TVRI NTB Bantu Pemda Sebarluaskan Keunggulan NTB

Diharapkan  TVRI NTB terus membantu menyebarluaskan kebaikan dan keunggulan NTB, termasuk pariwisata, budaya, dan potensi daerah lainnya

LOTENG.LombokJournal.com ~ Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi NTB, Najamuddin Amy menyampaikan apresiasi atas dukungan TVRI NTB dalam menyiarkan berbagai program pemerintah yang positif. 

BACA JUGA : PON XXII Nusa Tenggara, NTB dan NTT Jadi Tuan Rumah

Mengapresiasi atas dukungan TVRI dalam menyiarkan berbagai program pemerintah yang positif.
Najamuddin Amy

Hal itu disampaikannya saat Najamuddin Amy menghadiri Gala Dinner TVRI JABANUSRA di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Lombok Tengah, Rabu (18/09/24)

Najamuddin berharap, TVRI terus membantu menyebarluaskan kebaikan dan keunggulan NTB, termasuk pariwisata, budaya, dan potensi daerah lainnya melalui semua platform yang dimiliki.

Kegiatan Gala Dinner TVRI JABANUSRA dinilai menjadi momentum penting dalam mempererat kerja sama antara TVRI dan Pemerintah NTB dalam mendukung kemajuan daerah.

“Atas nama Pj Gubernur NTB Saya mengucapkan terima kasih kepada TVRI, selama ini sudah menjadi mitra terbaik kami.  Ke depan kami berharap TVRI tetap bantu kami menyiarkan kebaikan dan keunggulan Provinsi NTB,” ujar Doktor Najam  

BACA JUGA : West Indonesia Yacht Rally 2024 di Sumbawa Diikuti 30 Negara 

Di akhir sambutannya Kadis Kominfotik Doktor Najam menyerahkan Piagam penghargaan kepada TVRI, sekaligus penandatangan MoU dengan TVRI untuk keberlangsungan kerja sama ke depan. 

Di lain sisi Direktur Kepala LPP TVRI Stasiun NTB, Drs Saktiono Wahyujati menyampaikan terima kasih kepada Kadis Kominfotik NTB yang sudah menyapa teman-teman TVRI dari luar pada Gala Dinner tersebut. 

BACA JUGA : Yayasan HBK Peduli Gelar Sunatan Massal di Lombok Timur

Dirinya berharap kerja sama yang terjalin kedepan bisa lebih baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat NTB secara luas. pnd/Her

 

 




Prestasi NTB di Ajang MTQ Nasional XXX 2024 Cukup Baik

Prestasi Kafilah NTB pada MTQ Nasional XXX 2024 harus disyukuri, karena kita mendapat capaian yang cukup baik, dan masuk 10 besar nasional

KALTIM.LombokJournal.com ~ Provinsi NTB berhasil menorehkan beberapa prestasi  di ajang MTQ Nasional XXX Tahun 2024 di Samarinda Kalimatan Timur yang dinilai cukup baik. 

Prestasi yang diraih Provinsi NTB harus disyukuri. Beberapa di antaranya bahkan masuk ke dalam 10 besar nasional.

BACA JUGA : West Indonesia Yacht Rally 2024 di Sumbawa Diikuti 30 Negara

Hal itu diungkapkan Karo Kesra Setda NTB, Drs. H. Sahnan, M.Pd, Selasa (17/09/24).

Di antaranya, Provinsi NTB berhasil meraih juara 2 golongan Tafsir Bahasa Arab Putra atas nama Ahmad Masyhun, Ahlul Ulum Abdau HS juga menorehkan prestasi dengan meraih juara harapan 2 dalam golongan Tafsir Bahasa Inggris Putra. 

Di kategori Tilawah Anak-Anak Putra, Ridhwan Rasyid berhasil meraih juara harapan 3. Sementara itu, M. Zaitun Ridwan juga memperoleh juara harapan 3 dalam golongan Tilawah Tuna Netra Putra. 

“Prestasi Kafilah NTB, Pada MTQ Nasional XXX 2024 harus disyukuri, karena kita mendapat capaian yang cukup baik. Beberapa Cabang Masuk 10 Besar Nasional,” jelas H. Sahnan 

BACA JUGA : Program Kerja itu Memandu Kemana Program Menyasar

Karo Kesra Setda NTB juga memaparkan Kafilah NTB berada pada Posisi 18 besar  dari 35 Provinsi Peserta MTQ Se- Indonesia. Prestasi ini dinilai cukup baik, karena Provinsi NTB mengungguli 17 Provinsi lainnya.

Sahnan berharap capaian di tahun 2024 ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan kedepannya.

Ia menyampaikan terima kasih kepada Penjabat (Pj) Gubernur NTB Hassanudin, Sekda NTB H. Lalu Gita Ariadi, dan seluruh pihak yang telah mendukung kontingen NTB dalam MTQ Nasional XXX Tahun 2024 di Samarinda. 

BACA JUGA : Doa 1000 Anak Yatim untuk Kemaslahatan Indonesia

“Capaian tahun 2024 ini, juga sebagai bahan evaluasi kita untuk perbaikan kedepan dan kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pj. Gubernur, Bapak Sekda dan pihak-pihak yang telah memberikan dukungan. Semoga Allah SWT memberikan balasan dengan kebaikan yang berlipat ganda, Aamiinn!” katanya. nov/opik

 

 




MTQ Nasional XXX di Samarinda Kaltim Ditutup

Dalam penutupan MTQ Nasional XXX, Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhajir Effendy mengingatkan pentingnya mengamalkan ajaran Al Quran.

KALTIM.LombokJournal.com ~ Pada penutupan MTQN XXX Tahun 2024, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhajir Effendy bahwa MTQ merupakan upaya strategis dalam membangun karakter dan moral bangsa, khususnya di kalangan generasi muda, Minggu (15/09/24).

BACA JUGA : Program Kerja itu Memandu Kemana Program itu Disasar

Ahmad Masyhun dalam MTQ Nasional XXX di Kaltim meraih juara 2 golongan Tafsir Bahasa Arab
Ahmad Masyhun

“Melalui MTQ ini, kita menyiapkan dan mendidik generasi muda untuk mencintai Al Quran serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” ujar Muhajir Effendy. 

