wisatawan yang datang ke tiga gili. Jumlahnya mencapai 40 persen dari posisi zero selama pandemi Covid-19. Itu diungkapkan Ketua Gili Hotel Association (GHA), Lalu Kusnawan, sehari menjelang Hari Nyepi.
Menurut Kusnawan, peningkatan itu terjadi karena limpahan wisatawan yang ingin menikmati liburan di luar Pulau Bali selama Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Minggu, 14 Maret 2021. Jadi para wisatawan itu hanya melakukan pemesanan kamar selama periode libur akhir pekan saja.
“Ini untuk libur Nyepi saja bookingnya,” jelas Kusnawan.
Bagaimana dengan wisatawan yang berlibur di Senggigi, Lombok Barat? Memang ada peningkatan sekitar 20 persen, tapi jumllah itu didominasi wisatawan lokal untuk weekend.
Ketua Senggigi Hotel Association (SHA), I Ketut M. Jaya Kusuma, mengakui memang ada perkembangan pada libur panjang Hari Raya Nyepi. Namun didominasi staycation, dan diakuinya merupakan wisatawan lokal yang berasal dari Kota Mataram.
Tentu saja jangan dibandingkan tahun lalu, yang jumlah pemesanan kamar jauh lebih banyak. Tapi tahun 2021, akibat pandemi Covid-19 yang berlangsung selama satu tahun, sangat sedikit tamu yang menginap di Senggigi.
Rr
Bangkitkan Ekonomi Rakyat, Bupati Dukung Festival Durian di Desa Genggelang
Melalui Festival Durian masyarakat ingin memperkenalkan sumber daya alam untuk membangkitkan nilai budaya dan pariwisata
GANGGA.lombokjournal.com –
Saat membuka Festival Durian di Pasar Desa Genggelang (10/03/21), Bupat Djohan Sjamsu mengatakan akan bangkitkan ekomi rakyat di masa pandemi Covid-19.
“Kita ingin saat ini membangkitkan ekonomi rakyat dalam masa pandemi Covid-19. Festival Durian adalah salah satu upaya mendongkrak ekonomi terlebih Fesa Genggelang menjadi Desa Wisata,” kata Bupati.
Harapan Bupati, ke depan harus diadakan event khusus untuk kegiatan pameran hasil pertanian dan UMKM. Saat ini pemerintah fokus bagaimana mengembangkan Desa Wisata.
“Nantinya bisa dikunjungi wisatawan,” tutur Bupati yang dating di Festival Durian Bersama Wakil Bupati Danny Karter Febrianto beserta istri.
Bupati dan Wkil Bupati mengawali dengan meninjau stand Buah Durian dan Produk UMKM KLU. Saat itu hadir juga anggota DPRD KLU, Hakamah, para Pimpinan OPD, dan peserta festival.
Bupati Djohan menegaskan, kegiatan festival seperti ini perlu terus didukung, dalam rangka mengakat ekonomi kerakyatan masyarakat KLU.
Genggelang adalah desa yang subur, apa pun yang ditanam tumbuh dan berhasil, sambungnya. Jika desa maju, otomatis KLU akan maju.
“Mari manfaatkan potensi yang ada, produk UMKM kita tingkatkan dengan kualitas yang baik dan indah, agar menjadi daya tarik pembeli. Saya mengapresiasi Festival Durian dan harus berkelanjutan. Tidak hanya durian saja, tetapi produk UMKM masyarakat KLU,” imbuhnya.
Kepala Desa Genggelang, Almaududi mengatakan, kegiatan Festival Durian yang direncanakan dari tahun sebelumnya, bisa dilaksanakan tahun ini. Karena masih situasi pandemi Covid-19, kegiatan menjadi terbatas dan mematuhi prokes.
“Pemdes dan masyarakat Desa Genggelang sudah mengembangkan tanaman durian ini sejak dulu. Hampir seluruh masyarakat Genggelang mengembangkan tanaman durian, baik di kebun maupun di pekarangan rumah masing-masing,” kata Almaududi.
Melalui Festival Durian masyarakat ingin memperkenalkan sumber daya alam dan perkembangan yang ada di desa serta membangkitkan nilai budaya dan pariwisata.
