Bantu Korban Gempa Lombok, Relawan Ini Pakai Dana Umroh Sekeluarga

Selama kurang lebih tujuh belas hari berada di KLU, Maharani membuka dapur umum bagi para pengungsi di Posko I Kayangan, Lombok Utara. Dapur umum ini murni berasal dari dana pribadinya, tanpa yayasan, promotor, donasi dan lain-lain

MATARAM.lombokjournal.com —  Pasca gempa mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (29/07)2018 dan Minggu (05/08) 2018, banyak relawan datang membantu para korban gempa.

Salah satunya, Maharani Hasan, relawan perempuan asal Jakarta. Dia datang sendiri tanpa ditemani keluarga, sahabat atapun komunitasnya.

Maharani datang ke Lombok, tepatnya di Lombok Utara, pertama kali pada hari Selasa (07/09) 2018. Sehari setelah gempa berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) yang berpusat di Kabupaten Lombok Utara (KLU).

“Pertama kali di Tanjung, H+1 sampai H+10 pasca becana. Terus pulang ke Jakarta tanggal 9 September,” ucapnya, saat dihubungi lombokjournal.com, via WhatsApp, di Jakarta, Kamis (13/09) malam.

Karena rasa kepeduliannya, Maharani mengatakan, b dirinya datang lagi ke Lombok Utara. Ini adalah kunjungannya  yang tahap kedua, tanggal 23 Agustus hingga 8 September 2018.

“Datang lagi yang ke dua ke Santong, tanggal 23 Agustus sampai tanggal 8 September 2018,” ungkapnya.

Selama kurang lebih tujuh belas hari berada di KLU, Maharani membuka dapur umum bagi para pengungsi di Posko I Kayangan, Lombok Utara. Dapur umum ini murni berasal dari dana pribadinya, tanpa yayasan, promotor, donasi dan lain-lain.

“Saat kemarin buka dapur 17 hari, saya itu pakai dana umroh keluarga. Saya kan dana pribadi, bukan yayasan atau ada promotor,” aku Maharani.

Rencananya Maharani ekeluarga 7 orang mau umroh Bulan Oktober, tapi batalkan.

“Uuangnya saya bawa buat buka dapur umum,” tuturnya lagi.

Selanjutnya untuk melakukan ini semua, tentu dia tidak sendirian. Setiap hari, dia dibantu oleh 30 orang dalam mengelola dapur umum. Lantaran jumlah yang dimasak tidak sedikit.

Malah bisa mencapai ribuan porsi, dengan biaya jutaan rupiah per hari.

“Sehari saya masak antara 1.500 sampai 2.500 porsi. Belanja itu antara 7 sampai 10 juta sehari,” terang perempuan bercadar ini.

Adapun jenis makanan yang dimasak bagi korban gempa Lombok, yaitu seperti ikan, daging, plecing (khas Sasak) dan sebagainya.

“Macam-macam lah yang dimasak. Nasi beserta lauk pauknya,” sebutnya singkat.

Makanan itupun tidak bungkus, akan tetapi masyarakat tinggal mengambil sendiri ke tempat yang disediakan. Juga membawa wadah masing-masing dan sesuai kebutuhan.

“Makanan gak dibungkusin. Warga datang bawa tempat tiga. Untuk nasi, lauk dan sayur,” ujar Maharani.

Lebih lanjut dikatakan Maharani, kedatangannya yang ke tiga kali nanti, akan membawa bantuan dalam bentuk lain, bukan lagi dapur umum seperti sebelumnya. Tetapi lebih cenderung pada pemulihan ekonomi masyarakat dan perlengkapan  ibadah.

“Untuk periode tiga, saya mau membagikan support wakaf untuk fasum, sepeti beli tandon air untuk masjid, perlengkapan ibadah untuk mushalla sepeti mukena, Al-quran dan bantuan modal usaha bebas riba untuk pedagang kecil,” tutupnya.

Razak




Ini Budi Laksono, Dokter Spesialis Huntara AB6 House di Lombok

Pengalamannya melihat jemaah haji yang dibuatkan bilik cinta, walau hanya 9 hari di tanah suci adalah bukti kebutuhan aktivitas seksual yang sangat penting dalam bagian adult trauma healing

MATARAM.lombokjournal.com — Masalah psikologis akibat trauma dan kehilangan harta benda akibat gema, menjadi persoalan yang harus segera tertangani.

Demikian yang diungkap seorang akademisi Universitas Diponegoro, DR. dr. H. Budi Laksono, MHSc, yang membangun hunian sementara bagi warga terdampak gempa di Lombok Utara.

Menurutnya, Dalam bencana alam, orang lebih sering berpikir, anak-anak korban gempa butuh trauma healing. Tentu ini benar.

