IPM atau Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2024

Seluruh dimensi pembentuk indeks pembangunan manusia (IPM) mengalami peningkatan, terutama standar hidup layak dan pengetahuan

IPM menjadi salah satu indikator yang penting dalam melihat sisi lain dari pembangunan
Catata Agus K Saputra

lombokjournal.com ~ Dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) tahun 2024, Pejabat (Pj) Gubernur NTB Hasanuddin, Senin (20/01) lalu, di Ruang Rapat Paripurna DPRD Provinsi NTB, antara lain menyampaikan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB mengalami peningkatan menjadi 73,10 poin. 

Walaupun angka ini masih di bawah dari IPM Indonesia sebesar 75,02 poin, namun masuk ketegori tinggi.

BACA JUGA : Franz Kafka Membayang dalam Komunitas Teman Baca 

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dalam rilisnya 15 November 2024 mencatat beberapa hal sebagai berikut:

  • * IPM  Indonesia   tahun  2024  mencapai  75,02  meningkat  0,63 poin   atau  0,85  persen   dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 74,39.
  • Pada 2024,  provinsi  dengan  capaian  IPM  terendah adalah Provinsi Papua Pegunungan dengan nilai IPM sebesar 54,43. Sedangkan, provinsi dengan IPM tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar 84,15.
  • Selama 2020-2024, IPM Indonesia rata-rata meningkat sebesar 0,75 persen per tahun
  • Pertumbuhan IPM 2024  mengalami percepatan dari tahun sebelumnya. Seluruh dimensi pembentuk IPM mengalami peningkatan, terutama standar hidup layak dan pengetahuan
  • Umur harapan hidup bayi  yang  lahir  pada  tahun  2024  sebesar  74,15 tahun, meningkat 0,22 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir pada tahun sebelumnya.
  • Pada dimensi pengetahuan, harapan lama  sekolah  (HLS)  penduduk  umur  7 tahun pada tahun 2024 meningkat  0,06  tahun  dibandingkan  tahun  sebelumnya,  dari  13,15  tahun   menjadi 13,21 tahun. Sementara itu, rata-rata  lama  sekolah (RLS)  penduduk umur 25 tahun ke atas meningkat 0,08 tahun, dari 8,77 tahun menjadi 8,85 tahun pada tahun 2024.
  • Dimensi standar hidup layak yang diukur berdasarkan rata-rata pengeluaran riil per  kapita  per  tahun (yang disesuaikan) pada tahun 2024 meningkat 442 ribu rupiah atau 3,71 persen dibanding tahun sebelumnya.  Hal ini berarti rata-rata pengeluaran riil penduduk Indonesia tahun 2024 adalah sebesar  Rp 12.341.000 per tahun per orang.

BACA JUGA : Indeks Pembangunan Kebudayaan di NTB Lebih Tinggi dari Nasional

Mulai tahun 2024, BPS menyajikan angka IPM untuk 38 propinsi. Ada pun sebaran dan status capainnya sebagai berikut:

  • * Sangat Tinggi = IPM ≥ 80 ada 2 Provinsi
  • Tinggi = 70 ≤ IPM ≤ 80 ada 30 Provinsi
  • Sedang = 60 ≤ IPM ≤ 70 ada 5 Provinsi
  • Rendah = IPM ≤ 60 ada 1 Provinsi

IPM NTB 2024

Berdasarkan rilis data IPM NTB 2024 dari BPS Provinsi NTB terdapat hal-hal sebagai berikut:

  1. Perkembangan IPM Provinsi NTB Tahun 2020–2024

Pembangunan manusia di Provinsi Nusa Tenggara Barat terus mengalami kemajuan. Sejak tahun 2020, status pembangunan manusia Indonesia sudah berada di level “tinggi”. Selama 2020–2023, IPM Provinsi NTB rata-rata meningkat sebesar 0,92 persen per tahun, dari 70,46 pada tahun 2020 menjadi 73,10 pada tahun 2024. Secara Nasional Prov. NTB menduduki urutan  ke-27 dari 38 Provinsi.

Ada pun sebarannya sebagai berikut:

  • Sedang > Lombok Utara 68,84
  • Tinggi >  Bima 70,99;  Lombok   Tengah 71,19;  Lombok Timur 71,48;  Sumbawa 72,36; Dompu 72,59; Lombok Barat 72,70; Sumbawa Barat 75,52 dan Kota Bima 78,91
  • Sangat Tinggi > Kota Mataram 81,64

    2.  Perkembangan Dimensi Pembentuk IPM Provinsi NTB 2020–2024

Peningkatan IPM tahun 2024 didukung oleh semua dimensi penyusunnya, terutama standar hidup layak dan pengetahuan.  Dua indikator mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 1,68 persen dibanding tahun sebelumnya dan Pengeluaran Riil per  Kapita sebesar 4,61 persen dibanding tahun sebelumnya . Sementara itu Umur Harapan Hidup saat lahir   (UHH) pertumbuhannya  mencapai 0,32 persen. Harapan Lama Sekolah (HLS) pertumbuhannya mencapai 0,7 persen. 

     2.1. Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat

Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2020 hingga 2024, UHH telah meningkat sebesar 1,08 tahun atau rata-rata tumbuh sebesar 0,38 persen per tahun. Pada tahun 2020, UHH Provinsi NTB adalah 71,17 tahun dan pada tahun 2024 mencapai 72,25 tahun. UHH tahun 2024 meningkat 0,23 tahun  atau naik 0,32 persen dibanding tahun sebelumnya.

Umur harapan hidup di NTB berada pada urutan ke-25 dari total 38 provinsi.

    2.2. Pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada IPM dibentuk oleh dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk uisa 7 tahun ke atas dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) penduduk usia 25 tahun ke atas. Kedua Indikator ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama periode 2020 hingga 2024, HLS Provinsi NTB rata-rata meningkat 0,51 persen per tahun, sementara RLS meningkat 1,87 persen per tahun. HLS tahun 2024 meningkat 0,01 tahun  atau tumbuh dengan laju 0,07 persen dibandingkan tahun 2024.

Untuk rata-rata lama sekolah, NTB berada pada peringkat lima terbawah atau ada pada urutan ke-34 dari 38 provinsi di Indonesia. Adapun harapan lama sekolah secara nasional, posisi NTB sudah cukup tinggi berada pada peringkat enam.

   2.3. Dimensi Standar Hidup Layak

Dimensi ketiga yang mewakili pembangunan manusia adalah standar hidup layak yang  direpresentasikan dengan pengeluaran riil perkapita per tahun (atas dasar harga konstan 2012) yang disesuaikan. Pada tahun 2024,  pengeluaran riil per kapita per tahun yang disesuaikan masyarakat Provinsi NTB mencapai Rp11,61 juta per tahun. Capaian ini meningkat 511 ribu rupiah atau tumbuh 4,61 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

BACA JUGA : Pengabdian Masyarakat Eksplorasi Warisan Nusantara di Lombok

3.Pencapaian Pembangunan Manusia di Tingkat Kabupaten/Kota

Sejalan dengan pertumbuhan IPM Provinsi NTB pada tahun 2024, secara umum seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTB juga mengalami peningkatan capaian IPM. Wilayah yang mengalami peningkatan IPM terbesar pada tahun 2024 adalah Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Dompu yaitu berturut-turut mencapai 1,17 persen dan 1,14 persen. Sedangkan wilayah yang mengalami peningkatan IPM yang terndah pada tahun 2024 yaitu Kota Mataram, yaitu sebesar 0,60 persen.

Secara Nasional, percepatan IPM 2024 Prov. NTB masuk top ten sebesar 1,01 persen di atas nasional sebesar 0,85 persen.

Apa itu IPM

Mensitir Kompas.com 10 Oktober 2023, konsep IPM pertama kali dicetuskan oleh United Nations Developmet Programme (UNDP) melalui Human Development Report pada tahun 1996, yang kemudian berlanjut setiap tahun. IPM adalah sebuah indikator yang menunjukkan pengembangan terutama dalam pembangunan sumber daya manusianya.

Fokus utama dari pembangunan manusia adalah terkait manusia dan kesejahterannya, maka dari itu Pembangunan manusia berarti pertumbuhan yang positif dan perubahan dalam tingkat kesejahteraan manusia. 

Tujuan utama adanya indeks pembangunan manusia adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Menurut UNDP, Indonesia tergolong sebagai negara dengan pembangunan manusia tingkat sedang (medium human development).

Sejak pertama kali diperkenalkan, IPM terus menjadi indikator penting dalam mengukur kemajuan pembangunan manusia. IPM terus digunakan digunakan dalam berbagai perencanaan pembangunan.

IPM menjadi salah satu indikator yang penting dalam melihat sisi lain dari pembangunan. Adapun manfaat  indeks pembangunan manusia antara lain sebagai berikut: 

  • IPM  merupakan  indikator  penting  untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
  • PM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.
  • Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah.
  • IPM juga dapat digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).

Indikator IPM

Indikator yang menunjukan pengembangan, terutama dalam pembangunan sumber daya manusianya adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 

Secara umum, indikator-indikator Pembangunan manusia mencakup seluruh masalah pembangunan manusia secara  konseptual atau  empiris yang  saling  dipengaruhi  atau memengaruhi komponen lain. Adapun, indikator yang digunakan dalam indeks Pembangunan manusia anatara lain:

Bidang kesehatan 

Indikator dalam bidang kesehatan diukur melalui usia hidup (longetivity), ada banyak indikator yang digunakan mengukur usia hidup. 

Berdasarkan dengan pertimbangan ketersediaan data secara global, maka indikator yang digunakan ialah angka harapan hidup waktu lahir (life expantancy at birth). 

Bidang pendidikan 

Dalam bidang Pendidikan, pengetahuan (knowledge) dianggap sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Pengetahuan sebagai indikator diukur berdasarkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.

Bidang ekonomi 

Indikator yang digunakan dalam bidang ekonomi yakni standar hidup layak (decent living).                                     Berdasarkan ketersediaan data secara internasional, UNDP memutuskan standar hidup layak diukur melalui Gross Domestic Product (GDP) per kapita riil yang telah disesuakan (adjusted real GDP per capita).

Penutup

IPM merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor komponen kompleks yang saling mempengaruhi. Menurut Sonia Ramadhani Akmal dan Arif Ramadansyah (dalam www.viva .co.id 14 Oktober 2024), faktor-faktor tersebut adalah:

  1. Faktor Ekonomi

Faktor ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan peningkatan pendapatan per kapita, yang pada gilirannya dapat meningkatkan standar hidup masyarakat. 

Namun, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dapat memperbesar kesenjangan antara kaya dan miskin, sehingga distribusi pendapatan juga menjadi faktor penting. Tingkat kemiskinan yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga akan berdampak negatif pada IPM. 

     2. Faktor Sosial

Faktor ini juga berperan penting dalam membentuk IPM. Pendidikan merupakan investasi jangka Panjang yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat. Kesehatan yang baik memungkinkan masyarakat untuk hidup lebih produktif dan panjang umur. Infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya, sangat penting untuk mendukung aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. 

    3.Faktor Lingkungan

Faktor ini juga tidak dapat diabaikan dalam konteks IPM. Kualitas lingkungan hidup yang buruk, seperti polusi udara dan air, dapat menyebabkan masalah kesehatan dan menurunkan produktivitas. Bencana alam juga dapat merusak infrastruktur dan mengganggu kehidupan masyarakat, sehingga berdampak negative pada IPM.

Interaksi antara faktor-faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan ini sangat kompleks dan saling mempengaruhi. Misalnya, pertumbuhan ekonomi yang pesat dapat meningkatkan pendapatan per kapita, tetapi juga dapat menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.

Sebaliknya, peningkatan kualitas lingkungan hidup dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan produktivitas, sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

#Akuair-Ampenan, 27-01-2025




Franz Kafka Membayang dalam Komunitas Teman Baca

Gagasan ‘saya berubah’ nya Franz Kafka membara di Komunitas Teman Baca yang selalu bangkit dan terus bergerak, dalam situasi apa pun

Catata Agus K Saputra

lombokjournal.com ~ Rasanya saya ‘bertemu’ Franz Kafka di Komunitas Teman Baca. Dedy -sang empu sekaligus tuan rumah- menyempatkan waktu untuk menerima saya. Komunitas ini berdiri tahun 2016.

Berbagi cerita lewat buku. Saling menyemangati agar rajin membaca. Bahkan mencoba menuangkan gagasan dalam tulisan. Kira-kira begitu arah pembicaraan kali ini 

“Baik. Ditunggu infonya. Saya sih gampang: jalan lima menit dari kantor. Insya Allah bisa jamu pak Agus di sekretariat, ” tulisnya.