Saat ini Desa Genggelang menjadi Desa Wisata, rencananya kegiatan semacam Festival Durian terus berlanjut pada masa mendatang.
rar
Event ‘Geotrail Mission Run 2021’, Lomba Lari Melintasi Persawahan
Di Event perdana ini jumlah peserta dibatasi hanya 100 orang peserta, yang berasal dari kota-kota yang ada di Pulau Lombok dan NTB umumnya
LOTENG.lombokjournal.com —
Dewan Pelaksana Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark menyelenggarakan event GEOTRAIL MISSION RUN 2021, lomba lari sejauh 10 km melintasi areal persawahan di Desa Tanak Beak dan Desa Karang Sidemen Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, yang akan dilaksanakan pada tanggal 13-14 Maret 2021.
Geotrail Mission Run (GMR) merupakan sebuah event lomba lari dengan misi, 3 orang dengan waktu tercepat dan poin tertinggi (dari penyelesaian misi) akan menjadi pemenang.
Namun tujuan utama event ini bukanlah perlombaan mengejar hadiah, namun mengajak peserta dapat berkontribusi bagi komunitas lokal di Desa Tanak Beak dan Desa Karang Sidemen, sambil berolahraga untuk meningkatkan imunitas tubuh.
GMR dilaksanakan juga untuk mendukung pengembangan geowisata di wilayah geopark, mendukung Program NTB Zero Waste, Program Kampung Iklim dan NTB Hijau serta dilaksanakan juga dalam rangka memperingati Hari Bakti Rimbawan Tahun 2021.
Peserta juga diajak menghadapi tantangan berinteraksi dengan warga setempat, sebagai bagian dari lomba.
Tantangan melakukan aktivitas keseharian masyarakat desa itu, mulai dari hal yang sederhana seperti membantu pengerajin membuat sedotan bambu ramah lingkungan, belajar cara membuat eco-brick dari kelompok masyarakat pengelola bank sampah.
“Atau membantu aktivitas berkebun petani buah naga, dan melakukan aksi penanaman pohon sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian alam,” jelas Meliawati ANG, Chairperson evet tersebut melalui siaran pers yang diterima media, Jum’at (05/03/21).
Menurutnya, Interaksi dengan kegitan masyarakat merupakan bentuk edukasi dalam pengembangan konsep wisata.
“Interaksi humanis dengan masyarakat pun bisa menjadi sebuah atraksi wisata menarik dan berkesan asal dikemas dengan baik,” kata Meliawati.
Sebagai tambahan dalam hal edukasi, terdapat juga tantangan berupa mempopulerkan warisan geologi berupa (singkapan batuan) yang ada di Desa Tanak Beak melalui unggahan di instagram masing-masing peserta.
Menurut Meliawati, dunia pariwisata merupakan sektor yang paling besar merasakan dampak buruk di masa pandemi. Namun anjloknya kunjungan wisatawan tidak terus diratapi, justru harus jadi pemicu semangat untuk berusaha lebih kreatif membuat terobosan baru.
Dalam penyeleggaaan event ini Dewan Pelaksana Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram (STP-Mataram), IAGI Pengda NTB, IKA SKMA NTB, Pemprov NTB, TNGR, BKSDA NTB, BPDAS Dodokan Moyosari, Pemerintah Desa Tanak Beak, Pemerintah Karang Sidemen, dan komunitas-komunitas lokal.
Pendaftaran peserta
Di Event perdana ini jumlah peserta dibatasi hanya 100 orang peserta, yang berasal dari kota-kota yang ada di Pulau Lombok dan NTB umumnya.
Pembatasan ini sebagai bentuk kepatuhan melaksanakan protokol Kesehatan. Ke depan saat siatuasi Kembali normal, rencananya akan terus dilaksanakan rutin, dengan memperbesar skala peserta yang terlibat hingga level nasional bahkan internasional.
Untuk berpartisipasi dalam event ini, peserta dipungut biaya pendaftaran Rp. 150.000,-/orang (individu) dan Rp. 130.000,-/orang bagi yang mendaftar secara berkelompok (minimal 3 orang).
Dengan biaya itu peserta memperoleh T-shirt, souvenir, totebag, meals, nomor dada dan medali finisher, dan termasuk termasuk kontribusi untuk komunitas lokal.