Ia juga mengingatkan pesan Presiden Jokowi tentang pentingnya memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Al Quran.

Wakil Menteri Agama RI, Saiful Rahmat Dasuki, menyampaikan apresiasi atas kelancaran acara berkat kerja keras dan kolaborasi semua pihak. 

“Inovasi digital yang diterapkan dalam proses pendaftaran dan pelaksanaan perlombaan telah meningkatkan akuntabilitas, akurasi, dan profesionalisme, sehingga acara berjalan efektif dan efisien,” kata Saiful Rahmat Dasuki. 

Ia menambahkan bahwa MTQ merupakan langkah penting untuk meningkatkan literasi Al Quran di masyarakat.

Pj. Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, menyampaikan bahwa MTQ adalah momen refleksi dan muhasabah yang mengingatkan kita pada kebesaran Allah. 

BACA JUGA : 500 Pelajar Sumbawa Deklarasi Anti Kekerasan terhadap Anak 

“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan berharap agar jalinan silaturahmi yang terjalin selama MTQ dapat terus dipupuk,” ujar Akmal Malik.

Ketua LPTQ Nasional dan Ketua Badan Wakaf Indonesia, Komaruddin Amin, dalam laporannya menyampaikan harapan agar semua lembaga pengembangan tilawatil Quran terus meningkatkan kualitas pelaksanaan MTQ di masa depan. 

“Kami berharap LPTQ di semua tingkatan meningkatkan sinergi dengan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah daerah untuk mendukung program pembinaan Al Quran,” kata Komaruddin Amin. 

Sekretaris Daerah (Sekda) Drs. H. Lalu Git Ariadi, M.Si ikut menghadiri acara penutupan MTQ Nasional XXX Tahun 2024 di Samarinda Kaltim.  

Provinsi NTB dalam MTQ Nasional XXX di Kaltim ini berhasil meraih juara 2 golongan Tafsir Bahasa Arab Putra atas nama Ahmad Masyhun, Ahlul Ulum Abdau HS juga menorehkan prestasi dengan meraih juara harapan 2 dalam golongan Tafsir Bahasa Inggris Putra. 

Di kategori Tilawah Anak-Anak Putra, Ridhwan Rasyid berhasil meraih juara harapan 3. Sementara itu, M. Zaitun Ridwan juga memperoleh juara harapan 3 dalam golongan Tilawah Tuna Netra Putra. 

BACA JUGA : Muhammad Zohri Pecahkan Rekor PON XXI Aceh Sumut

“Pencapaian ini menegaskan keunggulannya dalam memahami dan menginterpretasikan teks berbahasa Arab,” tuturnya. ***

 

 




Muaythai NTB Target Dua Emas, Tiga Atlet Ke Final PON XXI

Muaythai menargetkan dua medali emas pada multievent olahraga empat tahunan tersebut pasca mendapatkan medali pada kejuaraan yang digelar di Bali Mei lalu

PALANGKARAYA.LombokJournal.com ~ Cabang Olahraga (Cabor) Muaythai meloloskan tiga atlet ke partai final. Mereka adalah Feri Irawan kelas 45 kg (U23), Gunawan di kelas 51 kilogram (elite), dan Ardiansyah di kelas 67 kilogram (elite) sedangkan empat atlet lainnya gagal. 

Cabang olahraga (cabor) Muaythai NTB memang berhasrat memaksimalkan prestasi
Mori Hanafi bersama atlet Muaythai NTB

Dengan hasil ini, target dua emas diharapkan terwujud. 

BACA JUGA : Relawan Rohmi-Firin Menyemut Sambut Ummi Rohmi di Taliwang

“Alhamdulilah atlet kita sudah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan di partai semifinal. Tiga atlet kita sudah kunci tiket final. Hebatnya lagi, Ardian menang Knock-out (KO),” jelas Pelatih Muaythai NTB Indra Gunawan, Senin (09/09/24) di Bale Meuseuraya Aceh (BMA), Senin (9/9). 

Cabang olahraga (cabor) Muaythai NTB memang berhasrat memaksimalkan prestasi mereka di PON Aceh – Sumatera Utara XXI/2024. 

Muaythai NTB menargetkan dua medali emas pada multievent olahraga empat tahunan tersebut pasca mendapatkan medali pada kejuaraan yang digelar di Bali Mei lalu. Saat itu delapan atlet yang diturunkan mendapatkan medali. 

Terdiri dari tiga medali emas dan enam medali perak. Medali emas disumbangkan Ardiansyah, Feri Irawan, dan Gunawan. Sedangkan enam atlet lainnya meraih medali perak.

BACA JUGA : Tegakkan Demokrasi Sehat di Pilkada Loteng 2024

Target dua medali emas ini berdasarkan hasil Pra-PON yang sudah dijalani pada Agustus 2023. Saat itu delapan atlet muaythai NTB meraih medali dan lolos ke PON Aceh-Sumatera Utara XXI/2024. Mereka meraih satu emas, satu perak, dan enam perunggu.

”Satu emas tentu kita pertahankan dari hasil Pra-PON. Satu emas lainnya dari medali perak kita genjot ke emas,” katanya.

Target dua medali emas itu optimis diraih melihat perkembangan atlet selama menjalani pelatda juga sangat bagus yang menjadi modal penting untuk tampil maksimal di final nanti ditambah kemenangan hari ini. 

BACA JUGA : Karya Puisi yang Lahir Dari Proses Gotong Royong 

Ketua KONI NTB H Mori Hanafi yang turut menyaksikan pertandingan mengaku semakin bersemangat melihat penampilan seluruh atlet Muaythai NTB yang berjuang keras di atas ring, termasuk peran Pelatih yang juga dinilai sangat vital dalam kemenangan.jm

 

 




Kafilah MTQ Nasional NTB Meriahkan MTQ Nasional di Kaltim

Malam Pawai Ta’aruf MTQ Nasional ke-30 di Kaltim diikuti wakil Kafilah dari seluruh Indonesia, termasuk dari NTB

PALANGKA RAYA.LombokJournal.com ~ Tanda dimulainya rangkaian pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Qur’an Nasional (MTQN) XXX di Kalimantan Timur (Kaltim), sebanyak 26 kafilah dari berbagai provinsi di Indonesia mengikuti Pawai Ta’aruf. Ribuan warga Kaltim memadati Jalan KH Abdurrasyid, Samarinda, untuk menyaksikan parade Pawai Ta’aruf, Sabtu (07/09/24). 