Inilah yang saya suka dari Dedy. Semangat dan penuh antusias. Sebagaimana dia bergegas membuat program-program literasi. Ada saja ide menjalar bagi Komunitas yang dia rawat dengan kesabaran penuh.

BACA JUGA : Indeks Pemajuan Kebudayaan NTB Lebih Maju Dari Nasional

Ada Franz Kafka di Komunitas Teman Baca
Agus Saputra dan Dedy

Setidaknya ada tiga program utama yang menjadi ranah eksekusi Komunitas. Pertama, Teman Lapak (gelar buku untuk dibaca di ruang public). Kedua, Teman Ulas (siniar atau podcast membicarakan buku). Ketiga, Teman Bicara (bicara peristiwa literasi secara umum).

“Kami sempat down manakala covid melanda,” ujarnya mengurai cerita. Tapi itu meletik pilihan baru untuk tetap menjalankan misi. Pantang mundur sebelum berhasil.

Bisa jadi dia “kerasukan” Franz Kafka. Yang di tahun 2024 diperingati sebagai 100 tahun kematiannya. Dimana dia turut menulis di Kumpulan Esai: Seratus Tahun Kafka (Cetakan Pertama, November 2024).

Sebagaimana tertulis di halaman 156:

Barangkali kamu memang seharusnya bisa sembuh, Franz Kafka. TBC memang mematikan, tapi jika di tangani dengan baik pasien itu bisa sembuh. Catatan-catatan kesembuhan itu nyaris setiap bulan masuk ke dalam data yang kuolah. Sebagian dari yang sembuh itu lantas membentuk oranisasi penyintas yang akan mendukung pasien lain untuk bisa sembuh seperti mereka.

Apalagi dokter yang berhasil mengidentifikasi penyebab spesifik TBC berasal dari negaramu sendiri, Jerman. Dialah Robert Heinrich Herman Koch. Tanggal 24 Maret 1882, ilmuwan Jerman, Dr. Robert Koch, mengumumkan penemuan bakteri bernama mycobacterium tuberculosis di Unversitas of Berlin’s Institue of Hygiene. Ini jadi penyebab penyakit TBC. Artinya, 42 tahun sebelum kematianmu pada 1924, Franz Kafka.

Kematian dan buku seolah-olah menjadi jodoh yang tak terpisahkan. Kematian yang menyesakkan membawa pilu berkepanjangan. Perlahan menjadi obat penawar oleh apa yang ditinggalkanya, buku. Gagasan dan bara di dalamnya selalu membangkitkan untuk terus bergerak. Dalam situasi apa pun.

Tidak begitu jelas bagaimana namamu, Kafka, pertama kali menggelitik otakku menjadi bagian dari penulis yang mesti aku baca. Namun memoriku agak yakin bahwa namamu pertama-tama merasuk ke dalam laci otakku melalui sebuah sampul buku yang khas sekali: seseorang yang berpose seakan-akan sedang kayang namun dengan gestur yang ganjil. Ada serangga kecil di salah satu sudut tubuhnya. Di bagian bawah tertulis, “FRANZ KAFKA, Metamorfosis”(hal. 159).

Ada yang menilik. Metamorfosis berasal dari kata methamorphoo (yakni “saya berubah”) yang merupakan akar dari kata kata change atau “perubahan” maupun “pembaharuan”.

Malah, pengertian awal ‘methamorphoo’ merujuk pada perubahan sikap dan mental seseorang sesuai dengan kesinambungan perkembangannya secara fisik dan intelek. Ke arah pembaharuan hidup setiap hari guna mencapai eksistensi yang sempurna menurut naturnya sebagai manusia. Prinsipnya, perubahan sikap dan mental seseorang berbanding lurus dengan waktu dan pengalaman inteleknya (Alfrey, 2007).

BACA JUGA : Pengabdian Masyarakat, Eksplorasi Warisan Nusantara di Lombok

Aku baru bisa dengan jernih memilah bagian-bagian cerita dalam “Metamorfosa Samsa” ini (hal. 163).

Salah satu tafsir atas kisah si Gregor Samsa ini adalah bagaimana sistem kapitalisme memberi dampak pada psikologi manusia. Kapitalisme, satu ideologi ekonomi politik yang berpusat pada penumpukan keuntungan tiada henti, menuntut tokoh kita ini untuk bekerja tiada henti. Tuntutan kemanusiaan nyaris tak ditunjukkan oleh system tersebut dalam novel aini. 

Ketika Gregor berubah menjadi kecoak raksasa, bagian kepegawaian di kantornya datang dan memintanya untuk segera bekerja lagi. Gregor sendiri hanya berpikir tentang pekerjaan dan rencana untuk segera menjajakan kain dari kantornya (hal. 164).

Mari kita mencoba berhitung. Menurut data UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti, dari 1.000 orang Indonesia, hanya ada 1 yang minat membaca.

Mengutip riset berbeda yang berjudul World’s Most Literate Nations Ranked oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu dengan hasil Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Bahkan, data BPS juga menunjukkan peran orangtua masih kurang dalam meningkatkan literasi anak dari usia dini, tercermin dari aktivitas anak bersama orang tua dalam hal membaca sangat minim.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 menunjukkan persentase anak yang dibacakan buku cerita/dongeng dan belajar/membaca buku anak usia dini yang dilakukan bersama orang tua/wali masih sangat kecil, yaitu berturut-turut hanya sekitar 17,21% dan 11,12%. Padahal, kedua aktivitas ini sangat bagus untuk menambah literasi anak usia dini.

Jadi tidak heran, jika skor Program for International Student Assessment (PISA) kita masih relatif rendah dan tertinggal dari negara lain. Pada 2022, skor literasi membaca Indonesia menjadi yang terendah di antara skor PISA tahun-tahun sebelumnya.

Sejak 2000, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) secara konsisten mengadakan penilaian kualitas pendidikan suatu negara melalui PISA untuk mengevaluasi prestasi siswa yang berusia 15 tahun dalam tiga tahun sekali.

Dalam skala yang lebih besar, rendahnya tingkat membaca ini bisa menghambat kemajuan pendidikan nasional. Terutama yang berdampak pada rendahnya tingkat literasi akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Orang yang tingkat literasinya rendah cenderung memiliki produktivitas rendah dan kesulitan dalam menganalisis suatu suatu informasi. Alhasil, mereka akan sulit beradaptasi dalam kehidupan yang cepat dan kurang daya saing di pasar tenaga kerja yang kompetitf (sumber; CNBC Indonesia, 14 Desember 2024).

Ditenggarai (sumber: Media Indonesia, 08 September 2024), kemiskinan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi rendahnya tingkat literasi di Indonesia. 

BACA JUGA : Investasi Diri Berdampak pda Perkembangan Karir

Perbedaan prioritas di mana anak-anak dalam keluarga kurang mampu lebih memprioritaskan membantu orangtua berjualan, atau mencari nafkah menjadi alasan utama mengapa kemiskinan menyebabkan rendahnya literasi. 

Masalah ini dapat ditanggulangi dengan peran pemerintah, membantu keluarga kurang kecukupan melalui program bantuan pendidikan seperti, memberikan bantuan buku, perangkat teknologi, dan biaya pendidikan yang memadai.

Meningkatkan literasi di Indonesia membutuhkan upaya yang lebih besar dan berkelanjutan dari semua pihak, termasuk pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Tantangan-tantangan yang ada perlu diatasi dengan strategi yang terarah, seperti meningkatkan akses pendidikan dan buku, membangun budaya membaca, meningkatkan kompetensi guru, serta mengurangi kesenjangan ekonomi.

Dengan sinergi yang baik, diharapkan tingkat literasi di Indonesia akan terus meningkat, sehingga masyarakat Indonesia dapat lebih berdaya saing dan mampu beradaptasi dengan perubahan global.

Itulah sebabnya untuk tingkat lokal, Ketua Bappeda Nusa Tenggara Barat Iswandi menghubungkan Indeks Pemajuan Kebudayaan (IPK) dengan Pendapatan Perkapita. Dimana IPK memiliki tujuh dimensi, yaitu: ekonomi budaya, pendidikan, ketahanan sosial budaya, warisan budaya, ekspresi budaya, budaya literasi dan gender. 

“Jika pendekatannya adalah pendapatan perkapita, maka tidak bisa dibawa dengan “tidur-tidur”. Budaya kita harus dapat mengantarkan ke peningkatan produktivitas. Baru NTB ini akan naik dari lower midle income, pendapatan perkapita yang rendah menuju pendapatan perkapita yang tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, dalam 20 tahun pendapatan perkapita harus naik menjadi pendapatan menengah ke tinggi. 

“Ini berat, karena kalau tidak, kita akan berada dalam masyarakat yang masih tergolong miskin. Sedangkan Indonesia pada 100 tahun nanti harus sudah menjadi masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi. Negara maju,” ulas Iswandi.

Ada pun tantangan dan peluang pembangunan kebudayaan NTB terurai sebagai berikut (Sumber: Iswandi, Arah Kebijakan Daerah Dalam Pembangunan Kebudayaan, 07-01-2025):

Tantangan:
1. Pengaruh globalisasi dan modernisasi
2. Ketergantungan pada teknologi dan media sosial
3.Terbatasnya infrastruktur dan sumber daya (ruang kreatif, panggung seni budaya, dan pendukung lainnya)
4. Teknologi dan media sosial yang mempromosikan budaya global
5. Masalah sosial dan ekonomi terkait kemiskinan dan rendahnya taraf hidup

Peluang:
1. Penguatan potensi wisata budaya (desa adat, seni pertunjukan tradisional, dan kerajinan tangan)
2. Kesadaran pelestarian keragaman budaya
3. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, sektor wisata, dan komunitas seni dan budaya
4. Optimalisasi teknologi digital untuk promosi kebudayaan NTB ke dunia luar
5. Pemberdayaan komunitas adat untuk pelestarian kebudayaan lokal
6. Optimalisasi intergrasi budaya dalam pendidikan formal untuk membentuk karakter dan nilai budaya

Hal lain yang menjadi kendala dalam meningkatkan literasi di Indonesia adalah keterbatasan akses ke pendidikan yang berkualitas, terutama di daerah-daerah terpencil dan pedalaman. Banyak daerah masih mengalami kekurangan fasilitas pendidikan, seperti sekolah, guru yang berkualitas, dan bahan ajar. 

Infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan yang sulit dijangkau, kesenjangan ekonomi dan sosial hingga minimnya akses teknologi dan internet juga menjadi alasan besar terhambatnya akses pendidikan berkualitas.

Lantas bagaimana dengan resolusi untuk tahun 2025?

“Menggiatkan kembali aktivitas sebelumnya dan fokus menjadikan perpustakaan sebagai ruang yang lebih banyak dikunjungi. Sesederhana itu,” tutup Dedy.

Homunitas Teman Baca

Begitulah, Kafka, bagaimana aku menulis tentangmu secara sentimental. Dan aku mengerjakan tugas-tugas penerjemahan dan esei ini di tengah-tengah pekerjaanku yang setengah mati aku akrabi, berayun-ayun di antara profesionalitas dan usaha memberi makna padanya.

Rasa-rasanya pernah ada masa aku merancang sekian alasan untuk tak berangkat ke kantor untuk bisa memanjakan sisiku yang lain; tapi sekaligus pernah pula ada saat aku harus mengabaikan dan mengingkari demamku agar hari-hari absen kerja menjadi berkurang, dengan begitu ajuan cuti akan lebih mudah diterima. 

Persis seperti Gregor Samsa, yang terjebak oleh system kerja yang telah berubah menjadi serangga raksasa, dan tetap berpikir untuk segera berangkat ke kantornya (hal. 169-170).

#Akuair-Ampenan, 20-01-2025

 




Indeks Pemajuan Kebudayaan NTB Lebih Tinggi dari Nasional

Jika pendekatan Indeks Pemajuan Kebudayaan adalah pendapatan per  kapita, maka tidak bisa dibawa dengan “tidur-tidur”

Dialog Kebudayaan membicarakan indeks pemajuan kebudayaan
Penulis : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Dalam Dialog Kebudayaan Nusa Tenggara Barat Tahun 2025, beberapa waktu lalu, Selasa (07/01/2025) di Teater Tertutup Taman Budaya NTB, Kepala Bappeda Prov. NTB Iswandi menyatakan Indeks Pemajuan Kebudayaan (IPK) NTB sebesar 57,37. 

