Dalam acara Anugerah Keterbukaan Informasi Publik oleh Komisi Informasi NTB diketahui, badan publik di NTB makin inovatif dalam layanan informasi
MATARAM.LombokJournal.com ~ Hasil monitoring dan evaluasiyang dilakukan Komisi Infromasi NTB, persentasiBadan Publik Informatif di Nusa Tenggara Barat meningkat.
Dalam pemberian Penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik oleh Komisi Informasi NTB di Hotel Lombok Raya Mataram, Kamis (24/10), menjadi tantangan meneguhkan komitmen nasional selama lima tahun berturut turut sebagai Pemerintah Provinsi Informatif.
“Saya mengapresiasi Komisi Informasi NTB dan berharap seluruh badan publik makin inovatif dan proaktif dalam memberikan layanan informasi kepada masyarakat,” ujar Penjabat (Pj) Gubernur Hassanudin.
Sementara itu, Ketua Komisi Informasi NTB, Sansuri Spt, MM mengatakan, hasil monev KI tahun ini, jumlah Pemerintah Kabupaten/Kota yang mendapatkan predikat Informatif naik sepuluh persen dari tahun lalu sebesar 50 persen. Sedangkan PPID OPD dan Pemerintah Desa tetap 25 persen dari hasil monev tahun lalu.
“Terimakasih kepada Pj Gubernur yang telah menetapkan transparansi sebagai tagline daerah kita sehingga menjadi motivasi kita semua untuk good governance,” ujarnya.
Sebanyak 95 badan publik, 10 PPID kabupaten kota, 45 OPD provinsi dan 10 PPID Desa yang dilakukan monev dan visitasi menunjukkan kenaikan.
70 persen untuk kategori PPID kabupaten/kota dan OPD provinsi meningkat menjadi 75 persen, dan 12,5 persen PPID Desa dengan predikat Informatif dengan catatan mendapatkan Penghargaan nasional selama tiga tahun berturut turut yang tahun ini diwakili dua desa yakni Aikmual, Loteng dan Desa Beru, KSB. Sedangkan sengketa informasi di KI NTB juga meningkat dari 24 menjadi 30 kasus.
Berikut peraih penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik tingkat provinsi tahun 2024 ;
KABUPATEN DOMPU
KABUPATEN LOMBOK BARAT
KABUPATEN LOMBOK UTARA
KABUPATEN SUMBAWA
KABUPATEN LOMBOK TIMUR
KOTA MATARAM
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
DESA PUYUNG KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
DESA DESA BERU KECAMATAN BRANG REA KABUPATEN SUMBAWA
DESA LAJUT KECAMATAN PRAYA TENGAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
DESA AIK MUAL KECAMATAN PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
DESA LEMBAR SELATAN KECAMATAN LEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT
DINAS PERINDUSTRIAN PROVINSI NTB
BIRO HUKUM SETDA PROVINSI NTB
DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NTB
KEPENDUDUKAN DAN CẤTATAN SIPIL PROVINSI NTB
DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEMERINTAH DESA
INSPEKTORAT PROVINSI NTB
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PROVINSI NTB
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI NTB
DINAS PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN PROVINSI NTB
DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI NTB
BIRO PEMERINTAHAN DAN OTONOMI DAERAH SETDA PROVINSI NTB
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI NTB
DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI NTB
BIRO PENGADAAN BARANG DAN JASA SETDA PROVINSI NTB
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI NTB
DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI NTB
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI NTB
BIRO KESRA SETDA PROVINSI NTB
SEKRETARIAT DPRD PROVINSI NTB
DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NTB
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI NTB
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI NTB
BADAN PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN , PERLINDUNGAN ANAK
DINAS PERDAGANGAN PROVINSI NTB
DINAS SOSIAL PROVINSI NTB
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NTB
BIRO PEREKONOMIAN SETDA PROVINSI NTB
BADAN RISET INOVASI DAERAH PROVINSI NTB
BIRO ORGANISASI SETDA PROVINSI NTB
DINAS KESEHATAN PROVINSI NTB
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI NTB
RUMAH SAKIT HL MANAMBAI ABDUL KADIR PROVINSI NTB
BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PROVINSI NTB
RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA PROVINSI NTB
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB.(jm/her/kominfotik)
Tips Cari Tiket Pesawat Jakarta–Aceh Murah
Memesan tiket pesawat jauh hari sebelum keberangkatan adalah cara efektif menekan biaya, idealnya, pemesanan dilakukan sekitar 4 sampai 8 minggu sebelum tanggal terbang
MATARAM.LombokJournal.com ~ Perjalanan dari Jakarta ke Aceh semakin mudah dengan berbagai pilihan penerbangan yang tersedia. Namun, mencari tiket pesawatJakarta-Aceh dengan harga terjangkau sering kali menjadi tantangan tersendiri.
Untuk mendapatkan harga terbaik, Anda perlu strategi khusus agar tidak terlambat memesan dan akhirnya membayar lebih mahal. Tiket pesawat Jakarta-Aceh bisa didapatkan dengan harga kompetitif jika menggunakan cara-cara cerdas dalam pencarian tiket.
Salah satu platform terpercaya untuk membeli tiket pesawat adalah Traveloka, yang menyediakan beragam promo menarik dan pilihan maskapai lengkap. Dengan memanfaatkan fitur pencarian harga termurah di Traveloka, Anda bisa memperoleh tiket sesuai anggaran tanpa mengorbankan kenyamanan perjalanan.
Lantas, apa saja tips mencari tiket murah untuk rute Jakarta-Aceh?
Berikut adalah lima tips penting untuk mendapatkan tiket pesawat Jakarta-Aceh murah yang bisa Anda praktikkan.
Tips Mencari Tiket Pesawat Jakarta–Aceh Murah
Menerapkan tips yang tepat akan membantu Anda menghemat biaya perjalanan. Berikut beberapa langkah praktis untuk mendapat harga tiket pesawat terbaik.
Pesan Tiket Lebih Awal untuk Harga Terbaik
Memesan tiket pesawat jauh hari sebelum keberangkatan adalah cara efektif menekan biaya. Idealnya, pemesanan dilakukan sekitar 4 sampai 8 minggu sebelum tanggal terbang. Untuk rute populer seperti Jakarta–Aceh, harga tiket cenderung merangkak naik jika dipesan mendekati waktu keberangkatan.
Oleh sebab itu, selalu awasi kalender harga di situs Online Travel Agent (OTA) untuk mengetahui kapan harga tiket mulai naik dan kapan waktu terbaik untuk memesan.
Memesan lebih awal tidak hanya mengamankan harga murah, tetapi juga memberi keleluasaan memilih jadwal penerbangan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Dengan perencanaan matang, Anda bisa menghindari lonjakan harga mendadak yang kerap terjadi pada rute penerbangan padat.
2. Bandingkan Harga di Berbagai Platform
Melakukan perbandingan harga di berbagai situs adalah langkah penting. Gunakan situs pembanding harga seperti Google Flights untuk melihat berbagai pilihan tiket dari sejumlah maskapai. Selain itu, jangan lupa cek secara langsung di situs maskapai seperti Garuda Indonesia, Batik Air, Citilink, dan Lion Air karena sering ada promo eksklusif yang hanya tersedia di platform resmi mereka.
Anda juga bisa memanfaatkan paket bundling tiket plus hotel yang kadang menawarkan harga lebih hemat. Perbandingan harga yang teliti memastikan Anda mendapatkan penawaran terbaik tanpa harus membuka banyak tab browser secara acak.