BACA JUGA : Karya Puisi yang Lahir dari Proses Gotong Royong

Pawai yang diikuti para Kafilah dari seluruh Indonesia ini juga diikuti anak-anak usia sekolah, remaja dan masyarakat umum

Pawai yang diikuti para Kafilah dari seluruh Indonesia ini juga diikuti anak-anak usia sekolah, remaja dan masyarakat umum. Rute dimulai dari Jalan Kusuma Bangsa menuju ke arah Jalan Agus Salim lanjut ke Jalan KH Abdurrasyid, Jalan Awang Long dan berakhir di Jalan Gadjah Mada depan Kantor Gubernur Kaltim.

“Para peserta Pawai Ta’aruf memulai perjalanan dari garis start di depan GOR Segiri dan berjalan kaki hingga tiba di Jalan Gadjah Mada yang menjadi lokasi akhir,” ujar Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kaltim, yang juga Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Sri Wahyuni.

BACA JUGA : Rakor Lintas Sektoral, Persiapan Event MotoGP 2024

Parade pawai tersebut disaksikan langsung oleh Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, sejumlah gubernur di Indonesia, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama se-Indonesia, Ketua LPTQ se-Indonesia, Konsulat Malaysia, serta tamu undangan lainnya.

Pawai Ta’aruf yang digelar menjadi awal rangkaian MTQ Nasional di Provinsi Kaltim diikuti perwakilan kafilah dari seluruh provinsi se-Indonesia. Pawai Ta’aruf menampilkan hiburan musik gambus, karnaval kendaraan hias dan penampilan memukau dari seluruh kafilah. 

BACA JUGA : Tegakkan Demokrasi Sehat di Pilkada Loteng 2024

Nampak para warga antusias menyaksikan dan berpartisipasi dalam Pawai Ta’aruf ini demi memperkenalkan dan menyambut para tamu kafilah dari berbagai daerah. ***

 

 




Malam Ta’aruf MTQ Nasional 30 di Kalimantan Timur 

Pj Gubernur Kaltim menyambut hangat Kafilah dari seluruh Indonesia dalam Malam Ta’aruf MTQ Nasional 

PALANGKARAYA.LombokJournal.com ~ Malam Ta’aruf MTQ Nasional  30 tahun 2024 di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), digelar di Pendopo Odah Etam, Sabtu (07/09/24). 

BACA JUGA : Relawan Rohmi-Firin Menyemut Menyambut Ummi Rohmi di Taliwang

Malam ta’aruf MTQ Nasional ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan momen untuk terus menebarkan benih cinta Al-Qur’an
Pj Gubernur Kaltim

Dari NTB yang menghadiri gelar Malam Ta’aruf MTQ Nasional ke 30, yakni Asisten 1 Pemerintahan dan Kesra Setda NTB Drs. H. Fathurrahman, M.Si,  bersama Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial  dan Kemasyarakatan  Izzuddin Mahili  serta Kepala Biro Kesra Drs, H. Sahnan, M.Pd 

Seluruh Kafilah dari seluruh Indonesia dalam Malam Ta’aruf MTQ Nasional ke 30 Kaltim, disambut hangat Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Akmal. 

Acara Malam Malam Ta’aruf MTQ Nasional ini menandai awal rangkaian gelaran nasional yang telah puluhan tahun diadakan tersebut.

“Alhamdulillah, selaku tuan rumah dengan penuh rasa bahagia dan ketulusan hati, Kami (Kaltim) menyambut kehadiran seluruh Kafilah di Provinsi Kaltim,” ungkap Akmal penuh rasa syukur.

Pj Akmal juga menuturkan bahwa malam ta’aruf MTQ Nasional ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan momen untuk terus menebarkan benih cinta Al-Qur’an.

BACA JUGA : Karya Puisi yang Lahir dari Proses Gotong Royong

“Ini adalah momen yang istimewa. Kita bisa saling mengenal dan mengakrabkan diri.Pagi sudah dimulai dengan pawai.Kita menjadi saksi perjalanan Qori dan Qoriah yang mengharumkan bangsa,” lanjut Akmal.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Prof Dr Phil Komaruddin Amin pun berharap MTQN di Kaltim menjadi MTQN terbaik dan mampu menghasilkan Qori juga Qoriah terbaik, yang akan mewakili Indonesia pada ajang MTQ internasional.

Melalui ajang MTQN, tambahnya, Komaruddin Amin mengajak seluruh kafilah untuk berlomba- lomba merefleksikan kecintaan dan keahlian dalam memahami Alquran.

“Semoga MTQ Nasional ke 30 ini dapat membawa berkah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik kedepannya,” ujarnya.

Nampak hadir dalam malam Malam Ta’aruf MTQ Nasional tersebut, Sekretaris Daerah Kaltim Sri Wahyuni, mantan Menteri Agama RI Said Agil Husin Al Munawar, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta KH Nazaruddin Umar, para Dewan Hakim Pusat dan daerah, para gubernur dan perwakilan kafilah MTQN se Indonesia. 

BACA JUGA : Wastra Tenun dan Kriya Harapan Ekonomi Berkelanjutan

Pimpinan Perangkat Daerah Kaltim salah satunya Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kaltim, dan Forkopimda, Kakanwil Kemenag dan Ketua LPTQ se Indonesia, serta jajaran tamu undangan lainnya. ***

 

 

 




Menulis Sejarah Tanpa Keilmuan Akademi (5 – habis)

Dalam perjalanan merangkai fakta untuk menulis sejarah perjuangan Polri, Arif Wahjunadi tertuju pada peristiwa penting tanggal 21 Agustus 1945, Proklamasi Polisi Republik Indonesia

LombokJournal.com ~ Ketika melakukan penelitian untuk menulis sejarah jejak perjuangan Polri, Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi awalnya hanya berangkat dari pertanyaan sederhana. Kapan Kepolisian Negara Republik Indonesia pertama kali ada? Apa saja peristiwa yang dapat mengungkap mengenai hal ini? 

Menurut Arif, dua pertanyaan ini kerap menjadi tantangan baginya untuk menemukan jawabannya. 

