Penanaman pohon untuk perlindungan sumber mata air dan pelestarian alam serta lingkungan, dilakukan di tiga titik sumber mata air di wilayah Desa Bentek Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Minggu (16/05/21).
Lokasi tiga sumber mata air penanaman pohon tersebut, yaitu Hutan Adat Baru Murmas, Hutan Adat Kalipucak Dusun Lonang dan Hutan Adat Dusun Buani, Desa Bentek Kecamatan Gangga, Lombok Utara.
Panitia Pelaksana Attasilani (Rohaniwan Perempuan), atas nama Organisai Astinda (Attasilani Therawada Indonesia) mengucapkan terima kasih pula pada pihak yang bekerja sama dalam penanaman pohon tersebut.
Dalam reboisasi mata air itu Organisai Astinda bekerja sama dengan Organisasi Pemerhati Alam dan Lingkungan (OPAL -KLU), Perhimpunan Indonesia Tionghoa dan UPT Sahbandar Pamenang KLU yang telah turut serta langsung sejak kemarin mengantarkan bibit.
“Kami berharap ada kerja sama berikutnya dalam kegiatan lingkungan, sosial serta kegiatan kemanusiaan lainnya pada waktu yang berbeda tentunya,” tutur Attasilani.
Senada dengan itu, YM.Bhante (Saccadhammo), Selaku Ketua Vihara Buddhavangsa Lenek mengatakan peningnya penanaman pohon itu.
“Kegiatan reboisasi perlindungan sumber-sumber mata air di sekitaran kita penting dilakukan, karena menjamin kehidupan semua mahluk hidup sebagaimana yang di ajarkan Sang Budha Gautama, ” kata YM.Bhante, di depan umatnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu pelaksanaan kegiatan reboisasi yang diselenggarakan hari Minggu itu hingga berjalan baik.
Ketua Panitia Pelaksana Attasilani membagikan ratusan vibit yang terdiri dari bibit Durian, Lengkeng, Kedondondong, Rambutan, Nangka, Jambu Biji, untuk halaman masing-masing Vihara. Dan Bibit pohon Gaharu, Jati Putih Sengon dan Kenari ditanam di sumber sumber mata air di tiga lokasi berbeda.
ang
Menyelamatkan Mata Air di KLU
Vihara Astinda bekerja sama dengan Pemerhati Lingkungan serahkan bantuan bibit tanaman
Menyelamatkan sumber mata air merupakan hal paling utama dalam kehidupan, karena itu penting menjaga dan memeliharanya, salah satunya dengan melakukan penanaman bibit tanaman.
Hal itu dikatakan Attasilani (Rohaniwan Buddha Perempuan) asal Dusun Lonang dan bertugas di Vihara
Attasilani saat di temui wartawan mengatakan, kegiatan sosial penanaman bibit tanaman untuk penyelamatan mata air ini, dipusatkan di halamam Vihara, halaman masyarakan dan di beberapa lokasi perlindungan sumber mata air di sekitar hutan Lenek.
Attasilani mengaku sudah beberapa kali melakukan kegiatan serupa bersama Organisai Astinda (Attasilani Therawada Indonesia).
Senada dengan itu, Bante (Rohaniawan buddha laki-laki) menambahkan, kegiatan penanaman ini penting untuk menjaga kelestarian lingkungan, termasuk perlindungan ketersediaan kebutuhan air untuk kehidupan semua mahluk, terangnya.
Ketersediaan bibit itu selain bantuan sukarela dari Perhimpunan Indonesia Tionghoa dan UPT Sahbandar Pamenang, Opal KLU, dan UPT Danlanal Pamenang urunan secara swadaya.
Jenis bibit tanaman itu antara lain tanaman Beringin, Jati Putih dan Kenari yang peruntukannya untuk perlindungan mata air.
Selain itu juga tanaman lain yang bisa menjadi perlindungan mata air bibit tanaman buah buahan, seperti Kedondong, Durian, Lengkeng, Jambu biji, Rambutan dan Durian yang akan ditanam di halaman di beberapa Vihara, Lenek, Baru Murmas, Buani dan Kr. Lendang, serta pekarangan rumah warga sekitarnya.
Penanaman biit tanaman itu akan dilaksanakan pada hari Minggu (16/05/21) pagi sekitar pukul 08.30 Wita.
