MASALAH SAMPAH BELUM TERSELESAIKAN

Oleh:
Lalu Ramdan Hadi,
Mahasiswa Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Mataram

lombokjournal.com

SAMPAH merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya. Dalam proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.

Sampah diartikan sebagai benda bersifat padat, tidak dipakai , tidak diinginkan, dan dibuang. Kita masih banyak beranggapan bahwa sampah merupakan barang sepele dan membuangnya sesuka hati kita dimana saja kita berada.

Tidak jarang kita melihat pemakai jalan raya seenaknya membuang sampah di depan dagangan tanpa merasa risih. di pinggir jalan terlihat tumpukan sampah yang menyerupai gunung kecil, terpencar-pencar. di parit-parit juga terlihat penuh oleh bermacam-macam jenis sampah..

Masalah sampah tidak hanya sekedar bagaimana mengolah atau mengelola sampah saja, tetapi juga terkait dengan masalah budaya/sosiologi masyarakat.

Masyarakat Indonesia umumnya tidak peduli tentang sampah, suka buang sampah sembarangan, dan cenderung mementingkan diri sendiri.

Paradigma yang salah ini mungkin merupakan salah satu penyebab kenapa banyak program tentang sampah yang tidak berhasil. Merubah paradigma masyarakat tentang sampah menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu.

Contoh sederhana saja. Di sebuah lahan terdapat patok dengan pengumuman yang sangat mencolok: DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI. Pada kenyataannya masih banyak orang yang membuang sampah di tempat itu. Atau larangan-larangan senada lainnya, seperti: DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI, BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA.

Pengumuman-pengumuman itu seperti hanya sebuah tempelan kosong tanpa arti, seperti macan tak punya gigi. Tidak ada orang yang memperhatikan atau mematuhi larangan tersebut.

Contoh lain, pemerintah atau lembaga-lembaga lain sudah cukup lama menyediakan tiga tempat sampah yang berbeda. Satu tempat sampah untuk limbah plastik atau logam, satu tempat sampah untuk limbah kertas, dan satu lagi tempat sampah untuk limbah organik.

Tulisannya dibuat besar sekali, warnanya menyolok, dan masih terbaca dengan jelas dari jarak yang cukup jauh. Warnanya pun dibuat berbeda-beda. Masalahnya sekarang, apakah warga atau masyarakat sudah membuat sampah sesuai dengan tempatnya. Jawabannya adalah tidak. Mereka membuang sampah semaunya sendiri tampa memperhatikan tulisan-tulisan tersebut. Dari kejadian seperti ini bisa dikatakan bahwa masyarakat belum menyadari bahwa sampah yang dibuang ini mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat

Semakin beragamnya aktivitas, beragam pula jenis sampah yang dihasilkan, terutama sampah yang berasal dari perumahan. Dalam arti sampah ini dihasilkan oleh penduduk setempat yang melakukan pembuangan sisa-sisa dari barang-barang atau produk-produk yang telah mereka pakai. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia sebagai pengguna barang.

Sehubungan dengan kegiatan manusia maka permasalahan sampah akan berkaitan, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan seorang atau masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada dalam masyarakat.

Jika dapat diamankan, sampah tidak akan menjadi potensi yang berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian, sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan.

Hal itu berdampak terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan menjadi kumuh, dan menarik bagi berbagai binatang, seperti lalat dan anjing, yang dapat membawa penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan misalnya diare, kolera, tipus dan jamur dapat menyebar dengan cepat, karena sampah yang tidak dikelola tepat dapat bercampur dengan air minum dan menyebarkan virus penyakit

Tak jarang sampah yang ada memenuhi parit di sekitar rumah, sehingga menyebabkan banjir. Musim penghujan menjadi musim yang tidak mengenakkan bagi masyarakat, apalagi di permukiman yang padat. Parit-parit tidak mampu lagi mengalirkan air secara maksimal, karena terhalang oleh tumpukan sampah. Hal ini mengakibatkan air hujan terbendung dan mengenangi pekarangan rumah. Genangan air yang ada membawa bau tidak sedap, serta membunuh rumput-rumput di halaman rumah dan ruang terbuka lainnya.

