Dua Desa di NTB Raih Apresiasi Keterbukaan Informasi Publik
Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Nasional yang diraih dua desa di NTB , tak lepas dari ikhtiar yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016.
JAKARTA.LombokJournal.com ~ Penjabat (Pj) Gubernur NTB Hassanudin diwakili Kepala Dinas Kominfotik NTB Dr. Najamuddin Amy. S.Sos, M.M. mendampingi dua Desa di Provinsi NTB, meraih Apresiasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Desa 2024 oleh Komisi Informasi Pusat (KIPdi Jakarta, Jum;at (29/11/24).
Kedua desa yang dimaksud adalah Desa Aik Mual Kecamatan Praya Lombok Tengah dan Desa Beru Kecamatan Brang Rea Sumbawa Barat.
“Saya tidak hanya hadir mewakili Pj Gubernur NTB Bapak Hassanudin tetapi juga sebagai PPID Utama Pemprov NTB yang salah satu tugasnya mengawal dan membina PPID kabupaten/kota sampai tingkat desa,” jelas Doktor Najam, sapaannya.
Najam menjelaskan, penghargaan yang diraih desa di NTB itu, tak lepas dari ikhtiar yang telah dilaksanakan sejak tahun 2016.
Pada tahun tersebut, Komisi Informasi NTB bekerja sama dengan Dinas Kominfotik dan berbagai stakeholders terkait pencetusan inovasi DBIP (Desa Benderang Informasi Publik).
“DBIP kami presentasikan dan kami dorong menjadi program nasional,” ungkapnya berdejavu.
Kedua Kepala Desa bersama Kadis Kominfotik KSB dan Lombok Tengah hadir membersamai Kadis Kominfotik NTB.
Provinsi NTB menjadi provinsi yang berhasil menempatkan dua dari desa-desanya dalam ajang anugerah keterbukaan informasi publik ini. Anugerah diserahkan oleh Wakil Menteri PAN RB dan Wakil Menteri Desa Republik Indonesia.
Pada Pembukaan Acara dibuka Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono.
“Terima kasih kepada KI Pusat, Komisi Informasi NTB, Kadis Kominfo KSB dan Kadis Kominfo Lombok Tengah beserta jajarannya, yang sudah bersinergi dan berkolaborasi sejauh ini. Ayo terus berkolaborasi untuk pemerintahan yang bersih dan transparan. Desa Berdaya, NTB Hebat menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya. nov/dyd
Guru yang ‘Ngangeni’, Mengenang Pendidik di Sekolah Dasar*)
Peranan guru di kelas harus diubah, bukan sebagai pemberi ceramah, namun mengutamakan kemampuan merencanakan, mengelola dan mengawasi pembelajaran.
Penulis : DR Bajang Asrin*
lombokjournal.com ~ Kurang lebih 40 tahun yang lau, guru Pak Milkan (almarhum) bertugas di SDN 2 Ganti-Lombok Tengah. Selain Pak Milkan, juga ada guru-guruku seperti Pak Hasan, Pak Sunarjo, Pak Malik, Pak Abu Bakar, Ibu Hariati, dan Pak Tajudin.
Pak Milkan merupakan sosok Kepala Sekolah yang sangat rajin dan gigih. Ia sosok guru yang sangat memperhatikan anak didiknya. Pak Milkan, sebagai Kepala Sekolah selalu siapa menggantikan pendidik lainnya yang tidak hadir .Ia memberi tauladan kepada siswa dan koleganya. Sosok yang melekat pada memori, tutur bahasanya sangat halus, menyapa siswa sehari-harinya. Ia sangat akrab dengan semua pendidik dan siswanya.
Suatu hari saya sakit tapi tetap masuk sekolah. Pak Milkan, saat masuk ruang kelas, melihat mata saya merah-merah lalu ia memanggil saya. “Mata mu mengapa merah-merah Rin?” sapanya.
Waktu saya katakan sedang sakit, spontan Pak Mikan mengajak berobat ke Puskesmas.Pak Milkan sangat memperhatikan siswa didiknya, ia datang lebih awal di sekolah, lalu mengontrol siswa-siswa yang sedang menyapu di ruang kelas, dan mengajak siswa untuk memungut sampah di halaman sekolah. Sosok guru yang penuh ketauladanan.
Pada tahun-tahun tersebut, masyarakat desa sangat menghargai guru sebagai pendidik di desa. Setiap hari para siswa membersihkan halamannya sendiri. Kehadiran para guru di desa telah membawa semangat perubahan untuk anak-anak sekitarnya.
Sepenggal memori di atas, menjadi menarik kita refleksikan para pendidik memiliki komitmen moril untuk mendidik siswa-siswanya. Mereka yang telah memberikan semua energinya untuk melahirkan siswa yang disiplin dan memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya. Dan memberikan darma baktinya untuk melahirkan siswa-siswa yang berkarakter kuat.
Ketekunan pak Milkan untuk mendidik siswa-siswanya menjadikan sekolah ini mendapat kemajuan tinggi pada masanya. Sekolah ini telah hadir menjadi sekolah berkembang cukup maju di desa tersebut.
Pak Milkan telah hadir di tengah sisiwa untuk memberikan pendidikan kepada siswa-siswanya di tengah keterbatasan fasilitas sekolah. Siswa-siswa pun memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti pendidikan, Siswa yang berdatangan dari berbagai kampung setiap paginya, melewati persawahan. Mereka berdatangan sekalipun hujan sedang turun dengan derasnya.