“Tapi harus dipahami, hingga saat ini, letupan-letupan trauma psikologis justru banyak terjadi pada orang dewasa. Ada yang gila, yang omong sendiri, yang kaget-kagetan, yang nangis justru orang dewasa. Tidak banyak yang mikir adult healing,” jelasnya, Senin (10/9) di Mataram.

Dampak psikososial yang dialami oleh korban gempa itu dapat dimaklumi. Karena rumah yang dibangun seumur hidupnya misalnya dari hasil menjadi TKI, hasil bertani dan lain sebagainya musnah dalam waktu 15 detik diguncang gempa besar.

“Belum lagi yang sakit, keluarga meninggal karena gempa. Mereka juga perlu trauma healing,” ujar Budi.

Dokter Bencana

Dokter Budi Laksono, dokter yang satu ini pernah tugas saat Tsunami Aceh tahun 2004, berpenampilan bukan seperti “standart” dokter. Tapi kemampuan dan ilmu medisnya sering digunakan untuk membantu banyak orang dalam musibah bencana alam.

Pemilik Yayasan Wahana Bhakti Sejahtera dan Klinik Budi Husada di Kota Semarang ini, sering kali melibatkan dirinya membantu Bencana Alam baik di Indonesia maupun Luar Negeri.

Misalnya bencana serangan badai Taifun di Filipina. Dan sekarang pun masih membuat progam recovery hunian bagi warga pengungsi di Lombok, NTB.

Menurutnya, salah satu trauma healing dewasa adalah memberikan hunian sementara yang layak, efesien dan efektif.

AB6 House adalah program hunian sementara yang digagasnya sejak Tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Program ini kemudian diperkenalkan kembali bagi warga terdampak bencana di Lombok.

“Satu yang jadi alasan mengapa AB6 House adalah menjadi adult trauma healing yang tidak kalah penting. Tenda umum besar belum solusi komprehensif untuk alasan ini,” papar Budi.

Pengalamannya melihat jemaah haji yang dibuatkan bilik cinta, walau hanya 9 hari di tanah suci adalah bukti kebutuhan aktivitas seksual yang sangat penting dalam bagian adult trauma healing.

Bukti di Lombok, bisa dilihat dari program AB6 House yang dibuatnya menjadi proyek percontohan di Dusun Jugil Barat, Desa Sambik Bangkol, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.

Beberapa keluarga yang dapat rumah hunian model AB6 disekat dan dibuatkan juga kamar pribadi. Bahkan beberapa secara terbuka berterima kasih, karena kebutuhan seksual yang macet sebulan ini bisa dilepaskan.

“Berkat ketulusan seorang akademisi UNDIP bp DR. dr. H. Budi Laksono. MHSc didukung oleh keikhlasan Rotari Club selaku penyandang dana. Hari ini dengan ucapan bismillah, dimulai pembangunan Huntara Kampung Rotari di Dusun Karang Bedil, Desa Gondang, Kecamatan. Gangga, Kabupaten Lombok Utara,” ungkap seorang warga, Udin.

“Itu yang menambah tesis menjadi ilmu, bahwa Rumah Cepat adalah manfaat komprehensif bagi keluarga pengungsi. Bukan saja mulai semua hidup fisiknya, tapi juga psikologis keluarganya,” ungkap dokter Budi.

rumah hunian model AB6

Biaya membuat hunian sementara model AB6 Houses ini hanya membituhkan dana 6 juta. Tetapi untuk modifikasi di Lombok, model rumah AB6 harganya jauh lebih murah karena kayu dan bahan lainnya dari bekas reruntuhan rumah. Sehingga hanya dibituhkan sedikit biaya untuk membeli seng, spandex, triplek, dan bahan lainnya.

“AB6 House relevan, murah dan mudah diaplikasikan sebagai bagian solusi disaster di manapun bila terjadi di Indonesia,” jelas Budi.

Konsep penamaan hunian sementara model AB6 itu sendiri diambil dari nama Ansyori dan Budi. Sementara angka 6 itu berarti waktu pengerjaannya hanya membutuhkan estimasi waktu maksimal 6 jam.

AB6 merupakan konsep model hunian sementara yang berupa miniatur perpindahan kehidupan sosial warga prabencana ke pascabencana. Sehingga dengan begitu, kenyamanan warga hidup dalam huniannya sementara, tidak beRbeda jauh dengan kehidupannya sebelum terjadinya bencana.

Dalam hunian AB6 ini warga yang sebelumnya berdagang barang dan jasa dapat melanjutkan kembali penghidupan ekonominya, agar segera pulih sementara kembali ke dalam kehidupannya seperti sediakala.