Jika dilihat di beberapa daerah, kejadian membuang sampah sembarangan ini sering terjadi di daerah perkotaan. Yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat desa lebih baik perilakunya daripada masyarakat kota?

Sudah saatnya perubahan dalam pengelolaan sampah dilakukan. Pengelolaan sampah berarti adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Pengelolaan sampah yang baik tentu dapat mengurangi dampak negatifnya pada kesehatan, lingkungan, dan keindahan,

Pemerintahan kabupaten/kota dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menangani masalah sampah yang ada. Masalah sampah adalah merupakan isu sangat mendesak dan harus menjadi prioritas pemerintah kabupaten/kota. Keterlibatan dan dukungan dari segenap masyarakat tentunya penting demi terwujudnya program pemerintah.

Kebijakan pemerintah dapat berupa pengalokasian sampah yang ada di kabupaten/kota ke suatu tempat yang sesuai. Tempat yang sesuai harus jauh dari permukiman penduduk. Jarak tempat sampah dengan sumber mata air bersih juga harus menjadi perhatian, karena sampah-sampah yang dibuang dapat mencemari sumber air bersih.

Berbagai penyakit dapat disebabkan oleh sumber air yang tercemar, semisal sakit perut. dan, yang tidak kalah pentingnya, tempat sampah harus jauh dari daerah pertanian dan perkebunan. Sampah yang tidak terurai dapat menyebabkan padatnya tanah dan menutup permukaan tanah. Kedua hal ini mengurangi kesuburan tanah sehingga daerah pertanian tidaklah mampu lagi menghasilkan dengan baik.

Maka, perlu Pendidikan dan kesadaran dalam pengelolaan sampah tentu sangat penting dalam masyarakat. Banyak masyarakat yang masih kurang kesadarannya dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Tentunya pemerintah perlu melakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang baik serta memberikan informasi tentang dampak-dampak negatif sampah bagi masyarakat dan lingkungan, sehingga setiap anggota masyarakat dapat menyadari bahaya sampah yang terus bertambah.***




Benarkah ada Negara yang membenci Indonesia?

lombokjournal.com

MEMANG, sejauh ini tidak ada negara yang menjadi musuh dan secara resmi “membenci” atau bermusuhan dengan Indonesia. Konfrontasi antara Indonesia dengan negara lain (Malaysia) terakhir kali terjadi pada 1963. Dengan politik bebas aktif yang dianutnya, Indonesia mampu terhidar dari persaingan blok-blok ideologi.

Saya lantas mencari-cari jawaban atas pertanyaan, negara mana yang membenci Indonesia? Belum ada kajian khusus mengenai bagaimana negara lain memandang Indonesia. Padahal kajian serupa terhadap Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan sudah ada di Pew Research.

Saya kemudian mencoba untuk mencari dengan kata kunci yang lebih spesifik seperti negative view toward Indonesia dan how countries view Indonesia. Hasilnya saya menemukan dua buahbuku yang membahas mengenai bagaimana warga negara lain memandang Indonesia.

Buku pertama berjudul Stranger Nextdoor? Indonesia and Australia in the Asian Century, penyunting (editor)nya Tim Lindsey dan Dave McRae. Buku kedua berjudul Indonesia-Malaysia Relations, Cultural Heritage, Politics, and Labour Migrants karangan Marshall Clark dan Juliet Pietsch.

Buku pertama membahas mengenai hubungan dua negara bertetangga, Indonesia dan Austalia. Keduanya sama-sama membutuhkan satu sama lain dan sejak masa yang lama memiliki ikatan atau hubungan yang berkelindan.

Indonesia dengan populasinya yang besar adalah pangsa pasar produk-produk peternakan seperti daging dan susu serta gandum, yang banyak dihasilkan Australia. Bagi Indonesia, Australia adalah salah satu investor utama sekaligus negara penyumbang turis terbesar.