Angka ini di atas Indeks Pemajuan Kebudayaan  Nasional yang tercatat sebesar 57,13 berdasarkan data tahun 2023.

BACA JUGA : Pengabdian Masyarakat Eksplorasi Warisan Nusantara di Lombok

“Yang akan menjadi payung di dalam mengembangkan pemajuan kebudayaan di NTB, yaitu bagaimana kita memperkuat pemajuan kebudayaan dalam konteks mengakselerasi peningkatan produktivitas dan kesejahteraan,“ ujar Iswandi.

Karena itu isu utama di NTB, lanjut Iswandi, kita masih terlalu banyak “tidur” siang. Jam kerja masyarakat kita kebanyakan pada sektor informal, di mana 70 prosen informal 30 prosen formal. 

“Nah, yang namanya misi transformasi, maka itu harus diubah. Dibalik, 70 prosen formal 30 prosen informal. Ini tantangan kita, karena angka IPK NTB sedikit lebih tinggi dari nasional, tapi kita harus mempunyai lompatan yang mendekati Prov. DIY (67,90) dan Prov. Bali (71,36),” tambahnya.

Sebelumnya Ketua Bappeda NTB menghubungkan indeks pemajuan kebudayaan dengan Pendapatan per kapita. Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas (Indonesia) untuk 20 tahun ke depan. 

BACA JUGA : Aksi Bersih Pantai di Laong Baloq, Awali Tahun 2025

Ketua Bappeda NTB menghubungkan indeks pemajuan kebudayaan dengan Pendapatan per kapita
Tokoh Budaya NTB meramaikan dialog Kebudayaan NTB, untuk meningkatkan indeks pemajuan kebudayaam

“Jika pendekatannya adalah pendapatan perkapita, maka tidak bisa dibawa dengan “tidur-tidur”. Budaya kita harus dapat mengantarkan ke peningkatan produktivitas. Baru NTB ini akan naik dari lower midle income , pendapatan perkapita yang rendah menuju pendapatan perkapita yang tinggi. Dalam 20 tahun pendapatan perkapita harus naik menjadi pendapatan menengah ke tinggi. Ini berat, karena kalau tidak, kita akan berada dalam masyarakat yang masih tergolong miskin. Sedangkan Indonesia pada 100 tahun nanti harus sudah menjadi masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi. Negara maju,” imbuhnya.

Pemajuan Kebudayaan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan memiliki tujuan inti untuk melindungi, melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkan kebudayaan sebagai bagian penting dari identitas bangsa, sekaligus menghargai keragaman budaya yang ada di Indonesia. 

Pelaksanaan Undang-Undang itu mencerminkan pengakuan keragaman budaya dan perlindungan terhadap warisan budaya, mendorong partisipasi masyarakat dalam pemajuan kebudayaan, menghargai dan mendukung inovasi dan kreasi dalam produksi budaya, agar tetap aktual, dinamis, dan relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Dengan demikian, kebudayaan dapat terintegrasi ke dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan politik.

Sangat penting untuk dikembangkan kerja sama pentahelix antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, institusi pendidikan, dan media dalam pembangunan dan pemajuan kebudayaan.

Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menindaklanjuti mandat Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan itu melalui terbitnya Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Pemajuan Kebudayaan dan Peraturan Gubernur Nomor 83 Tahun 2022 tentang Dewan Kebudayaan Daerah Nusa Tenggara Barat. Instrumen-instrumen itu menunjukkan kuatnya komitmen pemerintah dan masyarakat kebudayaan untuk menggerakkan pemajuan kebudayaan daerah Nusa Tenggara Barat.

Senapas dengan itu, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2025-2045 menegaskan aspek kebudayaan sebagai indikator kinerja utama. 

Hal ini dilandasi oleh kenyataan dan pengandaian bahwa persoalan-persoalan sosial, kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan politik dapat diselesaikan dengan pendekatan budaya. 

Nilai dan praktik budaya yang berkembang dan bertahan di tengah masyarakat terbukti bekerja sebagai kohesi dan identitas sosial yang menghubungkan dan mengintegrasikan satu masyarakat dengan masyarakat lain. 

Sementara, oindeks pemajuan kebudayaam disusun sebagai salah satu instrumen untuk memberikan gambaran kemajuan pembangunan kebudayaan yang dapat digunakan sebagai basis formulasi kebijakan bidang kebudayaan, serta menjadi acuan dalam koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan pemajuan kebudayaan.

Dari ketujuh dimensi pembentukan indeks pemajuan kebudayaan, menurut Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Bappenas Didik Darmanto yang hadir secara daring, capaian dimensi ekonomi budaya, ekspresi budaya , dan budaya literasi Provinsi Nusa Tenggara Barat melampaui capaian nasional.

BACA JUGA : Marketing yang Dilandasi Prinsip Moralitas dan Nurani

Sementara itu, dimensi indeks pemajuan kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memerlukan upaya penguatan lebih adalah dimensi warisan budaya dan ketahanan sosial budaya .

Fondasi Pembangunan

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia H. M. Fadli Zon menyampaikan beberapa hal penting, sebagai pedoman dan tindak lanjut Dialog Kebudayaan NTB, yaitu:

Pertama, sebagai komitmen pemerintahan di bawah kepemimpinan Bapak Prabowo Subianto, maka kebudayaan menjadi fondasi bagi pembangunan bangsa. Dari kunjungan kerjanya ke cagar budaya, Taman Narmada, beberapa desa adat, desa budaya Genggelang, desa Prawira dan Musium Negeri NTB, menjadi bukti betapa koleksi warisan dari budaya NTB luar biasa banyaknya.

“Saya melihat naskah lontar saja ada 1.300-an. Itu akuisisi sudah lama berhenti di tahun 2006.  Apalagi kalau terus menerus dilakukan akuisisi terhadap naskah-naskah itu. Jadi manuskrip-manuskrip termasuk mungkin Al Qur’an dan juga kitab-kitab tassawuf, fiqih atau kitab-kitab lain yang banyak ditemukan di NTB, memang perlu satu penanganan. Ini menunjukkan warisan budaya yang luar biasa,” ujar Menbud.

Kedua, Taman Budaya adalah salah satu budaya terobosan di masa lalu dalam rangka untuk menyemarakan kegiatan seni budaya, baik untuk seni pertunjukkan, teater, musik, tari-tarian, dan bagian dari ekspresi kebudayaan.

Harapannya, kegiatan di Taman budaya semakin semarak. Karena di Kementrian Kebudayaan, menurut Fadli Zon juga turut menyalurkan dana alokasi khusus untuk event di Taman Budaya setiap tahun. Perlu juga ada sentuhan perbaikan fisik. 

“Nanti kita bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota agar ada satu skema perbaikan fisik. Sehingga Taman-Taman Budaya ini lebih menarik bagi generasi muda, gen Z, generasi Alpha. Sehingga mereka datang ke sini selain untuk mencari hiburan, juga paling penting adalah bagaimana mereka bisa mengapresiasi seni budaya, ekspresi-ekspresi seni budaya, baik yang tradisi maupun yang kontemporer,” imbuhnya.

Menteri Kebudayaan sangat terbuka  untuk berkerja sama. Karena sebagaimana diketahui, ada Dana Abadi untuk kebudayaan. Sehingga untuk NTB perlu didesain untuk kegiatan yang sifatnya nasional. 

Ketiga, melihat begitu besarnya potensi warisan budaya tak benda ( intangible culture heritage ) dan upaya untuk merevitalisasi Museum Negeri NTB agar bisa menampung lebih banyak koleksinya dan terutama upaya untuk menghidupkan narasi, maka NTB harus punya Balai Pelestarian Kebudayaan (yang terpisah dari Provinsi Bali).

“Baru saja saya melantik Pengurus Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia Korwil Lombok. Mudah-mudahan ke depan ada katalog-katalog lontar NTB yang begitu banyak. Kita ingin tahu bagaimana kok bisa manuskrip-manuskrip ini lahir di NTB, termasuk yang paling legendaris adalah manuskrip Negara Kertagama,” tutup Menbud yang juga pernah menulis buku tentang Keris Lombok ini. 

Maklumat

Luaran dari rangkaian Dialog Kebudayaan NTB 2025 ini adalah sebuah maklumat dan rekomendasi sebagai berikut ini:

MAKLUMAT DAN REKOMENDASI DIALOG KEBUDAYAAN

NUSA TENGGARA BARAT 2025

Bismillahirrahmanirrahim

Hari ini, Selasa, 7 Januari 2025 kami segenap insan dan masyarakat kebudayaan Nusa Tenggara Barat sebagai pemilik pemilik dan pelaku utama pemajuan kebudayaan daerah, setelah melalui dialog dan penjaringan pendapat (survey), menyepakati hal-hal sebagai berikut:

  1. Masyarakat Nusa Tenggara Barat memiliki khazanah dan potensi budaya yang kaya, baik budaya benda maupun maupun tak benda, berupa adat-istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, olahraga tradisional, tradisi lisan, dan manuskrip.
  2. Meniscayakan kebudayaan sebagai nilai inti yang mengikat kebersamaan seluruh komponen Masyarakat Nusa Tenggara Barat yang multikultural, menjadi identitas daerah, serta memandu dan mewarnai pembangunan, pemerintahan, dan dinamika sosial.
  3. Di tengah globalisasi budaya, masyarakat dan budaya daerah Nusa Tenggara Barat mengalami ancaman krisis identitas, pergeseran nilai, ketimpangan akses dan keberpihakan, kurangnya pembinaan dan pemberdayaan, keterbatasan sumberdaya dan dana bagi pengembangan infrastruktur dan dan institusi kebudayaan.
  4. Menyadari potensi, peran penting, dan tantangan kebudayaan sebagaimana di atas, maka Dialog Kebudayaan ini merekomendasikan:
  1. Mendorong partisipasi daerah untuk melaksanakan dan mengembangkan strategi pemajuan kebudayaan daerah dan nasional secara intensif.
  2. Mendorong pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pemerintah Kabupaten/Kota se-NTB untuk membentuk Dinas Kebudayaan.
  3. Mendorong Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia untuk mendirikan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) dan atau Balai Arkeologi (Balar) di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
  4. Mendorong peningkatan alokasi anggaran dan optimalisasi penggunaan APBN untuk program pemajuan kebudayaan daerah.
  5. Mendorong Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristek Dikti) untuk mendirikan institusi bagi pusat pemajuan Kebudayaan Daerah Nusa Tenggara Barat berbasis Perguruan Tinggi.
  6. Mendorong lembaga pemerintah yang menaungi pendidikan dasar dan menengah untuk melakukan kolaborasi intensif intensif dalam pemajuan kebudayaan di sekolah/madrasah dengan stakeholders kebudayaan.
  7. Mendorong penguatan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) komunal untuk mendukung pemajuan kebudayaan daerah. 
  8. Mendorong standardisasi capaian pemajuan kebudayaan nasional melalui penentuan indikator berbasis potensi, peran, dan tantangan daerah.
  9. Mendorong terbentuknya Kawasan Budaya di dua pulau utama di Nusa Tenggara Barat, yakni Lombok dan Sumbawa sebagai pusat unggulan (centre of excellence) pemajuan kebudayaan daerah dan nasional.