Harry




Cerita ‘Bule Gila’ Asal Polandia Jadi Relawan Gempa Lombok

Bencana gempa bumi yang melanda Lombok Utara bukan hanya menimbulkan derita, namun juga memunculkan benih perasaan cinta dan solidaritas kemanusiaan yang tinggi

MATARAM.lombokjournal.com —

Merah putih bendera Indonesia dan putih merah bendera Polandia melampaui “simbol warna”. Keduanya menemukan titik terang di atas tanah Lombok Utara, cinta dua bendera berkibar  pasca gempa melanda bumi Lombok.

Rosa tak pernah menyangka, bencana akan membawanya pada petualangan kemanusiaan  dan  pengalaman rasa di Lombok Utara.

“Saya harus melakukan sesuatu. Saya harus berjalan menemukan banyak hal, bertemu banyak orang dan memberikan manfaat,” ungkap perempuan asal negara Polandia ini.

Rosa memutuskan untuk terbang ke Lombok, terjun langsung menjadi relawan dan membersamai masyarakat terdampak bencana.

“Saya tahu apa yang saya lakukan. Banyak yang mencibir dan melarang, mereka bilang buat apa saya ke Lombok? Hanya mencari bahaya. Tapi saya mencari bahagia, saya mencari arti hidup dengan berbagi dengan sesame,” ungkapnya penuh keyakinan

Rosa mengaku sudah dua minggu lebih berada di Lombok, kemudian ia pun melakukan penggalangan dana di negaranya selain bergabung untuk menjadi relawan bersama Tim Sekolah Relawan di Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara.

“Saya bule gila! Saya kuat!” ungkapnya pada kawan-kawan relawan. Keramahan Rosa dan keunikan tingkahnya membuat kawan-kawan relawan terkagum karena energi positif dan semangatnya yang membara.

“Saya sangat kagum dan mengapreasiasi solidaritas masyarakat. Semua orang datang dari berbagai pulau untuk bersatu menolong Lombok. Unite for humanity. Bersinergi tanpa ada diskriminasi..” ungkap Rosa setelah mengikuti aksi distribusi bantuan bersama Sekolah Relawan.

Tak hanya solidaritas para relawan yang membuatnya kagum, ketegaran dan senyuman para penyintas gempa pun membuat Rosa tak berhenti bersyukur bisa ikut menjadi bagian dari barisan kebaikan.

“Saya tak bisa membayangkan, orang-orang disini sangat tegar dan kuat. Mereka kehilangan banyak hal namun tetap kuat dan tersenyum. Tak ada kata terpuruk, semuanya mencoba untuk bangkit,” katanya

Rosa merasa tersentuh saat ia dan Tim Relawan melakukan distribusi bantuan logistik ke Dusun Pansor Daya. Seorang nenek memberikannya ciuman dan pelukan tulus. Rosa tak bisa menahan haru, cinta dan ketulusan bisa terbangun begitu dekat dan cepat karena satu hal, nilai kemanusiaan.

“Tak ada alasan untuk tidak peduli. Menjaga pikiran positif dan melakukan sesuatu yang berharga untuk sesama adalah keharusan bagi saya. Lombok Utara membuat saya merasa seperti di rumah,” ungkap perempuan yang selalu bangga menyebut dirinya sebagai Bule Gila ini.

Rosa adalah bukti bahwa kemanusiaan mampu menghancurkan segala sekat perbedaan. Di atas tanah Lombok Utara, cinta dua bendera berkibar bersama.

Rosa berharap, kehadirannya bisa memberi warna, menyatukan banyak warna yang berbeda. “Ayo, Lombok, bangkit kembali,” katanya.

“Give me any activities. I am strong,” kata  Rosa, bule asal Polandia ini.

Dia bergabung di pos relawan sejak kemarin, dan dia senang mengakui bahwa dirinya bule gila, tutur Dony Aryanto, Kamis (06/09)

Kepada awak media Journal Lombok, Direktur Sekolah Relawan ini mengungkapkan kekagumannya tentang semangat Rosa saat sejak pertama kali bergabung menjadi relawan di lembaga yang dikepalainya itu.

Harry




Begini Tips Perbaikan Rumah ala Kades Meninting

Pasca gempa bumi yang mengguncang Lombok sejak 29 Juli lalu, sejumlah wilayah di NTB terdampak. Lima ratusan lebih korban jiwa tewas. Sementara ribuan bangunan roboh dan rusak berat akibat kerasnya magnitudo gempa

Tembok retak menganga

Iskandar

LOMBOK BARAT.lombokjournal.com — Warga Desa Meninting, Kabupaten Lombok Barat (Lobar), NTB tak mau larut bersedih, meski rumahnya banyak yang retak menganga akibat diguncag gempa besar termasuk gempa susulan ribuan kali.