BACA JUGA : Hari Juang Polri, Kapolri Sapa Penggagas Hari Juang (1)

Komjen. Pol. Arif Wachjunadi ini, kita seperti diantar untuk membuka jendela sejarah jati diri Kepolisian Republik Indonesia yang sesungguhnya
Arif Wahjunadi bersama Jend Pol (Pur) Suroyo Bimantoro

Jauh sebelum menulis sejarah perjuangan Polri (bahkan sejak menjadi Kapolda NTB tahun 2010), ia sudah mulai dihadang pertanyaan itu. Kemudian berlanjut saat menjadi Kapolda Bali 2013, ia lalu mengumpulkan data dan informasi tentang hal ini. 

Ketertarikannya untuk menelusuri dan menulis sejarah jejak perjalanan perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) datang dari keinginan untuk melengkapi dan “memperkaya” sumber daya manusia yang ada di Polri. 

Banyak Polisi yang tidak hanya mengembangkan karir sebagai Polisi profesional melainkan juga ahli dalam bidang lainnya. 

“Hal ini penting untuk merespon peluang di era globalisasi yang membutuhkan tidak hanya Polisi profesional saja melainkan juga Polri harus memiliki Polisi berkarakter pejuang dengan wawasan yang mumpuni,” ungkapnya. 

Sejak itulah ia tekun dan serius melakukan penelitian. Dalam perjalanannya merangkai-rangkai fakta untuk menulis sejarah Polri inilah, ia kemudian berhenti pada peristiwa penting yang terjadi tanggal 21 Agustus 1945, Proklamasi Polisi Republik Indonesia. Dari sanalah, dengan segala dinamika suka dukanya tantangan dan dilema yang tidak mudah, ia kukuh dengan terus fokus memperjuangkan Hari Juang Polri. 

Seluruh data, informasi dan dokumen yang merupakan hasil risetnya, ia catat dan kumpulkan dalam dua buku yang pada akhirnya mendorongnya menulis sejarah lahirnya Hari Juang Polri. Ia menulis sejarah tanpa keilmuan sejarah secara akademis.

BACA JUGA : Proklamasi Polisi Republik Indonesia dan Hari Juang (2)

Meski tidak memiliki latar belakang keilmuan sejarah secara akademis, dalam menulis buku Arif Wachjunadi terbilang detil dan komprehensif. Penelitian-penelitian lapangan juga literasi yang dilakukannya selama 14 tahun, sangat serius dan menjangkau semua sumber-sumber informasi dan dokumen yang dibutuhkan. 

Beberapa akademisi dan ahli sejarah yang turut memberi sambutan dalam buku karyanya berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Sejarah Perjuangan Polri, mengakui ketekunan, keuletan dan dedikasinya. 

“Komjen Drs. Arif Wachjunadi memang tidak memiliki latar belakang keilmuan sejarah, tetapi beliau memiliki kecintaan yang besar dan kepedulian terhadap lembaganya, sehingga mendorongnya untuk melakukan dengan sungguh-sungguh berbagai langkah dan tahapan ‘penelitian sejarah’ sebagaimana yang biasa dilakukan seorang peneliti sejarah professional, atau bahkan mungkin melampuinya. Ini merupakan capaian luar biasa, buku setebal ini tidak mungkin bisa terwujud tanpa melalui sebuah proses kerja keras yang panjang penuh dengan ketekunan, keuletan, dan dedikasi yang tinggi dari penulisnya,” ungkap Dr. Abdul Wahid, M.Hum., M.Phil., Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Prof. Dr. Der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri, Dsc., Rektor UI 2007-2013 dan juga Anggota Senat Akademik PTIK/STIK, turut memberi apresiasi atas karyanya yang bernas ini. 

“Kami sebagai sosiolog yang cukup lama berkecimpung di dunia Kepolisian, terutama sebagai dosen di S3 Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian; menyambut gembira hadirnya buku ini. Buku yang ditulis apik ini, didukung data sekunder dan primer yang bernas,” kata Prof. Dr. Der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri. 

Demikian pula dengan ahli sejarah, Prof. Anhar Gonggong, yang mengakui ketekunan dan kreativitasnya.

“Tentu saja hasil karya dari Komjen. Arif ini patut mendapat, tidak hanya ucapan selamat atas karyanya itu, melainkan juga patut mendapat apresiasi yang tinggi. Komisaris Jenderal (Komjen) Arif Wachjunadi kembali menunjukkan ketekunan-kreativitasnya dalam bentuk penulisan sebuah buku tentang perjalanan hidup dari lembaga negara: Kepolisian Negara Republik Indonesia (RI),” kata Prof. Anhar Gonggong. 

Tidak ketinggalan Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, turut memberi apresiasi atas karya tersebut. 

“Saya mengapresiasi kegigihan dan keseriusan penulis untuk terus menyempurnakan buku sejarah perjalanan perjuangan Polri ini, dengan rajin mendatangi berbagai tempat dan narasumber yang bisa mengungkap setiap detil keberadaan Polri. Juga banyak meminta saran serta masukan dari berbagai pihak, termasuk saya. Setidaknya dua kali Penulis bertemu saya untuk berdiskusi,” ungkap Bambang Soesatyo.

BACA JUGA : Sejarah Proklamasi Polisi Bermula dari Tokubetsu Keisatsutai 

Apa yang dilakukan Arif Wachjunadi, tidak hanya mendapat sambutan baik dari kalangan ahli dan akademisi, melainkan datang juga dari Jenderal TNI Try Sutrisno.

“Kerja keras dalam mewujudkan buku ini, tentu saja tidak mudah dilakukan oleh Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi. Tak terhitung waktu dan tenaga, tentunya dengan kesabaran dan keikhlasannya secara terus menerus sepanjang satu windu, untuk bisa mewujudkan buku yang bisa menjadi pedoman tidak hanya bagi Polri melainkan juga bagi masyarakat luas, khususnya terkait sejarah Polri. Oleh sebab itu, Polri patut berbangga dan harus merasa beruntung memiliki Komjen. Pol. Arif Wachjunadi, yang telah dengan tekun menyusun buku bernuansa sejarah dengan rapi dan runut ini,” kata Try Sutrisno. 