Demikian maklumat dan rekomendasi ini disampaikan kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Kebudayaan RI. Semoga upaya kita bersama bagi pemajuan kebudayaan daerah dan nasional diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Mataram, 7 Januari 2025

Segenap insan dan masyarakat kebudayaan Nusa Tenggara Barat

#Akuair-Ampenan, 13-01-2025

 




Defisit Anggaran Tahun Anggaran 2024 Disepakati Rp 522,82 T

Meskipun postur total APBN mengalami defisit, tapi keseimbangan primer tercatat surplus Rp47,1 triliun

Defisit asnggaran
Penulis : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Defisit anggaran adalah kondisi di mana pengeluaran pemerintah dalam satu periode (biasanya satu tahun anggaran) lebih besar daripada pendapatan yang diterima dalam periode yang sama. Artinya, uang yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai program dan kegiatan lebih banyak daripada penerimaan yang diperoleh dari pajak, bea, cukai, atau sumber pendapatan lainnya

BACA JUGA  :  Pengabdian Masyarakat Eksplorasi Warisan Nusntara di Lombok 

Bagaimana seharusnya memahami defisit anggaran?
Namun, Sebelum lebih jauh membicarakan defisit anggaran, ada baniknya lebih dulu memahami Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember).
 APBN adalah anggaran yang tersusun berdasarkan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan selama satu tahun penuh untuk sebuah negara.
APBN diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pada Bab VIII Pasal 23 yang mengatur tentang hal keuangan. Pasal tersebut menyatakan bahwa APBN ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka serta bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Secara lebih spesifik, pengertian APBN dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pasal 1 ayat 7 undang-undang tersebut mendefinisikan APBN sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
Sebelum disahkan menjadi APBN, pemerintah terlebih dahulu menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). RAPBN ini kemudian dibahas bersama antara pemerintah dan DPR untuk mendapatkan persetujuan.
BACA JUGA : Aksi Bersih Pantai di Loang Baluq, Awali Tahun 2024 
Penyusunan APBN dalam setiap tahunnya berbeda-beda. Hal ini akan merujuk dari berbagai faktor, salah satunya yaitu dinamika politik serta kondisi perekonomian domestik ataupun global.
Fungsi APBN
APBN memiliki beberapa fungsi penting dalam pengelolaan keuangan negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 3 ayat 4, fungsi-fungsi APBN adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Otorisasi
APBN menjadi dasar hukum untuk melaksanakan pendapatan dan belanja negara pada tahun bersangkutan. Dengan adanya APBN, pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negara sesuai yang telah direncanakan. Fungsi ini memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan negara memiliki dasar hukum yang jelas.
2. Fungsi Perencanaan
APBN menjadi pedoman bagi pemerintah dalam merencanakan kegiatan pada tahun anggaran tersebut. Melalui APBN, pemerintah dapat menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga secara lebih terstruktur. Fungsi perencanaan membantu pemerintah mengalokasikan sumber daya keuangan negara secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembangunan.
3. Fungsi Pengawasan
APBN menjadi instrumen untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Melalui APBN, DPR dan masyarakat dapat mengawasi kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan negara. Fungsi pengawasan ini penting untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi pengelolaan anggaran.
4. Fungsi Alokasi
APBN diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian. Melalui APBN, pemerintah dapat mengalokasikan anggaran untuk program-program prioritas yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Fungsi alokasi memastikan penggunaan sumber daya keuangan negara secara optimal.
5. Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. APBN menjadi instrumen untuk mendistribusikan sumber daya dan kesejahteraan antar wilayah dan kelompok masyarakat. Fungsi distribusi bertujuan mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial melalui kebijakan fiskal yang tepat.
6. Fungsi Stabilisasi
APBN menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian. Melalui APBN, pemerintah dapat menerapkan kebijakan fiskal yang mendukung stabilitas ekonomi makro, seperti pengendalian inflasi dan nilai tukar. Fungsi stabilisasi penting untuk menjaga kondisi ekonomi yang kondusif bagi pembangunan.
Dengan memahami berbagai fungsi APBN tersebut, kita dapat melihat betapa pentingnya peran APBN dalam pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional. APBN tidak hanya sekedar dokumen anggaran, tetapi juga instrumen kebijakan fiskal yang strategis bagi pemerintah.
Struktur APBN
APBN terdiri dari tiga komponen, yaitu anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, dan pembiayaan anggaran. Sumber pendapatan negara berasal dari perpajakan, non perpajakan, dan hibah yang diterima oleh pemerintah. Belanja negara adalah belanja pemerintah pusat dan daerah.
Hal tersebut dijelaskan dalam Struktur APBN yang mencerminkan rencana keuangan pemerintah selama satu tahun anggaran. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai struktur APBN:
1. Pendapatan Negara
Pendapatan negara merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari berbagai sumber. Komponen pendapatan negara terdiri dari:
Penerimaan Perpajakan: Meliputi pajak dalam negeri (seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan) dan pajak perdagangan internasional (bea masuk dan bea keluar).
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP): Terdiri dari penerimaan sumber daya alam, bagian laba BUMN, dan PNBP lainnya.
Penerimaan Hibah: Penerimaan dari pihak lain yang tidak perlu dibayar kembali.
2. Belanja Negara
Belanja negara mencakup semua pengeluaran negara untuk membiayai program-program pemerintah. Komponen belanja negara terdiri dari:
Belanja Pemerintah Pusat: Meliputi belanja kementerian/lembaga dan belanja non-kementerian/lembaga.
Transfer ke Daerah: Dana yang ditransfer ke pemerintah daerah, seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).
Dana Desa: Anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan desa.
3. Keseimbangan Primer
Keseimbangan primer merupakan selisih antara pendapatan negara dan belanja negara, tidak
termasuk pembayaran bunga utang. Keseimbangan primer positif menunjukkan bahwa pendapatan negara cukup untuk membiayai belanja negara tanpa mengandalkan utang baru.
4. Surplus/Defisit Anggaran
Surplus/defisit anggaran adalah selisih antara pendapatan negara dan belanja negara, termasuk pembayaran bunga utang. Jika pendapatan lebih besar dari belanja, terjadi surplus. Sebaliknya, jika belanja lebih besar dari pendapatan, terjadi defisit.
5. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan anggaran digunakan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus. Komponen pembiayaan anggaran terdiri dari:
Pembiayaan Dalam Negeri: Meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), pinjaman dalam negeri, dan penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL).
Pembiayaan Luar Negeri: Terdiri dari pinjaman luar negeri dan penerbitan surat berharga negara di pasar internasional.
6. Postur APBN
Postur APBN merupakan gambaran menyeluruh mengenai rencana keuangan pemerintah yang disajikan dalam format I-account. Postur APBN menampilkan ringkasan dari semua komponen APBN, termasuk asumsi makro ekonomi yang digunakan dalam penyusunan APBN.
Memahami struktur APBN dengan baik sangat penting untuk dapat menganalisis kebijakan fiskal pemerintah dan dampaknya terhadap perekonomian. Struktur APBN yang sehat dan berkelanjutan akan mendukung stabilitas ekonomi makro dan pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Tujuan Penyusunan APBN
Penyusunan APBN memiliki beberapa tujuan penting yang mengarah pada upaya mewujudkan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Berikut adalah tujuan utama penyusunan APBN:
1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
    Salah satu tujuan utama APBN adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui alokasi anggaran yang tepat, pemerintah dapat merangsang aktivitas ekonomi di          berbagai sektor.
    Misalnya, dengan meningkatkan belanja infrastruktur, pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing ekonomi. APBN juga dapat digunakan untuk            memberikan insentif fiskal yang mendorong investasi dan konsumsi.
2. Meningkatkan Pemerataan Pembangunan
     APBN bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar wilayah di Indonesia. Melalui alokasi dana transfer ke daerah dan dana desa, pemerintah pusat dapat                     membantu daerah-daerah yang kurang berkembang untuk mengejar ketertinggalan. APBN juga dapat digunakan untuk membiayai program-program pengentasan kemiskinan             dan pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah.
3.  Menjaga Stabilitas Ekonomi Makro
     Penyusunan APBN bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro. Melalui kebijakan fiskal yang tepat, pemerintah dapat mengendalikan inflasi, menjaga nilai tukar rupiah,              dan mengelola defisit anggaran dalam batas yang aman. APBN juga dapat digunakan sebagai instrumen untuk merespon gejolak ekonomi global dan memitigasi dampaknya                      terhadap perekonomian nasional.
4.   Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik
      APBN bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan publik kepada masyarakat. Melalui alokasi anggaran yang memadai, pemerintah dapat meningkatkan                kualitas pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar. APBN juga digunakan untuk membiayai program-program perlindungan sosial yang menjamin kesejahteraan masyarakat,        terutama kelompok rentan.
5.  Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
     Penyusunan APBN bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui proses penyusunan yang transparan dan akuntabel, APBN dapat         meningkatkan kepercayaan publik terhadap pengelolaan keuangan negara. APBN juga menjadi instrumen untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja pemerintah.
6.  Mendukung Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional
      APBN disusun dengan tujuan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional                    (RPJMN). Melalui APBN, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya keuangan negara untuk membiayai program-program prioritas yang sejalan dengan visi dan misi                    pembangunan nasional.
7.   Meningkatkan Kemandirian Ekonomi
      Penyusunan APBN juga bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi nasional. Melalui kebijakan fiskal yang tepat, pemerintah dapat mendorong pengembangan industri          dalam negeri, meningkatkan daya saing produk lokal, dan mengurangi ketergantungan terhadap impor. APBN juga dapat digunakan untuk membiayai pengembangan teknologi              dan inovasi yang mendukung kemandirian ekonomi.
      Dengan memahami berbagai tujuan penyusunan APBN tersebut, kita dapat melihat betapa pentingnya peran APBN dalam mendukung pembangunan nasional dan kesejahteraan          masyarakat. APBN bukan hanya dokumen anggaran, tetapi juga cerminan dari prioritas dan komitmen pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
 Defisit Anggaran
 Defisit anggaran adalah selisih antara anggaran pendapatan dengan anggaran belanja yang nilainya negatif. Untuk menganalisis faktor apa saja yang dominan terhadap timbulnya           defisit anggaran dapat dilihat sejauhmana pertumbuhan dari setiap komponen pendapatan dan belanja setiap tahunnya. Defisit anggaran juga dibiayai dengan pinjaman domestik.
 Negara-negara berkembang biasanya mengandalkan pinjaman domestik sebagai sumber pembiayaan defisit (sumber: Wikipedia)
BACA JUGA : Marketing yang Dilandasi Prinsip Moralitas dan Nurani
 Dalam Postur APBN Tahun Anggaran 2024, defisit anggaran disepakati sebesar sebesar Rp 522,82 triliun atau 2,29% terhadap PDB dengan perkiraan PDB nominal 2024 sebesar         Rp 22.830,8 triliun.
 Hal ini pun tak terlepas dari arah dan strategi kebijakan fiskal tahun 2024 yang didesain untuk mendorong reformasi struktural dalam rangka percepatan transformasi ekonomi             yang inklusif dan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan pembiayaan anggaran yang inovatif, prudent, dan sustainable.
 Bagaimana kenyataannya?
 “Untuk total postur saat ini per 30 November adalah tercatat defisit Rp401,8 triliun dibandingkan dengan desain APBN Rp522,8 triliun ini masih lebih kecil yaitu 1,81 persen dari          GDP. Karena di dalam APBN desainnya defisitnya adalah 2,29 persen dari GDP,” ungkap Menkeu Sri dalam Konferensi Pers APBN Kita, di Jakarta, Rabu (11/12).
 Defisit tersebut disebabkan karena pendapatan negara yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan belanja pemerintah. Menkeu Sri menjelaskan penerimaan negara hingga akhir         November mencapai Rp2.492,7 triliun, naik tipis 1,3 persen dari tahun lalu dan sudah mencapai 89 persen dari yang ditargetkan oleh pemerintah.
 Sementara itu, belanja sampai akhir November tahun ini sudah mencapai Rp2.894,5 triliun atau 87 persen dari pagu anggaran, naik 15,3 persen dari tahun lalu.
 “Pendapatan negara mendapatkan tekanan yang luar biasa sampai Juli-Agustus, pendapatan negara terutama dari pajak dan bahkan bea cuka semenjak tahun lalu itu tekanannya        luar biasa. Sehingga untuk mendapatkan positive growth itu juga merupakan sesuatu yang turn around yang kita juga akan sangat harapkan akan terus terjaga momentumnya, ini        adalah suatu momen yang cukup positif,” jelasnya.
 Meskipun postur total APBN mengalami defisit, tapi keseimbangan primer tercatat surplus Rp47,1 triliun.. “Ini sesuatu yang tetap akan kita jaga, meskipun berat karena banyak            tekanan belanja cukup besar, sementara pendapatan baru mau mulai pulih kembali,” tuturnya.
 Keseimbangan primer yang surplus menandakan utang lama tidak perlu dibayar dengan penarikan utang baru, atau sederhananya tidak ada kebijakan gali lubang-tutup lubang.
  Secara keseluruhan, Menkeu Sri menegaskan bahwa kinerja APBN masih dalam tren yang cukup positif walaupun defisit meningkat. Mantan managing director Bank Dunia ini juga        meyakini pertumbuhan ekonomi tanah air di kuartal-III akan tetap positif karena didukung oleh konsumsi masyarakat yang kuat dan inflasi yang relatif rendah (Instagram                    @smindrawati, Kamis (11/12/2024).
                    Postur APBN 30 November 2024
Postur APBN 2024, defisit per November 2024Sumber: Instagram @smindrawati, Kamis (11/12/2024)
Mengutip VoAindonesia.com (11/12), Ekonom CORE Indonesia Yusuf Hendry mengungkapkan, defisit APBN pada tahun ini kemungkinan melewati target pemerintah yakni lebih dari 2,2 persen terhadap PDB. Pasalnya, ujar Yusuf, berdasarkan kebiasaan yang ada pemerintah baik pusat maupun daerah selalu menggenjot belanja menjelang akhir tahun.
“Apakah kemudian akan melonjak? Saya melihat peluangnya tetap ada, apabila di akhir tahun ada perubahan terutama terkait dengan realisasi selain belanja, realisasi di sisi pajak. Artinya pajak ini sejak tengah tahun pertumbuhan semakin melambat atau bahkan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Kalau seandainya pertumbuhan di Desember ini penerimaan pajaknya lebih rendah secara angka lebih dalam dibandingkan tahun lalu maka bukan tidak mungkin dia (defisit) bisa mencapai 2,5 persen,” ungkap Yusuf ketika berbincang dengan VOA.
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai defisit yang terjadi hingga November tersebut masih dalam batas aman. Namun, ia menekankan jika belanja negara terus melonjak pada Desember ini, yang mana biasanya menjadi puncak pengeluaran dari berbagai program pemerintah, maka potensi pelebaran defisit masih akan terjadi.
“Proyeksi realistis menunjukkan defisit bisa mencapai sekitar 2,3-2,6 persen terhadap PDB, tetap di bawah ambang batas tiga persen terhadap PDB sesuai dengan UU APBN. Peningkatan defisit ini mencerminkan pengelolaan fiskal yang mendukung pemulihan ekonomi dan pembangunan, meskipun mengurangi ruang fiskal di masa mendatang,” ungkap Josua melalui pesan singkat kepada VOA.
Kesimpulan
APBN merupakan instrumen kunci dalam pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional Indonesia. Sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah, APBN memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mewujudkan pemerataan pembangunan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Melalui fungsi-fungsinya seperti otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi, APBN menjadi pedoman bagi pemerintah dalam melaksanakan program-program pembangunan. Struktur APBN yang terdiri dari pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan, mencerminkan kebijakan fiskal pemerintah dalam merespon tantangan ekonomi dan sosial.
Penyusunan APBN melibatkan proses yang panjang dan kompleks, mulai dari perencanaan hingga penetapan. Proses ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, DPR, dan masyarakat, untuk memastikan bahwa APBN mencerminkan kebutuhan dan aspirasi seluruh komponen bangsa.
Pemahaman yang baik tentang APBN sangat penting bagi setiap warga negara. Dengan memahami APBN, kita dapat berpartisipasi dalam pengawasan anggaran negara dan memastikan bahwa sumber daya keuangan negara digunakan secara efektif dan efisien untuk kepentingan Masyarakat (sumber: liputan6.com 16 Des 2024)
#Akuair-Ampenan, 06-01-2025