Selain tak ingin banyak bergantung dari bantuan pemerintah pusat, mereka pun punya cara tersendiri untuk memperbaiki dinding rumah yang retak.

Kepala Desa Meninting, Iskandar berhasil memeperbaiki rumah yang retak dengan caranya sendiri, dan swadaya. Setelah berhasil mencoba, Kades Meninting berinisiatif menularkan ara yang ditemukannya itu mengajak warganya ‘menjahit’ sendiri dinding tembok rumahnya.

Tentu, menjahit dinding bukan pakai jarum benang, tapi menggunakan besi beton seukuran 3 jengkal. Cara ini lumayan efektif untuk memperbaiki rumah rusak ringan. Kriteria dinding tembok yang bisa dijahit adalah yang sekedar menganga dan tidak sampai bergoyang.

“Kita perbaiki sendiri saja dulu dengan apa yang ada. Insya Allah cara ini kuat kalau sekadar tembok menganga yang masuk kategori rusak ringan dan sedang,” katanya, Rabu (05/08).

Kepada Journal Lombok dikatakannya, untuk perbaikan semacam itu tidak membutuhkan biaya banyak. Dia mencontohkan untuk kerusakan di rumahnya saja yang menganga lebih dari 2 meter, hanya butuh besi beton ukuran 6 sebanyak kurang dari setengah lonjor ditambah beberapa kilogram semen.

“Semennya ndak banyak, sekitar setengah sak. Jadi dah,” ujarnya.

Dia kemudian menjelaskan cara menjahit tembok rumah tersebut. Pertama, bagian kiri kanan yang menganga ini dibor dulu. Ukurannya sekitar sejengkal di kiri, sejengkal di kanan. Jumlah yang dibor menyesuaikan dengan ukuran tembok yang menganga. Makin banyak makin bagus.

Kedua, lanjutnya, antara lubang kiri dan kanan dikaitkan dengan besi beton yang sudah dibengkokkan berbentuk letter U. Agar besi beton tidak nampak, maka ada baiknya dicocor temboknya yang akan dilalui oleh besi beton tersebut. Besi beton ini nantinya berada di dalam tembok dan setelah itu ditutup oleh plesteran agar tidak nampak.

Cara menjahit yang diapatkannya dari youtube itu ditularkan kepada warga Desa Meninting yang rumahnya mengalami kerusakan serupa. Sebab menurutnya, kalau menunggu dana dari pemerintah, tentu akan lama.

“Bagi yang ingin cepat, ayo pakai cara ini. Kami dari pihak desa akan siapkan materialnya,” ujarnya.

Dengan cara itu, lanjut Iskandar, warga pengungsi yang rumahnya rusak ringan, akhirnya berani pulang dan menempati rumahnya lagi.

“Kalau sebagian sudah berani pulang, maka tugas pihak desa bisa lebih ringan. Kita tinggal menjaga pengungsi yang memang tidak bisa pulang karena rumahnya rusak berat,” ujarnya.

Laporan sementara, Iskandar mencatat, sebanyak 650 unit dengan model kerusakan bervariasi. Karena itu dalam waktu dekat ini ia akan segera menyasar rumah-rumah warga di Desa Meninting yang dinding temboknya mengalami kerusakan ringan.

Rumah warga yang masih agak baik akan ditangani terlebih dahulu dengan talangan dana desa dan akan memberdayakan tukang-tukang di desa setempat.

Hari

 

 

Foto dinding bangunan retak




Kaya Inovasi, Desa Saribaye Ingin Juara Provinsi

“Hal yang luar biasa adalah desa ini inovatif. Walau usianya baru 7 tahun, banyak terobosan yang diciptakannya.”

LOMBOK BARAT.lombokjournal.com — Di ujung masa tugasnya, Kepala Desa Saribaye Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Sarawan Sukandani, ingin desa yang dipimpinnya menoreh prestasi.

“Kami ingin seperti orang tua kami (Desa Lingsar,  red) bisa menuju Istana,” ujar Sarawan yang hari ini Senin (03/09) terhitung menjadi akhir tugasnya selaku Kepala Desa untuk periode 2012-2018.

Desa Saribaye ini sedang mengikuti ajang Lomba Desa Terintegrasi Tingkat Provinsi NTB untuk Tahun 2018. Dengan menyisihkan 9 desa lain se- Lobar, Saribaye akan berkompetisi dengan 7  desa lain se Provinsi NTB.

Untuk diketahui, sebelumnya Desa Lingsar yang merupakan desa induk dari Desa Saribaye pernah meraih juara nasional di ajang yang sama tahun lalu. Karena juara, Kepala Desa Lingsar berkesempatan menghadiri undangan dan mengikuti upacara 17 Agustus 2017 di Istana Negara.