Namun, hubungan antara keduanya tidaklah benar-benar manis. Khususnya Australia, tidak banyak yang menganggap Indonesia sebagai negara yang disukai.

Hanya 43 persen saja yang mengaku menganggap Indonesia sebagai hal yang positif. Sisanya ada yang menganggap negatif, biasa saja, dan sebagian lain tidak tahu. Angka 43 persen ini cukup rendah bila dibandingkan negara-negara lain yang juga masuk dalam survei tingkat “kefavoritan” masyarakat Australia.

Jepang dan Singapura misalnya, 80persen dan 76 persen masyarakat Australia menganggap kedua negara sebagai hal yang positif. Malaysia dan Filipina pun mendapat angka yang lebih tinggi meskipun secara umum masyarakat Australia tidak lebih mengetahui kedua negeri  itu daripada mengetahui Indonesia. Skor yang didapat Malaysia dan Filipina masing-masing 58 persen dan 53 persen.

Kemudian timbul pertayaan, apa penyebab cukup rendahnya orang Australia yang memandang Indonesia secara positif? Dugaan kita mungkin akan mengarah pada ketidaktahuan orang Australia tentang Indonesia.

Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Indonesia ternyata bisa dikatakan sangat dikenal di Australia. Hal yang berkontribusi pada rendahnya pandangan positif Australia terhadap Indonesia adalah Indonesia belum dianggap benar-benar penting dari segi ekonomi, dibandingkan Tiongkok atau Jepang misalnya. Menurut saya, eksekusi mati atas pelaku pengedaran narkoba asal Australia serta meningkatnya radikalisme Islam turut berkontribusi pada hal ini.

Buku kedua membahas hubungan Indonesia-Malaysia. Keduanya sering dijuluki sebagai negeri serumpun atau jiran (tetangga). Namun, selama hubungan kedua negara terjalin, banyak up dan down-nya.

Buku ini menyajikan data tahun 2007 dari Asia Barometer Survey. Menurut data tersebut 65 persen orang Indonesia menganggap Malaysia dan pengaruhnya sebagai hal yang positif. Sementara itu, sebaliknya hanya 39 persen saja orang Malaysia yang menganggap Indonesia dan pengaruhnya sebagai hal yang positif.

Malaysia

Usaha-usaha untuk mendekatkan kedua negara kelihatannya berhasil di tataran politik dan kenegaraan. Selain memiliki batas darat dan laut satu sama lain, keduanya sama-sama beragama mayoritas Muslim, sama-sama menggunakan bahasa Melayu (eventually menjadi bahasa Indonesia dan Malaysia), aktif di OKI dan ASEAN.

Namun, dalam tataran akar rumput, masyarakat kedua negara masih memiliki trust issues di antara mereka.

Penyebab pandangan Malaysia yang cenderung negatif terhadap Indonesia umumnya dialamatkan pada isu atau masalah seputar budaya. Dalam kasus ini pihak Indonesia serta warganetnya menyerang pihak Malaysia sebagai pengklaim dan pencuri budaya.

Keberatan dari pihak Malaysia adalah suatu budaya seharusnya dianggap sebagai milik bersama karena Malaysia dan Indonesia dahulu memiliki ikatan dan konektivitas yang sangat erat terutama antara Semenanjung Malaya dengan Sumatera (dan sedikit banyak Jawa dan Sulawesi Selatan). Wajar saja apabila ada kesamaan antara kedua negara.

Hal lain yang berkontribusi pada perasaan negatif serta perasaan benci orang Malaysia terhadap Indonesia adalah persoalan teritori yang belum terselesaikan, terutama Blok Ambalat.

Warganet Indonesia serta merta masih mempermasalah soal Pulau Ligitan dan Sipadan yang pada tahun 2000 telah ditetapkan oleh Mahkamah Internasional di Den Haag sebagai wilayah Malaysia dengan argumentasi seputar “efective control”.