Semangat sekolah para anak-anak desa sangat tinggi waktu itu. Prof.Sodjiarto (1989) bahkan menemukan bahwa peranan guru di kelas harus diubah, bukan sebagai pemberi ceramah, yaitu guru hendaknya lebih mengutamakan kemampuan merencanakan, mengelola dan mengawasi terjadinya pembelajaran.
Bahkan model “pemberi cermah” ini pernah dikritik Paulo Friere, sebagai model pendidikan gaya bank, keranjang sampah, yang mengurangi perkembangan potensi-potensi siswa secara lebih luas.
Saat ini para pendidik menghadapi kehidupan sosial yang padat dengan media sosial. Dunia digital menjadikan semua serba sangat cepat dan sangat mudah mengaksesnya. Per-orang dapat mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan,teknologi dan budaya, kata Alfin Toffler ahli futurologi, semua orang jadi wartawan, pada bukunya, The Third Waves.
Semakin komplesknya perkembangan kehidupan masyarakat membawa pengaruh terhadap lingkungan sekolah. Masalah-masalah peribadi siswa di keluarga atau di tengah masyarakat memberi dampak pada pencapaian prestasi siswa. Sehingga siswa yang datang ke sekolah tidak lepas dari apa yang terjadi pada lingkungan keluarga atau pun pribadinya.
Kondisi ini tentu merupakan bagian penting yang harus dipahami seorang guru terhadap diri siswa. Untuk itulah para pendidik dituntut untuk mengetahui latar belakang siswa agar dapat dibina potensinya secara maksimal. Guru tidak lagi memberikan informasi secara sepihak terhadap anak didik tetapi dituntut untuk menciptakan suasana agar anak dapat berkembang secara maksimal.
Guru Yang “Ngangeni ”
John Goodlad (dlm. Prof.Suyanto, 2001) melakukan penelitian dengan publikasi penelitian Behind The Classroom Door menemukan bahwa kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh siapa pendidiknya, manakala guru sudah memasuki ruang kelas serta pintu kelas tertutup, maka kehidupan kelas akan menjadi wewenang dan tanggung jawab guru.
Guru merupakan sosok penting yang mewarnai suasana keriangan sisawa di ruang kelas. Apakah guru merdidik siswa-siswa untuk bergembira atau tidak? Guru yang “Ngangeni” memberi ruang hati selalu ramah dengan pola tingkah laku siswa. Akrab dengan apa yang disenanginya di sekolah..
Guru yang “Ngangeni” menjadi tambatan hati siswa, yang lebih memerankan diri sebagai sahabat bermain di sekolah. Memberilan peran yang merasuk hati siswa untuk lebih dekat, lebih akrab pada jegiatan-kegiatan sekolah. Guru menjadi idola para siswa yang inspiratifdan memantulkan energi untuk berkegiatan di sekolah dengan penuh kegembiraan.
Pendidik membuat siswa didiknya senang bertemu, ber sama-sama untuk mengurai permaian sekolah. Ia membawa irama siswa dalam emosi yang tidak menegangkan, tapi menarik siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang ngangeni, sehingga talenta-talenta dasar dapat tampak sejak sekolah dasar.
Guru yang “Ngangeni” yaitu guru yang mengembangkan pembelajaran yang Deep Learning, guru menstimulasi agar siswa aktif pada pembelajarannya. Menciptakan suasana rekreatif sehingga siswa menajdi tumbuh berkembang kecerdasan, emosi dan kinestetiknya.
Guru membuat mata pelajaran menjadi menyenangkan, joyfulland learning, dan anak didik merasa tanpa terbebani apapun dari gurunya.
Pelajaran mengitung juga dikreasikan dalam permainan yang menarik emosinya dan motoriknya. Guru yang membuka ruang hati yang selaus-luasnya bagi semua emosi siswanya agar terbentuk menjadi karakter yang positif pada keidupan sehari-harinya.
Mengapa guru yang “Ngangeni”? karena melalui respon inilah siswa menjadi bibit yang tumbuh kembang pada ekosistem pembelajaran berdaya tarik tinggi serta memanamkan laku penjiwaan yang terkenang sepanjang masa, yang bisa mengaitkan diri siswa pada masa dewasanya kelak. Itulah sebabya saat dimana tokoh-tokoh dunia selalu bercerita tentang masa kecilnya, masa yang sangat menguatkan, “deep learning-deep memoriable”.
Masa kecilnya Bung Karno, Bung Hatta, Nelson Mandela, Mahatma Ghandi dan Abraham Lincoln juga sangat intens dengan masa-masa usia sekolah dasarnya. Guru yang “Ngangeni” pasti dirindu siswanya dan banyak orang. Mencintai sepenuh jiwanya.
*) Ketua Prodi Magister Pendidikan Dasar FKIP UNRAM dan Ketua ISMAPI NTB
Siaga Darurat Bencana NTB 2024, Komitmen Lindungi Masyarakat
Sebagai daerah rawan bencana mulai bencana alam, gempa bumi, banjir, longsor, Pemprov NTB harus selalu siaga darurat bencana
MATARAM.LombokJournal.com ~ Apel siaga darurat bencana yang dilakukan Pemprov NTB untuk mengecek kesiapsiagaan penanggulangan bencana Provinsi NTB. Hal itu merupakan komitmen Pemprov NTB untuk melindungi masyarakat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si, menyampaikan itu saat menjadi inspektur upacara apel siaga darurat bencana tahun 2024, di Lapangan Umum Taman Sangkareang Mataram, Senin (25/11/24).