Begitu pula para seniornya yang nota bene adalah Kapolrii di masanya, yang turut memberi apresiasi atas lahirnya buku karyanya. Sebut saja Jenderal Polisi Purnawirawan Suroyo Bimantoro yang menyebutnya sebagai sosok yang langka. 

“Menurut saya, Komjen. Pol. (P) Arif Wachjunadi adalah seorang yang langka, di tengah kelangkaan pecinta sejarah, khususnya pada sejarah institusi Polri yang dia dan kami cintai.Kelebihan dia dari yang lain, dia bukan hanya memiliki minat tetapi mendalami, meneliti dan lebih hebat lagi menuliskan dalam sebuah buku,” ungkap Bimantoro. 

Jenderal Polisi Purnawirawan Bambang Hendarso Danuri, juga mengatakan bahwa karya ini membuka sejarah jati diri Polri. 

“Membaca karya buku berjudul; Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia Jilid 2, yang ditulis oleh Komjen. Pol. Arif Wachjunadi ini, kita seperti diantar untuk membuka jendela sejarah jati diri Kepolisian Republik Indonesia yang sesungguhnya. Bahwa Polri itu pejuang yang gigih dan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan itu dicatat secara cermat selama lebih kurang delapan tahun oleh penulis melalui berbagai penelitian, baik lapangan maupun literasi yang terkait langsung dengan sejarah Polri,” kata BHD.

Polri patut berbangga memiliki Komjen. Pol. Arif Wachjunadi, yang telah dengan tekun menulis sejarah dengan rapi dan runut ini
Arif Wahjunadi dan Bambang Soesatyo

Demikian banyak apresiasi yang diberikan atas karya-karyanya dimaknai Arif sebagai perhatian banyak pihak kepada Polri, sebab ia menulis sejarah itu atas kecintaannya kepada institusi Polri. 

BACA JUGA : Wasta Tenun dan Kriya Harapan Ekonomi Nerkelanjutan

Selain menulis sejarah Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Sejarah Perjuangan Polri (buku ini adalah buku ke 2 dari seri Hari Juang Polri), sebelumnya ia juga menulis buku pertama berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Polri (Buku pertama) dan buku ke tiga berjudul Hari Juang Polri. nik

 

 




Merawat Keyakinan Menuju Sejarah Baru Polri 

Keteguhannya merawat keyakinan di balik terwujudnya Hari Juang Polri, akhirnya tahun 2024 ini diperingati pertama kali oleh institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia

LombokJournal.com ~ 14 Tahun Berjuang Menuju Hari Juang Polri, Merangkai Peristiwa Sejarah Perjuangan Peran Polisi Istimewa, merupakan momentum  penting dalam mengungkap sejarah Kepolisian Negara Republik Indonesia. 

Merawat keyakinan bahwa Polri adalah pejuang lebih karena dalam fakta sejarahnya ada peristiwa istimewa Proklamasi Polisi Republik Indonesia yang terjadi pada tanggal 21 Agustus 1945.

BACA JUGA : Hari Juang Polri, Kapolri Sapa Penggagas Hari Juang (1)

Merawat keyakinan bahwa Polri adalah pejuang lebih karena dalam fakta sejarahnya ada peristiwa istimewa Proklamasi Polisi Republik Indonesia
Arif Wachjunadi bersama Prof. Awaluddin Djamin (alm) tahun 2013

Peristiwa itu terjadi 79 tahun silam. Sangat lama. Sejak itu, belum ada seorang pun, baik di dalam maupun di luar institusi Polri, yang secara intensif fokus membicarakan tanggal penting ini. 

Di dalam institusi kepolisian sendiri, tanggal 21 Agustus hanya dikenal sebagai pengetahuan umum bahwa pada tanggal tersebut ada peristiwa Proklamasi Polisi. Tidak lebih. 

Bahkan, tidak banyak Polisi (khususnya generasi Polri masa kini) yang mengetahui adanya peristiwa ini. Sampai pada tahun 2010, muncul pemikiran untuk menseriusi tanggal tersebut untuk mendorongnya menjadi sejarah baru bagi Polri. 

Bagaimana tidak, fakta-fakta sejarah mengungkap bahwa heroisme Polisi Istimewa dalam peristiwa Proklamasi Polisi Republik Indonesia itu, tak bisa dimungkiri menjadi sejarah sangat penting bagi Polri. 

Inilah sosok yang tak henti merawat keyakinan tentang peristiwa yang menegaskan kuatnya semangat juang Polri. Figur yang jadi tokoh penting di balik Hari Juang Polri, yang pada tahun 2024 ini diperingati pertama kali oleh institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia. 

Komjen. Pol. (Pur) Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri, yang pertama kali sejak tahun 2010 berjuang mendorong terwujudnya Hari Juang Polri. Ia mulai menggagas Hari Juang Polri ketika menjadi Kapolda Nusa Tenggara Barat, tahun 2010. 

Dan serius mulai melakukan penelitian pada tahun 2013, ketika menjadi Kapolda Bali. 

BACA JUGA : Proklamasi Polusu Republik Indonesia dan Haru Juang (2)

“Terima kasih Polda NTB, telah memberi saya inspirasi kala itu,” ungkap Arif, tentang keteguhannya merawat keyakinan semangat juang di kalangan Polisi Indonesia. 

Arif Wahjunadi menyampaikan itu saat menjadi narasumber pada acara Sarasehan dan Syukuran Hari Juang Polri, yang diselenggarakan di Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, Selasa (20/08/24).

Sejak itu, secara terus menerus dan intensif berlanjut dalam proses dan dinamika penelitian panjang (baik literasi maupun lapangan), dipenuhi tantangan yang tidak mudah. 

Selama 14 tahun (2010-2024), tanpa kenal lelah, merawat keyakinan pentingnya mewujudkan semangat juang di lingkungan Polri.

Arif tak henti-hentinya berjuang dari satu forum ke forum lainnya (dalam dan luar institus Polri), mendatangi puluhan narasumber utama, pakar-pakar serta sejarawan-sejarawan dan tokoh-tokah lainnya yang paham terkait perjuangan Polisi Istimewa. 