Masalah asap yang kian mengganggu pun menimbulkan perasaan geram di antara masyarakat Malaysia.

Asumsi salah seorang teman saya di kampus, Malaysia memandang Indonesia sebelah mata bukan cuma karena permasalahn atau isu-isu yang telah disebutkan dalam jawaban ini.

Faktor utama mengenai buruknya hubungan dua negara ini adalah dugaan adanya sikap dan rasa merendahkan di kalangan masyarakat Malaysia yang menganggap bahwa Indonesia adalah negara budak, pengekspor pembantu, dan bergantung pada Malaysia untuk menafkahi warganya.

BACA JUGA: Puisi Bisa Meningkatkan Kesehatan

Jadi, tidak ada negara yang (benar-benar) membenci Indonesia. Tidak pula saya temukan data konkret mengenai tingkat kefavoritan Indoensia di mata negara lain selain Australia dan Malaysia. Semoga hubungan antarbangsa dapat menjadi lebih positif dan saling menguntungkan satu sama lain. Terima kasih, tabek!

Muhammad F. Agha Ansori

Quora




Puisi Bisa Meningkatkan Kesehatan

Bulan April lalu, tepatnya pada 7 April merupakan Hari Kesehatan Dunia. Kita terpacu  berpikir bagaimana meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional kita. Rekomendasi yang umum dari para ahli — seperti makan sehat, berolahraga, dan bermeditasi — tapi tahukah bahwa membaca puisi juga salah satu yang bisa meningkatkan Kesehatan. Faktanya, sains memberitahu kita bahwa puisi dapat berpengaruh pada segala hal mulai dari ingatan hingga pola tidur kita

lombokjournal.com —

Meningkatkan Pemikiran kreatif dan stimulasi kognitif

Sederhananya, berpikir dengan cara yang berbeda – seperti kita temukan dalam puisi – memberi  manfaat bagi otak. Dengan banyaknya bentuk dan penggunaan bahasanya yang unik, puisi menuntut banyak pikiran kita — dan hasilnya signifikan. Menurut sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan di Frontiers in Psychology, peserta yang membaca puisi menunjukkan peningkatan kefasihan linguistik dan fleksibilitas mental.

Membantu mengatasi rasa sakit mental dan fisik kronis

Para ilmuwan pernah melakukan pengamatan pada 75 orang yang mengalami nyeri fisik dan emosional kronis selama tiga hari, untuk membuktikan apakah berbagai bentuk terapi seni, termasuk puisi dan musik, bisa meredakan gejala nyeri mereka. Peserta menilai tingkat rasa sakit dan depresi mereka pada Skala Analog Visual dan Inventaris Depresi Beck. Studi tersebut membuktikan bahwa puisi secara signifikan mengurangi tingkat rasa sakit dan depresi. Lebih jauh, orang lebih cenderung untuk menggambarkan diri mereka sebagai “berharap” setelah waktu yang dihabiskan untuk membaca atau mendengarkan puisi.

Meningkatkan kualitas tidur

Membaca sebelum tidur terbukti dapat mengurangi stres pada tingkat tinggi, merilekskan stres bahkan lebih dari bentuk perawatan diri lain seperti mendengarkan musik, minum teh, atau berolahraga. Sebuah studi dari University of Sussex menunjukkan, membaca dapat mengurangi stres hingga 68 persen, mempersiapkan tubuh untuk tidur nyenyak tanpa gangguan. Sebagai perbandingan, mendengarkan musik memiliki tingkat keberhasilan 61 persen  dan berjalan-jalan meningkatkan tingkat relaksasi sebesar 42 persen.

Membantu ingatan tetap utuh

Dari terapi musik hingga terapi hewan peliharaan, banyak teknik yang bertujuan untuk meningkatkan proses memori dan mengurangi gejala demensia. Di Pusat Memori New York dan di fasilitas perawatan memori lainnya di seluruh negeri, kata yang diungkapkan dalam puisi telah diterapkan sebagai bentuk pengobatan demensia.