3. Pilih Waktu Terbang di Luar Jam Sibuk
Pemilihan waktu terbang sangat berpengaruh pada harga tiket. Biasanya, penerbangan di jam-jam sibuk seperti pagi 07.00–09.00 dan sore 17.00–19.00 memiliki tarif yang lebih tinggi. Sebagai alternatif, memilih penerbangan pagi buta atau larut malam bisa menekan biaya perjalanan.
Selain waktu, hari keberangkatan juga berpengaruh. Hari Selasa dan Rabu kerap menawarkan harga tiket lebih murah dibanding akhir pekan. Jika Anda punya fleksibilitas waktu, gunakan keuntungan ini untuk menghemat sekaligus mendapatkan jadwal yang tidak terlalu padat.
4. Manfaatkan Promo Maskapai dan Travel Fair
Maskapai domestik Indonesia kerap meluncurkan promo musiman, terutama saat hendak memasuki masa liburan panjang. Promo ini menawarkan potongan harga yang signifikan bagi penumpang yang cepat tanggap. Ikuti akun media sosial maskapai dan OTA untuk mendapatkan informasi terkini terkait flash sale yang tidak mau Anda lewatkan.
Selain itu, hadir juga event travel fair, baik secara offline maupun online, yang menyediakan harga lebih murah dibandingkan tarif normal. Travel fair ini menjadi momen tepat untuk berburu tiket dengan diskon menarik dan penawaran khusus lainnya.
5. Gunakan Program Loyalty dan Poin Reward
Program loyalitas memudahkan Anda mendapatkan tiket pesawat gratis atau upgrade kelas kursi dengan menukarkan poin reward. Jika sering bepergian, program ini bisa menghemat pengeluaran perjalanan secara signifikan.
Tak kalah menarik, OTA seperti Traveloka menyediakan sistem poin yang bisa digunakan sebagai potongan harga saat membeli tiket pesawat. Bagi pelancong bisnis yang rutin terbang ke Aceh, memaksimalkan penggunaan poin dan program loyalitas merupakan strategi cerdas.
Menemukan tiket pesawat Jakarta–Aceh murah bukan hal yang sulit jika Anda menerapkan lima tips ini. Mulai dari pemesanan awal, membandingkan harga di berbagai platform, memilih waktu penerbangan yang fleksibel, memanfaatkan promo dan travel fair, hingga menggunakan program loyalitas dan poin reward.
Siap terbang ke Aceh dengan harga terbaik? Pesan tiket pesawat lewat Travelokasekarang juga. Tentu, ini karena Traveloka menawarkan promo menarik, pilihan maskapai lengkap, dan fitur pencarian harga termurah, Anda selalu untung dan mendapatkan kemudahan dalam setiap perjalanan. (*)
Koreografer Muda NTB yang Berprestasi Bermunculan
Para koreografer muda berbakat yang berprestasi internasional itu akan mengharumkan nama daerah
MATARAM.LombokJournal.com ~ Para koreografer muda Nusa Tenggara Barat yang menunjukkan karya-karya terbaiknya menyajikan karya-karyanya dalam tajuk “Yang Muda Yang Berkarya” di gedung tertutup Taman Budaya NTB, Sabtu (27/09/25) malam.
Tari MARING SEJIWE
Tujuh koreografer berbakat itu masing-masing Sella Ayu Aprilina, Alliya Andarin, Auliyah Azizah, Selly Ayu Aprilia, Ayu Laksmi Juliantari, I Gusti Ayu Agya Kirania, dan Ni Luh Putu Gek Mirah.
Karya tari yang disuguhkan malam itu bukan saja menuai decak kagum penonton. Bahkan para seniman menilai karya tari itu merupakan karya yang sarat pembaruhan yang mengolah semangat dan roh tradisi Lombok. Seni tradisi selain makin dinamis sekaligus menunjukkan daya kreatif besar dari para koreografer belia yang bicara kepedulian sosial.
Dalam karya Maring Sejiwe, koreografer Sella Aprilina mengangkat persahabatan di masa pandemi Covid Solidaritas ditampilkan dengan cara membuka kesempatam dan ruang untuk penyadang disabilitas agar berprestasi untuk indonesia maju.
Tujuh karya tari dari para koreografer muda itu mencatat prestasi mulai tingkat provinsi, nasional hingga dalam forum bergengsi internasional. Sebut saja karya tari ‘Maring Sejiwe’, selain karya tari ini menjadi juara 1 (medali emas) FLS2N tk Nasional th 2022 jenjang SMP. Juga meraih medali emas lomba Tari Internasional di Ceko th 2022 mewakili Indonesia.
“Para koreografer muda itu merupakan generasi emas dalam bidang seni, khususnya seni tari, yang akan mengharumkan nama NTB,” tutur Kepala Taman Budaya NTB, Suryadi Mulawarman di kantornya usai pergelaran tari.
Di tengah miskinnya prestasi karya seni modern NTB di level nasional dan internasional, karya yang disajikan para koreografer muda berbakat itu sungguh membanggakan. Menurut Surya, menilik prestasi menonjol koreografer muda berbakat itu, maka sudah selayaknya mereka diberi ruang untuk tampil di Taman Budaya..
“Bahkan Taman Budaya wajib memberi ruang seluasnya guna mendukung prestasi mereka,” ujar Surya sungguh-sungguh.
Mengangkat Taman Budaya
Kepala Taman Bufaya NTB, Suryadi Mulawarman
Sejak Surya Mulawarman, ASN yang juga yang juga dikenal sebagai koreografer, membuat lembaga Taman Budaya NTB terangkat pamornya. Baru-baru ini Taman Budaya NTB mengirim para penari profesional dalam perayaan Hari Ulang Tahun RI ke 80 di Istana Negara. Bersamaan dengan itu Surya juga mengajak Satpam, cleaning serivice dan beberapa pegawai Taman Budaya berangkat ke Istana Negara untuk menarikan tari Rudat Lombok.
“Saya berusaha meningkatkan pamor Taman Budaya yang selama ini tidak mengambil peran dalam event besar,” ujar Surya. Tahun ini para penari yang dikordinasikan Taman Budaya NTB juga berperanan menyemarakkan event MotoGP 2025 di Sirkuit Mandalika.
Meski demikian Surya sebagai Kepala Taman Budaya tak luput dari yang mengkritisi kiprahnya. Misalnya, upaya mengangkat para koreografer muda berbakat itu dicurigai nepotis, karena dinilai hanya menampilkan orang-orang di lingkarannya.
“Kalau saya memberi ruang pada koreografer yang berprestasi itu, mendorong mereka agar lebih berprestasi lagi, apa itu nepotis?“ kata Surya bertanya keheranan.
Diakuinya, Surya mengenal para koreografer itu tapi tidak serta merta ia melakukan praktik nepotisme. Sebab siapa pun yang berprestasi akan diberi kesempatan yang sama.
Surya menegaskan bahwa ia tidak alergi kritik, tapi sikap kritis yang dibebani tendensi tertentu justru terkesan menyerang pribadi.
“Kritik seniman seharusnya juga menimbang prestasi kesenian. Kalau tidak, itu akan mengeruhkan upaya kita untuk menumbuhkan iklim berkesenian yang sehat,” ujar Surya sambil tersenyum . rsy
Proses Kreatif Whyper di Acara Microfest-nya Akar Pohon
Perjalanan proses kreatif Whyper bukanlah kebetulan, melainkan kelanjutan dari tradisi purba itu bahwa imaji mendahului narasi
Catatan Agus K Saputra
MATARAM.LombokJournal.com ~ Menarik sekali menyaksikan perbincangan Tara Febriani Khaerunnisa dalam Perupa Bicara yang (antara lain) mengulik proses kreatif Lalu Wahyu Permana. Pada acara Microfest yang dihelat komunitas Akar Pohon Mataram, Jum’at (19/09/25) di Éclair Coffee.