Ang
Aktivitas Manusia Yang Merusak Lingkungan
Husnul Khatimah, mahasiswa Program Studi Administrasi Pubik, Universitas Muhammadiyah Mataram
Ada dua hal yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup, yaitu karena peristiwa alam dan aktivitas yang dilakukan manusia. Di awah ini dijbarkan beberapa poin yang menggambarkan aktivitas manusia yang dapat menimbulkan resiko tersebut, di antaranya adalah:
Penebangan Hutan (Deforestasi)
Aktivitas penggundulan hutan di Indonesia cukup tinggi. Dalam satu tahun, luas hutan yang mengalami deforestasi bisa mencapai 1,8 juta hektar. Jumlah ini setara dengan 21% dari 133 juta hektar hutan di Indonesia habis dibabat untuk kepentingan-kepentingan industri. Akibatnya, kelestarian flora dan fauna terancam, terjadi bencana alam, hingga penurunan kualitas udara bagi manusia.
Pencemaran Udara, Air, dan Tanah
Masalah polusi tidak hanya terjadi di Jakarta saja. Pencemaran dialami oleh hampir seluruh wilayah Indonesia, meski memang daerah ibu kota memiliki angka tertinggi, baik untuk pencemaran air, tanah, dan udara.
Penyebab dari pencemaran ini bermacam-macam, seperti sampah di sungai, limbah pabrik ke lepas pantai, asap dari pembakaran pabrik, dan masih banyak lagi.
Perburuan Liar
Aktivitas jual-beli hewan langka atau bagian tubuh hewan dapat merusak keseimbangan ekosistem. Akibatnya yang paling terasa adalah semakin langkanya hewan-hewan yang diburu secara liar dan organ tubuhnya diperdagangkan.
Organisasi sosial yang memberikan informasi dan analisis menganai status, tren, dan ancaman terhadapat spesies, dan mendorong mempercepat upaya konservasi, IUCN Redlist, menyampaikan keprihatinan. Sebab ada 76 spesies hewan Indonesia yang berstatus Critically Endangered, artinya kritis dan terancam punah.
Jika perdagangan ini dibiarkan begitu saja, maka hewan-hewan endemik Indonesia bisa hilang secara perlahan-lahan.
Yang dapat dan perlu kita lakukan adalah memperhatikan kelestarian lingkungan hidup tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga untuk hewan dan tumbuhan juga.
Apabila semuanya terjaga, maka keseimbangan kehidupan pun berjalan mengiringinya. Dengan begitu, sudah selayaknya bagi seluruh masyarakat Indonesia memperhatikan aktivitasnya agar tidak mengganggu kondisi lingkungan sekitar.***
MASALAH SAMPAH BELUM TERSELESAIKAN
Oleh: Lalu Ramdan Hadi, Mahasiswa Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Mataram
SAMPAH merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya. Dalam proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Sampah diartikan sebagai benda bersifat padat, tidak dipakai , tidak diinginkan, dan dibuang. Kita masih banyak beranggapan bahwa sampah merupakan barang sepele dan membuangnya sesuka hati kita dimana saja kita berada.
Tidak jarang kita melihat pemakai jalan raya seenaknya membuang sampah di depan dagangan tanpa merasa risih. di pinggir jalan terlihat tumpukan sampah yang menyerupai gunung kecil, terpencar-pencar. di parit-parit juga terlihat penuh oleh bermacam-macam jenis sampah..
Masalah sampah tidak hanya sekedar bagaimana mengolah atau mengelola sampah saja, tetapi juga terkait dengan masalah budaya/sosiologi masyarakat.
Masyarakat Indonesia umumnya tidak peduli tentang sampah, suka buang sampah sembarangan, dan cenderung mementingkan diri sendiri.
Paradigma yang salah ini mungkin merupakan salah satu penyebab kenapa banyak program tentang sampah yang tidak berhasil. Merubah paradigma masyarakat tentang sampah menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya-upaya penanganan sampah secara terpadu.
Contoh sederhana saja. Di sebuah lahan terdapat patok dengan pengumuman yang sangat mencolok: DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI. Pada kenyataannya masih banyak orang yang membuang sampah di tempat itu. Atau larangan-larangan senada lainnya, seperti: DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI, BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA.