Marketing yang Dilandasi Prinsip Moralitas dan Nurani

Masyarakat sering mengidentikkan marketing dengan janji-janji yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan

persaingan bisnis adalah perseteruan atau rivalitas antara pelaku bisnis yang secara independen berusaha mendapatkan konsumen
Catatan manajemen : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Dalam bukunya, Hermawan Kartajaya (Aa Gym A Spiritual Marketer, 2006: hal. 5-7) mengembangkan sebuah konsep marketing yang betul-betul berdasarkan prinsip-prinsip moralitas dan nurani.

Baginya marketing bukanlah upaya mengejar keuntungan sepihak secara membabi buta. Marketing bukanlah tipu muslihat. Marketing adalah aktivitas penciptaan nilai ( value creating activities )  yang memungkinkan berbagai pihak menjadi pelakunya bertumbuh dan mendayagunakan kemanfaatan. 

BACA JUGA : Persaingan Bisnis Dinamika Merebut Pelanggan

Marketing haruslah dilandasi kejujuran, keadilan, keterbukaan, keikhlasan dan kepedulian terhadap sesama. Marketing haruslah merupakan sebuah compassion .

Compassion berasal dari bahasa Latin dari kata patire dan cum yang berarti “sependeritaan” ( suffer with ). Compassion mengajak kita untuk memberi makan orang yang kelaparan, mengobati mereka yang terluka, ikut merasakan apa yang mereka rasakan, solider atau sepenanggungan dengan mereka yang tidak beruntung.

Compassion adalah suatu gerakan hati yang peduli dan sepenanggungan dengan nasib orang lain. Compassion adalah perwujudan prinsip mencintai dan menyayangi sesama. Ia merupakan kualitas hati dalam berelasi dengan orang lain. Pendek kata, compassion membawa kita untuk menceburkan diri ( immerse ) dan tenggelam dalam rasa kemanusiaan.

Hermawan Kartajaya berpendapat, compassionate marketing adalah sebuah prinsip berbisnis yang didasari kejujuran, keadilan, keikhlasan, rasa simpati, dan empati kepada seluruh stakeholders , baik pelanggan, karyawan, pemegang saham, maupun komponen stakeholders lainnya.

Dengan prinsip berbisnis seperti ini, Hermawan ingin meluruskan kesalapahaman yang selama ini sering terjadi di masyarakat tentang marketing . Masyarakat sering mengidentikkan marketing dengan janji-janji yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan.

BACA JUGA : Cafetaria Kokonana & VIP Lounge di Pelabuhan Bangsal Diresmikan 

Marketing telah menjadi rahmat bagi dunia agar orang-orang mendapatkan produk-produk terbaik dan bisa memilih di antaranya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan mengkonsumsi produk terbaik dengan harga yang sesuai, orang akan benar-benar memperoleh manfaat dan menjadikan hidup mereka lebih baik.

Alangkah indahnya marketing jika ia disikapi sebagai sebuah gerakan hati yang peduli. Kepedulian pada kebaikan dan kemanfaatan sesama. Marketing begitu indah jika disikapi sebagai sebuah compassion .

BACA JUGA : Silaturahmi Olahraga, Optimis PON XXII 2028 di NTB akan Sukses

Konsep ini selanjutnya dikenal sebagai The 10 Credos of Compassionate Marketing (hal. 8-11). Berikut penjabarannya:

Credo #1: Love yout costomer, respect your competitors

Prinsip ini mengajarkan dua hal. Pertama, Anda harus mencintai pelanggan, karena kepada pelangganlah semua tindakan Anda abdikan dan dari pelanggan itu pula Anda memperoleh pendapatan. Kedua, Anda harus menghormati pesaing, karena keberadaan pesaing akan selalu membawa manfaat positif. 

Dengan adanya pesaing, Anda akan dipacu untuk semakin efisien dan produktif, bersama pesaing Anda akan mampu memperbesar pasar, dan keberadaan pesaing akan mendorong Anda untuk semakin kreatif dalam melayani pelanggan.

Credo #2: Be sensitive to change, be ready to transform

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu siap berubah. Perubahan yang begitu cepat di luar perusahaan harus selalu diikuti dengan perubahan di dalam, baik perubahan organisasi maupun perubahan dalam diri Anda sendiri. Kalau Anda tidak bisa menyikapi perubahan tersebut, maka tak terelakkan lagi, Anda akan tenggelam ditelan perubahan tersebut.

Credo #3: Guard your name, be clear on who you are

Prinsip ini mengajarkan agar selalu menjaga nama baik dan konsisten menjaga kredibilitas. Prinsip ini juga mengajarkan agar Anda memperjelas positioning di mata pelanggan. Dengan 

positioning yang didukung oleh diferensiasi yang kokoh, maka pelanggan akan 125% –bukan

100%—mempercayai Anda.

Credo #4: Customers are diverse, go first to who really needs you

Prinsip ini mengajarkan kepada Anda untuk tidak memukul rata pasar. Anda harus memilah-milah pasar berdasarkan kesamaan karakter tertentu. Dengan demikian Anda bisa meng- customize apa yang mereka butuhkan. Anda juga harus jujur kepada diri sendiri, untuk tidak memasuki segmen di mana Anda sendiri tidak memiliki resources yang kuat untuk melayani. Jadi Anda harus memberikan pelayanan secara fokus kepada orang-orang yang memang membutuhkan Anda dan pada bidang yang telah menjadi kompetensi Anda.

Credo #5: Always offer a good package at a fair place

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu menawarkan produk dengan kualitas yang bagus, dengan harga yang sesuai pula. Anda tidak boleh menetapkan harga yang tidak sesuai dengan kualitas produk.

Credo #6: Always make yourself available, spread the good news

Prinsip ini mengajarkan agar Anda bisa diakses oleh pelanggan secara mudah. Dengan demikian Anda harus memperbaiki channel yang Anda miliki agar bisa melayani pelanggan secara maksimal. Prinsip ini juga mengajarkan Anda untuk selalu memberikan kabar yang baik kepada pelanggan. Kabar baik itu bisa bermacam-macam bentuknya, bisa berupa excellent product yang mampu Anda deliver , bisa customer reward yang Anda tawarkan, bisa juga layanan tepat waktu yang Anda berikan.

Credo #7: Get customers, keep and grow them

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Anda jangan hanya bisa mendapatkan pelanggan baru, tetapi harus terus menjaganya dengan memberikan yang terbaik buat mereka, dan berupaya sekeras mungkin agar pelanggan tersebut bisa berkembang. Anda harus menjadi growth-enabler bagi pelanggan Anda.

Credo #8: Whatever your business, it is a service business

Prinsip ini mengajarkan bahwa inti dari segala kegiatan bisnis Anda adalah servis atau layanan kepada pelanggan. Apa pun bisnis yang Anda masuki –apakah itu otomotif, perbankan, komputer, konstruksi, atau makanan—sesungguhnya Anda berada di bisnis servis. Ketika Anda memutuskan untuk berbisnis, maka pelayanan haruslah menjadi alas an keberadaan ( reason for being ) Anda. Hidup Anda adalah sebuah misi pelayanan –pelayanan kepada pelanggan.

Credo #9: Always refine your business process, in terms of quality, cost and delivery 

Prinsip ini mengajarkan kepada Anda untuk selalu meningkatkan quality, cost, delivery (QCD). Ini adalah prinsip yang menyangkut proses, di mana dalam aktivitas sehari-hari Anda harus bisa terus menerus menjaga dan meningkatkan kualitas produk dan layanan Anda, menciptakan efisiensi sehingga bisa mengurangi biaya yang Anda bebankan ke pelanggan, dan selalu menjaga agar Anda bisa men- deliver produk dan layanan tersebut secara tepat waktu.

Credo #10: Gather relevant information, but use wisdom in making your final decision 

Prinsip ini mengajarkan untuk selalu mengikuti informasi yang berkembang. Namun, ketika Anda akan memutuskan sesuatu, Anda harus menggunakan wisdom Anda. Wisdom merupakan endapan pengetahuan dan pengalaman yang selalu menjadi inspirasi ketika Anda akan memutuskan sesuatu. ***

#AkuAir – Perumnas, 30-12-2024

 

 




Persaingan Bisnis, Dinamika Merebut Pelanggan 

Menghadapi persaingan bisnis, suatu perusahaan dapat bertahan jika memiliki keunggulan produk dan peningkatan pelayanan terhadap konsumen

persaingan bisnis adalah perseteruan atau rivalitas antara pelaku bisnis yang secara independen berusaha mendapatkan konsumen
Catatan manajemen : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Catatan sebelumnya di media ini menyinggung soal apa yang disebut perusahaan sukses. Perusahaan disebut sukses memasarkan produk, kalau produknya selalu dicari, dibeli, dan dikonsumsi secara rutin oleh konsumen. 

Kalau begitu, bagaimana membuat suatu produk agar sukses? 

BACA JUGA : Mega Planning Model; “Dunia Seperti Apa yang Kamu Inginkan?”

Jawabannya tergantung pada tiga aktor utama: pelanggan, pesaing, dan perusahaan itu sendiri. Ketiganya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Terkait hal itu, kali ini kita tambah bahasan soal persaingan bisnis. Mengutif Anindyadevi Aurellia (detikFinace Kamis, 22 Sept 2022 07.45WIB), Mudrajad Kuncoro di bukunya berjudul “Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif” menjelaskan, definisi persaingan berasal dari bahasa Inggris yaitu competition yang artinya persaingan itu sendiri atau kegiatan bersaing, pertandingan, dan kompetisi. 

Persaingan bisnis terjadi ketika organisasi atau perorangan berlomba untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti konsumen, pangsa pasar, peringkat survei, atau sumber daya yang dibutuhkan.