“Hal yang luar biasa adalah desa ini inovatif. Walau usianya baru 7 tahun, banyak terobosan yang diciptakannya,” ujar Bupati Lobar H. Fauzan Khalid sambil mendorong pihak penilai bisa objektif memberikan penilaian.

Walau masih muda, desa ini bisa disebut sebagai desa kreatif dan mandiri. Dalam paparannya, Sarawan banyak mengungkapkan potensi desa yang telah mereka manfaatkan guna menarik investor (pihak ketiga, red) menggalakkan ekonomi warga.

“Kami memberdakan potensi untuk menjadi desa wisata. Di sini banyak orang melakukan kegiatan outbound dan rafting,”  papar Sarawan sambil menuturkan akan bekerja sama dengan pihak lain dari Jogjakarta.

Desa ini pun sedang mengkonservasi Hutan Irup sebagai satu-satunya hutan yang ada di wilayah tersebut. Hutan yang ia maksud adalah lahan hutan seluas 36 are lebih, namun masih menyimpan keragaman hayati.

Menurut salah seorang warga, di Hutan Irup masih banyak pepohonan besar dengan diameter lebih dari 1,7 meter dan termasuk jenis pohon langka seperti pohon ara, dao, banyak rimbunan pepohonan bambu.

“Di sana pun masih banyak jenis pohon paku yang besar dan langa,” tutur warga tersebut.

Selain hutan irup, Sarawan pun menggalakkan lorong sayur di setiap gang pemukiman warganya dan saat ini sedang menggalakkan budi daya madu trigona.

Sarawan berangan-angan, madu trigona yang dikembangkan desanya mampu menghasilkan obat-obatan.

Selain sektor ekonomi, Desa Saribaye pun menggalakkan sektor pendidikan. Mereka menghimpun kelompok penyumbang dari warga desa untuk bisa membiayai pendidikan warganya yang kurang mampu. Program tersebut ia beri nama Bismilah yang merupakan akronim dari Bina Insan Saribaye Melalui Ilmu dan Amal Solah.

“Saat ini kami baru mampu memberi beasiswa kepada 6 orang ke perguruan tinggi,” paparnya.

Melihat inovasi yang dilakukan desa ini, Bupati Lobar memberi apresiasi.

“Program tetap harus berjalan. Kita tidak ingin dikatakan lumpuh karena gempa,” pungkas Fauzan sambil meminta desa lain mencontoh semangat yang disuarakan oleh Sarawan.

Di kesempatan berbeda, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi NTB, H.  Azhari menyambut baik terobosan yang dipaparkan Kepala Desa tersebut.

“Luar biasa terobosan yang dilakukan desa ini. Saya kira bisa menjadi nilai tambah dalam penilaian,” ujar Azhari.

Azhari pun menambahkan 3 hal pokok yang merupakan tugas desa yang akan dinilai, yaitu aspek pemerintahan, kewilayahan, dan kemasyarakatan.

“Tim juri akan mengkonfrontir seluruh temuan dan administrasi dengan tiga aspek tugas itu,” pungkasnya.

Hari




Putri Cantik Lahir Di Tenda Pengungsian, Di Hari Kemerdekaan

Tiap ibu ingin proses persalinannya berjalan normal, dan dalam situasi aman, tenang, dan kondusif. Namun manusia hanya mampu mengangankannya. Di tengah gempa yang susul menyusul, ibu itu melahirkan putri cantiknya di tenda pengungsian

Balita di pengungsian

MATARAM.lombokjournal.com —  Ibu Fitriani (23) harus menjalani persalinan dengan dibayangi kekhawatiran guncangan bumi yang terus menerus terjadi.

Dengan dibantu oleh Bidan Sifa’iyyah, Fitriani melahirkan anak keduanya di tenda darurat milik Puskesmas Penimbung, di Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.

Fitriani didampingi suaminya, Ari Susanto (34), melahirkan tepat pada pukul 03.30 di hari Jum’at Tanggal 17 Agustus 2018 lalu. Bayi perempuan itu beratnya 3 kilo gram dan panjang 50 centi meter. Bayi itu adalah anak kedua dari pasangan Ari – Fitri, diberi nama Cantika. Bayi itu cantik secantik namanya.

Kini bayi itu harus hidup di bawah buaian sang ibu di pengungsian. Bersama ayah, abang, dan para tetangga lainnya, Cantika kecil harus mendiami tenda terpal ukuran 2,5 x 6 m.