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kita untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu di wilayah NTB ini,” ujarnya.
Menurutnya, Provinsi NTB merupakan daerah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana. Mulai dari bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, longsor, hingga potensi bencana vulkanik maupun bencana non-alam. Karena itu diperlukan kordinasi kesiapan atau siaga darurat bencana menghadapi dampak bencana.
NTB sering menghadapi berbagai tantangan tersebut sehingga memerlukan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana di daerah NTB.
“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa NTB merupakan daerah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana. Karena itu saya mengajak seluruh komponen masyarakat, baik pemerintah, swasta, maupun komunitas untuk berkolaborasi dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menghadapi potensi bencana di wilayah kita ini,” tambah Miq Gita.
Miq Gita juga menekankan Pemprov NTB bukan hanya berfokus pada kesiapan fisik namun juga kesiapan mental dan emosional dalam memberikan pertolongan dan melaksanakan tugas-tugas penanggulangan bencana.
“Saat ini kita tidak hanya berfokus pada siaga darurat bencana sebatas kesiapan fisik. Tapi juga kesiapan mental dan emosional dalam memberikan pertolongan kepada masyarakat ketika terjadi bencana.” tegasnya.
Sebelum memulai apel dirinya memeriksa dan mengecek kesiapsiagaan penanggulangan bencana yang terdiri dari kendaraan, tenda, peralatan memasak, dan toilet.
Peserta apel terdiri dari Komandan Korem 162/WB, Danlanut, Danlanal, Kalat BPBD, Pejabat Utama Pemprov NTB, ASN Lingkup NTB, para relawan, dan pers. pnd/opk
Perguruan Tinggi : From Passengers To Be Drivers
Di berbagai perguruan tinggi tanpa disadari yang terjadi justru pembentukan manusia-manusia ‘passenger’
Catatan Manajemen ” Agus K. Saputra
lombokjournal.com ~Perguruan tinggi atau universitas memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, perguruan tinggi bertanggung jawab menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Selain itu, perguruan tinggi juga berperan sebagai pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berkontribusipada kemajuan masyarakat.
Diskusi hangat pun muncul terkait luaran perguruan tinggi. Kubu yang satu beranggapan bahwa perguruan tinggi seharusnya menciptakan calon-calon peneliti. Di kubu lain beranggapan bahwa seharusnya menciptakan mahasiswa yang siap kerja.
Catatan berikutnya akan mengedepankan tentang visi perguruan tinggi. Utamanya dalam menciptakan mahasiswa yang siap kerja sebagaimana “diinginkan” dunia usaha. Sumber catatan ini berasal dari buku Rhenald Kasali berjudul “Self Driving” (2014, hal xi-xiii).
Saya masih ingat di salah satu gedung, kolega saya mengajak kami merumuskan visi-visi universitas. Pada gilirannya, saya menjelaskan perbedaan antara driver dengan passenger untuk menjelaskan “seperti inilah rata-rata mahasiswa Indonesia” dan “seperti inilah yang ingin kita bangun”.
Maksud saya, dunia usaha menghendaki manusia-manusia berkarakter driver yang berkompetensi, namun juga cekatan, gesit, berinisiatif, dan kreatif. Namun, di berbagai perguruan tinggi tanpa disadari yang terjadi justru pembentukan manusia-manusia passenger.
Kaum muda cenderung pandai, namun outputnya adalah manusia-manusia penumpang yang sering saya temui di dalam angkot atau bus kota. Fokusnya adalah buku teks, yaitu memindahkan pengetahuan dari buku teks ke kertas ujian. Jadi pintar itu adalah pintar kertas, dan sarjananya sangat mungkin menjadi sarjana kertas.
Ditambah dengan model pendidikan dasar yang membiasakan siswa menghafal sambil melipat tangan dan duduk manis di bangkunya, maka terbentuklah generasi pasif yang mengakibatkan mereka kalah dengan anak-anak muda yang tak bersekolah tinggi namun memilih merantau ke luar negeri menjadi buruh migran (TKI).
Anak-anak sekolah terisolasi dari lingkungannya yang dinamis. Sedangkan para TKI yang tak sekolah tinggi dipaksa lingkungan berpikir kritis menghadapi dunia baru yang sangat menuntut. Mereka melatih kegesitan, belajar dari kehidupan.
Akibat pendidikan yang demikian, kita melihat fenomena passenger yang sangat menonjol dalam kalangan terdidik. Lalu saat menjalani peran sebagai eksekutif muda, mereka menjalani kehidupan rutin sehingga dikendalikan oleh autopilot-nya yang terprogram rapi, cenderung menghindari risiko.
Bahkan di bangku kehidupannya, mereka boleh mengantuk atau tertidur. Sementara bagi seorang manusia driver, jangankan tertidur, mengantuk saja tidak boleh.
Dari dialog itulah kemudian muncul visi universitas, yang kalimat akhirnya menjadi begini: “Creating graduates from ‘passengers’ to ‘drivers’ in their lives, organization, and new ventures”.
“I love that idea,” ujar salah satu utusan kampus Amerika itu. Untuk itulah visi-misi kami dihubungkan dengan pemikiran itu.
Saya jadi teringat dengan pidato saya di depan para wisudawan di University Pierre Mendez, Grenoble Prancis (28 Juni 2012) yang juga saya beri judul “Be A Driver”. Entah mengapa, setelah itu puluhan mahasiswa dari Tiongkok dan India berebutan foto dengan saya.