Sementara secara umum, persaingan bisnis adalah perseteruan atau rivalitas antara pelaku bisnis yang secara independen berusaha mendapatkan konsumen dengan menawarkan harga yang baik dengan kualitas barang atau jasa yang baik pula.

Dilansir dari buku “Dinamika Pemasaran Jelajahi Dan Rasakan Pemasaran” oleh M Taufik, suatu bisnis dinilai tidak akan pernah terlepas dari unsur persaingan. 

BACA JUGA : Prinsip 80/20; Tentang Efek (Hasil) dan Penyebabnya (Upaya)

Sebab apa pun itu inovasinya, sejatinya tidak mungkin ada suatu usaha yang murni menikmati penjualan dan keuntungan. Paling tidak, bukan untuk waktu yang lama untuk menikmati suatu usaha karena akan ada pesaing yang ingin turut menikmatinya.

Bentuk Persaingan Bisnis

Dalam dunia persaingan bisnis dikenal dengan dinamika persaingan dalam memperebutkan pelanggan. Maka, setiap perusahaan perlu memperhatikan dinamika pasar agar bisa mengikuti persaingan. Bentuk persaingan bisnisnya sebagai berikut:

  1. Persaingan Sehat (Healthy Competition)

Akhmad Mujahidin dalam buku ”Ekonomi Islam” menjelaskan bahwa persaingan sehat merupakan persaingan antar perusahaan atau pelaku bisnis, yang diyakini tidak akan melakukan tindakan yang tidak layak dan cenderung mengedepankan etika-etika bisnis

      2. Persaingan Tidak Sehat (Cut Throat Competition)

Persaingan ini merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat atau fair, dimana terjadi perebutan pasar antara beberapa pihak yang melakukan usaha yang mengarah pada menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan, sehingga salah satu tersingkir dari pasar dan salah satunya menjual barang dibawah harga yang berlaku di pasar.

Aspek dalam Persaingan Bisnis

  1. Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Masuknya sejumlah pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi usaha bisnis yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan sumber daya produksi yang terbatas.

  1. Ancaman dari Produk Substitusi

Gumbira-Sa’id menjelaskan dalam buku Manajemen Strategis Perspektif Syariah, bahwa walaupun produk substitusi memiliki karakteristik yang berbeda, namun ia dapat memberikan fungsi atau jasa yang sama. Karenanya, produk substitusi yang berharga lebih rendah akan mengancam produk yang ada.

  1. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli mampu mempengaruhi penjual untuk memotong harga, untuk meningkatkan mutu dan servis serta mengadu perusahaan kompetitor melalui kekuatan yang mereka miliki. Beberapa kondisi yang memungkinkan hal tersebut, yakni saat pembeli membeli dalam jumlah yang besar dan produk perusahaan dipandang tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah berpaling pada produk substitusi.

  1. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Selain pembeli, pemasok juga dapat mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk. Pemasok akan kuat bila jumlah pemasok sedikit, produk yang ada unik, dan tidak ada produk substitusi.

Persaingan Bisnis yang Sehat

Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao menjelaskan dalam buku “Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia”, persaingan sehat memiliki ciri sebagai berikut:

  1. Menjamin persaingan di pasar yang inheren dengan pencapaian efisiensi ekonomi di semua bidang kegiatan usaha dan perdagangan.
  2. Menjamin kesejahteraan konsumen serta melindungi kepentingan konsumen.

3.Membuka peluang pasar yang seluas luasnya dan menjaga agar tidak terjadi konsentrasi kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu.

Dalam menghadapi persaingan, suatu perusahaan dapat bertahan jika memiliki keunggulan produk dan peningkatan pelayanan terhadap konsumen.

Alasan Mencintai Pesaing

Menurut Ippho Santoso dalam buku “Muhammad sebagai Pedagang” (2008 hal 73-81) ada banyak alasan untuk mencintai pesaing, yaitu:

Educating the customer

Pelopor positioning Al Ries pernah bilang, bersikap bersahabatlah terhadap pesaing. Contohnya, Coca Cola sebenarnya berutang budi pada Pepsi Cola. Karena perseteruan antara Coke dan Pepsi membuat konsumen semakin sadar akan keberadaan kola.

Ingat, konsumen selalu memiliki pilihan. Mengapa harus kola? Toh, konsumen bisa memesan air mineral, jus buah atau lainnya. Kalau bermain sendiri, Coke akan kelabakan mendidik atau mengedukasi konsumen untuk menyukai kola. Untunglah Pepsi muncul (walau kemudian Coke menyeret Pepsi ke pengadilan).

Gathering the customer

Hermawan Kartajaya mengumpamakan, pedagang martabak akan kelimpungan jika jualan sendirian. Ia akan sangat terbantu jika pedagang martabak yang ikut jualan di sampingnya. Begitu para pedagang martabak berkumpul, maka pastilah pembeli akan berbondong-bondong menghampiri tempat tersebut.

BACA JUGA : Pemantauan Pos Pengamanan Jelang Nataru

Expanding the market

Ibaratnya begini. Kalau makan kue sendirian bisa “enek”. Lebih nikmat kalau makan bareng-bareng. Selama ini kita khawatir, munculnya pesaing dapat memperkecil irisan kue (market share) yang selama ini kita nikmati. Padahal, saat waktu yang sama, hadirnya pesaing turut memperbesar ukuran kue (marker size). Inilah manfaat utama dari persaingan, yakni mengedukasi dan menghimpun konsumen, sehingga pada akhirnya memperluas pasar secara keseluruhan.

Impoving self-performance

Sesungguhnya, persaingan itu adalah anugerah, bukan musibah. Analoginya,”Apa gunanya jadi juara umum, kalau ternyata balap karung sendirian? Apa gunanya jadi juara dunia, kalau ternyata lawannya hanya anak TK?” Nah hal ini sangat gampang dipahami. Karena pesaing yang sedemikian akan menggedor potensi diri kita. Bukankah ini anugerah? 

Conducting benchmarking

Manfaat dari persaingan adalah sebagai kayu ukur. Maksudnya, apabila nyatanya pesaing lebih lihai dari kita, ya sudah, tiru saja. Inilah yang disebut benchmarking. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan 5N, yaitu Niteni, Nitili, Niroake, Nambahi, Nempeli. Atau “bahasa gaulnya”: ATM, yaitu Amati, Tiru, Modifikasi.

Creating positive image

Umpamanya. Tidak sedikit nahkoda diberi penghargaan gara-gara adanya badai. Itu artinya, nahkoda butuh badai. Makanya, kalau perlu, pesaing itu diciptakan. Ingatlah: we are born to COMPLETE, not to COMPETE.

Sabda Nabi Muhammad, “Allah tidak akan berbelas kasih kepada seseorang, apabila orang itu tidak mengasihi sesamanya.” Dan Allah berfirman, “Tidaklah Kami mengutus engkau melainkan rahmat bagi semesta alam.”

Sekali lagi, menjadi rahmat bagi semesta alam, tidak terkecuali terhadap pesaing.

#AkuAir-Perumnas, 24-12-2024

 

 




Investasi Diri Berdampak pada Perkembangan Karier 

Pentingnya investasi diri itu ditekankan Adi Pranajaya, yang harus dijaga melalui silaturahmi dengan kesetaraan

lombokjournal.com ~ Pentingnya investasi diri itu sempat ditekankan Adi Pranajaya, seorang anak Sumbawa yang berani hijrah ke Jakarta hingga menjadi sineas yang telah membuat lebih dari 90 judul film. 

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram, beberapa waktu lalu hari Kamis (28/11),  menyelenggarakan Kuliah Praktisi yang disampaikan oleh Adi Pranajaya. Materinya: Behind The Scene: Mengupas Tantangan Nyata dalam Industri Perfilman. Adi Pranajaya membagikan pengalaman hidupnya

BACA JUGA : Investasi ENergi Baru Terbarukan Ditawarkan di NTB

Investasi diri sering kali berdampak langsung pada perkembangan karier dan potensi penghasilan
Adi Pranajaya menekankan investasi diri

Dia juga mengisahkan bagaimana ia belajar pada tokoh-tokoh budayawan, mengikuti sekolah film, dan bekerja di bawah arahan sutradara legendaris Teguh Karya.

Beberapa hal dapat dipetik, yaitu pertama, apa pun bidang cita-cita, jangan berpindah jika terbentur halangan. Tetap fokus dan istiqomah. Imbangi dengan kemampuan untuk terus bergerak.

Kedua, keluar dari zona nyaman. Daripada jadi semut di daerah sendiri. Lebih baik jadi ekor gajah di kota lain (ibu kota). Banyak bergaul dengan orang-orang hebat.

Ketiga, setiap pekerjaan harus tetap ditekuni, berproses dan wujud dari pelaksanaan integritas. Ini menumbuhkan jiwa petarung.

“Sponsorship itu bisnis. Jangan minta (jika produk kita tidak mempunyai value added). Perhatikan pula nilai-nilai pengorbanan kita. Oleh karena itu, investasi diri adalah kredibilitas yang harus dijaga melalui silaturahmi dengan kesetaraan,” ujar Adi Pranajaya. 

Banyak orang menganggap investasi melulu soal modal, uang dan return. Namun sebagian dari mereka yang mengabaikan bahwa investasi untuk diri sendiri sering terlupakan. 

Investasi diri, disebut juga investasi leher ke atas, adalah istilah yang dipakai untuk menyebut serangkaian proses dilakukan untuk menjaga dan mengembangkan kemampuan diri. 

Usia produktif 17-25 tahun adalah saat tepat untuk memulai. Dengan mencari passion yang disuka. Setelah ketemu, perdalam sehingga akhirnya menjadi jago dan ahli dengan cara menaikkan skill diri. 

BACA JUGA : Parade Budaya dan Expo Meriahkan HUT NTB ke 66

Dengan sendirinya kemampuan diri bakal meningkat dan setelahnya value pun turut terkerek naik. Karena hasil yang diinvestasikan di sini menghasilkan cuan juga. Money will follow value! (https://www.treasury.id/investasi 19 Oktober 2023)

Ada tujuh alasan utama mengapa investasi diri sangat penting untuk meningkatkan nilai diri (Rendy Firmansyah dalam https://www.idntimes.com 08 Dec 2024 / 20.01)

  1. Menambah pengetahuan dan keterampilan

Dalam dunia yang terus berkembang, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan sangat penting. Ketika kamu berinvestasi dalam pendidikan atau pelatihan, kamu membuka pintu untuk kesempatan baru. Pengetahuan yang kamu peroleh bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah, menghadapi tantangan, atau bahkan menciptakan inovasi.

Dengan belajar secara terus-menerus, kamu juga akan lebih percaya diri menghadapi perubahan di lingkungan kerja atau kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, mengikuti kursus online, membaca buku, atau menghadiri seminar adalah bentuk investasi yang dapat meningkatkan wawasan kamu. Pengetahuan yang luas memberikan kamu keunggulan kompetitif di berbagai bidang.

  1. Meningkatkan karier dan potensi penghasilan

Investasi diri sering kali berdampak langsung pada perkembangan karier dan potensi penghasilan kamu. Mengikuti pelatihan profesional atau mendapatkan sertifikasi di bidang tertentu dapat meningkatkan kredibilitas dan keterampilan kamu di mata perusahaan. Dengan keahlian yang lebih baik, kamu memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan promosi atau pekerjaan dengan gaji lebih tinggi.

Tidak hanya itu, berinvestasi pada pendidikan juga membuka peluang untuk masuk ke industri baru yang sebelumnya mungkin sulit dijangkau. Selain itu dari sisi penghasilan, peningkatan karier ini memberikan kamu kepuasan emosional. Kamu merasa lebih dihargai atas kontribusi yang kamu berikan di tempat kerja. Dengan dukungan karier yang stabil, kamu pun dapat merencanakan masa depan finansial dengan lebih percaya diri.

  1. Meningkatkan kepercayaan diri

Saat kamu terus belajar dan berkembang, rasa percaya diri kamu juga akan meningkat. Ketika kamu merasa mampu menguasai keterampilan baru atau mengatasi tantangan tertentu, kepercayaan pada kemampuan diri kamu akan bertambah. Hal ini sangat penting karena rasa percaya diri adalah fondasi utama untuk mencapai tujuan apa pun dalam hidup.

Investasi dalam kepercayaan diri juga mencakup pemahaman mendalam tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Dengan mengenali potensi yang kamu miliki, kamu bisa mengarahkan energi ke arah yang lebih produktif. Hasilnya, kamu akan lebih menikmati perjalanan menuju kesuksesan.