Microfest tahun ini memasuki tahun ketujuh, sekaligus tahun ketiga festival yang berangkat dari tema hereditas atau warisan. Kali ini Akar Pohon mengambil tajuk “Silangan”.
Dengan empat buku yang terpilih: Taman Kate-Kate (Maria Dermout, 1988-1962), Manusia Bebas (Suwarsih Djojopuspito (1912-1977), Orang-Orang Bloomington (Budi Dharma, 1937-2021), dan Siklus (Mohammad Diponegoro, 1928-1982).
Jejak Awal: Menggambar Sebelum Menulis
Ada sesuatu yang filosofis dalam fakta, dalam proses kreatif Lalu Wahyu Permana, yang lebih dikenal dengan nama Whyper, belajar menggambar sebelum ia mampu menulis huruf. Bagi banyak orang, menulis adalah pintu masuk ke dunia simbol, representasi, dan bahasa. Tetapi bagi Whyper, dalam proses kreatif itu jalannya berbelok lebih awal: ia memasuki semesta ekspresi melalui visual. Sejak kecil ia telah akrab dengan gambar Dinosaurus, bukan sekadar sebagai hiburan, tetapi sebagai cara menyusun dunia di dalam dirinya.
Fenomena ini mengingatkan kita pada sebuah pandangan dalam filsafat seni bahwa gambar, sebelum huruf, adalah bahasa pertama manusia. Gua-gua purba Lascaux di Prancis atau lukisan cadas di Sulawesi adalah bukti bahwa manusia lebih dahulu berbicara dengan gambar ketimbang kata. Dengan demikian, perjalanan proses kreatif Whyper bukanlah kebetulan, melainkan kelanjutan dari tradisi purba itu bahwa imaji mendahului narasi, dan visual sering kali lebih jujur daripada kata-kata.
Sejak SD hingga SMA, Whyper terus setia pada seni rupa, mengikuti lomba demi lomba. Media yang dipilihnya pun sederhana: crayon dan cat air. Kedua medium ini, dalam filsafat estetika, bisa dilihat sebagai bentuk medium yang “intim.” Crayon menuntut sentuhan langsung, kedekatan tangan dengan kertas. Cat air menuntut kelenturan, menerima aliran yang tak sepenuhnya bisa dikendalikan. Seolah sejak awal Whyper telah berlatih berdamai dengan medium yang menuntut kerjasama antara kehendak manusia dan sifat materialnya.
Transformasi: Dari Medium Tradisional ke Digital
Tahun 2017 menjadi momen penting: Whyper beralih ke media digital. Bagi sebagian orang, peralihan dari medium tradisional ke digital hanyalah persoalan teknis, persoalan alat. Namun secara filosofis, ini adalah peralihan ontologis. Dunia digital menggeser batas antara realitas dan imajinasi. Dengan digital, karya seni tidak lagi tunduk sepenuhnya pada hukum material—kertas yang robek, cat yang luntur —tetapi pada hukum algoritma.
Langkah Whyper bisa dipahami sebagai bentuk kesadaran zaman. Seni rupa tidak pernah statis; ia selalu bergerak mengikuti denyut teknologi dan budaya.
Whyper melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar menyesuaikan diri: ia menjadikan digital sebagai lahan baru untuk menyemaikan imaji-imaji lamanya. Apa yang sebelumnya dikerjakan dengan crayon dan cat air, kini menemukan wujud baru dalam layar, piksel, dan perangkat lunak.
Peralihan itu bukan sekadar langkah adaptif, melainkan langkah eksistensial.
Heidegger pernah menulis bahwa teknologi bukan sekadar alat, tetapi cara mengungkapkan dunia. Dengan memasuki media digital, Whyper sedang mengungkapkan ulang dunianya. Dunia yang semula cair dan lembut melalui cat air, kini ditata ulang melalui kolase digital yang kompleks.
Menjadi Profesional: Seni sebagai Jalan Hidup
Pada tahun 2020, Whyper resmi menapaki jalan sebagai seniman visual profesional. Momen ini penting untuk dilihat secara filosofis. Profesi bukan hanya status sosial atau ekonomi, tetapi juga komitmen eksistensial.
Dengan menyatakan diri sebagai seniman profesional, Whyper menegaskan bahwa seni bukan sekadar hobi, bukan sekadar pelarian dari rutinitas, melainkan jalan hidup.
Dalam tradisi filsafat eksistensial, terutama Sartre, pilihan untuk menempuh jalan tertentu adalah peneggasan kebebasan.
Dengan menjadi seniman, Whyper tidak hanya memilih pekerjaan, tetapi memilih makna bagi keberadaannya. Proyek-proyek nasional maupun internasional yang ia ikuti adalah bukti bahwa kebebasan itu bertemu dengan tanggung jawab. Ia bukan lagi sekadar menggambar untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi dunia yang lebih luas, dengan konsekuensi dan tantangan yang nyata.
Kolase sebagai Filosofi
Yang menarik, dalam karya digitalnya Whyper banyak menggunakan konsep kolase. Di sini, kita menemukan sisi filosofis yang lebih dalam. Kolase bukan sekadar teknik menyatukan potongan-potongan gambar.
Kolase adalah pernyataan ontologis bahwa realitas itu sendiri tersusun dari fragmen-fragmen. Dunia bukanlah totalitas yang bulat dan tunggal, melainkan serpihan-serpihan yang, ketika digabungkan, membentuk makna.
Dalam proses kreatif itu ,Whyper memasuki semesta ekspresi melalui visual
Ketika Whyper merespon cerpen-cerpen Budi Dharma dalam buku Orang-Orang Bloomington, ia memilih tiga cerita: Yorick, Orez, dan Nyonya Elberhart. Pilihan ini bukan kebetulan. Ia memilih berdasarkan resonansi emosional: kesebalan, keunikan, dan kesedihan. Tiga emosi ini kemudian divisualkan melalui kolase.
Filosofinya jelas: emosi manusia sendiri adalah kolase. Kita jarang mengalami emosi murni; marah bercampur dengan sedih, gembira bercampur dengan rindu.
Whyper pun tidak hanya menampilkan karakter utama, tetapi juga karakter sampingan, adegan kecil, detail minor. Semua itu dianggap penting.
Pandangan ini memiliki landasan filosofis yang mirip dengan pemikiran strukturalisme: tidak ada elemen yang sepenuhnya bisa dipahami secara terpisah. Sebuah cerita hanya bisa dimengerti melalui relasi antarbagian, dan setiap bagian, sekecil apa pun, menopang keseluruhan.
Dengan kata lain, kolase Whyper adalah bentuk visualisasi dari pandangan struktural: totalitas dibangun dari relasi fragmen.
Membaca Narasi, Menulis Visual
Proses kreatif Whyper dalam memvisualkan karya Budi Dharma menunjukkan hubungan yang intim antara teks dan gambar. Ia tidak menciptakan karakter-karakter secara bebas, melainkan berangkat dari deskripsi yang ditulis pengarang.
Yorick divisualkan seperti tengkorak, Orez dengan mata besar sebelah dan tubuh besar, Nyonya Elberhart dengan rambut putih dan ekspresi penyabar.