Saya menduga, tiba-tiba saja mereka tersentuh dari lamunan bahwa selama ini mereka dipersiapkan menjadi driver untuk memajukan perekonomian bangsanya.
Bayangkan, tanpa diberi ruang untuk komplain, “bar” (atau target) mereka terus dinaikkan oleh atasan dan perusahaan mereka, sehingga tak ada waktu bagi mereka untuk duduk diam. Ibaratnya, kalau tak berenang, napas mereka ada di dalam air.
Mereka dipaksa berenang, mengayuh, dan berlari cepat. Persis seperti ucapan mendiang Syekh Mohammad Al-Mahtum yang meletakkan dasar-dasar perubahan di Dubai. “Kita ini seperti rusa di padang sabana yang dikelilingi harimau-harimau yang siap memangsa. Kalau tidak bisa lari lebih kencang, maka kita akan menjadi mangsa mereka.”
Tetapi mengubah mentalitas memang bukan perkara mudah. Namun, bukankah pendidikan diberikan untuk mengubah manusia?
Maksud saya untuk menghidupkan simpul-simpul berpikir mereka agar kelak mampu berpikir dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan secara mandiri. Dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perguruan tinggi hanya akan hidup kalau ditanam dalam jiwa-jiwa yang siap menghadapi tantangan.
Pertanyaannya, bagaimana melatihnya? Sudah tepatkah cara-cara yang dilakukan pusat-pusat pelatihan dan learning center yang dikelola perusahaan-perusahaan nasional? Apakah dengan memberikan ilmu berupa pengetahuan manajerial mereka otomatis akan mendapatkan kompetensi?
Memperbarui cara berpikir, melatih kembali SDM, membersihkannya dari benang-benang kusut, ini tentu tantangan besar bagi Indonesia yang kita cintai. Sebab ketika kita gagal mengemudikan “kendaraan” yang kita sebut sebagai “self” itu, bukan cuma satu dua orang akan menjadi beban bagi lainnya. Melainkan, pudarlah keunggulan daya saing bangsa ini.
Ketika negeri ini memanggil, maka sesungguhnya tak ada seorang pun yang boleh menolaknya. Kendati demikian, Indonesia membutuhkan figur-figur yang bukan cuma pandai di atas kertas, tetapi juga gesit, dan cepat bertindak. ***
#AKUAIR-Perumnas Ampenan, 25-11-2024
Awardee Beasiswa Diharapkan Berkontribusi untuk NTB
Saat pelepasan 24 Awardee Beasiswa NTB ke AIU Malaysia, Pj Gubernur NTB berharap mahasiswa itu berkontrinusi berkelanjutan untuk NTB
MATARAM.LombokJournal.com ~ Penjabat (Pj) Gubernur NTB Hassanudin berharap kepada Awardee Beasiswa NTB sebaran luar negeri Albukhary Internation Univercity (AIU) Malaysia bisa menjadi agen perubahan.
“Kita berharap kepada 24 Awardee Beasiswa AIU Malaysia bisa menjadi agen perubahan,” kata Pj Gubernur NTB saat memberikan sambutan pada acara pelepasan Awarde Beasiswa NTB tujuan AIU Malaysia, Minggu (24/11/2024).
Pj Gubernur NTB memberikan apreasiasi kepada mahasiswa NTB. Ia berharap kepada 5635 penerima beasiswa dalam negeri dan 755 penerima beasiswa luar negeri agar bisa memberikan konstribusi yang berkelanjutan untuk NTB.
“Selamat, balas beasiswa NTB ini dengan kontribusi positif untuk NTB yang berkelanjutan,” tuturnya.
Selain itu, Hassanudin yang doktor manajemen itu juga menyatakan penerima beasiswa sebaran dari berbagai negara. Menurutnya, laki-laki maupun perempuan adalah investasi NTB.
“Promosikan tentang hebatnya NTB dengan komunikasi tentang wisata, kuliner dan produk NTB, agar orang di luar sana tahu tentang bagaimana NTB. Sekolah yang baik, penentu masa depan kita adalah kita sendiri, bukan orang lain,” tandasnya.
Mantan Pj Gubernur Sumut tersebut, berpesan agar berbakti kepada kedua orang tua dan tak lupa beribadah. Semua yang didapatkan hari ini adalah do’a dari orang tua.
Acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama dengan 24 Awardee Beasiswa, tujuan AIU Malaysia. uba/dyd
Alat Peraga Kampanye Dibersihkan Jelang Pilkada
NTB telah siap menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), ditandai dengan aksi bersih-bersih alat peraga kampanye di acara Car Free Day di Jalan Udayana, Mataram
MATARAM.LombokJournal.com ~ Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) melalui Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum menggelar aksi bersih bersih Alat Peraga Kampanye.
Kegiatan bersih-bersin alat peraga kampanye itu dalam rangkaian HUT Korpri ke 53 dan HUT NTB ke 66, dalam tahapan masa tenang Pilkada, di kawasan Car Free Day jalan Udayana Mataram, Minggu (24/11/24).
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik, Dr Najamudin Amy, mewakili mengatakan aksi ini dilakukan serentak di seluruh kabupaten/ kota.
” Ini dilakukan untuk memberikan rasa nyaman dan tenang bagi masyarakat sebelum mencoblos pada hari Rabu tanggal 27 Nopember mendatang,” katanya.
Ditambahkannya, selain melakukan aksi bersih-bersih itu, masyarakat yang hadir di CFD Udayana diharapkan dapat meningkatkan partisipasi politiknya dengan sosialisasi dan himbauan yang dilakukan para stakeholder Pemilu hari ini.