Pengumuman-pengumuman itu seperti hanya sebuah tempelan kosong tanpa arti, seperti macan tak punya gigi. Tidak ada orang yang memperhatikan atau mematuhi larangan tersebut.
Contoh lain, pemerintah atau lembaga-lembaga lain sudah cukup lama menyediakan tiga tempat sampah yang berbeda. Satu tempat sampah untuk limbah plastik atau logam, satu tempat sampah untuk limbah kertas, dan satu lagi tempat sampah untuk limbah organik.
Tulisannya dibuat besar sekali, warnanya menyolok, dan masih terbaca dengan jelas dari jarak yang cukup jauh. Warnanya pun dibuat berbeda-beda. Masalahnya sekarang, apakah warga atau masyarakat sudah membuat sampah sesuai dengan tempatnya. Jawabannya adalah tidak. Mereka membuang sampah semaunya sendiri tampa memperhatikan tulisan-tulisan tersebut. Dari kejadian seperti ini bisa dikatakan bahwa masyarakat belum menyadari bahwa sampah yang dibuang ini mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat
Semakin beragamnya aktivitas, beragam pula jenis sampah yang dihasilkan, terutama sampah yang berasal dari perumahan. Dalam arti sampah ini dihasilkan oleh penduduk setempat yang melakukan pembuangan sisa-sisa dari barang-barang atau produk-produk yang telah mereka pakai. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia sebagai pengguna barang.
Sehubungan dengan kegiatan manusia maka permasalahan sampah akan berkaitan, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun budaya. Kesehatan seorang atau masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada dalam masyarakat.
Jika dapat diamankan, sampah tidak akan menjadi potensi yang berpengaruh terhadap lingkungan. Namun demikian, sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan lingkungan.
Hal itu berdampak terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan menjadi kumuh, dan menarik bagi berbagai binatang, seperti lalat dan anjing, yang dapat membawa penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan misalnya diare, kolera, tipus dan jamur dapat menyebar dengan cepat, karena sampah yang tidak dikelola tepat dapat bercampur dengan air minum dan menyebarkan virus penyakit
Tak jarang sampah yang ada memenuhi parit di sekitar rumah, sehingga menyebabkan banjir. Musim penghujan menjadi musim yang tidak mengenakkan bagi masyarakat, apalagi di permukiman yang padat. Parit-parit tidak mampu lagi mengalirkan air secara maksimal, karena terhalang oleh tumpukan sampah. Hal ini mengakibatkan air hujan terbendung dan mengenangi pekarangan rumah. Genangan air yang ada membawa bau tidak sedap, serta membunuh rumput-rumput di halaman rumah dan ruang terbuka lainnya.
Jika dilihat di beberapa daerah, kejadian membuang sampah sembarangan ini sering terjadi di daerah perkotaan. Yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat desa lebih baik perilakunya daripada masyarakat kota?
Sudah saatnya perubahan dalam pengelolaan sampah dilakukan. Pengelolaan sampah berarti adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Pengelolaan sampah yang baik tentu dapat mengurangi dampak negatifnya pada kesehatan, lingkungan, dan keindahan,
Pemerintahan kabupaten/kota dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menangani masalah sampah yang ada. Masalah sampah adalah merupakan isu sangat mendesak dan harus menjadi prioritas pemerintah kabupaten/kota. Keterlibatan dan dukungan dari segenap masyarakat tentunya penting demi terwujudnya program pemerintah.
Kebijakan pemerintah dapat berupa pengalokasian sampah yang ada di kabupaten/kota ke suatu tempat yang sesuai. Tempat yang sesuai harus jauh dari permukiman penduduk. Jarak tempat sampah dengan sumber mata air bersih juga harus menjadi perhatian, karena sampah-sampah yang dibuang dapat mencemari sumber air bersih.
Berbagai penyakit dapat disebabkan oleh sumber air yang tercemar, semisal sakit perut. dan, yang tidak kalah pentingnya, tempat sampah harus jauh dari daerah pertanian dan perkebunan. Sampah yang tidak terurai dapat menyebabkan padatnya tanah dan menutup permukaan tanah. Kedua hal ini mengurangi kesuburan tanah sehingga daerah pertanian tidaklah mampu lagi menghasilkan dengan baik.