Ia juga melakukan penelitian dari satu wilayah ke wilayah lainnya yang menyimpan sejarah Polri di seluruh Indonesia, membongkar naskah-naskah serta dokumen (yang berkaitan dengan masa penjajahan Jepang di Indonesia) di Arsip Nasional dan Perpustakaan Nasional RI, sampai ke perpustakaan-perpustakaan yang berada di Jepang. 

Bahkan ia mengunjungi Konjen Jepang di Makassar dan Surabaya untuk menemukan dokumen terkait Tokubetsu Keisatsutai ini. Ia juga terbang mengunjungi Pearl Harbor yang diserang Jepang Jepang pada Desember tahun 1941 yang menjadi pemicu masuknya Jepang ke Asia khususnya Indonesia. 

Dari sinilah Jepang membentuk Polisi yang diambil dari pemuda-pemuda pribumi. 

14 tahun, bukan waktu sebentar bagi Arif Wachjunadi, yang dalam perjalanannya ini banyak dihadang kendala dan tantangan yang tidak mudah. Namun, semangat dan tekadnya untuk menghadirkan sejarah baru bagi Polri tak pernah padam. Ini dilakukannya, agar seluruh generasi Polri tidak putus dengan sejarahnya (khususnya terkait Proklamasi Polri). 

“Karena saya mencintai Polri, jadi suka duka serta kendala dan tantangan selama 14 tahun itu adalah pelajaran penting bagi saya,” ungkapnya ketika ditemui di Sirkuit Mandalika Lombok, Kamis (07/08/24) lalu

Uniknya, Arif bukanlah ahli sejarah, bahkan ia tidak memiliki latar belakang akademis sebagai ahli sejarah. Tekad dan kemauannya yang kuat, ia implementasikan dalam penelitian-penelitian mendalam sambil menjalankan hobinya sebagai seorang pencinta motor besar. 

Maka dalam setiap perjalanannya melintasi berbagai tempat di Indonesia (dari Sabang sampai Merauke), ia sempatkan diri untuk mampir ke tempat-tempat yang menyimpan sejarah Polri. 

Proses panjangnya selama 14 tahun tersebut, bahkan telah melahirkan tiga buku penting bagi Polri, yang memuat sejarah perjalanan Polri, yang kemudian menjadi pendorong kuat menuju Hari Juang Polri. 

Dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Risalah Pustaka tersebut memuat tentang fakta-fakta sejarah serta alasan-alasan yang menjadi landasan valid mengapa tanggal 21 Agustus layak diperingati sebagai Hari Juang Polri. 

BACA JUGA : Sejarah Proklamasi Polisi, Bermula dari Tokubetsu Keisatsuitai

Dinamika 13 alasan dan fakta-fakta sejarah ini terdokumentasikan dalam dua buku, berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Kepolisian Negara RI (terbit 2016) dan Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Kepolisian Negara Republik Indonesia (terbit 2023). 

Dan pada buku ke tiga berjudul Hari Juang Polri, memuat puncak dari perjuangannya, yakni alasan ke 14 yang menguatkan sekaligus mensahkan seluruh hasil penelitian yang melengkapi perjuangan selama 14 tahun tersebut, yakni terbitnya Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: Kep/95/I/2024, tanggal 22 Januari 2024, tentang Hari Juang Polri. 

Maka dengan itu, mulai tahun 2024 ini, institusi Polri tidak hanya memperingati 1 Juli sebagai Hari Bhayangkara, melainkan juga, untuk pertama kalinya secara resmi akan memperingati Hari Juang Polri pada tanggal 21 Agustus 2024.

14 tahun Aruf Wahjunadi  merawat keyakinan menuju sejarah baru Polri. Dan setelah 79 tahun kemudian, peristiwa tanggal 21 Agustus 1945 akhirnya mewujud Hari Juang Polri. 

Atas perjuangan dan kerja kerasnya ini, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, saat menyapanya dalam sambutan Sarasehan dan Syukuran Hari Juang Polri, (20/08/24) di Gedung Graha Bhara Daksa Polrestabes Surabaya, menyematkan predikat kepadanya sebagai penggagas Hari Juang Polri. 

“Hadir pula Wakil Ketua Umum 1 PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komjen. Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, penggagas Hari Juang Polri,” sapa Kapolri yang disambut tepuk tangan seluruh undangan yang hadir malam itu. 

Dalam kesempatan wawancara khusus dengan LombokJournal.com, usai menjadi narasumber sarasehan, bagi Arif, terwujudnya Hari Juang Polri ini, tidak sukses karena perjuangannya sendiri, melainkan ia didukung penuh oleh para Kapolri di masanya. 

Merawast keyakinan, Arif Wachjunadi melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional RI
Komjen Pol (Purn) Arif Wahjunadi

Mulai dari Jenderal Polisi Purnawirawan Prof. Awaluddin Djamin, Jenderal Polisi Purnawirawan Suroyo Bimantoro, Jenderal Polisi Purnawirawan Bambang Hendarso Danuri, Jenderal Polisi Purnawirawan Da’i Bachtiar dan lainnya hingga Ketua PKBB (Paguyuban Keluarga Besar Brimob) Komisaris Jenderal Polisi Imam Sudjarwo. 

Ada pula para ahli sejarah seperti Prof. Aminuddin Kasdi dan Prof. Anhar Gonggong dan akademisi-akademisi dari universitas-universitas ternama tanah air, antara lain Prof. Gumilar Soemantri Rektor UI 2007-2013, DR. Abdul Wahid dari UGM. Serta masih banyak dukungan lainnya, salah satunya datang dari Ketua MPR RI, Bambang Seosatyo, termasuk Jenderal TNI Purnawirawan Try Sutrisno.

“Terwujudnya Hari Juang Polri, karena dukungan penuh dari banyak pihak khususnya para Kapolri pada masanya, tokoh serta pakar sejarah, akademisi, hingga pelaku-pelaku saksi-saksi sejarah lainnya. Terima kasih kepada Kapolri dan semua pihak yang mendukung terwujudkan Hari Juang Polri,” ungkap Arif menutup wawancara. nik

 

 




Sejarah Proklamasi Polisi, Bermula dari Tokubetsu Keisatsutai (3)

Penggagas dan pencetus Hari Juang Polri, Komjen Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, mengungkapkan suatu peristiwa yang kemudian jadi tonggak sejarah Hari Juang Polri

LombokJournal.com ~ 

“Oentoek bersatoe dengan rakjat dalam perdjoeangan mempertahankan Proklamasi 17 Agoestoes 1945, dengan ini menjatakan Polisi Istimewa sebagai Polisi Repoeblik Indonesia.”