Sementara Ketua Bawaslu, Itratip mengingatkan agar masyarakat mendatangi Tempat Pemungutas Suara (TPS) di lingkungan masing masing.
“Datang ke TPS dan hak pilih jangan digunakan untuk politik transaksional karena suara kita menentukan masa depan kita lima tahun kedepan,” tegasnya.
Hadir pula para Kepala OPD, Sekwan DPRD, para Direktur RS dan beberapa perwakilan Forkopimda bergerak bersama menyusuri jalan Udayana sampai ke bundaran lama.
Dan menurunkan beberapa alat peraga kampanye seperti baliho dan stiker yang masih terpampang di sejumlah titik. jm
PDIP Kota Mataram Berjuang Habis-habisan untuk Rohmi-Firin
Mengawal kemenangan pasangan Rohmi-Firin, PDIP Kota Mataram adakan pelatihan ratusan saksi dan kordinator
MATARAM.LombokJournal.com ~ DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Mataram, melakukan pelatihan terhadap 581 saksi dan 100 koodinator TPS Pilkada NTB 2024, Sabtu (23/11/24).
Hj Sitti Rohmi dan kader PDIP Kota Mataram
Ratusan peserta yang mengikuti pelatihan saksi TPS tersebut berasal dari semua lingkungan di Kota Mataram.
Ketua DPC PDIP Kota Mataram, Made Slamet mengatakan, kegiatan ini ditujukan agar membekali para saksi dan para koordinatornya untuk memahami kerja-kerja pengamanan suara pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur NTB nomor urut 1, Sitti Rohmi Djalillah-HW Musyaifirin atau Rohmi-Firin di TPS nya masing-masing.
“Ratusan saksi dan koordinatornya kita latih dan kita lakukan simulasi untuk juga mengantisipasi kecurangan yang terjadi di TPS,” ujar Made dalam sambutannya.
Anggota DPRD NTB ini menekankan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah mewanti-wanti bahwa saksi TPS adalah ujung tombak kemenangan dalam Pilkada.
Karena itu, mereka harus dibekali ilmu menyangkut pengamanan suara. Dan bagaimana mereka juga bekerja untuk mengajak tetangga hingga saudaranya untuk datang ke TPS pada tanggal 27 November 2024.
“Kekuatan dalam Pemilu adalah saksi di TPS. Saksi TPS adalah pejuang partai, ujung tombak yang harus diperkuat. Maka, saksi PDIP siap bertarung dan siap ribut jika ada kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara,” tegas Made Slamet
Lebih lanjut dikatakannya bahwa dengan kian positifnya trend elektabilitas Rohmi-Firin di sejumlah lembaga survei dan survei internal, harus diimbangi dengan kerja saksi yang terampil, dan berani tempur untuk mengawal suara kemenangan tersebut.
“Ratusan saksi yang kita latih adalah saksi pilihan yang memiliki loyalitas tinggi. Ini karena BSPN yang dimiliki partai harus melakukan validasi ulang atas keberadaan dan kinerja mereka sesuai TPS yang jumlahnya berkurang dari Pileg lalu,” kata Made Slamet
“Yang pasti saksi PDIP di TPS di Kota Mataram, siap berjuang habis-habisan untuk mengawal dan mengamankan suara Rohmi-Firin,” sambungnya.
Saksi Terbaik
Sementara itu, Calon Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah yang hadir dan membuka kegiatan pelatihan saksi, mengaku surprise atas militansi saksi yang dihadirkan PDIP Kota Mataram dalam Pilgub 2024.
Sebab, ratusan saksi yang terpilih merupakan orang-orang terbaik yang memiliki loyalitas dan pengalaman di ajang pemilu.
“Jujur, saya bersyukur semua TPS di Kota Mataram akan terisi oleh saksi terbaik. Terima kasih PDIP Kota Mataram atas kesiapannya mengawal suara Rohmi-Firin di Pilgub 2024,” ungkapnya.
Ummi Rohmi, panggilan karibnya meminta para saksi untuk mengawal suara Rohmi-Firin dengan riang gembira.
Selanjutnya, ia menekankan agar semua pleno berjenjang yang dilakukan KPU. Mulai dari TPS, PPK, KPU kabupaten/kota hingga Provinsi harus dikawal dengan optimal.
“Bila perlu saksinya berlapis-lapis. Dan Insya Allah, jika saksinya semangat dan optimis, maka suara kemenangan Rohmi-Firin di Pilgub NTB 2024, tidak akan berani dicurangi oleh siapapun,” tegas Jilbab Ijo
Menyinggung trend survei Rohmi-Firin menjelang pencoblosan 27 November 2024. Ummi Rohmi menegaskan bahwa sejauh ini, elaktibilitas suara paslon nomor urut 1 meningkat signifikan.
“Makanya, kenapa saya hadir langsung ke pembekalan saksi TPS. Ini adalah dalam rangka memberikan semangat pada saksi-saksi untuk mengawal suara Rohmi-Firin menuju kemenangan 2024,” tandasnya. adv
Kolaborasi Antarinstansi Penting untuk Sambut HUT ke-66 NTB
Sekda Ntb, Miq Gite mengatakan, kolaborasi merupakan kunci utama untuk memastikan seluruh rangkaian acara berjalan lancar, dan sukses
MATARAM.LombokJournal.com ~ Kolaborasi dan sinergi antarinstansi dalam menyukseskan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-66 NTB, sangat penting. Sebab peringatan HUT NTB kali ini menjadi momentum memperkuat persatuan dan menunjukkan kepada masyarakat, pemerintah hadir memberikan yang terbaik.