BACA JUGA; Adakah Negara yang Membenci Indonesia

Memperpanjang umur Anda

Bagi orang yang sering membaca puisi, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Social Science & Medicine, membaca secara teratur merupakan prediktor umur panjang pada orang dewasa yang lebih tua.

Penulis: Kara Lewis

read poetry

 




Banjir Bandang dan Melonjaknya Harga Bawang Merah

 

MATARAM.lombokjournal.com

Kondisi di atas membuat pedagang alami dilemma. Sebab bagaimanapun, konsumen bawang merah terus menuntut produsen menjamin ketersediaan bawang merah di pasaran.

Sementara kondisi yang terjadi saat ini, pusat produksi bawang merah terbesar di NTB alami musibah banjir bandang.

Jika kondisi ini berlangsung dalam waktu lama bukan tidak mungkin lonjakan harga akan terus meroket yang akhirnya merugikan tak hanya pedagang tetapi juga konsumen sebagai tujuan akhir distribusi bawang merah.

Kelangkaan Bawang Merah Akibatkan Inflasi

Penting untuk memperhatikan naik turunnya harga barang yang beredar di pasaran. Hal tersebut lah yang dinamakan sebagai inflasi.

Namun, mengapa orang perlu memahami hal tersebut? Karena inflasi akan sangat menentukan harga pasar serta semua hal yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Inflasi memang seringkali timbul secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan. Tidak heran mengapa inflasi ini membuat banyak masyarakat kebingungan dan kadang butuh penjelasan terkait timbul serta penyebab dari inflasi.

Dari amatan penulis di lapangan, harga bawang merah saat ini terus mengalami peningkatan dari hari ke hari.

Peningkatan harga yang semenjak awal April lalu dimulai dari harga 15.000 rupiah per kilogram naik menjadi 20.000 rupiah. Tak berselang lama, harga kembali naik menjadi 25.000 per kilogram. Begitu seterusnya sampai mencapai 30.000 rupiah untuk saat ini.

InforMasi yang diserap dari pedagang di lapangan, kondisi tersebut akan stabil manakala cuaca buruk di pusat produsen bawang merah membaik.

Dilemanya, ketika harga bawang merah naik harga kebutuhan pokok lain seperti cabai, bawang putih, tomat, terasi dan lain-lain juga ikut naik.

Jika menengok pada teori ekonomi populer, hal tersebut wajar terjadi disebabkan tidak seimbangnya arus barang dan arus uang.

Pada skala makro, ketidakseimbangan arus barang (bawang merah) dengan arus uang (di tangan konsumen) dapat menimbulkan penurunan nilai mata uang yang dalam ekonomi dikenal dengan istilah inflasi, yakni penurunan nilai mata uang.

Inflasi sendiri dapat diartikan sebagai pengurangan nilai daya beli mata uang. Jadi akibat inflasi, jumlah uang yang sama akan membeli lebih sedikit barang daripada sebelumnya.

Inflasi yang tinggi (hiperinflasi) bisa membuat perekonomian terpuruk, sebab harga-harga barang atau jasa di luar jangkauan masyarakat umum.

Guna menghindari hal tersebut, penting bagi pemerintah segera mengupayakan suplai kebutuhan bawang merah dari daerah lain selain Kabupaten Bima.

BACA JUGA: Mencegah Pernikahan Anak, Ini Mestinya Dilakukan

Dapat disimpulkan bahwa pemerintah harus bisa menyuplai kebutuhan bawang merah di daerah lain selain Bima dikarenakan masyarakat yang sangat kesulitan dalam perekonomian harus terus menerus menghadapi harga bawang merah yang sedang melonjak harga.

 sebelumnya1 / 2   

Banjir Bandang dan Melonjaknya Harga Bawang Merah

 

Sumber:

Faizal

http://ilmuiesp.blogspot.com/2016/12/konsep-harga.html?m=1  

https://www.akseleran.co.id/blog/teori-inflasi/

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-harga/




Banjir Bandang dan Melonjaknya Harga Bawang Merah di NTB

 

Ria Alfiani, mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama NTB

MATARAM.lombokjournal.com

Bawang merah sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat alami lonjakan harga cukup tinggi.