Soerabaja, 21 Agoestoes 1945                                                                                                                                                                                                                                                                                 

Atas Nama Seloeroeh Warga Polisi                                                                                                                                                                                                                                                              Moehammad Jasin – Inspektoer Polisi Kelas I

“Begitulah bunyi kebulatan tekad Polisi Istimewa yang menyatakan dirinya sebagai Polisi Republik Indonesia, dalam Proklamasi Polisi Republik Indonesia tanggal 21 Agustus 1945,” ungkap Komjen Pol. Purnawirawan Arif Wachjunadi, menyampaikan nukilan sejarah Proklamasi Polisi Republik Indonesia. 

BACA JUGA : Hari Juang Polri, Kapolri Sapa Penggagas Hari Juang Polri (1)

Komjen Pol. (Purn) Arif Wachjunadi merupakan penggagas dan pencetus Hari Juang Polri. 

Proklamasi Polisi ini sejarah yang bermula dari Tokubetsu Keisatsutai, yang merubah nama menjadi Polisi Istimewa
Prof. Aminuddin Kasdi (kiri), dan Arif Wahjunadi

Setelah 79 tahun berlalu, peristiwa perjuangan yang menjadi sejarah penting bagi institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia, akhirnya diabadikan sebagai Hari Juang Polri. 

Peristiwa sejarah itu adalah Proklamasi Polisi Republik Indonesia, tanggal 21 Agustus 1945 yang dilakukan oleh Polisi Istimewa, di bawah pimpinan Inspektur Polisi Kelas Satoe M. Jasin. Proklamasi Polisi ini sesungguhnya bermula dari Tokubetsu Keisatsutai, yang merubah nama menjadi Polisi Istimewa. 

Lahir pada bulan April tahun 1944 dengan nama Tokubetsu Keisatsutai, Polisi bentukan Jepang di masa penjajahannya di Indonesia ini, lalu mengganti nama menjadi Polisi Istimewa pada tanggal 18 Agustus 1945. 

Pada masa Jepang bernafsu menguasai Asia di penghujung perang dunia ke II, pemuda-pemuda pribumi (baca-Indonesia) dengan kualifikasi terbaik, sengaja direkrut dan dilatih dengan kamampuan tempur militer demi mendukung Jepang memenangkan perang Asia Timur Raya. 

Sebelum masuk ke Indonesia pada Januari 1942, Jepang terlebih dahulu mengobarkan perang setelah meluluhlantakkan Pearl Harbor (Pangkalan Militer Angkatan Laut Amerika Serikat di Hawaii) pada tanggal 7 Desember 1941. 

Jepang melancarkan dua kali aksi penyerangan brutal yang dilakukan secara tiba-tiba di pagi buta. Serangan ke Pearl Harbor ini kemudian menjadi pemicu terbakarnya Perang Dunia ke II yang melibatkan begitu banyak negara di dunia. Hancurnya pangkalan militer ini, tak pelak menjadi pukulan berat bagi Amerika Serikat. 

Ketika Perang Asia Timur Raya atau yang dikenal dalam sejarah sebagai Perang Pasifik berkobar pada tahun 1941-1945, Indonesia masuk dalam pusaran Perang Dunia ke II yang membakar seluruh dunia itu. 

Sukses menghancurkan salah satu kekuatan militer Amerika Serikat di Pearl Harbor, Negeri Matahari Terbit percaya diri. Invansi ke Asia pun berjalan mulus, termasuk Indonesia. 

“Di momentum inilah Jepang mulai merekrut anak-anak muda pribumi untuk dijadikan Polisi dengan nama Tokubetsu Keisatsutai, yang akan mendukung Jepang memenangkan perang Asia Timur Raya,” kata Arif.   

Penulis buku berjudul Pearl Harbor Hiroshima Nagasaki Jejak Perjalanan Perjuangan Polri ini mengungkapkan, serangan mendadak dan mengejutkan yang dilakukan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada Amerika Serikat di bawah perintah Laksamana Madya Chuichi Nagumo, terhadap pangkalan Militer Amerika  di Pelabuhan Mutiara ini adalah langkah preventif Jepang untuk mencegah Amerika ikut campur atas ekspansi mereka di Asia Pasifik. 

BACA JUGA : Proklamasi Polisi Republik Indonesia dan Hari Juang (2)

Karena saat itu Jepang sudah merancang penguasaan atas wilayah-wilayah jajahan Inggris, Amerika dan Belanda di Asia Tenggara demi mengamankan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh Jepang. 

Berdasarkan laporan surat kabar Berita Oemoem tanggal 3 April 1942 yang mengulas tentang sejarah Perang Pasifik ini menulis bahwa di hari penyerangan Jepang atas armada Amerika di Pasifik itu, sebagian besar Armada Amerika seketika lenyap dari pandangan mata. Satu persatu kapal perang Amerika Serikat hilang dari Pelabuhan Mutiara Hawaii.  

Perang hebat di Pearl Harbor terjadi dengan begitu mengagumkan bagi Jepang yang “berkolaborasi” dengan Jerman dan Italia. Pesawat-pesawat udara dan kapal-kapal selam Jepang menggempur dengan begitu hebatnya di pangkalan militer Amerika itu. 

Jepang menyerang kapal-kapal pemukul dan kruiser-kruiser besar milik Amerika dan tenggelam hanya dalam beberapa menit saja. 

Sejak itu, Jepang tidak berhenti melancarkan serangan-serangan yang “menggoda” kemarahan Amerika, yang membuat dendam perang Amerika Serikat membuncah.

Pertempuran di Asia Pasifik mulai memasuki titik balik pada tahun 1943. Amerika dan Inggris yang merupakan tulang punggung negara-negara Sekutu, mulai menekan Jepang di berbagai medan tempur, akan tetapi Jepang tetap gigih bertahan. 

Walaupun angkatan udara Amerika Serikat telah mengebom kota-kota di Jepang, tetapi Jepang tetap tidak menyerah. Puncaknya, pada tanggal 6 Agustus 1945 kota Hiroshima diserang dengan bom atom. Berlanjut tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, Kota Nagasaki turut dibombardir dengan bom atom kedua oleh Amerika Serikat. 