Hal itu ditegaskan Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si atau yang akrab disapa Miq Gite saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) persiapan HUT NTB di Ruang Anggrek Kantor Gubernur NTB, Jum’at (22/11/24).
Rakor itu dihadiri Asisten Satu, Asisten Dua, dan seluruh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lingkup Provinsi NTB.
“Terima kasih rekan-rekan semua, setelah rapat panjang ini mulai dikerjakan dan diwujudkan, kolaborasi adalah kunci utama untuk memastikan seluruh rangkaian acara berjalan lancar, dan sukses. DWP silakan koordinasi dengan PKK perihal Hari Ibu, dan sebagainya. Asisten Satu dan Asisten Dua fokus HUT NTB. Semua pihak harus bersinergi agar HUT NTB kali ini berbeda unsur hiburan, informatif dan juga memiliki dampak positifbagi masyarakat,” kata Sekda.
Rakor tersebut membahas berbagai agenda kegiatan yang dilaksanakan mulai dari upacara bendera tanggal 17 Desember. Kemudian Anjangsana ke mantan Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekda, Pesta Rakyat dan Gelar Budaya.
Termasuk penyelenggaraan Ite Begawe Fest, Bhakti Sosial, Lomba dan Olahraga dan Low Carbon Event, serta Holity Expo dan Pameran Bonsai.
Kegiatan unggulan yang menjadi perhatian adalah Pesta Rakyat dan Gelar Budaya yang menampilkan Stand UMKM, Pasar Murah Kebutuhan Pokok, Stand Kuliner Gratis untuk Masyarkat, Parade Gendang Beleq, Festival Presean, Festival Drum Band Pelajar, dan ditutup dengan Pesta Kembang Api pada pergantian tanggal 16 ke 17 Desember 2024.
Miq Gite menekankan pentingnya keterlibatan semua kabupaten/kota untuk melaksanakan Apel HUT ke-66 NTB. Menurutnya, momentum HUT menjadi wadah semangat untuk membangun NTB sesuai tema HUT tahun ini ‘Mewujudkan NTB Emas Menuju Indonesia Emas 2045’.
“Segera surati semua kabupaten/kota, untuk melakukan upacara, berikan buku panduan upacara, isi sambutan pidato serta sejarah NTB,” kata Miq Gite.
Miq Gite memberikan arahan pula terkait teknis pelaksanaan, termasuk mengefisienkan acara untuk antisipasi cuaca yang dapat memengaruhi kelancaran acara.
Seluruh peserta rapat sepakat untuk melakukan kolaborasi secara maksimal, demi kesuksesan acara HUT NTB mendatang.
“Kita semua adalah panitia, segala hal yang berkaitan dengan acara segera koordinasi,” pungkasnya. pnd/dyd
Cerita Rakyat sebagai Sumber Inspirasi Puisi¹
Cerita rakyat mengandung nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal yang mengandung pesan moral cinta tuhan, alam semesta, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun
Penulis : Agus K. Saputra
lombokjournal.com ~ Cerita rakyat adalah warisan budaya berharga dari masa lalu yang mengajarkan tentang nilai-nilai dan kebijaksanaan yang diperoleh oleh leluhur. Cerita ini, bukan sekedar kumpulan kata-kata yang diceritakan oleh nenek moyang.
Cerita rakyat mencerminkan akar budaya dan identitas suatu Masyarakat. Setiap cerita adalah jendela ke masa lalu.
Cerita rakyat menawarkan wawasan tentang bagaimana manusia merasakan dunia masa lalu, serta pelajaran moral yang tetap relevan di zaman modern (detikSumut: Kamis, 14 Sept 2023 06.30 WIB).
Ciri bahasa yang dominan dalam cerita rakyat (detikEdu: Senin, 15 Mei 2023 06.00 WIB) adalah:
Menggunakan majas
Banyak menggunakan konjungsi pada awal kalimat
Menggunakan kata arkais (kata yang jarang digunakan)
Mengungkapkan sesuatu yang mustahil atau tidak masuk akal
Sebagai bagian dari sastra lisan, maka cerita rakyat perlu direvitalisasi.
Menurut Kethy Inriani (2017: hal. 167), sebagian sastra lisan yang memiliki kerarifan masih ada yang bertahan dan sebagiannya telah hilang ditelan zaman.
Oleh karena itu, sastra lisan warisan leluhur yang mengandung kearifan perlu direvitalisasiuntuk diterapkan dan diajarkan pada generasi muda sekarang demi penciptaan kedamaian dan peningkatan kesejahteraan bangsa di masa depan.
Kearifan lokal adalah aturan yang berlaku di suatu tempat. Kearifan lokal sebagai local genius mampu mengatur tatanan kehidupan. Meskipun zaman telah berubah dan akan terus berubah, kearifan lokal mampu berperan untuk menata kehidupan masyarakat (Kethy Inriani,
2017: hal 167)
Nilai-nilai luhur terkait kearifan lokal (detikedu: Senin, 29 Apr 2024 06.20 WIB) dapat meliputi cinta kepada tuhan, alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, hormat dan santun.
Juga mengajarkan nilai-nilai kasih sayang dan peduli, percaya diri, kreatif kerja keras, pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, rendah hati dan baik, toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Sebagai bentuk revitalisasi³, maka puisi adalah salah satu pilihannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasannya terikat oleh rima, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.