Saat ditemui di Pos Pengungsian Desa Gelangsar, bayi itu sedang menangis kedinginan. Suara lengkingan kerasnya memaksa sang ibu untuk membaluti tubuh mungilnya dengan kain sarung seadanya.

Menurut Kepala Desa Gelangsar, Abdurrahman, setidaknya ada lima bayi yang lahir di tenda dan saat ini, terpaksa hidup seadanya di pengungsian.

“Rumah mereka sudah hancur. Awalnya cuma rusak ringan, tapi gempa yang terakhir (Ahad, 19 Agustus, red) membuat rumah mereka hancur,” tutur Abdurrahman.

Di Desa Gelangsar, paling sedikit 821 rumah rusak akibat gempa. Rumah-rumah tersebut sudah tidak mungkin mereka perbaiki seadanya lagi karena rusak berat. Sisanya kurang dari seribu rumah masih bisa diperbaiki karena hanya rusak ringan atau sedang.

Hal tersebut terkuak saat Bupati Lobar H. Fauzan Khalid mengunjungi pos pengungsian di bawah bukit itu. Ia hadir sambil membawa beberapa buah tangan yang dibutuhkan para pengungsi.

Cantika dengan 4 bayi lainnya di Desa Gelangsar tidak sendirian. Ada 6.119 bayi lainnya saat ini terpaksa mendiami tenda-tenda terpal yang dibangun orang tuanya dengan seadanya. Angka tersebut menjadi lebih besar lagi bila diakumulasi dengan jumlah balita yang sebanyak 25.290 balita.

Angka tersebut akan semakin bertambah karena saat ini menurut data Dinas Kesehatan Lobar, ada 3.510 ibu hamil yang sedang mengungsi.

Kondisi tersebut membuat Bupati Lobar sangat prihatin.

“Ini salah satu alasan kenapa kita butuh huntara (hunian sementara, red),” ujar Fauzan sambil mengeluhkan respons Pemerintah terhadap usulannya tentang huntara yang belum diterima.

“Bayi-bayi ini yang paling rentan terhadap cuaca,” pungkas Fauzan.

Hari




Aksi Nyata… Pendamping Desa Bangun Posko

Tidak sekadar salurkan bantuan, tetapi juga aksi lain seperti menghibur anak anak pengungsi hingga rumpi remaja putri. Anak-anak pengungsi diajak game dan olahraga yang mengjibur

lombokjournal.com –

MATARAM — Bantuan untuk para korban berupa makanan, minuman dan obat2an telah berdatangan dari berbagai kalangan.

Namun untuk membantu mereka, terutama menyangkut pemulihan trauma atau trauma healing dan mengisi kejenuhan dan edukasi selama di tenda-tenda pengungsian maka dibutuhkan penanganan khusus.

Posko Pengendali Penanganan Bencana oleh Pendamping Desa P3MD Kementerian Desa PDTT yang tersebar di titik-titik strategis dan dekat dengan pengungsi.

Pelayanan yang diberikan tidak sekadar salurkan bantuan, tetapi juga aksi lain seperti menghibur anak anak pengungsi hingga rumpi remaja putri.  anak-anak pengungsi diajak game dan ilahraga yang mengjibur.

Senada dengan arahan Direktur PMD Kemendesa yang menaungi pendamping desa, Ir. Fachri.

“Pendamping Desa hadir untuk fasilitasi, koordinasi dan edukasi bagi warga terdampak gempa. Di posko-posko pengendali tersebut mereka lakukan berbagai kegiatan edukatif bagi masyarakat,” seperti disampaikan M. Fachri, direktur PMD Kemendesa.

Aksi pendamping desa NTB ini diapresiasi juga oleh Konsultan Nasional P3MD, Arwani, M. Labib dan Choiril Akbar yang sedang mensupervisi pendamping desa. Harapannya, bisa jadi rule model bagi pelaku penanganan pengungsi lainnya.

Sementara menurut Tauhid Rifai, koordinator tim, Donasi yang terkumpul dari Tim Pendamping Desa dari berbagai provinsi secara suka rela telah terkumpul per tanggal 13/08/2018 kurang lebih 100 Juta.

“Semua dikelola secara transparan dan akuntabel, sebab ini amanah dari temen-temen pendamping desa, dermawan, termasuk dari staf kemendesa,” kata Tauhid

Ditambahkan oleh Lalu Midiwarman, posko juga sudah dibangun di Lombok Tengah, Lombok Timur, dan tentu Lombok Utara sebagai daerah terdampak parah, jugs dengan yang  kreatif dan edukatif, imbuh Tenaga Ahli infrastruktur Desa dari Pujut itu.