Dalam filsafat hermeneutika, seni adalah bentuk interpretasi. Membaca adalah menafsirkan, dan menggambar adalah menafsirkan ulang. Whyper menjalani proses hermeneutis ganda: ia membaca teks Budi Dharma, menafsirkan makna emosionalnya, lalu menuliskannya ulang dalam bahasa visual.
Dengan demikian, karya visualnya bukan sekadar ilustrasi, melainkan dialog. Ia membuka ruang percakapan antara literatur dan seni rupa, antara kata dan gambar, antara emosi dan bentuk.
Eksperimen dan Identitas
Proses kreatif Whyper tidak berhenti pada kolase saja. Ia terus mencoba teknik-teknik lain, style warna baru, tekstur yang beragam. Dari sini tampak kesadaran filosofis yang penting: identitas bukanlah sesuatu yang statis, melainkan proses yang terus berubah.
Identitas seorang seniman tidak ditentukan oleh satu teknik atau satu gaya, melainkan oleh keberanian untuk terus bereksperimen.
Namun, yang menarik, setelah membaca cerpen-cerpen Budi Dharma, ia justru merasa sepakat dengan dirinya sendiri untuk menggunakan kolase. Artinya, eksperimen yang luas justru membuatnya menemukan titik temu yang lebih jernih. Filosofinya mirip dengan dialektika
Hegelian: melalui proses negasi dan eksplorasi, akhirnya seseorang menemukan sintesis baru. Dalam hal ini, kolase bukan sekadar teknik pilihan, melainkan hasil permenungan panjang terhadap perjalanan estetikanya.
Warna dan Tekstur: Kesadaran Estetis
Whyper menyadari ada kemiripan dalam penggunaan warna di karyanya. Filosofisnya, kesadaran ini menunjukkan bahwa setiap seniman, meskipun berusaha bereksperimen, selalu membawa jejak identitas yang khas.
Warna adalah bahasa bawah sadar yang sering kali lebih jujur daripada konsep. Dalam setiap karya, warna yang dipilih seniman adalah semacam sidik jari estetik, tanda yang sulit dihapus meskipun teknik berganti.
Tekstur, bagi Whyper, juga menjadi ruang eksplorasi. Secara filosofis, tekstur adalah upaya untuk menghadirkan kedalaman dalam permukaan. Dunia tidak pernah hanya permukaan; selalu ada lapisan di bawahnya. Dengan mengutak-atik tekstur, Whyper seakan ingin mengatakan bahwa setiap realitas, termasuk realitas manusia, selalu berlapis dan kompleks.
Seni sebagai Kesadaran Diri dan Zaman
Akhirnya, proses kreatif Whyper bisa dipahami sebagai perjalanan kesadaran: kesadaran diri dan kesadaranzaman. Dari menggambar dinosaurus hingga proyek internasional, dari crayon ke digital, dari eksperimen luas hingga kolase yang reflektif. Ia menunjukkan bahwa seni adalah proses menemukan diri sekaligus menjawab tantangan zaman.
Seni, bagi Whyper, bukan hanya ekspresi personal, tetapi juga dialog dengan narasi besar manusia: literatur, teknologi, emosi, dan realitas. Dalam penemuan proses lreatif, ia meneguhkan pandangan filosofis, seni adalah jembatan antara individu dan dunia.
#Akuair-Ampenan, 20-09-2025
Pameran Visual Art Mantra Ardhana
Dalam Pameran Oxygen Poetry, terlihat jelas karya Bli Mantra tak hanya berhenti pada penampilan visual, tetapi bergerak lebih jauh ke ranah proses
Catatan Agus K Saputra
MATARAM.LombokJournal.com ~ Seniman Mantra Ardhana mangadakan pameran tunggal atau Solo Visual Art Exhibition bertajuk Oxygen Poetry di R-play Lombok, (07/09 lalu). Berikut pandangan Sutradara Teater dari Bengkel Aktor Mataram Kongso Sukoco, saat sesi Artist Talk, Senin (08/09/25).
Pertemuan antara seni dan teknologi adalah sebuah peristiwa kultural yang terus menantang cara kita memahami identitas seniman dan bentuk karya seni. Dalam konteks Nusa Tenggara Barat, Bli Mantra Ardhana dilihat sebagai salah satu perupa yang lebih maju dalam melibatkan kecerdasan buatan (AI) dalam proses kreatifnya dibandingkan banyak perupa lain di lingkungannya.
Keberanian Bli Mantra untuk menjadikan teknologi sebagai bagian dari proses kreatif adalah sebuah langkah penting. Tapi di balik itu terdapat hal yang lebih mendasar,: persoalan identitas seniman.
Identitas seniman tidaklah statis, melainkan hasil dari serangkaian interaksi, pengalaman, dan faktor-faktor historis maupun kultural. Ia dibentuk oleh tradisi, pendidikan, ruang sosial, bahkan oleh teknologi yang diakrabi.
Dalam Pameran Oxygen Poetry, misalnya, terlihat jelas bagaimana karya Bli Mantra tidak hanya berhenti pada penampilan visual, tetapi bergerak lebih jauh ke ranah proses, mimpi, dan dialog dengan bawah sadar.
Karya-karyanya dalam pameran ini menghadirkan bentuk-bentuk bayi, bentuk organisme yang hidup. Semacam metafora atas proses kelahiran gagasan yang tak pernah final.
Identitas Seniman dan Jejak Teknologi
Jika kita menoleh ke masa lalu, pelukis surialis Salvador Dalimenciptakan karya-karya dengan imajinasi dan teknik manual murni, tanpa bantuan teknologi. Di sisi lain, Bli Mantra dalam pameran ini memilih melukis surialis figuratif dengan bantuan teknologi, khususnya AI. Pertanyaan yang muncul adalah: mana yang lebih baik?
Kongso Sukoco, “Mantra tidak berhenti pada penampilan visual, tetapi bergerak lebih jauh ke ranah proses,”
Jawabannya, barangkali, bukan soal lebih baik atau lebih buruk. Filsafat seni mengajarkan kita bahwa nilai karya tidak semata ditentukan oleh instrumen, melainkan oleh kediriannya—oleh kesadaran, intensi, dan pesan yang hendak dihadirkan seniman kepada publik. Teknologi hanyalah medium baru, sebagaimana kuas dan kanvas merupakan medium masa lalu. Yang menentukan tetaplah visi seniman, bagaimana ia mengolah teknologi menjadi bahasa visual yang khas.
Dengan demikian, kita tidak bisa menempatkan Dali di satu kutub dan Bli Mantra di kutub lain secara hierarkis. Mereka berdiri sejajar dalam jalur sejarah seni: Dali melahirkan bahasa visual dari keterampilan manual, sementara Bli Mantra melahirkan bentuk melalui simbiosis antara imajinasi manusia dan mesin.
Bentuk sebagai Proses, Bukan Produk Akhir
Sayangnya, diskusi seni sering kali berhenti pada produk akhir: bentuk rupa yang tampak oleh mata. Padahal, sebagaimana terlihat pada karya Bli Mantra, bentuk bukanlah titik akhir, melainkan pintu masuk ke sebuah proses.
Proses inilah yang penting: semangat pencarian, mimpi bawah sadar, bahkan dialog dengan organisme hidup yang tak bisa dipisahkan dari tubuh manusia. Bentuk bayi yang lahir dalam karya Bli Mantra, misalnya, bukan sekadar estetika visual, tetapi simbol dari sesuatu yang terus tumbuh, belum selesai, dan selalu terbuka bagi interpretasi.