‘Harga” sendiri kurang lebih bermakna jumlah uang yang dibutuhkan guna mendapatkan sejumlah barang. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium di suatu pasar.

Beberapa ahli seperti Djasmin Saladin berpendapat bahwa yang dimaksud harga yakni sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa. Ahli lain Henry Simamora menyebut harga sebagai sejumlah uang yang dibebankan atau dikeluarkan atas sebuah produk atau jasa.

Maret lalu harga bawang merah stabil pada kisaran 15.000 rupiah per kilogram. Pada awal April–saat banjir bandang menerjang Kabupaten Bima, bawang merah langsung hargaya melonjak menjadi 25.000-30.000 rupiah per kilogram.

“Harga bawang akan mulai stabil jika cuaca buruk di pusat produsen bawang merah sudah membaik. Biasanya ketika harga bawang merah mengalami kenaikan harga di pasar maka bahan-bahan dapur lainnya juga akan mengalami kenaikan harga seperti cabai, bawang putih, tomat, terasi dan lain-lain,” ujar Faizal, salah seorang pedagang bawang merah di Dusun Montong Ara Kabupaten Lombok Tengah.

Kepada penulis, Faizal menyebut lonjakan harga bawang merah disebabkan kelangkaan karena bencana banjir bandang yang menerjang pemukiman berserta lahan pertanian warga di Kabupaten Bima.

Dikatakan, kondisi tersebut cukup meresahkan pedagang sebab dengan harga yang tinggi daya beli masyarakat berkurang, yang berakibat pada minimnya pendapatan para pedagang.

BACA JUGA: Mencegah Pernikahan Anak, Ini Mestinya Dilakukan

Dijelaskan, dalam kondisi normal Faizal bisa mendapat laba bersih 5.000.000-10.000.000 rupiah perbulan dari aktivitasnya berjualan bawang merah. Hal tersebut tentu berbeda saat kondisi seperti saat ini, selain harga bawang merah tinggi, ketersediaan bawang merah untuk konsumen juga sulit dipenuhi.

selanjutnya :    1 / 2

pedagang alami dilema

 

 




 Advokasi Cegah Perkawinan Dini Anak Perempuan

Orang tua minta dispensasi untuk anak perempuannya menikah, meski umur mereka belum cukup

Penulis: Nadira Irdiana, Research and Advocacy Associate PUSKAPA (Center on Child Protection and Wellbeing), PUSKAPA

MATARAM.lombokjournal.com

Alasan lain mengapa perkawinan anak masih tinggi di Indonesia adalah karena ketakutan masyarakat terhadap perzinaan semakin kuat seiring dengan meningkatnya konservatisme.

Kelompok-kelompok konservatif telah menciptakan gerakan mendukung perkawinan anak. Mereka percaya perkawinan anak akan melindungi diri dari dosa perzinaan. Salah satu gerakan tersebut adalah Indonesia Tanpa Pacaran, yang menganjurkan kaum muda untuk tidak berkencan dan menikah sesegera mungkin.

Tekanan publik seperti ini tergambar dalam sebuah penelitian di tahun 2019 yang menunjukkan alasan mengapa orang tua di Tuban, Jawa Timur; Mamuju, Sulawesi Barat dan Bogor, Jawa Barat meminta dispensasi untuk anak perempuan mereka menikah meski umur mereka belum cukup.

Studi ini menunjukkan bahwa alasan orang tua meminta izin untuk menikahkan anak perempuan mereka meskipun belum cukup umur adalah karena mereka khawatir anak-anak mereka akan melakukan perzinaan, terutama ketika anak-anak mereka mulai memiliki pacar.

Kita dapat mengatasi masalah perkawinan anak dengan bekerja di tingkat akar rumput dan melibatkan komunitas terkait.