Maka, perlu Pendidikan dan kesadaran dalam pengelolaan sampah tentu sangat penting dalam masyarakat. Banyak masyarakat yang masih kurang kesadarannya dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Tentunya pemerintah perlu melakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang baik serta memberikan informasi tentang dampak-dampak negatif sampah bagi masyarakat dan lingkungan, sehingga setiap anggota masyarakat dapat menyadari bahaya sampah yang terus bertambah.***
Sumber Air Desa Santong dan Sesait Volumenya Menyusut
Sumber mata air untuk kebutuhan irigasi dua desa di Kecamatan Kayangan, yakni Desa Santong dan Sesait, perlu perhatian khusus.
Akibat bencana alam dan perubahan fungsi hutan, terjadi penurunan volume air.
Sejak bencana gempa bumi melanda KLU 2018 silam, sungai-sungai dan saluran irigasi alami penyusutan debit air. Debit air di Dam Santong pun mengalami penurunan secara berangsur.
Selain longsor yang terjadi karena gempa bumi, perubahan fungsi hutan ditengarai jadi pemicu terjadinya penurunan debit air.
Kepada lombokjournal.com, petugas penjaga pintu air Dam Santong, Handi Suganda menyebut beberapa faktor sebagai pemicu yang harus segera ditangani.
“Penyebab berkurangnya debit air di Dam terjadi karena banyak mata air tertimbun akibat gempa bumi, hutan dialih fungsikan, dan juga penebangan liar,” ungkap Suganda, Kamis (06/05/21).
Dijelaskan, menurunnya debit air tentu berpengaruh bagi masyarakat dua desa, terutama di musim kemarau.
“Setiap minggu debit air semakin menurun, bagaimana nanti setiap tahunnya. Musim hujan pun debit air tidak terlalu mengalami perubahan apalagi jika musim kemarau,” ujarnya.
Masyarakat harus dijelaskan terkait faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan volume air.
Suganda meminta keterlibatan Pemerintah Kabupaten turun ke masyarakat guna memberi sosialisasi langkah penanggulangan.
Jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, bukan mustahil Desa Santong dan Sesait sebagai daerah yang terkenal dengan limpahan sumber air akan kekeringan di masa-masa mendatang.
“Untuk menanggulanginya harus dibuatkan bendungan untuk berjaga jaga di setiap musim kemarau agar suplai air mencukupi atau kembalikan fungsi hutan dan stop penebangan liar. Jika kita tidak sadar akan pentingnya melestarikan alam, maka kita juga akan menerima resikonya dari alam,” tutur Suganda.
Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah meminta kepada pihak Perusahaan Sumbawa Timur Mining (PT. STM) yang melakukan kegiatan eksplorasi terpusat di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu, agar memperhatikan standar lingkungan yang baik di sekitar lingkungan pertambangan.
Terutama menjaga kelestarian hutan lindung, karena menjaga kelestarian hutan adalah salah satu program unggulan pemerintah Provinsi NTB yang terus didorong hingga saat ini.
Wagub NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah menyimak presentasi Principal Government Releasen PT. STM, Yuyud Indrayudi
“Saya berharap selama kegiatan eksplorasi atau penelitian, standar kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan harus dijunjung tinggi. Karena itu juga akan mempengaruhi citra perusahan di tengah masyarakat,” harap Wagub saat menerima Audiensi rombongan management PT. STM di pendopo Wakil Gubernur NTB, Rabu (05/05).
Ummi Rohmi juga menegaskan kepada pihak PT. STM untuk memberdayakan segala potensi yang dimiliki oleh SDM dan tenaga lokal. Jangan sampai mereka hanya jadi penonton di tanah sendiri, beri mereka kesempatan untuk mengasah kemampuan.
Hal itu tentu harus didukung dengan berbagai program latihan yang difasilitasi oleh pihak perusahaan pertambangan emas dan aneka jenis mineral lainnya tersebut.
“Kita harus pastikan bahwa kehidupan masyarakat di sekitar harus sejahtera. Artinya kehadiran perusahaan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Begitu juga dampak bagi percepatan pertumbuhan ekonomi daerah,” tutur Ummi Rohmi.
Menanggapi hal itu, Principal Government Releasen PT. STM, Yuyud Indrayudi, menyambut baik harapan itu. Karena menurutnya, keterlibatan SDM lokal menjadi salah satu konsen perusahaan selama menjalankan kegiatan eksplorasi atau penelitian.