Dalam kerangka filsafat fenomenologi, bentuk itu adalah fenomena yang menyingkap ada (being) di balik rupa, semacam peristiwa yang menuntut keterlibatan pembacanya.
Di titik ini, seni Bli Mantra menghadirkan sebuah tawaran filosofis: seni bukanlah barang mati, melainkan organisme hidup yang berdialog. Sebagaimana teater yang dipentaskan di panggung memiliki kualitas organisme hidup yang berbeda dari teater di video, begitu pula karya seni visual.
Dalam teknologi AI yang sering dituduh mengasingkan, Bli Mantra dalam pameran ini justru menghadirkan kembali vitalitas organisme.
Teknologi sebagai Tantangan Estetik
Dalam sastra, Putu Wijaya pernah menegaskan bahwa kemunculan teknologi adalah tantangan besar. Banyak penulis baru dengan bantuan teknologi tiba-tiba mampu melahirkan karya yang lebih maju dari generasi pendahulunya. Namun, yang sejatinya diuji bukanlah kecanggihan teknis, melainkan apa yang ingin disampaikan oleh karya itu.
Seni adalah dialog. Jika karya hanya berhenti pada kecanggihan teknis, ia akan jatuh menjadi simulasi belaka. Tapi jika teknologi dipadukan dengan visi, dengan kedalaman pengalaman, maka lahirlah sesuatu yang sophisticated, bukan karena rumit, melainkan karena berakar pada kesadaran. Kecanggihan sejati bukanlah efek, melainkan makna.
Dalam kerangka inilah saya membaca karya Bli Mantra. Sophistication dalam karyanya tidak sekadar karena ia menguasai AI, melainkan karena ia mampu menempatkan teknologi sebagai perpanjangan dari organ tubuh dan pikiran. Teknologi tidak menjadi mesin mati, tetapi bagian dari organisme hidup yang berdialog dengan penonton.
Puisi Visual, Musik Visual, dan Ranah Estetika Baru
Ketika Bli Mantra berbicara tentang organic mind, kita seperti diingatkan bahwa seni memiliki kapasitas untuk melampaui batas disiplin. Puisi visual, musik visual, hingga teater digital—semuanya berangkat dari ranah visual, tetapi sekaligus mencairkan sekat-sekat genre.
Filsafat seni kontemporer menyebut fenomena ini sebagai intermediality—persilangan medium yang melahirkan ruang estetik baru. Di sinilah letak keberanian Bli Mantra: ia tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memahami bahwa teknologi membuka ruang dialog lintas disiplin. Seni tidak lagi berada dalam kerangkeng genre, melainkan menjadi organisme cair yang terus tumbuh.
Refleksi Penutup: Seni sebagai Dialog Hidup
Pada akhirnya, karya Bli Mantra mengajarkan kita bahwa seni adalah organisme hidup yang bernafas, berdialog, dan menantang kita untuk berpikir ulang tentang identitas, bentuk, dan teknologi. Identitas seniman bukanlah sesuatu yang sudah jadi, tetapi proses yang terus dibentuk. Bentuk karya bukanlah tujuan akhir, tetapi cermin dari semangat pencarian. Teknologi bukanlah ancaman, melainkan kesempatan untuk memperluas kemungkinan dialog.
Sebagai pengagum Bli Mantra, saya melihat kelebihannya bukan sekadar pada penguasaan teknologi, melainkan pada kemampuannya menempatkan teknologi di dalam kerangka visi. Ia tidak hanya bisa, tetapi juga memahami.
Tidak hanya memanfaatkan, tetapi juga menghidupkan. Karya Bli Mantra tampak sophisticated: karena ia melahirkan organisme estetik yang berdialog dengan kita, para penikmat karya-karyanya
#Akuair-Ampenan, 16-09-2025
Performance dan Showcase Universitas Bumigora di Taman Budaya
Performance dan Showcase menjadi wadah belajar di luar kelas, dan mahasiswa terlibat penuh, mulai dari konsep, produksi, hingga penyajian karya
MATARAM.LombokJournal.com ~ Fakultas Seni dan Desain Universitas Bumigora menggelar kegiatan Performance dan Showcase di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (12/8/2025).
Acara ini menampilkan karya mahasiswa dari Program Studi Seni Pertunjukan dan Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) dalam bentuk musik, teater, dan pameran visual.
Menurut penyelenggara, kegiatan Performance dan Showcase bertujuan mendorong mahasiswa berinteraksi langsung dengan dunia industri kreatif.
Yoi Akustik
Selain itu, memperluas akses seni pertunjukan ke masyarakat, serta memberikan kontribusi pada pembangunan daerah melalui sektor budaya.
“Performance dan Showcase ini menjadi wadah belajar di luar kelas. Mahasiswa terlibat penuh, mulai dari konsep, produksi, hingga penyajian karya,” ujar Baiq Larre Ginggit Sekar Wangi yang akrab disapa Ginggit, dosen Seni Pertunjukan sekaligus pimpinan produksi dalam acara tersebut.
Repertoar Musik dan Teater
Pertunjukan musik oleh grup Yoiakustik, yang membawakan tiga lagu balada hadir sebagai pembuka acara. Grup ini terdiri dari Wing Sentot Irawan, yang akrab disapa Mr. Yoi (vokal dan gitar), Gde Agus (cajon), dan Arif (biola).
Aransemen musik mereka sederhana namun fokus pada kekuatan vokal dan nuansa akustik.
Segmen kedua adalah pementasan teater berjudul Panggung Pinangan Kocar-Kacir.
Drama ini disutradarai oleh Lalu Guruh Virgiawan dan dimainkan oleh mahasiswa Program Studi Seni Pertunjukan. Empat pemeran utama adalah Andi sebagai Pak Rukmana, Vani sebagai Ratna, Daffa sebagai Agus Tubagus, dan Ferro sebagai Kang Mus.
Produksi teater ini dikerjakan sepenuhnya oleh tim mahasiswa, termasuk tata cahaya oleh Opik, tata suara oleh Ari, Rapi, dan Galih, tata rias oleh Jenny, penataan panggung oleh Wayan Dibiagi, serta tata busana oleh Ginggit. Lakon menampilkan cerita Pinangan yang berjalan tidak sesuai rencana, memadukan unsur drama dan komedi ringan.
Showcase arsip karya mahasiswa DKV. Pameran ini dikoordinasikan oleh Sasih Gunalan dan Banyu Lazuardi, menampilkan beragam karya visual seperti poster, desain grafis, dan dokumentasi kegiatan prodi ditampilakan di Loby utama Gedung teater tertutup Taman Budaya. Tujuannya adalah mempresentasikan perjalanan kreatif mahasiswa sekaligus membangun portofolio yang dapat diakses publik.
Kolaborasi Lintas Disiplin
Pimpinan produksi dalam keterangannya, menekankan bahwa acara ini adalah bentuk nyata kolaborasi lintas disiplin.
“Kolaborasi antara Seni Pertunjukan dan Desain Komunikasi Visual memperkaya pengalaman mahasiswa. Mereka tidak hanya berkarya sesuai bidang masing-masing, tetapi juga memahami proses kerja kreatif secara menyeluruh,” ujarnya.
Kolaborasi ini dinilai penting untuk menyiapkan lulusan yang adaptif di industri kreatif, yang kerap menuntut keterampilan lintas bidang. Fakultas berharap acara serupa dapat menjadi agenda tahunan dan dikembangkan dalam skala lebih besar.