  1. Membangun jaringan yang lebih luas

Investasi pribadi sering kali melibatkan berinteraksi dengan individu atau komunitas yang memiliki minat serupa. Dengan bergabung dalam program pelatihan, seminar, atau komunitas profesional, kamu dapat memperluas jaringan kamu. Jaringan ini bisa membuka peluang baru, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi.

Selain manfaat profesional, jaringan yang luas memberikan dampak positif pada kesehatan mental kamu. Dukungan dari komunitas yang memahami tantangan kamu dapat membantu mengurangi stres. Dengan hubungan yang baik, kamu juga akan merasa lebih termotivasi untuk terus berkembang.

  1. Menjaga keseimbangan fisik dan mental

Investasi diri tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan dan karier, tetapi juga mencakup aspek fisik dan mental. Menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga, makan sehat, atau mengikuti program mindfulness adalah bentuk investasi yang sangat penting. Dengan kondisi fisik dan mental yang baik, kamu dapat lebih produktif dan menghadapi tantangan hidup dengan lebih positif.

Keseimbangan fisik membantu kamu menjaga energi sepanjang hari, sehingga kamu bisa fokus pada tugas-tugas penting. Selain itu, investasi dalam kesehatan juga mencakup waktu untuk istirahat dan relaksasi. Mengambil jeda dari rutinitas yang padat memungkinkan kamu mengisi ulang energi. Dengan tubuh dan pikiran yang segar, kamu akan lebih siap menghadapi hari-hari berikutnya.

  1. Mencapai tujuan hidup yang lebih besar

Dengan berinvestasi dalam diri sendiri, kamu bisa lebih fokus pada tujuan jangka panjang kamu. Ketika kamu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup, kamu akan lebih mudah merencanakan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Investasi ini membantu kamu menemukan arah yang jelas dan tetap termotivasi untuk mencapainya.

Tujuan hidup yang jelas membuat kamu lebih disiplin dalam menjalani keseharian. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan dan bagaimana mencapainya. Selain itu, dengan menetapkan prioritas, kamu bisa lebih bijaksana dalam mengalokasikan waktu dan energi. Dengan terus melangkah maju, kamu akan merasakan kebahagiaan sejati yang berasal dari pencapaian yang berarti.

  1. Memberikan kepuasan dan kebahagiaan

Investasi pribadi tidak hanya memberi manfaat secara materi, tetapi juga secara emosional. Ketika kamu melihat diri kamu berkembang, ada rasa kepuasan yang sulit digambarkan. Kamu merasa bahwa waktu, energi, dan uang yang kamu habiskan untuk belajar dan tumbuh tidak sia-sia.

Lebih dari itu, kebahagiaan yang kamu peroleh dari investasi diri pribadi bersifat jangka panjang. Setiap pencapaian kecil menjadi batu loncatan menuju tujuan yang lebih besar. Dengan terus berinvestasi pada diri sendiri, kamu memastikan bahwa hidup kamu selalu bergerak ke arah yang lebih baik.

BACA JUGA : Prinsip 80/20; Tentang Efek (Hasil) dan Penyebabnya (Upaya) 

Investasi diri pribadi adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan nilai diri kamu. Mulailah langkah kecil hari ini untuk menjadi versi terbaik dari diri kamu. Tidak ada kata terlambat untuk berkembang dan mencapai impian kamu! Jangan lupa, setiap keputusan yang kamu ambil untuk diri sendiri adalah investasi untuk masa depan yang lebih cerah.

Menjawab pertanyaan peserta Kuliah Praktisi, Adi Pranajaya mengingatkan bahwa menjadi pemimpin berkarakter pun membutuhkan integritas, kerja keras, dan konsistensi. 

“Jangan tergiur oleh rayuan uang kotor, percayalah pada diri sendiri, teruslah belajar, membaca, dan menulis. Semua itu adalah fondasi untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya sukses tetapi juga dihormati,” tegasnya. ***

AKUAIR-Perumnas Ampenan, 16-12-2024

 




Prinsip 80/20; Tentang Efek (Hasil)  dan Penyebabnya (Upaya)

Dengan mempraktekkan prinsip 80/20, kehidupan akan jadi lebih menyenangkan, berbahagia dan sehat, karena waktu yang kita pergunakan menghasilkan 80 persen lebih baik

Prinsip ini apabila kita praktikan dalam kehidupan maka kehidupan kita akan jadi lebih menyenangkan, lebih berbahagia dan lebih sehat
Catatan manajemen : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Prinsip 80/20  adalah konsep terkenal yang telah ada selama beberapa dekade, tetapi menjadi semakin relevan di dunia yang serba cepat dan terus berubah saat ini.

BACA JUGA : Perguruan Tinggi : From Passengers To Be Drivers

Konsep ini juga dikenal sebagai Prinsip Pareto dan menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, kira-kira 80 persen efeknya berasal dari 20 persen penyebabnya. 

Dengan kata lain, sebagian besar efek atau hasil dihasilkan oleh sebagian kecil upaya atau sumber daya. Konsep ini dapat diterapkan pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan dan bisnis hingga hubungan dan pengambilan keputusan.

Prinsip Pareto dikembangkan oleh ekonom Italia, Vilfredo Pareto, pada tahun 1896. Pareto mengamati bahwa 80 persen tanah di Italia hanya dimiliki oleh 20 persen populasi. Dia juga menyaksikan hal ini terjadi pada tanaman di kebunnya — 20 persen tanamannya menghasilkan 80 persen buah. 

Hubungan ini paling baik digambarkan secara matematis sebagai distribusi hukum pangkat antara dua besaran, di mana perubahan dalam satu besaran menghasilkan perubahan yang relevan ke besaran lainnya.

Fenomena ini juga menggunakan beberapa nama berbeda:

  • Prinsip Pareto.
  • Aturan 80/20 (paling umum).
  • Hukum beberapa vital.
  • Prinsip ketersebaran faktor.

Aturan 80/20 bukanlah persamaan matematika formal, tetapi lebih merupakan fenomena umum yang dapat diamati di bidang ekonomi, bisnis, manajemen waktu, dan bahkan olahraga (Dara Tientan Melati, dalam LookMedia: February 20,23)

BACA JUGA : Perubahan Radikal dalam Bisnis

Freddy Rangkuti (dalam bukunya “Keajaiban Teknik Selling Rasulullah”, 2012 hal. 144-147) memberi contoh. Pekerjaan sulit lama kelamaan akan menjadi mudah apabila dikerjakan. Sedangkan pekerjaan mudah lama kelamaan akan menjadi sulit apabila tidak dikerjakan. Artinya, jauh lebih mudah mengerjakan pekerjaan sulit, daripada tidak mengerjakan sama sekali pekerjaan yang mudah.

Karena terbiasa mengerjakan pekerjaan yang sulit, maka pekerjaan tersebut akan menjadi mudah. Sehingga hanya dengan 20 persen energi saja, kita akan memperoleh hasil 80 persen lebih banyak. Ini adalah prinsip 80/20. Itu sebabnya kemudahan selalu ada dibalik setiap kesulitan.

Prinsip ini apabila kita praktikan dalam kehidupan maka kehidupan kita akan jadi lebih menyenangkan, lebih berbahagia dan lebih sehat, karena dari waktu yang kita pergunakan akan menghasilkan 80 persen hasil yang lebih baik. Dengan menggunakan prinsip manajemen waktu seperti ini, kita tidak dikejar-kejar waktu. Sebanyak 80% sisa waktu kita dapat dipakai untuk mengerjakan pekerjaan lain yang kita sukai.

Ada dua pilihan:

1.Kita mengerjakan dengan 20 persen waktu kita, tetapi menghasilkan 80 persen lebih banyak, atau;

2.Kita mengerjakan dengan 80 persen waktu kita, tetapi hanya memperoleh 20 persen hasil saja.

Waktu tidak bergerak dengan kecepatan yang konstan. Waktu bergerak mengikuti pergerakan relatif emosi kita, perhatian kita, dan cara kita memanfaatkan waktu. 

Itu sebabnya, kadang kita merasa waktu seperti lama sekali atau tidak bergerak sama sekali. Sebaliknya kadang terasa cepat, tiba-tiba saja kita sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun tanpa menghasilkan apa-apa.

BACA JUGA : Presean Budaya Leluhur yang Harus Terus Disosialisasikan

Mengapa kita selalu merasa peristiwa yang sangat menyenangkan cepat sekali berlalu, sedangkan peristiwa yang sangat tidak menyenangkan itu lama sekali. Sekarang saatnya kita balik. Jadikan peristiwa yang sangat menyenangkan itu waktu yang lama sekali, dan peristiwa yang tidak menyenangkan itu hanya singkat saja. Dengan menerapkan prinsip 80/20.

Tanyakan kepada diri sendiri, apakah penggunaan waktu Anda selama ini telah membuat Anda bahagia? Kalau Anda belum merasa berbahagia maka penggunaan waktu Anda salah. Cepat perbaiki.

Bagaimana caranya dengan hanya menggunakan 20 persen waktu kita dapat menyelesaikan semua pekerjaan kita? Gunakan prinsip 80/20 karena kita dapat memperoleh hasil yang luar biasa dengan hanya menggunakan 20 persen energi yang kita miliki. Prinsip ini telah terbukti sukses dan kita akan menikmati kehidupan yang jauh lebih baik. 

Syaratnya kita harus fokus dan berkosentrasi ke dalam pekerjaan yang paling sulit dan paling penting, sehingga akan menghasilkan 80 persen pendapatan yang lebih besar dan berlimpah.

Sebagaimana telah dijelaskan, tulis Freddy Rangkuti, untuk membuka pintu rezeki dari Allah, minimal kita sedekahkan 10 persen pendapatan kita. Semakin besar jumlahnya akan semakin baik, karena Allah sendiri yang akan melipatgandakannya sampai 700 kali. 

Jadi dengan menggunakan prinsip 80/20 ini sebenarnya kita akan memperoleh hasil yang jauh lebih besar. Rezeki yang akan kita peroleh akan bernilai jauh lebih besar apabila dikeluarkan tanpa melihat kondisi kita, apakah pada waktu memiliki uang banyak atau saat memiliki uang sedikit. ***

AKUAIR – Perumnas Ampenan: 09-12-2024




Mega Planning Model; “Dunia Seperti Apa Kamu Inginkan”

Inilah model berpikir Mega Planning yang dimulai dengan menjangkau dunia, “yang kamu inginkan untuk anak-anakmu dan cucu-cucumu kelak?“

Model berpikir mega planning harus memiliki spirit of giving
Catatam Manajemen : Agus K. Saputra

lombokjournal.com ~ Adalah Roger Kaufman, seorang pakar Strategic Management, Profesor Emeritus di Florida State University dan Distinguished Professor di Sonora Institute of Technology yang telah membuat model untuk berpikir Mega (Mega Planning Model)

Kaufman berpendapat, perencanaan perusahaan seharusnya tidak dimulai dan diakhiri dengan indikator internal atau kinerja perusahaan semata. Akan tetapi harus mempertimbangkan nilai-nilai apa yang diberikan kepada community (society).

BACA JUGA : BCG Matrix, Mengelola Portofolio Bisnis yang Efisien dan Efektif

Mega Planning dimulai dengan pertanyaan : “Dunia seperti apa yang kamu inginkan untuk anak-anakmu dan cucu-cucumu kelak?“. 

Mega planning ini disebut juga “Mother’s Rule” karena serupa dengan apa yang dipikirkan oleh seorang ibu yang membayangkan dunia seperti apa yang terbaik bagi anak-anaknya. Mother’s rule tidak bicara tentang means (credentials of teachers, money spent) tetapi lebih kepada survival, kesehatan, dan kebahagiaan untuk anak-anaknya. (Wikipedia)

Menurut Kaufman, cara berpikir dan bertindak yang benar adalah : berpikirlah mulai dari level Mega, kemudian Makro, dan terakhir Mikro. 

Begitulah seharusnya orang berpikir. Sedangkan dalam bertindak, mulailah dari level Company, kemudian Customer, dan terakhir Community (Arief Yahya, Paradox Marketing: April 2013, hal. 205-208 > Buku “Paradox Marketing” tersebut dilandaskan pola berpikir Mega). 

Adapun tingkatan-tingkatan berpikirnya adalah :

Pertama, berpikir Mega. Artinya berpikir untuk level societal needs (kebutuhan masyarakat/community) yang akan memberikan outcomes, berpikir untuk kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia, atau bahkan berpikir bagi seluruh umat manusia (rahmatan lil alamin). Untuk berpikir mega ini memerlukan pemikiran yang strategic.