“Bahka saat ini, kami melakukan pembinaan kepada kelompok tani. Kami berkomitmen untuk mengutamakan SDM lokal,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, kelestarian alam dan hutan lindung di sekitar merupakan komitmen pihak perusahaan yang paling penting.
Memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup termasuk wilayah kawasan hutan termasuk melakukan penanaman pohon kembali di lokasi yang telah digunakan untuk eksplorasi.
“Kami selalu komitmen untuk menjaga lingkungan dan sosial masyarakat di sekitar kawasan pertambangan,” katanya.
Manikp@kominfo
IKLH NTB Melampaui Nasional, Wagub Berpesan Terus Jaga Lingkungan
Pekerjaan rumah daerah masih banyak, terutama soal pengelolaan sampah dari hulu ke hilir
Dalam capaian Indek Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun 2020, Nusa Tenggara Barat(NTB) merupakan salah satu provinsi berkategori baik, pada angka 70,83 point . Bahkan angka ini melebihi capaian nasional yang sebesar 70.27 point.
IKLH adalah gambaran kondisi lingkungan hidup yang menjadi salah satu indikator kinerja pemerintah daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
“Capaian IKLH dengan kriteria baik untuk NTB, harus menjadi motivasi pendorong agar program berbasis lingkungan lebih baik lagi ke depan,” kata Wakil Gubernur NTB, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd., saat menerima audiensi Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara terkait penetapan target IKLH Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun 2021-2024, Rabu (28/4/2021) di Aula Pendopo Wagub.
Menurut Wagub yang akrab disapa Ummi Rohmi, ini, parameter perhitungan nilai IKLH berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup, baik pada kualitas air, udara, hutan maupun laut. Sehingga, program NTB Zero Waste, NTB Hijau dan lestari dapat mendukung capaian ini. Namun pekerjaan rumah daerah masih banyak, terutama pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
“Persoalan sampah bukan hanya buang pada tempatnya, kemudian diangkut ke TPA hingga selesai, bukan itu. Tapi bagaimana mengelola sampah ini dengan baik dan memiliki dampak ekonomi. Sampah menjadi berkah, bila dipilih dan dipilah untuk dijadikan pupuk kompos, dikelola oleh bank sampah, jelas Ummi Rohmi.
Seiring dengan hal tersebut, Wagub menekankan bahwa sinergi dan support dalam mewujudkan pengelolaan sampah maupun lingkungan juga butuh perhatian pemerintah pusat. Begitupun kerjasama dan kolaborasi dengan Pemda Kabupaten/Kota.
Untuk itu, Wagub berharap juga agar jajaran Kementerian LHK terus melakukan pendampingan dan bimbingan dalam peningkatan kualitas SDM maupun lingkungan.
“Sinergi dan kolaborasi serta bimbingan dari Kementerian LHK harus terus ada, karena dukungan itu perlu untuk mencapai keberhasilan program di daerah,” tutup Ummi Rohmi.
Sementara itu, Plt. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara (Nusra), Ni Nyoman Santi, ST, M.Sc., menyampaikan bahwa, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di NTB mendapatkan angka yang bagus.
“Bahkan untuk tahun 2020 sudah berada di atas target nasional,” kata alumni ITS Surabaya ini.
Menurutnya, IKLH ini terdiri dari gabungan indeks pada masing-masing kabupaten/kota. Jadi provinsi sudah mendorong dan melakukan pembinaan sehingga angka-angka itu bisa tercapai.
Dijelaskannya, bahwa perhitungan IKLH berasal dari penggabungan 4 indikator komponen lingkungan, yaitu Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU), Indeks Kualitas Lahan (IKL) dan Indeks Kualitas Air Laut ( IKAL ).