Universitas Bumigora, yang berlokasi di Kota Mataram, NTB, memiliki enam fakultas dengan total 15 program studi pada jenjang D3, S1, dan S2. Fakultas Seni dan Desain menaungi dua program studi: Seni Pertunjukan (S1) dan Desain Komunikasi Visual (S1).
Selain itu, universitas ini juga memiliki Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, serta Fakultas Ilmu Budaya. Masing-masing fakultas mengelola program studi sesuai bidangnya, mulai dari Ilmu Komputer, Teknologi Informasi, Gizi, Farmasi, Manajemen, Akuntansi, hingga Sastra Inggris.
Dalam konteks kegiatan ini, Fakultas Seni dan Desain menerapkan pendekatan experiential learning—metode pembelajaran yang menekankan keterlibatan langsung mahasiswa dalam proses produksi karya.
“Mahasiswa dilatih untuk mengelola karya dari tahap perencanaan, eksekusi, hingga evaluasi. Ini bagian dari persiapan menghadapi tantangan industri kreatif,” kata salah satu dosen DKV yang terlibat.
Respons Peserta dan Penonton
Mahasiswa yang terlibat dalam acara ini menilai kegiatan tersebut sebagai pengalaman penting. Andy, mahasiswa Seni Pertunjukan yang memerankan tokoh Pak Rukmana. “Berbeda dengan latihan di kelas, tampil di hadapan penonton umum membuat kami belajar mengatur emosi, komunikasi, dan kerja tim di situasi nyata,” tuturnya.
Beberapa penonton yang hadir juga memberikan apresiasi. “Pertunjukannya menarik karena menampilkan karya dari berbagai disiplin. Harapannya, kegiatan seperti ini lebih sering digelar,” ujar salah satu pengunjung.
Pihak Taman Budaya NTB, sebagai tuan rumah acara, menyatakan dukungan terhadap kegiatan seni kampus yang membuka akses kepada publik.
“Kami siap memfasilitasi kegiatan mahasiswa karena ini bagian dari pengembangan ekosistem seni di daerah,” kata perwakilan pengelola gedung.
Kegiatan ini selaras dengan arah pengembangan ekonomi kreatif di NTB, yang dalam beberapa tahun terakhir mulai menjadi salah satu fokus pemerintah daerah. Seni pertunjukan dan desain grafis termasuk subsektor yang memiliki potensi besar di wilayah ini, terutama karena keberagaman budaya lokal dan peluang pemasaran digital.
Dengan melibatkan mahasiswa secara langsung dalam produksi karya dan interaksi dengan publik, Universitas Bumigora berharap lulusan mereka tidak hanya siap bekerja di industri, tetapi juga mampu menciptakan peluang usaha sendiri di sektor kreatif.
“Banyak peluang di industri kreatif yang bisa diambil anak muda NTB. Kuncinya adalah kemampuan menghasilkan karya yang relevan, memiliki nilai jual, dan bisa dipasarkan secara luas,” ujar Ginggit.
Acara Performance dan Showcase ini mendapat sambutan positif dari pihak kampus, mahasiswa, dan masyarakat. Penyelenggara berencana untuk menjadikannya program tahunan, dengan format yang lebih beragam dan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk komunitas seni di luar kampus.
Dengan dukungan fasilitas seperti Taman Budaya NTB, diharapkan karya mahasiswa dapat menjangkau audiens yang lebih luas, sekaligus mendorong pertumbuhan industri kreatif di daerah.
“Ini bukan sekadar acara hiburan. Ini adalah ruang belajar, ruang uji coba, dan ruang pertemuan antara karya akademik dengan publik. Dari sini, mahasiswa bisa melihat langsung respons audiens terhadap karya mereka,” tutup Ginggit. opik
Sheraton Senggigi Siap Bertransformasi
GM Sheraton Senggigi Beach yang baru, Peter The, menggabungkan efisiensi operasional dengan pelayanan hangat dan fokus membangun tim yang solid
LOBAR.LombokJournal.com ~ Sheraton Senggigi Beach resort resmi menunjuk Peter The sebagai General Manager (GM) baru, sejak 15 Juni 2025. Penunjukan GM baru itu, menandai babak baru bagi salah satu resor tepi pantai ikonik di Lombok.
Panorama Sherator Senggigi Beach
Berbekal pengalaman lebih 15 tahun di industri perhotelan, Peter membawa rekam jejak kepemimpinan di berbagai properti Marriott. Mulai dari JW Marriott Jakarta hingga terakhir menjabat sebagai Executive Assistant Manager in charge of rooms di The Westin Jakarta.
Penunjukan ini menjadi langkah strategis bagi Sheraton Senggigi yang tengah memposisikan diri kembali sebagai destinasi unggulan.
Peter dikenal menggabungkan efisiensi operasional dengan pelayanan hangat, serta fokus membangun tim yang solid.
“Keunggulan bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan berkelanjutan yang digerakkan oleh semangat, dedikasi, dan keinginan untuk menjadikan setiap momen bermakna,” ujar Peter.
Peter menetapkan visi mengembalikan Sheraton Senggigi sebagai pilihan utama wisatawan dengan memadukan standar layanan global dan keaslian budaya Lombok.
Misinya meliputi, pelayanan yang melampaui ekspektasi dengan kehangatan dan ketulusan meningkatkan kompetensikaryawan melalui pelatihan berkelanjutan dan lingkungan kerja suportif dan mempererat kerja sama dengan pemilik, pemangku kepentingan, dan komunitas lokal.
Di bawah kepemimpinan Peter, Sheraton Senggigi menargetkan bukan hanya unggul dari sisi fasilitas, tetapi juga dalam memberikan pengalaman menginap yang personal dan bernuansa lokal. Program ramah keluarga, inovasi layanan tamu, hingga suasana resor yang hangat dan inspiratif akan menjadi fokus.
Peter juga menaruh perhatian pada keberlanjutan dan pelestarian budaya Sasak. Ia ingin hotel yang dipimpinnya menjadi duta keindahan Lombok melalui program yang melibatkan masyarakat sekitar dan membawa dampak positif bagi komunitas.
Peter melihat Pulau Lombok sebagai destinasi masa depan pariwisata global. Dengan kombinasi keramahan kelas dunia dan kekayaan lokal, Sheraton Senggigi diharapkan dapat memperkuat posisi Lombok sebagai magnet wisata.
“Kami ingin setiap tamu pulang dengan kenangan yang membekas, bukan hanya foto-foto indah,” kata Peter.
Penunjukan General Manager baru ini memberi sinyal kesiapan Sheraton Senggigi untuk melangkah ke level lebih tinggi – membawa perpaduan kekuatan jaringan Marriott International dan keunikan budaya lokal, demi mengukuhkan kembali statusnya sebagai ikon pantai di Nusa Tenggara Barat. (adv) Ast
Belasungkawa Atas Meninggalnya Wisatawan Juliana Marins
Dalam suasana belasungkawa Pemerintah Provinsi NTB turut serta dalam doa dan mengenang almarhumah
MATARAM.LombokJoirnal.com ~ Gubernur Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhamad Iqbal, atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi NTB, menyatakan belasungkawa kepada keluarga dan kerabat Juliana Marins, Kamis (26/06/25).
Belasungkawa itu disampaikan Pemerintah Provinsi NTB yang menganggap Junliana Marins sebagai tamu kehormatan, Juliana Marins, yang menjadi korban kecelakaan dalam pendakian di Gunung Rinjani.
“Meskipun waktu beliau di tanah kami singkat, kehadiran beliau sangat kami hargai,” ujar Gubernur Iqbal dalam pernyataan resminya.