Kedua, berpikir Makro. Artinya berpikir untuk level industrial needs (customer) yang akan mendapatkan outputs dan untuk ini memerlukan perencanaan tactical.

Ketiga, berpikir Mikro. Artinya berpikir untuk level professional needs (company) yang akan menghasilkan product dan memerlukan perencanaan yang sifatnya operasional.

BACA JUGA : Perubahan Radikal dalam Bisnis

Jika kita berpikir Makro, maka level Mikro dan level Makro akan kita peroleh. Contohnya jika kita berpikir untuk customer, maka kita akan mendapatkan kedua-duanya. Customer kita akan terpuaskan dan loyal, sekaligus company kita akan dapat menikmati keuntungan dari customer tersebut.

Dan jika kita berpikir Mega, maka level Mikro, level Makro dan level Mega akan kita peroleh semuanya. Contohnya adalah Google, Facebook, dan juga i-pad. Para pembuatnya kemungkinan besar memikirkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Steve Wozniak (co-founder Apple bersama Steve Jobs dan Ronald Wayne) menyampaikan bahwa i-pad dibuat dengan pemikiran agar umat manusia bisa lebih memanfaatkan panca indera yang dimilikinya. Dalam hal ini adalah indra peraba. 

Terbukti dengan cara berfikir Mega seperti itu, Apple bisa mendapatkan semuanya: company, customer dan community.

Untuk dapat berpikir Mega, kita harus memiliki spirit of giving. Melalui cara berpikir Mega berarti pula kita menerapkan konsep The More You Give, The More You Get. Seperti cara berpikir dan bertindak seorang ibu.

Mengapa kita harus berpikir Mega?  Menurut Kaufman setidaknya ada dua alasan. Pertama, sustainability. Perusahaan yang ingin memiliki masa depan, harus berpikir melampaui dirinya sendiri yaitu memikirkan masyarakat, bahkan dunia. 

Kedua, Engagement. Karyawan yang mengetahui mereka bekerja untuk perusahaan yang berkomitmen untuk melakukan hal-hal baik terhadap masyarakat, akan bekerja lebih antusias dan memiliki keterikatan yang lebih baik terhadap perusahaan.

Pun demikian, dalam hal kemungkinan perusahaan dalam posisi terancam, maka kemampuan leadership dipertanyakan. Oleh karena itu, Arief Yahya (dalam Marketeers, 22 April 2020) mengedepankan konsep leadership berbasis pemikiran yang strategis (strategic thinking). Yang terdiri dari Mikro, Makro dan Mega.

BACA JUGA : Perguruan Tunggi, From Passenger to Be Drivers

Seorang pemimpin dengan strategic thinking di level mikro hanya berpikir mengenai perusahaan dan produk. Pemikirannya hanya mengacu kepada “apa”, bukan mengenai “bagaimana” dan “mengapa”.

Sementara, seorang pemimpin dengan pemikiran makro, memiliki orientasi kepada customer (output). Secara sederhana, pola kerja mereka mengacu pada pemikiran “who wins the customer, wins the game”. Pemimpin dengan pemikiran makro cenderung mengedepankan customer, tanpa memikirkan perusahaan.

Seorang leader yang baik, menurut Arief Yahya harus memiliki kemampuan strategic thinking di level mega. Pasalnya, pemimpin di level ini, bukan lagi sekadar memikirkan perusahaan maupun customer, melainkan komunitas.

Ketika Facebook dibuat, Mark Zuckerberg tidak memikirkan diri sendiri atau pun perusahaan yang ia bangun. Lebih dari itu, ia berpikir ingin menciptakan kehidupan yang lebih baik dan mudah bagi setiap orang ketika Facebook hadir.

 Google pun demikian. Mereka bisa sebesar ini karena orientasi mereka untuk memberikan yang terbaik bagi komunitas.

BACA JUGA : Kemah Bisnis dan Outbond untuk Apresiasi Kinerja ASN

Mega thinking merupakan aspek yang harus dimiliki seorang leader. Mega thinking berdasarkan pada konsep spiritual, dan roh yang berbicara. Roh yang konon diciptakan dari cahaya selalu membawa kita ke arah yang tinggi sehingga mereka yang berpikir mega akan menciptakan sesuatu yang besar. Konsepnya, the more you give, the more you get,” jelas Arief Yahya. ***

#AKUAIR-Perumnas Ampenan, 02-12-2024

 

 




Guru yang ‘Ngangeni’, Mengenang Pendidik di Sekolah Dasar*)

Peranan guru di kelas harus diubah, bukan sebagai pemberi ceramah, namun mengutamakan kemampuan merencanakan, mengelola dan mengawasi pembelajaran. 

Guru harus membuka ruang hati seluas-luasnya bagi semua emosi siswanya
Penulis : DR Bajang Asrin*

lombokjournal.com ~ Kurang lebih 40 tahun yang lau, guru Pak Milkan (almarhum) bertugas di SDN 2 Ganti-Lombok Tengah. Selain Pak Milkan, juga ada guru-guruku seperti Pak Hasan, Pak Sunarjo, Pak Malik, Pak Abu Bakar, Ibu Hariati, dan Pak Tajudin. 

BACA JUGA : Perguruan Tinggi : From Passengers to be Drivers

Pak Milkan merupakan sosok Kepala Sekolah yang sangat rajin dan gigih. Ia sosok guru yang sangat memperhatikan anak didiknya. Pak Milkan, sebagai Kepala Sekolah selalu siapa menggantikan pendidik lainnya yang tidak hadir .Ia memberi tauladan kepada siswa dan koleganya. Sosok yang melekat pada memori, tutur bahasanya sangat halus, menyapa siswa sehari-harinya. Ia sangat akrab dengan semua pendidik dan siswanya. 

Suatu hari saya sakit tapi tetap masuk sekolah. Pak Milkan, saat masuk ruang kelas, melihat mata saya merah-merah lalu ia memanggil saya. “Mata mu mengapa merah-merah Rin?” sapanya. 

Waktu saya katakan sedang sakit, spontan Pak Mikan mengajak berobat ke Puskesmas.Pak Milkan sangat memperhatikan siswa didiknya, ia datang lebih awal di sekolah, lalu mengontrol siswa-siswa yang sedang menyapu di ruang kelas, dan mengajak siswa untuk memungut sampah di halaman sekolah. Sosok guru yang penuh ketauladanan. 

Pada tahun-tahun tersebut, masyarakat desa sangat menghargai guru sebagai pendidik di desa. Setiap hari para siswa membersihkan halamannya sendiri. Kehadiran para guru di desa telah membawa semangat perubahan untuk anak-anak sekitarnya.  

Sepenggal memori di atas, menjadi menarik kita refleksikan para pendidik memiliki komitmen moril untuk mendidik siswa-siswanya. Mereka yang telah memberikan semua energinya untuk melahirkan siswa yang disiplin dan memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya. Dan memberikan darma baktinya untuk melahirkan siswa-siswa yang berkarakter kuat. 

Ketekunan pak Milkan untuk mendidik siswa-siswanya menjadikan sekolah ini mendapat kemajuan tinggi pada masanya. Sekolah ini telah hadir menjadi sekolah berkembang cukup maju di desa tersebut. 

Pak Milkan telah hadir di tengah sisiwa untuk memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya di tengah keterbatasan fasilitas sekolah. Siswa-siswa pun memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti pendidikan, Siswa yang berdatangan dari berbagai kampung setiap paginya, melewati persawahan. Mereka berdatangan sekalipun hujan sedang turun dengan derasnya. 

BACA JUGA : Awardee Beasiswa Diharapkan Berkontribusi untuk NTB

Semangat sekolah para anak-anak desa sangat tinggi waktu itu. Prof.Sodjiarto (1989) bahkan menemukan bahwa peranan guru di kelas harus diubah, bukan sebagai pemberi ceramah, yaitu guru hendaknya lebih mengutamakan kemampuan merencanakan, mengelola dan mengawasi terjadinya pembelajaran. 

Bahkan model “pemberi cermah” ini pernah dikritik Paulo Friere, sebagai model pendidikan gaya bank, keranjang sampah, yang mengurangi  perkembangan potensi-potensi siswa secara lebih luas.   

Saat ini para pendidik menghadapi kehidupan sosial yang padat dengan media sosial. Dunia digital menjadikan semua serba sangat cepat dan sangat mudah mengaksesnya. Per-orang dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan,teknologi dan budaya, kata Alfin Toffler ahli futurologi, semua orang jadi wartawan, pada bukunya, The Third Waves.

Semakin komplesknya perkembangan kehidupan masyarakat  membawa pengaruh terhadap lingkungan sekolah. Masalah-masalah peribadi siswa di keluarga atau di tengah masyarakat  memberi dampak pada pencapaian prestasi siswa. Sehingga siswa yang datang ke sekolah tidak lepas dari apa yang terjadi pada lingkungan keluarga atau pun pribadinya. 

Kondisi ini tentu merupakan bagian penting yang harus dipahami seorang guru terhadap diri  siswa. Untuk itulah  para pendidik dituntut untuk mengetahui latar belakang siswa agar dapat dibina potensinya secara maksimal. Guru tidak lagi memberikan informasi secara sepihak terhadap anak didik tetapi dituntut untuk menciptakan suasana agar anak dapat berkembang secara maksimal.

Guru Yang  “Ngangeni ”

John Goodlad (dlm. Prof.Suyanto, 2001) melakukan penelitian dengan publikasi penelitian Behind The Classroom Door menemukan bahwa kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh siapa pendidiknya,  manakala guru sudah memasuki ruang kelas serta pintu kelas tertutup, maka kehidupan kelas akan menjadi wewenang dan tanggung jawab  guru. 

Guru merupakan sosok penting yang mewarnai suasana keriangan sisawa di ruang kelas. Apakah guru merdidik siswa-siswa untuk bergembira atau tidak? Guru yang “Ngangeni” memberi ruang hati selalu ramah dengan pola tingkah laku siswa. Akrab dengan apa yang disenanginya di sekolah..

Guru yang “Ngangeni” menjadi tambatan hati siswa, yang lebih memerankan diri sebagai sahabat bermain di sekolah. Memberilan peran yang merasuk hati siswa untuk lebih dekat, lebih akrab pada jegiatan-kegiatan sekolah.  Guru menjadi idola para siswa  yang inspiratif dan memantulkan energi untuk berkegiatan di sekolah dengan penuh kegembiraan. 

BACA JUGA : Alat Peraga Kampenye Dibersihkan Jelang Pilkada

Pendidik  membuat siswa didiknya senang bertemu, ber sama-sama untuk mengurai permaian sekolah. Ia membawa irama siswa dalam emosi yang tidak menegangkan, tapi menarik siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang ngangeni, sehingga talenta-talenta  dasar  dapat tampak sejak  sekolah dasar.  

Guru yang “Ngangeni” yaitu guru yang mengembangkan pembelajaran yang  Deep Learning, guru menstimulasi agar siswa aktif pada pembelajarannya. Menciptakan suasana rekreatif sehingga siswa menajdi tumbuh berkembang kecerdasan, emosi dan kinestetiknya. 

Guru membuat mata pelajaran menjadi menyenangkan, joyfull and learning, dan anak didik merasa tanpa terbebani apapun dari gurunya. 

Pelajaran mengitung juga dikreasikan dalam permainan yang menarik emosinya dan motoriknya. Guru yang membuka ruang hati yang selaus-luasnya bagi semua emosi siswanya agar terbentuk menjadi karakter yang positif pada keidupan sehari-harinya. 

Mengapa guru yang “Ngangeni”? karena  melalui  respon inilah siswa menjadi bibit yang  tumbuh kembang pada ekosistem pembelajaran berdaya tarik tinggi serta memanamkan laku penjiwaan yang terkenang sepanjang masa, yang bisa mengaitkan diri siswa pada masa dewasanya kelak. Itulah sebabya saat dimana tokoh-tokoh dunia selalu bercerita tentang masa kecilnya, masa yang sangat menguatkan, “deep learning-deep memoriable”. 

Masa kecilnya Bung Karno, Bung Hatta, Nelson Mandela, Mahatma Ghandi dan Abraham Lincoln juga sangat intens dengan masa-masa usia sekolah dasarnya.  Guru yang  “Ngangeni” pasti dirindu siswanya dan banyak orang. Mencintai sepenuh jiwanya.

*)  Ketua Prodi Magister Pendidikan Dasar FKIP UNRAM dan Ketua ISMAPI NTB