Berdasarkan data dari Ditjen PPKL dan Pusdatin KLHK bahwa, dalam 5 tahun terakhir capian angka IKLH Prov. NTB terus naik. Tahun 2020, IKA nilainya 50. 98, IKU 88.63, IKTL 66.74, IKAL 67.49 sehingga total 70.83 point. Sedangkan angka nasional sebesar 70.27 dan angka target nasional sebesar 68.71 poin.
edy@diskominfotik_ntb
Wagub NTB: Perempuan ”Agent of Change” Kelestarian Bumi
Dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga, hampir seluruh aktivitas perempuan bersinggungan dengan lingkungan dan sumber daya alam
Perempuan dapat menjadi “Agent of Change” atau Agen Perubahan untuk melestarikan bumi. Hal tersebut disampaikan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah saat membuka Seminar Internasional Bertajuk “Perempuan dan Bumi” yang digelar Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram, Kamis 22 April 2021.
Ummi Rohmi – sapaan akrab beliau – menjelaskan, perempuan dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga sering memanfaatkan alam sebagai elemen pemenuh kebutuhan hidup. Hubungan perempuan dengan lingkungan hidup sangat dekat dan sangat intim. Dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga, hampir seluruh aktivitas perempuan bersinggungan dengan lingkungan dan sumber daya alam.
Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah
Masih dalam nuansa Hari Kartini dan Hari Bumi, Ummi Rohmi melanjutkan, terkadang Pemanfaatan yang tidak bertanggung jawab dan bahkan kerusakan pada sumber daya alam ini, terjadi akibat kemiskinan dan keterbelakangan kaum perempuan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut.
Ketidaktahuan kaum perempuan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan sehingga tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya telah merusak lingkungan.
“Sebagai media edukasi pertama dan utama bagi keluarganya, perempuan bisa berperan sebagai agent of change, harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan tentang pemeliharaan alam. Hal ini dapat dilakukan mulai dari lingkungan terkecil. Mulai dari diri sendiri dan keluarga,” jelas wakil gubernur perempuan pertama NTB tersebut.
Oleh karena itu, Ummi Rohmi berharap melalui seminar internasional yang digelar dengan protokol kesehatan covid-19 yang ketat, ini, baik perempuan maupun laki-laki dapat menyadari bahwa kaun perempuan mampu menjadi aktor strategis di dalam pembangunan. Termasuk dalam melestarikan bumi.
“Karena sifat alamiah perempuan sebagai pemelihara, pembentuk karakter dan pejuang tidak hanya bagi keluarganya, tapi juga untuk pembangunan secara nasional yang dapat mengubah kehidupan masyarakat indonesia menjadi lebih baik dan sejahtera,” tandasnya.
novita@diskominfotikntb
Aksi Protes Penebangan Pohon di Jalan Pendidikan Mataram
Tuntutan kami, stop penebangan pohon dan segera tanam kembali pohon di sepanjang jalan. Yang perlu dilebarkan adalah pikiran-pikiran baik bukan (hanya) ruas jalan
Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Peduli Mataram, menggelar aksi unjuk rasa terhadap penebangan pohon-pohon lindung di sepanjang Jalan Pendidikan yang telah dilakukan Pemerintah Kota(Pemkot) Mataram. Unjuk rasa yang digelar di lokasi bekas penebangan tersebut, Rabu, (21/04/2021), berupa aksi teatrikal.
Dalam aksinya, mereka menjadi pohon dan menirukan gerakan pohon yang rebah usai ditebang. Tubuh mereka tanpa baju serta bergelimpangan sepanjang trotoar, tempat di mana bekas ditebangnya pohon-pohon.
Aksi yang dimulai sekitar pukul 16.30 wita hingga menjelang maghrib itu sempat menarik perhatian pengendara dan pejalan kaki di sepanjang Jalan Pendidikan.
Perwakilan Gerakan Pemuda Peduli Mataram, Novrizal Hamza, menyatakan bahwa apa pun alasannya, Pemkot Mataram salah besar menebang pohon berusia tua di sepanjang jalan tersebut.
“Isu yang beredar akan dilakukan pelebaran jalan Catur Warga dan Jalan Pendidikan maka pohon-pohon besar sepanjang jalan itu ditebang. Maka kami melakukan aksi protes terhadap penebangan pohon yang terjadi,” ujar Novrizal.
Penebangan pohon ini bisa membuat Kota Mataram gersang saat musim kemarau. Selain itu juga mengurangi keindahan kota yang terkenal dinaungi pohon-pohon besar.
“Apa Pemerintah Kota akan menghilangkan ‘nilai historis’ Kota Mataram, yang selama ini melekat pada ingatan kolektif warganya,” ujar Novrizal.