Sementara itu, menurut James Reeves, seorang penulis Inggris yang dikenal karena puisi, drama, dan sastranya, (detikedu: Jum’at, 21 Jan 2022 16.30 WIB), mengatakan bahwa pengertian puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya pikat.
Beberapa contoh puisi yang bearasal cerita rakyat/kearifan lokal:
Sangkareang
maka jadilah taman
seperti kisah firdaus
melenakan mata
tempat sukma bersiteguh
membuang rasa lapar
membelit kasih sayang
maka jadilah taman
saat kau sebut jinayang
membuat mata bathinku hilang
Ampenan, 18-02-2022: 00.29
Mandalika (1)
aku adalah rahasia
di tepian pantai
antara hidup dan mati
berbalut cinta
berkelindan moksa
dilumuri kasih nyale*
aku adalah rahasia
kisah anak manusia
berbalut cinta
lahir
hidup
mati
Makassar, 17-11-2021: 23.12
*nyale (baca nyaleu) bahasa sasak berarti cacing
Mandalika (2)
ombak biru
pasir putih
adalah saksi bisu
tubuh menjelma nyale
seturut buihbuih cinta
menjaga kedamaian
aik meneng tunjung*
tilah empak bau*
bangun integritas bangkitkan solidaritas
putri cantik memikat
memilih jalan patriot
di atas kehadiran diri
Pantai Seger, 30-04-2023: 14.17
*Bahasa Sasak yang artinya: ambil ikannya, tapi jangan bikin keruh airnya
The Last Pepadu*
bulan ke tujuh
tanah kering membara
hujan belum tiba
angin membawa debu
memanggang asa tersisa
hingga napas menderu
dua lelaki telanjang dada
berhadapan adu kekuatan
penjalin dan ende di tangan
menyerang
menepis
melukai
hingga darah menetes
memercik tempat berpijak
menyambut hujan tiba
di riuh tetabuhan
tatapan nanar
pakembar
Bengkulu, 27-07-2023: 14.20
*Judul & Karya Lukis Lalu Syaukani Art
(dalam Pertemuan Kecil, Maret 2024: hal. 58)
Yellow Princess*
kesedihan segera berlalu
seturut kebaikan meninggalkan kenangan
kehangatan tetap terjaga
senyampang meneruskan semua risalahnya
adalah setitah ratu
merangkai narasi sabda
meredam amarah para kekasih
saat tubuh menjadi nyale
di tengah segara kuta
para kawula bahagia mengumpulkannya
bagai serpihan meneduhkan
meninggalkan langit kemarau
gemerlap di jiwa
menuntun kearifan
hidup berdampingan
seia sekata di gumi paer
Lampung, 06-08-2023: 20.40
*Judul & Karya Lukis Lalu Syaukani Art
(dalam Pertemuan Kecil, Maret 2024: hal. 67)
Jika diketegorikan, maka menurut Sutji Harijanti dalam Modul Bahasa Indonesia Kelas X, puisi dibedakan menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru.
Dalam berkarya, saya lebih memilih ke puisi baru. Karena puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan, dan bentuknya lebih bebas dari puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun rima.
Hal ini senada seperti di tulis Patta Nasrah (di Facebook: 25-10-2020), “Kang Agus tidak menulis “poem” seperti di zaman romantic Inggris, yang terikat oleh larik, rima, bait dan sajak. Ia seorang penulis “poetry” yang bergaya bebas seperti cara orang Amerika mengoreksi sastra Inggris yang puritan…”
#AKUAIR – Perumnas Ampenan, 15-11-2024: 19.47
¹Artikel ini telah disampaikan sebagai materi Pelatihan Mulok Bahasa Sasak Para Guru (PAUD, SD dan SMP) Se-Kota Mataram: Minggu, 16-11-2024
²Aktif di Entitas AKUAIR
³Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berdaya.
Downshifting atau Mengurangi Tingkat Konsumsi
Jadi downshifting adalah mengurangi tingkat konsumsi, meliputi jumlah (kuantitas atau frekwensi), kualitas (kandungan fisik, fungsi, kelengkapan, fitur), atau harga (lebih murah)
Catatam Manajemen : Agus K. Saputra
lombokjournal.com ~ Di negara barat yang perekonomiannya sudah sangat maju, downshifting atau mengurangi tingkat konsumsi semula dilakukan orang bukan karena krisis ekonomi, dilakukan secara sengaja untuk memperoleh kualitas hidupyang lebih dengan bekerja lebih sedikit.
Tindakan mengurangi tingkat konsumsidiambil sebagai respon terhadap hidup yang serba hiruk pikuk di saat ekonomi sedang mencapai puncaknya. Perekonomian memang bergerak mengikuti conjunctur seperti huruf S yang bergulung-gulung.
Pada saat mencapai pertumbuhan, semua orang menikmati konsumsi yang lebih besar. Mereka membeli serta mengambil kredit untuk segala hal. Kredit sebenarnya tidak lain dari sebuah bentuk konsumsi hari ini yang dibiayai dari penghasilan hari esok.
Mengapa mereka begitu berani mengambil kredit? Benar! Jawabannya adalah karena mereka optimis terhadap hari esok. Pada saat itu, hidup dan perekonomian seakan-akan tidak ada masalah sama sekali.
Perasaan-perasaan masyarakat yang sedang berada di era yang tumbuh (bullish) adalah perasaan berkelimpahan (berlebih), cash mudah didapat, ringan mengeluarkan uang (spending) dan optimis.