Dalam suasana belasugkawa, Pemerintah Provinsi NTB turut serta dalam doa dan mengenang almarhumah, serta menyampaikan dukungan sepenuh hati kepada keluarga dan semua pihak yang terkena dampak kehilangan ini.
“Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kedamaian abadi bagi beliau, dan semoga kekuatan serta ketabahan diberikan kepada mereka yang ditinggalkan,” tambah Gubernur Iqbal.
Pemerintah Provinsi NTB juga menegaskan kembali komitmennyauntuk memastikan keamanan dan kenyamanan seluruh wisatawan yang datang dan tinggal di wilayah NTB.***
Senandika, Kumpulan Puisi Esay Nurdin Ranggabarani
Senandika itu sendiri adalah istilah dalam sastra dan teater yang merujuk pada monolog atau dialog yang dilakukan oleh seorang karakter dengan dirinya sendiri.
LombokJournal.com – Beberapa waktu lalu, seorang kawan semasa kuliah, tiga puluh delapan tahun berselang, menghubungi dan meminta berjumpa. Maka hari itupun menjadi catatan tersendiri bagi saya. “Di mana, bro? Ayo mampir ke Pagesangan Indah. Ada buku puisi untukmu.” BACA JUGA ; Indeks Ketimpangan Gender
Catatan Agus K Saputra
Benar saja. Saya menerima buku: Kumpulan Puisi Essay Senandika (Cetakan Pertama, Mei 2025. Penerbit: Yayasan Sumbawa Bangkit) karya Nurdin Ranggabarani (NR). Ada sejumlah 107 puisi bertebaran di 132 halaman. Dalam rentang tahun 2006 hingga 2025.
Untuk posisi tiga besar pengkaryaan, maka pada tahun 2020 berada di tempat pertama dengan 26 puisi. Tahun 2019 di peringkat kedua dengan 19 puisi. Dan terakhir tahun 2024 dengan sejumlah 13 puisi.
Tak heran bila H. Dinullah Rayes, Penyair, Sastrawan dan Budayawan dari Tana Samawa, mengatakan Nurdin sebagai penulis otodidak yang tekun (hal. vii).
“Sejak belia, NR sering kali mengunjungi perpustakaan pribadi saya di Jl. Mawar 27, Sumbawa Besar. Ia betah di ruangan itu seharian. Membaca buku apa saja, utamanya buku-buku antologi puisi dan sastra, koleksi perpustakaan saya. Di usia yang sangat belia, NR telah membaca karya-karya sastrawan dan penyair besar di Indonesia, dan dunia,” tulis Rayes (hal. viii).
Tidak banyak orang, lanjut Dinullah, yang masih menyempatkan diri menulis, di tengah kesibukan kesehariannya sebagai pejabat dan politisi, dengan jadwal dan agenda kunjungan yang padat. Kecuali mereka, yang di dalam dirinya mengalir cahaya talenta, yang mampu menangkap getar resonansi sekitarnya, di sela waktu sesaat, dan menuangkannya bagai senarai yang apik, dalam imaji dan narasi puitis (hal. vii).
BACA JUGA ; Pengangguran Terbuka di Nusa Tenggara Barat Pilihan diksi “senandika” menarik minat untuk ditelisik. Sebagaimana diketahui, senandika itu sendiri adalah istilah dalam sastra dan teater yang merujuk pada monolog atau dialog yang dilakukan oleh seorang karakter dengan dirinya sendiri. Dalam senandika, karakter mengungkapkan pikiran, perasaan, dan motivasi dirinya sendiri, seringkali tanpa ada orang lain yang mendengarnya.
Dengan demikian, senandika dapat digunakan untuk:
Mengungkapkan pikiran dan perasaan. Karakter dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya yang paling dalam, sehingga penonton dapat memahami motivasi dan konflik internalnya.
Membangun karakter. Senandika dapat membantu membangun karakter dan memperlihatkan sisi lain dari kepribadian karakter.
Meningkatkan tensi. Senandika dapat digunakan untuk meningkatkan tensi dan konflik dalam cerita, terutama jika karakter sedang mengalami kesulitan atau konflik internal.
Malah, dalam teater, senandika seringkali digunakan untuk memberikan wawasan tentang pikiran dan perasaan karakter, serta untuk membangun hubungan antara karakter dan penonton. Dalam sastra, senandika dapat digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan karakter secara lebih mendalam dan kompleks.
NR sendiri mengungkap soal senandika, secara khusus dan bagi saya justru lebih mencerminkan karakter dirinya:
Katanya kita kawan
Nyatanya kalian memandangku lawan
Katanya kita sahabat
Nyatanya kalian menganggapku musuh
Katanya kita saling sayang
Nyatanya kalian menebar fitnah dan kebencian
…….
(Senandika – Mengenang Penyair Si Burung Merak, WS. Rendra: Jakarta, 01-10-2019, hal. 71-72).
Dugaan saya, karena hal inilah yang mengantarkan NR pada pilihan “puisi esai”. Merujuk Denny JA, konon sebagai penggagas, maka puisi esai memiliki struktur unik, dengan perpaduan antara bahasa puitis dan analisis yang mendalam.
Ciri khas lainnya adalah penggunaaan catatan kaki dan tema yang berfokus pada isu-isu sosial dan kemanusiaan, serta melibatkan pembaca secara lebih dekat.
Bagi Brotoseno, seiring perkembangan zaman, puisi esai sebagiamana yang ditulis NR, seringkali menjadi pilihan untuk menyuarakan ketidakpuasan sosial. Banyak penyair mengangkat isu-isu kritis, seperti ketidaksetaraan, ketidakadilan, penindasan, kesewenangan, kezaliman, pengangkangan demokrasi, pembungkaman, kekuasaan yang anti kritik, totaliter dan korup, serta pelanggaran hak azasi manusia, petaka kemanusiaan, penjarahan, perang, penjajahan, aneksasi, hingga pembantaian, dan genosida (hal. xii)
Namun demikian, lanjut Brotoseno, puisi esai yang baik, tidak saja kita akan mampu mengenali kondisi kejiwaan, psikologis, suasana kebathinan, arah keberpihakan, nilai-nilai, visi, dan norma yang diperjuangkan, oleh penyairnya, namun lebih dari itu, sebuah puisi dapat menjadi pisau bedah yang sangat tajam, untuk memahami dan menganalisis kondisi zaman dan lingkungan sekitar kita (hal. xiii).
Berikut berapa puisinya:
Lihatlah pohon itu
Juga alam dan lingkungan kita
Mereka tampak berunjukrasa
Protes keras dan mengirim petisi
Udara gerah, hawa panas
Banjir, lumpur, dan longsor
Mereka mogok dan tak sudi lagi kompromi
Karena saudara-saudara mereka
Dibabat, dibakar, diperkosa dan dibantai
Dengan syahwat kerakusan dan keserakahan
Melampaui ambang batas keseimbangan
(Amuk: Sumbawa Besar, 17-11-2009, hal. 123)
—–
Tak ada lautan tanpa karang dan gelombang
Tak ada gunung tanpa jurang dan ngarai
Tak ada jalan raya tanpa tanjakan dan kelokan
Tak ada peran tanpa resiko dan tanggungjawab
Yakinlah, tak ada ksatria yang gugur sia-sia
(Istiqomah – Mengenang Tuan Syaigh Ismail Dea Malela: Simon’s Town-Afrika Selatan, 15-05-2018, hal. 99)
—–
Aku menyaksikan meja-meja persidangan
Miring dan ambruk ditimpa kezaliman
Aku menyaksikan lampu-lampu ruang para pengadil
Padam, gelap disambar petir transaksi
—–
(Wajah Negeriku – Mengenang Dr. H. Adnan Buyung Nasution, SH: Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November Surabaya, 14-04-2022, hal. 30)
—–
Atas nama daulat rakyat
Kuasa memangsa yang tanpa daya
Hukum rimba pilihan lazim
Tirani semakin menjulurkan taring purbanya!