Di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat,  yang tingkat prevalensi pernikahan anak relatif tinggi, kaum muda bekerja bersama dengan lembaga-lembaga di desa. Mereka melakukan advokasi untuk menggalang dana untuk melindungi anak perempuan agar tidak menikah di usia anak dengan memberikan informasi mengenai kesehatan dan hak reproduksi seksual.

BACA JUGA:

Menteri PPPA Beri Penghargaan NTB, Atas Pengesahan Perda Perkawinan Anak 

Perkawinan anak adalah masalah kompleks yang membutuhkan kerja sama  dari berbagai sektor.

Sebuah strategi di tingkat nasional yang mencakup semua masalah yang disebutkan di atas lebih dapat membantu mengurangi jumlah perkawinan anak di Indonesia.

Rr

sebelumnyaMencegah Pernikahan Anak, Ini Mestinya Dilakukan

 

Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari Bahasa inggris

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation.  Artikel sumber




Pemerintah Harus Dorong Kesetaraan Gender

Untuk anak laki-laki, kapan mereka siap menikah benar-benar terserah mereka

Penulis: Nadira Irdiana, Research and Advocacy Associate PUSKAPA (Center on Child Protection and Wellbeing), PUSKAPA

MATARAM.lombokjournal.com

Anak perempuan lebih rentan pada pernikahan anak karena adanya persepsi dan ekspektasi masyarakat pada peran domestik anak perempuan.

Menurut penelitian Institut Credos tahun 2017, anak perempuan dianggap siap untuk menikah ketika mereka sudah bisa mengurus keluarga.

Sementara untuk anak laki-laki, kapan mereka siap menikah benar-benar terserah mereka. Kebanyakan berpikir mereka siap ketika mereka merasa mandiri secara ekonomi.

Ekspektasi ini mungkin lebih kuat di daerah perdesaan, dan ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa jumlah angka perkawinan anak di sana lebih tinggi daripada di daerah perkotaan. Dari  tingkat perkawinan anak di perdesaan berada pada angka 29,2%, lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yang sebesar 19%.

Pemerintah harus lebih bekerja sama lebih erat dengan organisasi masyarakat sipil untuk mempromosikan kesetaraan gender.

Rr

selanjutnyaAdvokasi Cegah Perkawinan Dini Anak Perempuan




Pentingnya Informasi Hak-hak Reproduksi Seksual

Kehamilan dini akan meningkatkan kemungkinan mereka meninggal

Penulis: Nadira Irdiana, Research and Advocacy Associate PUSKAPA (Center on Child Protection and Wellbeing), PUSKAPA

MATARAM.lombokjournal.com

Penelitian lain dari Institusi Credos pada tahun 2017 di Rembang, Jawa Tengah menunjukkan bahwa kurangnya informasi terkait hak-hak reproduksi seksual adalah salah satu alasan kenapa perkawinan anak tetap terjadi.

Banyak anak di Indonesia tidak tahu bahwa berhubungan seksual dapat menyebabkan mereka hamil dan dipaksa untuk menikahi pasangan mereka.

Sebuah penelitian dari Aliansi Remaja Independen pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 7 dari 8 anak perempuan di Jakarta, Yogyakarta dan Jawa Timur mengakui bahwa mereka hamil sebelum pernikahan mereka.

Tingkat kesuburan perempuan Indonesia yang berusia antara 15 dan 19 tahun adalah 47 kelahiran per 1.000 wanita pada 2017. Ini lebih tinggi dari India dengan 23 kelahiran per 1.000 wanita.

Mereka tidak tahu bahwa kehamilan dini akan meningkatkan kemungkinan mereka meninggal dibandingkan dengan mereka yang memiliki kehamilan di usia 20-an.

Pendidikan seks di Kenya, Peru dan Pakistan telah membantu mengurangi perkawinan anak dan kehamilan yang tidak direncanakan. Kelas-kelas tentang pendidikan seksual di negara-negara tersebut bersifat komprehensif.