Pendaftaran event dapat dilakukan secara online (http://bit.ly/regist-gmr21) maupun offline di Sekretariat Geopark Rinjani-Lombok (Jalan Langko No 69 Mataram) pukul 08:00 – 17:00 WITA pada Senin – Jumat.
Rr
Event Bau Nyale Ada Fashion Show, Dialog Interaktif dan Forum Bisnis
MATARAM.lombokjournal.com –
Event Bau Nyale di kawasan Kuta, Lombok Tengah tetap akan dilaksanakan meski dalam situasi pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB Lalu Mohammad Faozal mengatakan, perayaan bau nyale akan dilaksanakan secara hybrid, yakni kegiatan online dan offline, tanggal 3-4 Maret Mendatang.
Sejumlah kegiatan digelar sebelum acara puncak, di antaranya adalah fashion show, dialog interaktif dan forum bisnis.
“Kegiatan bau nyale ini akan di bagi dua baik yang offline dan online, khusus untuk online akan di batasi karena covid,” ujar Faozal pada Rabu(10/02/21).
Dalam Event bau nyale kali ini akan dihadiri oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, dan Menparekraf direncanakan hadir.
Dalam rangkaian kegiatan event, akan mempertemukan para buyer dan seller dimana produk yang ditawarkan adalah hasil produk kreatif UMKM dan produk lokal yang telah lolos kurasi serta seleksi.
“Direncanakan ada 25 buyer nanti yang akan membeli paket wisata, kita juga akan mempromosikan produk unggulan yang di miliki oleh ekonomi kreatif di Lombok,” ungkap Faozal
Aya
Program Kedinasan Usaha Perjalanan Wisata Akan Dibuka Poltekpar Lombok
Masing-masing Pemda menyiapkan beasiswa dari APBD, karena Pemda membutuhkan tenaga tersebut
LOTENG.lombokjournal.com –
Poltekpar Lombok akan membuka program Kedinasan usaha perjalanan wisata (Diploma IV) Tahun 2021,. Setelah lulus nanti, mahasiswa luusan program kedinasan ini akan ditempatkan khusus terkait kebijakan pariwisata.
Wakil Direktur 1 Poltekpar Lombok, Dr Farid Said menyampaikan, saat ini wacana pembukaan Kedinasan Diploma IV itu diberikan kuota masing-masing Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) orang dan Pemprov NTB sekitar Lima orang.
“Maksimal 35 mahasiswa setiap angkatan. Kita akan segera tanda tangan MoU dengan Kabupaten/Kota dan Provinsi,” ungkapnya, Selasa (09/02/21), di acara Forum Kehumasan Poltekpar Lombok.
Farid menjelaskan, sekolah Kedinasan perjalanan usaha wisata sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 14 tahun 2010 tentang tentang Pendidikan Kedinasan, seluruh lembaga pendidikan di bawah Kementerian dan Lembaga diluar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
PP tersebut sedang disusun revisi tentang Peraturan Pemerintah
Namun, skema kurikulumnya nanti sedikit berbeda, kemudian muatan pertemuan lebih banyak, khusus di bawah Kemenparekraf.
“Supaya kami tidak salah, akan buka program Kedinasan CPNS, mendukung Destinasi Super Prioritas (DSP),” katanya.
Untuk skema program, sedang digodok Kementerian. Biasanya masing-masing Pemda menyiapkan beasiswa dari APBD, karena Pemda itu membutuhkan tenaga tersebut.
“Tanggal 15-16 mendatang, kami rapat di Makassar untuk tetapkan skema. Namun, biaya sekolah Kedinasan ini tidak besar, SPP sekitar Rp 4.100.000 tiap tahun, di tambah biaya hidup sehingga, diperkirakan habiskan Rp 25 juta tiap tahun,” tuturnya.
Kendati demikian, dirinya belum berani memutuskan Skema itu karena harus dibahas dulu, apakah biaya full dari Pemda atau ada shearing anggaran Poltekpar. Namun akan bisa dipastikan setelah pertemuan.
Terkait wacana itu, Wakil Bupati Lombok Tengah, H L Pathul Bahri yang hadir pada kesempatan itu sangat mendukung dan harus dilaksanakan karena menyangkut peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) khusus pariwisata.