AR




Pasca Gempa Bumi Lombok, Tak Boleh Ada Satu Korban Pun Yang Tak Terurus

Korban gempa di Lombok Utara yang kini berdesak-desakan di tenda pengungsian, sebagian besar tempat tinggalnya ambruk atau sudah tak layak untuk ditempati

Kerusakan kantor di Mataram

 

Lombokjournal.com –  Menteri Sosial, Indrus Maharham, saat mengunjungi tenda-tenda pengungsi Pasca gempa di Lombok Utara pada 5 Agustus, Selasa (06/08), mengungkapkan pada media pesan Presiden Jokowi terkait bencana gempa bumi di Lombok.

“Ini arahan Bapak Presiden, kata Bapak Presiden pastikan semua anak bangsa yang kena dampak dari bencana semua diurusi, tidak ada yang tidak diurusi,” kata idrus saat itu.

Apa yang disampaikan Menteri Sosial di tengah-tengah para pengungsi itu itu menggembirakan. Tapi benarkah pemerintah telah mengurus semua korban bencana gempa bumi magnitudo 7,0 di Lombok?

Jawabnya, tentu saja belum. Memang pemerintah telah bekerja keras. Tak mudah mengurus para korban gempa yang berada di lokasi terpisah, dan tersebar di berbagai lokasi terpencil. Seandainya masalah logistik tertangani, masalah lain segera muncul yang minta segera diurus.

“Penanganan tanggap darurat saat ini diambil alih Pemerintah Provinsi,” kata Plt Kabag Humas Kabupaten Lombok Utara (KLU), Jum’at (10/08).

Memang logistik merupakan masalah utama yang paling depan harus diurus. Namun segera muncul masalah ikutan pasca gempa yang juga mendesak diatasi, misalnya masalah kesehatan pengungsi.

Belum terdata semuanya ribuan rumah-rumah warga yang ambruk.  Korban gempa di Lombok Utara yang kini berdesak-desakan di tenda pengungsian, sebagian besar tempat tinggalnya ambruk atau sudah tak layak untuk ditempati. Juga korban yang masih tertimbun reruntuhan rumahnya atau bangunan lainnya yang masih belum dievakuasi.

Dan jangan dilupakan, hingga kini belum semua desa dialiri  listrik, dan air bersih belum tersedia.

Infrastruktur pemerintah daerah khususnya di Lombok Utara  yang rusak, termasuk jalan utama atau  rusaknya jembatan yang mengubungkan antar daerah di Lombok Utara.

‘’Pelayanan di Lombok Utara bisa dikatakan lumpuh. Sebagian besar kantor pemerintah rusak. Pak Bupati memang menginginkan karyawan pemda segera aktif masuk kantor, bila perlu bekerja di kantor darurat,” kata  Dedy Mujadid, Jum’at

Menurut Dedy, gempa Lombok berkekuatan 7,0 SR benar-benar memporak porandakan Lombok Utara. Disamping akibat yang ditimbulkannya merusak pemukiman penduduk,dan infrstruktur pemerintahan di Lombok Utara,  berdasarkan data yang dihimpun dari camat-camat se Lombok Utara,  per 8 Agustus telah menelan korban 347 jiwa.

“Diperkirakan jumlah korban jiwa terus meningkat. Karena banyak korban tanah longsor dan bangunan ambruk lainnya, belum dievakuasi,” jelas Dedy yang kini harus bersiaga tiap hari di kantornya.

Jumlah korban jwa berdasarkan laporan Camat dan Kepala Desa se KLU yang dilaporkan ke Bupati Najmul Akyar itu, jauh lebih besar dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Karena korban di lokasi terpencil lepas dari catatan BPBD.

Para Pengungsi Makin Gelisah

Perasaan cemas dan gelisah, serta ketidak pastian kini melanda warga yang mengungsi di KLU khususnya, dan warga Lombok umumnya. Sebenarnya, setelah gempa hari Minggu (05/08) berkekuatan 7,0 SR, masyarakat Lombok sempat lega.

Sebab penjelasan BMKG, gempa hari Minggu (29 Juli) 6,4 SR tersebut merupakan main shock (goncangan utama), artinya gempa susulan berikutnya skalanya lebih kecil. Namun apa yang terjadi? Ternyata gempa berikutnya, Selasa (06/08), lebih besar yaitu 7,0 SR yang dampaknya lebih parah.

Demikian juga gempa berikutnya, Kamis (08/08), meski kekuatannya lebih kecil yaitu 6,2 SR namun guncangannya lebih besar.  Di Kota Mataram, gempa susulan tersebut sedikitnya 3 orang meninggal dunia terkena runtuhan bangunan, yakni Erna Wati, Karyawan Citra Mulia, di Cakranegara dekatbpasar buah, meninggal akibat Tertimpa Runtuhan Bangunan.