Jepang lantas kehilangan kekuatan dan segala upaya perlawanan sudah kehilangan jalan dan arah. Akhirnya Jepang berada pada titik terendah dengan mengibarkan Bendera Putih tanda menyerah. Bom Hiroshima dan Nagasaki disebut-sebut sebagai momentum pembawa perdamaian di Pasifik. 

Menyerahnya Jepang kepada sekutu menandai berakhirnya perang. Momentum ini juga dimanfaatkan oleh Indonesia yang kemudian memproklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Demikian pula dengan Tokubetsu Keisatsutai yang kemudian merubah nama menjadi Polisi Istimewa pada tanggal 18 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan bangsa ini, dipergunakan juga dengan sebaik mungkin oleh Polisi Istimewa untuk menyatakan diri sebagai Polisi milik bangsa Indonesia, Polisi yang berjuang bagi Bangsa Indonesia. 

Di masa peralihan kekuasaan ini pasukan Polisi Istimewa dengan bobot tempur militer, menjadi satu-satunya badan perjuangan yang diijinkan memegang senjata demi menjaga keamanan dan ketertiban di masa peralihan kekuasaan di Indonesia. 

Heroisme Pasukan Polisi Istimewa dalam berjuang membela dan mempertahankan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tergambar jelas selama revolusi fisik berlangsung, termasuk pada pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Polisi Istimewa melucuti senjata tentara Jepang. Orang-orang Jepang dan pimpinan markas Kenpetei pun ditahan dan memutus hubungan telepon keluar. Gudang-gudang senjata dibongkar dan mengeluarkan seluruh perbekalan perang dan amunisi termasuk mobil berlapis baja dan truk-truk. 

“Setelah menguasai seluruhnya, kami menjaganya dengan ketat sambil menjalankan tugas pengamanan dan menyiarkan kepada penduduk bahwa negara Indonesia sudah merdeka dan telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, serta bahwa pasukan kami mendukung proklamasi kemerdekaan tersebut dan telah menjadi milik Republik Indonesia,” ujar M. Jasin, dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang. 

Tindakan lekas yang diambil M. Jasin ini dinilai sebagai langkah yang cerdas dan cekatan. 

BACA JUGA : Wastra Tenun dan Kriya, Harapan Ekonomi Berkelanjutan

“Bukan main cekatan dan cerdasnya langkah yang diambil M. Jasin saat merebut markas dalam situasi genting seperti itu. Dia tahu benar membaca peluang untuk kemudian mengambil tindakan yang tepat,” ujar Prof. Aminuddin Kasdi Sejarawan dan Guru Besar Unesa Surabaya. 

Sri Lestari (jilbab putih) putri dari Kapten Mukari, anggota Tokubetsu Keisatsutai, saat menerima tumpeng dari Kapolri pada acara syukuran sejarah Hari Juang Polri / Foto : nik
Syukuran sejarah Hari Juang bersama Kapolri

Sejarah masa perebutan markas dan gudang senjata Kenpetei ini adalah masa yang genting bagi Polisi Istimewa karena harus menghadapi perlawanan Jepang. Inilah masa dimana ‘senjata makan tuan’ bagi Jepang berhasil sukses. 

Pasukan Polisi yang bernama Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) yang nota bene dididik oleh Jepang sebagai pasukan istimewa dengan perbekalan ilmu dan strategi perang untuk memenangkan medan-medan pertempuran ini akhirnya mampu membalik situasi.  

Tokubetsu Keisatsutai (Polisi Istimewa) menang atas ‘tuannya’ sendiri. nik

 

 

 




Atlet PWI NTB Panen Medali Ajang Porwanas 

Pj Gubernur NTB mengucapkan selamat dan mengaku bangga atas prestasi atlet PWI NTB yang berhasil berada di posisi atas di ajang Porwanas di Kalsel 

BANJARMASIN.LombokJournal.com ~ Atlet PWI NTB atau Persatuan Wartawan Indonesia Nusa Tenggara Barat  mendulang medali pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) 2024 yang berlangsung  di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

BACA JUGA : Hari Juang Polri, Kapolri Sapa Penggagas Hari Juang

Para atlet PWI NTB yang berhasil meraih medali
Atlet PWI NTB

Medali teranyar diraih Pecatur dari PWI Kabupaten Bima, H. Natsir. Ia berhasil membawa pulang medali emas pada kategori papan perseorangan setelah mengalahkan atlet dari PWI DKI Jakarta dalam pertandingan yang berlangsung di Aula Dekranasda Provinsi Kalsel, Jum’at  (23/08/24). 

Dengan perolehan itu, atlet PWI NTB secara keseluruhan berhasil mengumpulkan total 3 medali emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Perolehan medali teranyar itu menjadikan NTB berada di posisi kedua klasemen umum, tepat di bawah tuan rumah Kalsel. 

Menanggapi hal tersebut, Pj Gubernur Hassanudin mengucapkan rasa syukur dan rasa bangganya atas prestasi yang berhasil diraih atlet PWI NTB. 

BACA JUGA : MotoGP 2024 Siap Sukses, Pmeprov NTB Gelar Rakor 

“Alhamdulillah, selamat dan sukses terus. Kami semua bahagia atas perestasi yg membanggakan teman-teman PWI NTB di ajang Porwanas,” ungkapnya.

Sebelumnya medali emas berhasil diraih NTB dari Cabor Domino pada kategori berdikari terbuka. Medali emas ini dipersembahkan Darwis, yang berhasil mengalahkan lawannya di partai final. 

Sementara itu, medali emas pertama diraih Zulkarnaen, wartawan asal Pulau Sumbawa, dari Cabor Atletik melalui nomor lari 5.000 meter putra.

Provinsi NTB masih berpeluang untuk menambah perolehan medali. Beberapa Cabor akan dipertandingkan selanjutnya, seperti Bilyar, Catur, dan Karya Jurnalistik.

BACA JUGA : Politisi Muda PDIP Resmi Anggota DPRD Lotim

“Doa kami senantiasa mengiringi,” tandas Pj Gubernur Hassanudin. nov/dyd