“Kalau sekedar dua atau tiga orang sangat kecil, dan kami siap. Yang menjadi persoalan, akan ada iri hati karena butuh kreteria dan teknis, layak dan tidak layak,” tegasnya.
Bupati terpilih ini menegaskan, angka Rp 25 juta itu sangat kecil, namun dibutuhkan teknis dan kreteria, calon mahasiswa yang akan mendapatkan pendidikan Kedinasan itu seperti apa.
“Apalagi pariwisata menjadi utama, pendidikan ini sangat penting,” tutupnya
Aya (*)
Sejumlah Hotel di NTB Mulai Diobral
Untuk menggerakan perekonomian dikawasan tiga gili perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah, yakni dengan melakukan beberapa kegiatan di Gili
MATARAM.lombokjournal.com –
Sejumlah hotel di Nusa Tenggara Barat terpaksa mengobral atau menjual properti mereka akibat dampak pandemi Covid-19.
Pandemi membuat sejumlah hotel sulit bertahan. Jumlah tamu yang jauh merosot membuat keuangan hotel menjadi menurun drastis.
“Untuk dijual lumayan, yang saya ketahui ada 5 hotel. Cuma itu hotel kecil-kecil, paling banyak di resort dan ada beberapa hotel di kota,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, Ni Ketut Wolini.
Dikakatan kondisi sekarang ini membuat sejumlah pengusaha terpaksa menjual properti mereka.
Terutama karena tinggiya biaya maintenance, sedangkan pemasukan nyais tidak ada sama sekali.
Padahal hotel sangat bergantung dengan wisatawan dan kegiatan MICE. Tetapi kondisi saat ini tidak ada kunjungan, karena adanya pembatasan orang masuk di beberapa daerah.
“Dari dijual dan tutup itu pasti ada, di NTB hanya beberpa hotel yang masih eksis. Kita bisa hitung dengan jari di kondisi seperti ini. Karena kalau buka dikondisi sekarang ini biaya maintenance itu terlalu tinggi, bayar listrik, gaji karyawan, pajak dan sebagainya. Sedangkan pemasukan atau pendapatan tidak ada,” ungkap Wolini.
Wolini menyebutkan, tekanan pandemi Covid-19 yang terus berkepanjangan ini kian terus berdampak berkepanjangan terhadap ekonomi.
Tidak dipungkiri jika ada hotel-hotel yang terpaksa menjual properti mereka. Karena memang tengah dalam kondisi sangat sulit untuk bertahan lebih lama lagi.
“Saya beberapa waktu sudah keliling ke beberapa obyek wisata dan memang banyak hotel-hotel yang dijual. Karena mereka juga belum melaporkan ke PHRI sudah menjual atau akan menjual,” ungkapnya.
Kondisi covid-19 jauh lebih parah jika dibandingkan dengan pasca gempa 2018 lalu. Maka dari itu hotel-hotel yang masih eksis menerapkan kebijakan waktu kerja karyawan dikurangi.
“Pekerja di rolling (bergilir) jadi mereka masuk setengah-setengah seperti dilakukan oleh teman-teman hotel,” imbuhnya.
Tiga Gili masih sepi
Terpisah, Ketua Gili Hotel Association (GHA) Lalu Kusnawan mengatakan, untuk kunjungan wisatawan ke tiga Gili saat ini sangat sepi. Lantaran sepi banyak hotel-hotel maupun restoran menutup usaha mereka. Bahkan menjual properti mereka karena dampak pandemi Covid-19.
“Sekitar 30-40 persen hotel beroperasi sisanya sementara close (tutup) . Sekarang banyak yang menjual propertinya,” ujarnya.
Ia berharap, untuk menggerakan perekonomian dikawasan tiga gili perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah maupun provinsi.
Yakni dengan melakukan beberapa kegiatan di Gili. Apalagi banyaknya pilihan hotel menengah sampai dengan harga murah, sehingga mampu mendorong tingkat kunjungan wisatawan ke Gili.
“Tentu ini pemerintah juga perlu mendukung itu dengan cara datang ke gili. Ini cara memutar roda perekonomian, kalau mengandalkan tamu dari luar sulit,” jelasnya.