Korban lainnya, Aisah, Lingk. Pengempel Indah, Kel. Bertais, sandubaya, juga akibat tertimpa runtuhan tembok rumah. Dan Inak Fajariah, di GN Sari yang meninggal dunia tertimpa runtuhan rumahnya.

Ternyata, pihak BMKG mengaku salah memberi informasi terkait penjelasan tentang gempa yang dikategorikan main shock.

Kalau BMKG salah menjelaskan  informasi, terus siapa yang harus dipercaya?

Re




Gladi Bersih MNEK 2018 Di Perairan Lombok

MNEK memperkenalkan Indonesia, utamanya Lombok dengan destinasi wisata dan budayanya

LOMBOK BARAT.lombokjournal.com — Gladi bersih persiapan acara MNEK 2018 di Lombok, Nusa Tenggara Barat dirangkai dengan patroli pengecekan puluhan Kapal Republik Indonesia (KRI) yang sudah bersandar di laut sekitar pelabuhan Lembar, Kamis (03/05).

Gladi bersih persiapan MNEK 2018 ini juga menampilkan atraksi terjun payung dan atraksi pesawat milik TNI AL untuk penyambutan tamu-tamu peserta MNEK 2018.

Acara besar TNI AL yang akan dihadiri oleh 5.500 prajurit angkatan laut dari 37 negara akan mewarnai perairan sekitar pulau Lombok.

“Saya disini melihat Geladi bersih yang dilaksanakan ini untuk mengecek kesiapan sejumlah kapal peserta dan melakukan inspeksi terhadap kapal-kapal yang mengikuti acara MNEK 2018 yang ke-3 ini,” ungkap Asops Kasal Laksda TNI Aan Kurnia, S.Sos.

Selain itu, Aan juga mengungkapkan bahwa acara ini adalah untuk memperkenalkan Indonesia, utamanya Lombok dengan destinasi wisata dan budayanya.

“Dalam acara ini TNI AL akan memperkenalkan wisata dan budaya Lombok,  untuk itu kami memohon doa kepada masyarakat Lombok untuk kesuksesan acara ini karena membawa nama Negara kita, Lombok ini luar biasa oleh karena itu dipilih menjadi lokasi MNEK 2018 ini,” pungkasnya.

AYA




Konvoi Kelulusan Di KLU Berujung Maut

Korban meninggal mengalami luka di kepala, sememtara korban lainnya saat ini sudah dirawat di RSUD KLU

LOMBOKUTARA.lombokjournal.com — Perayaan kelulusan SMA sederajat tahun ajaran 2017-2018 di Lombok Utara, memakan korban jiwa.

Satu orang siswa SMPN 1 Gangga, Sony Rosandia (15), warga Dusun Lekok, Desa Gondang Kecamatan Gangga, meninggal dunia.

Tiga siswa lainnya mengalami luka parah setelah mengalami kecelakaan saat mengikuti konvoi sepeda motor di Desa Dusun Tembobor Desa Medana Kecamatan Tanjung, sekitar pukul 11. 30 Wita, Kamis (3/5).

Kasat Lantas Polres Lombok Utara, Iptu Agus Pujianto mengatakan, kronologi kejadian berawal dari sebuah mobil grand Max dengan nomor polisi BH 9588 AR datang dari arah timur.

Setelah sampai di TKP mobil yang membawa 11 orang penumpang itu oleng ke arah kanan lalu membentur speda motor yang dikendarai korban dan sepeda motor lainnya yang datang dari arah barat.

“Korban meninggal mengalami luka di kepala, sememtara korban lainnya saat ini sudah dirawat di RSUD KLU, masing-masing Nijar Hakiki (15) yang merupakan teman boncengan korban, Fahril Husaini (16), dan Ajib Gunadi (16), semuanya warga Gangga,” katanya.

Semua barang bukti, lanjut Agus, kini sudah diamankan pihak kepolisian. Diantaranya speda motor Suzuki New DR 2689 QH, dan speda motor Honda jenis Vario DR 7149 HG.

“Untuk kerugian materialnya belum bisa ditaksir. Tapi barang buktinya sudah diamankan,” paparnya.

Sopir mobil pickup, Sahdi (43), mengaku ia dan rombongan hendak pulang menuju Lombok Tengah setelah mengambil bahan baku untuk hajatan 9 hari (Nyiwaq.red) dari Dangiang, Kecamatan Kayangan.

“Saya berusaha menghindari siswa yang konvoi, banting setir tapi oleng,” cetusnya.

Dua penumpang mobil pickup mengalami patah tulang dan luka robek, sementara penumpang lainnya hanya mengalami luka ringan. Semua korban berasal dari Kecamatan Janapria Lombok Tengah.

DNU