Selanjutnya Novrizal mengatakan bahwa pelebaran jalan bisa dilakukan tanpa harus menebang habis semua pohon. Ia berharap Pemkot Mataram bisa mencari cara lain sebagai solusi agar tidak terus melakukan penebangan pohon lindung.
“Tuntutan kami, stop penebangan pohon dan segera tanam kembali pohon di sepanjang jalan. Yang perlu dilebarkan adalah pikiran-pikiran baik bukan (hanya) ruas jalan,” tegasnya.
Berdasarkan pantauan lombokjournal.com di sepanjang Jalan Catur Warga hingga Jalan Pendidikan masih terlihat sisa-sisa penebangan berupa pokok pohon dan ranting yang belum dibersihkan.
Ast
Gerakan ‘Bike to Waste’, Bersepeda Sambil Bersih-bersih Lingkungan
‘Zero Waste’ sebagai gaya hidup dan program unggulan, adalah bagian dari menjaga lingkungansekitar
MATARAM.lombokjournal.com –
Menjaga lingkungan dari sampah menjadi tanggungjawab semua lapisan masyarakat. Gerakan ‘Bike to Waste’, bersepeda sambil bersih-bersih lingkungan yang dilakukan rutin di area publik oleh Dinas Lingkungan Hidup dan KehUtanan (LHK) Provinsi NTB, berkolaborasi dengan komunitas lingkungan IBRA, yayasan WE SAVE dan PT TELKOM menyusur Kali Jangkuk Ampenan.
“Kolaborasi dengan makin banyak pihak adalah solusi sampah. Setiap minggu kita mengajak masyarakat terlibat dalam kegiatan ini dan merapatkan misi NTB Asri dan Lestari bersama stakeholder,” ujar Mulyadi Gunawan, penanggungjawab kegiatan kegiatan di bantaran Kali Jangkuk, Ampenan, Jumat (26/03/21).
Gunawan mengatakan, kegiatan rutin ini sebagai upaya mengingatkan semua orang bahwa ‘Zero Waste’ sebagai gaya hidup dan program unggulan, adalah bagian dari menjaga lingkungan sekitar.
Kali Jangkuk dan Kali Unus adalah etalase yang harus dipastikan bebas dari timbunan sampah, dengan mengangkut sampah yang ditemui di sepanjang bantaran ke TPA.
Di setiap lokasi kegiatan, Dinas LHK NTB mengajak Kabupaten kota dan stakeholder untuk bersama sama menangani masalah selain selalu melibatkan masyarakat sekitar agar tetap menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan dalam keseharian.
Baiq Indraningsih, komunitas lingkungan Ini Baru Banjar (IBRA) mendukung upaya Dinas LHK untuk turun langsung bersama masyarakat membersihkan sampah melalui kegiatan Bike to Waste.
Komunitas IBRA juga menggelar kegiatan rutin dalam isu lingkungan bahkan hingga keluar Kampung Banjar, Ampenan karena kreatifitas dan solusi penanganan sampah lingkungannya.
“Sebagai komunitas yang peduli lingkungan kami juga berjaringan dan bermitra dengan siapa saja yang sama sama support terhadap kelestarian lingkungan”, jelas Baiq Inde.
Selama ini, komunitas beranggotakan aktif 30 orang mendanai gerakan peduli lingkungan dengan mengandalkan iuran anggota dan sumbangan dari masyarakat.
Karena itu, kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta BUMN ( PT Telkom), diharapkan berkelanjutan dengan kebutuhan sarana penunjang kegiatan seperti jaring sampah, bak pengangkut sampai gareng yang wajib tersedia di setiap aksi peduli lingkungan.
“Karena kami bersama masyarakat punya visi jelas bagaimana mewujudkan kepedulian pada lingkungan meski dengan sarana yang masih terbatas”, tambahnya.
GM Telkom Witel NTB, Syaiful Rohman yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut juga ingin ambil bagian dalam mendukung kepedulian lingkungan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Dikatakannya, PT Telkom membuka diri untuk bekerjasama dengan siapa saja karena komitmen perusahaan yang besar terhadap isu lingkungan.
“Ini baru permulaan. Ke depan dengan support dari program CSR, kegiatan bersih sampah ini makin rutin dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan nyaman,” ujar Bang Ipung, sapaan akrabnya.