BACA JUGA:

Menteri PPPA Beri Penghargaan NTB, Atas Pengesahan Perda Perkawinan Anak

Anak-anak dapat belajar tentang isu-isu seputar hak asasi manusia, ketidaksetaraan gender dan hubungan kekuasaan dalam hubungan.

Pemerintah Indonesia harus memberikan pendidikan seks yang komprehensif dengan memasukkan hal tersebut ke dalam kurikulum sekolah

selanjutnyaPemerintah Harus Dorong Kesetaraan Gender

 




Cegah Perkawinan Dini, Siapkan Pendidikan Formal

Lulusan SMA lebih kecil kemungkinannya untuk langsung menikah dibanding dengan lulusan SMP

Penulis: Nadira Irdiana, Research and Advocacy Associate PUSKAPA (Center on Child Protection and Wellbeing), PUSKAPA

MATARAM.lombokjournal.com

Melindungi anak perempuan dari perkawinan anak, berdasarkan berbagai penelitian, disarankan  setidaknya ada tiga tindakan yang diperlukan:

  • Menyediakan Pendidikan formal
  • mengedukasi anak muda tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi seksual
  • mempromosikan kesetaraan gender di tingkat akar rumput.

Menaikkan batas usia minimum menikah bagi perempuan menjadi 19 tahun, memberi kesempatan bagi anak perempuan menyelesaikan pendidikan SMA sebelum mereka menikah.

Riset menunjukkan, pentingnya pendidikan tinggi dalam mencegah perkawinan anak. Seiring dengan meningkatnya tingkat Pendidikan, maka jumlah perkawinan anak akan berkurang.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012 menunjukkan, lulusan SMA lebih kecil kemungkinannya untuk langsung menikah dibanding dengan lulusan SMP.

Memastikan anak perempuan tetap di sekolah, akan mencegah mereka menjadi pengantin anak. Hal ini juga akan akan membawa manfaat ekonomi, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga bagi negara.

BACA JUGA:

Menteri PPPA Beri Penghargaan NTB, Atas Pengesahan Perda Perkawinan Anak

Sebuah laporan yang belum diterbitkan oleh UNICEF Indonesia menunjukkan, perempuan berpendidikan tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada perekonomian negara.

Agar anak perempuan tetap di sekolah dan tidak menikah pada usia anak, pemerintah harus memastikan, perempuan menerima hak mereka untuk ikut serta dalam program wajib belajar 12 tahun.

SelanjutnyaPentingnya Informasi Hak-hak Reproduksi Seksual




Mencegah Pernikahan Anak, Ini Mestinya Dilakukan

Mencegah perkawinan anak tidak cukup dengan hanya menaikkan batas usia minimum menikah

Penulis: Nadira Irdiana, Research and Advocacy Associate PUSKAPA (Center on Child Protection and Wellbeing), PUSKAPA

MATARAM.lombokjournal.com

Dari sembilan anak perempuan di Indonesia, menikah sebelum usia 18 tahun. Hal itu menempatkan Indonesia di antara 10 negara dengan jumlah pengantin anak terbanyak di dunia.

Bulan September 2019, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sepakat untuk untuk menaikkan batas usia minimum perempuan untuk menikah dari 16 ditingkatkan menjadi 19 tahun, untuk mencegah angka perkawinan anak.

Keputusan itu merupakan langkah penting untuk mengakhiri perkawinan anak. Tapi mari belajar dari India.

BACA JUGA:

Menteri PPPA Beri Penghargaan NTB, Atas Pengesahan Perda Perkawinan Anak

Di India, perkawinan anak masih terjadi, meskipun usia resmi untuk menikah sudah ditetapkan minimal 18 tahun sejak 1978.

BACA JUGA: Banjir Bandang dan Melonjaknya Harga Bawang di NTB

India memiliki angka absolut pernikahan anak tertinggi di dunia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor termasuk kurangnya akses terhadap pendidikan dan norma gender yang kaku.

Selanjutnya:  Cegah Perkawinan Dini, Siapkan Pendidikan Formal