Dan begitu perekonomian mencapai puncaknya, hampir semua orang tampak sibuk, mengejar peluang ekonomi yang memberi penghasilan besar. Uang dibutuhkan untuk membiayai konsumsi, mencicil utang, dan membiayai gaya hidup.
Pekerjaan tak ada habisnya dan waktu terasa kurang.
Tentu saja kesibukan dan tekanan materialisme ini ada biaya-biaya atau pengorbannya. Sebagian orang membayar dengan kehilangan hubungan sosial, penundaan perkawinan dan memiliki keturunan, bahkan perceraian, dan pertengkaran-pertengkaran.
Sekarang Anda tinggal berhitung, mana yang lebih besar untung ruginya. Sebagian orang merasa tidak ada masalah, ia merasakan untungnya masih lebih besar dan ia meneruskan gaya hidup yang workaholic dengan membayar semua konsekuensinya.
Tetapi, sebagian lagi melakukan sebaliknya yaitu mengurangi tingkat konsumsi. Mereka merasa sia-sia bekerja keras kalau biaya yang dikorbankan lebih besar dari apa yang mereka terima.
“Orang-orang yang saya ceritakan terakhir tadi itulah yang membanting stirnya, memelopori apa yang disebut dengan )mengurangi tingkat konsumsi atau) downshifting,” tulis Rhenald Kasali dalam bukunya Marketing In Crisis (2009: hal. 181-183).
Dalam pengantarnya, Rhenald Kasali menyampaikan ia ingin membantu para pemilik usaha dan professional agar mampu mengambil manfaat dari ancaman krisis. Sebab, saat krisis datang, segala sesuatu berubah, demikian juga dengan pasar, perilaku pembeli, daya beli, pola hubungan, dan sebagainya.
Berbeda dengan pandangan kebanyakan pengamat yang sering menakut-nakuti dunia usaha bahwa krisis menghilangkan daya beli dan pasar, maka ia justru memperlihatkan adanya pasar yang tiba-tiba muncul dari krisis.
Itulah antara lain yang ia istilahkan sebagai marketing therapy, yaitu terapi terhadap fungsi pemasaran agar tim pemasaran memiliki keyakinan bukan hanya untuk survive di tengah kompetisi.
Tapi juga untuk menemukan dan menciptakan pasar baru sehingga Perusahaan tetap bisa tumbuh bahkan di waktu krisis (hal. ix).
Dalam krisis, ada tiga hal penting yang mengemuka (hal. 190-191):.
Pertama, marketing downshifting berpendapat tidak 100 persen konsumen yang menghilang itu benar-benar menghilang.
Sebagian besar justru mengalami perpindahan, yaitu shift, ke tempat lain.
Artinya kalau sebelumnya mereka membeli mobil mewah (baru) 4 buah setahun, barang kali sekarang cukup dua saja, dan dua lagi dibelikan mobil SUV atau MPV untuk keluarga. Jadi, dua di antaranya pinda ke segmen yang berbeda. Itu artinya, logika pasar tiba-tiba hilang berbeda dengan pikiran dan kepercayaan umum.
Kedua, pasar yang tiba-tiba muncul itu terjadi karena pergeseran segmen-segmen di atas maupun di bawahnya. Konsumen yang cemas biasanya bukan mengurangi tingkat konsumsi , melainkan, menggeser produk-produk yang segmennya sedikit lebih rendah.
Sedangkan pengusaha yang menerima tambahan segmen itu bida tiba-tiba menaikkan level konsumsinya pada segemen di atasnya. Jadi, pada masa transisi ini dapat ditemui pasar-pasar baru yang tiba-tiba muncul.
Ketiga, dalam mengepung pasar downshifting, dapat ditempuh cara-cara sebagai berikut:
1.Identifikasi Market Baru
Identifikasi dengan meneropong perilaku downshifting pada individu-individu dan industri. Perbanyak dialog dengan pasar, dan tambahkanlah alternatif-alternatif baru.
2.Bidik Setingkat di Atas atau di Bawah Segmen Lama
Karena konsumen berpindah, dan mengalami down, bidiklah setingkat di atas segmen Anda, dan berikan pelayanan yang terbaik karena meraka masih merasa sebagai premium.
3.Gunakan Pendekatan-pendekatan Baru
Segmen-segmen baru yang mengalami krisis ekonomi itu dijangkau bukan dengan media-media konvensional. Oleh karena itu, Anda harus belajar membidik mereka di dunia maya dan dunia yang mobile. Pastikan Anda tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka.
4.Relaksasi Constraint
Selalu ciptakan ruang untuk membuat konsumen lebih merasa relax dengan aturan-aturan yang baku. Ciptakan rasa percaya dan rasa aman.
5.Tetap Berpromosi
Promosi di masa-masa sulit tetap diperlukan, namun pendekatannya harus diubah untuk menimbulkan simpati dan kepercayaan.
6.Kesan Efisien
Yang dikehendaki konsumen pada masa krisis adalah efisien, bukan gengsi dan bukan pula kemasan yang berlebih. Selalu carikan upaya-upaya baru yang mengesankan Anda peduli terhadap efisiensi.
Orang yang mengurangi tingkat konsumsi atau downshifting adalah orang yang punya pilihan, mereka memilih keluarga, keseimbangan, aktualisasi diri, dan gaya hidup yang lebih sehat. Jadi, ciptakanlah hubungan yang membuat Anda diterima di pasar yang tiba-tiba muncul ini. ***