BERAJAHAKSARA, Riset Kolektif Dan Pengarsipan Situasi Masyarakat
Lokakarya BerajahAksara diselenggarakan Yayasan Pasir Putih (Pemenang, Lombok Utara) bersama Komunitas Ampure (Sesela, Lombok barat) sejak tanggal 26 April lalu, di Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Berbagai ‘temuan’ peristiwa, potensi atau persoalannya dibahas dan didiskusikan bersama masyarakat
LOMBOK BARAT.lombokjournal.com
Apakah BerajahAksara?
Penggagas lokakarya itu, Yayasan Pasir Putih, menyebutnya sebagai gerakan riset kolektif. Dimaksudkan untuk melihat potensi ruang dan peristiwa massa-melalui pengarsipan dan pembacaan ulang terhadap kenyataan masyarakat.
“Pembacaan tersebut tertuang dalam bentuk tulisan, foto, video dan peristiwa budaya, yang dibingkai melalui narasi-narasi kecil warga untuk menghasilkan kebaharuan gagasan dan bentuk,” tulis Yayasan Pasir Putih dalam rilis dikirimkan ke Lombok Journal, Jum’at (12/05) malam.
Minggu pertama lokakarya itu diisi pembekalan materi dari pegiat sosial Pasir Putih. Muhammad Ghozali (Ketua Pasir Putih) bicara bagaimana sebuah komunitas mampu bertahan dan konsisten, menciptakan kepercayaan diri dan kepercayaan warga serta peran komunitas ditengah warga.
Materi tentang sejarah, peran media di tengah warga dan bagaimana memberdayakannya agar bermanfaat bagi warga disampaikan Muhammad Sibawaihi (Direktur Program Pasirputih).
Sedang Muhammad Rusli O K A (Direktur Bangsal Menggawe 2017) memberikan materi tentang kamera, penggunaannya ‘dalam ideologi BerajahAksara’, dan bagaimana perlakuan yang baik dan benar tentang kamera.
“Berbagai temuan dibahas, diskusikan dan dituang ke dalam Tulisan, Photo mapun Video hasil bingkaian masing-masing. Hasilnya dipamerkan kepada warga Sesela, melalui acara presentasi publik,” tutur Sibawaihi.
Presentasi Riset
Presentasi publik hasil lokakarya dilaksanakan hari Sabtu (13/05) mulai pukul 16.00 higga pukul 23.00. Tulisan partisipan – yang menjadi medium latihan membaca dan menuangkan gagasan – ditampilkan agar dapat dibaca warga sebagai pengetahuan warga. Beberapa tulisan, antara lain ‘Aku Dan Desaku’, ‘Sejarah Masjid Nurussalam Sesela’, ‘Sejarah Pendidikan Islam Di Desa Sesela’, “Dia” Perempuan Sesela’..
Bukan hanya tulisan, para partisipan juga membuat beberapa film dokumenter yang berjudul “Cahaya Sesela”. Film itu menarasikan pengungkapan sejarah Sesela yang dikaitkan berberapa ikon sejarah lainnya seperti Makan Sesela, Sumur Masjid Nurusslam, Masjid Nururssalam hingga awal mula masulnya Islam ke Sesela.
Kemudian film “Warisan Sesela” tentang warisan leluhur Sesela yang nyaris terlupakan. Misalnya Seni Bela Diri Pencak Sesela dan Rudat Sesela.
Film ke- 3 merupakan narasi warga tentang seorang pedagang lontong sayur. Dari film ini juga tergambar perekonomian warga Sesela yang diwakili Pasar Sesela sebagai sental pememenuhan kebutuhan sehari-hari warga.
Selanjutnya film dokumenter “Guratan Kisah Diatas Kayu” menuturkan seni ukir di Desa Sesela, potensi yang telah mengharumkan nama baik desa hingga manca negara. Pembingkaiannya pada penggiat seni ukir. Sejarah ukir Sesela dihadapkan realitas penurunan konsumen ukir sejak terjadinya Bom Bali I & II. film ini berjudul
Dan film yang terakhir “Warna-Warni Pemuda Sesela”, film ini semacam testimoni 100 pemuda dengan pertanyaan yaitu “ngumbe menurut mek sesele neke?” Hasil pertanyaan ini dijahit menjadi satu kesatuan dan membentuk gagasan real tentang pandangan pemuda terhadap desanya.
Bazar Warga
Hari Jum’at (13/05) di tengah presentasi hasil riset itu akan ada Bazar Pedagang Rumahan. 50 pedagang rumahan (Pedagang Kecil) menjajakan dagangannya saat acara berlangsung.
“Ini memberikan ruang para pedagang memanfaatkan lokasi acara presentasi publik sebagai ruang publik yang dapat diakses siapa pun,” kata Sibawaihi.
Selama berlangsungnya lokakarya menghasilkan buku berjudul “AKU SESELA (Sebuah Persembahan)”. Buku ini merupakan kumpulan tulisan para partisipan BerajahAksara, sebagai pengungkapan sejarah, pembacaan realitas dan pengalaman melakukan kegiatan yang dirasakan partisipan. Buku ini didedikasikan kepada warga Sesela.
Pada acara presentasi publik itu ditampilkan beberapa jenis kesenian seperti Hadroh Banu Sanusi, Hadroh Rubath Darul Kholidin dan Sanggar Gitaria Sesela. Lokakarya ini melibatkan anak-anak, pemuda, para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh budaya dan para penggitan kesenian seperti Rudat, seni ukir dan seni bela diri pencak.
Rr