(Sajak Negeri Para Tiran – Kepada Presiden ILC, Karni Ilyas: Sumbawa Besar, 15-12-2020, hal. 46-47)
Jadi ini memperjelas bahwa menggunakan puisi esai untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan tentang banyak hal: kehidupan, cinta, dan spiritual.
Mensitir Dinullah, goresan-goresan pena NR ini, sungguh-sungguh mewakili gambaran karakter kuat penulisnya. Pilihan diksi dan narasinya melesat bagai meteor api, di langit cakrawala. Menghentak, meledak dentum, bagai magma yang menggelegak aliran larva. Namun mengalir lugas, jujur, dan natural, dalam mengabarkan dan menggambarkan keadaan dan kondisi yang kita rasakan bersama (hal. viii).
(Negeri Para Pengoplos: Mataram-Lombok, 10-03-2025, hal. 1)
—–
Pantai bulan Desember
Adalah gelung gelombang yang berkejaran
Melumat letih yang panjang
Ke pantaimu jua rindu ku hempas
(Pantai Bulan Desember – “Kepada kekasih hati belahan jiwa, Nurwahidah”: Tanjung Bira-Bontobahari Bulukumba, 23-12-2020, hal. 43)
Kepada Ocha
Adakah yang lebih menyakitkan
Dari terenggutnya kekasih hati
Adakah yang lebih menyesakkan
Dari terhempasnya asa
Adakah yang lebih memilukan
Dari karamnya cinta
Adakah yang lebih perih
Dari terampasnya belahan jiwa
Adakah yang lebih menyanyat
Dari sirnanya sebuah harapan
Kekasih hatiku…
Kami rindu, kami cinta dan sangat sayang padamu
Namun nyatanya,
Dia Yang Maha, jauh lebih rindu
Dia Yang Maha, jauh lebih cinta
Dia Yang Maha, jauh lebih sayang padamu
Belahan jiwaku…
Duka dan perih ini
Bukanlah pertanda kami tak ikhlas melepasmu
Ia hanya bagian dari sayang dan cinta
Doa terbaik untukmu
Tunggu kami di pintu surga-Nya
Sumbawa Besar, 22-01-2019
(1 Tahun kepergian Ocha, hal. 95)
Tapi begitulah, NR dengan lantang menorehnya sebagai maklumat (hal. xvi), berikut ini:
“Maaf, Tulisan dalam buku ini bukan puisi, dan aku bukan penyair. Ini cuma goresan pena, tentang “Senandika”. Sebuah monolog terhadap diri sendiri. Sekedar menjaga resonansi kepekaan. Memelihara arus kesadaran pikiran dan akal sehat. Merawat keyakinan katahati, matahari, dan cinta. Yang terkadang aus tergerus pragmatisme kehidupan.”
Oleh karena itu, soal kelantangan NR, bukanlah hal baru bagi saya. Dia sudah memupuknya sejak awal. Hal ini semakin terasah ketika dia membentuk Mataram Forum dan meminta saya menjadi anggotanya, sekitar tahun 1993/1994. Selepas kami menjadi Alumni Universitas Mataram. NR dari Fakultas Hukum dan saya “jebolan” Fakultas Ekonomi. Selain kami pernah “berkubang” bersama di Koran Kampus “Media” Unram.
#Akuair-Ampenan, 26-06-2025
Pejabat Fungsional Penting Jaga Hubungan Baik dan Komunikasi
Para pejabat fungsional diingatkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan atasan, rekan kerja, serta menjaga komunikasi dengan keluarga.
MATARAM.LombokJournal.com ~ Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hj. Indah Dhamayanti Putri mengajak seluruh pejabat fungsional yang dilantik untuk menerima tugas yang diberikan sebagai bentuk tanggung jawab spiritual dan profesional.
Hal itu disampaikannya saat melantik pejabat fungsional di lingkungan Pemerintah Provinsi NTB.
Pelantikan pejabat fungsional ini berlangsung di Ruang Rapat Tambora, Kantor Gubernur NTB, pada Senin (23/06/25). Acara pelantikan itu dihadiri oleh jajaran OPD serta para pejabat yang dilantik.
Menurut Wagub, jabatan adalah bentuk kepercayaan sekaligus garis takdir yang harus diterima dengan lapang dada.
“Setiap penempatan yang kita dapatkan itu bukan kebetulan, tapi bagian dari rencana Allah SWT. Maka kita harus berkata pada diri kita sendiri: ini adalah yang terbaik. Karena apa yang Allah tentukan, itu pasti yang paling pas buat kita,” ucap Ummi Dinda..
Wagub mengajak para ASN untuk menanamkan sikap ikhlas dan menikmati proses pengabdian, meski tantangan sering kali datang dari arah yang tak terduga.
“Kita harus menikmati setiap garis takdir yang ditetapkan untuk diri kita. Kadang kita bertanya-tanya kenapa ditempatkan di sana, tapi justru di situlah tempat terbaik kita berkembang,” tambahnya.
Lebih dalam, dalam pelantikan pejabat fungsional itu Umi, Dinda mengingatkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan atasan, rekan kerja, serta menjaga komunikasi dengan keluarga.
Ia menyebut doa orang-orang terdekat sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam mengemban amanah.
“Jangan pernah tinggalkan keluarga hanya karena jabatan. Jangan berubah sikap setelah dilantik. Karena bisa jadi keberhasilan kita hari ini adalah buah dari doa orang tua, pasangan, anak, bahkan keluarga besar yang tak pernah kita sangka. Allah kabulkan doa mereka lewat pelantikan ini,” tegasnya.
Umi Dinda mengingatkan agar setiap pejabat fungsional mampu memahami arah pembangunan daerah. Ia berharap pejabat fungsional yang dilantik bisa menjadi motor perubahan dan turut menyukseskan agenda strategis pembangunan NTB.
“Jabatan boleh baru, tapi dedikasi jangan pernah usang. Teruslah melangkah dengan keyakinan dan doa. InsyaAllah, apa yang kita kerjakan akan memberi manfaat, bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa depan NTB,” tuturnya. ***
Hijab Bukan Penghalang, Melainkan Kekuatan untuk Bersinar
11 finalis yang tersisa dari puluhan peserta sebelumnya tampil memukau dengan membawakan ragam pesona hijab
MATARAM.LombokJournal.com ~ Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hj. Indah Dhamayanti Putri, S.E., M.IP menghadiri acara Grand Final Putri Hijab inFluencer, dan menyampaikan pesan inspiratif
Perempuan yang mengenakan hijab tidak akan menjadi penghalang dalam berkarya, justru menjadi kekuatan yang mencerminkan etika dan sopan santun dalam menorehkan prestasi.
“Hijab bukan penghalang, melainkan kekuatan untuk bersinar,” ungkapnya di Taman Budaya, (Minggu, 22/06/25).
Dalam sambutannya, Umi Dinda juga menyampaikan apresiasi tinggi terhadap terselenggaranya ajang pemilihan yang telah berlangsung sejak tahun 2000 ini.
Dirinya menegaskan bahwa kegiatan tersebut bukan hanya ajang mencari juara, tetapi juga sarana untuk melatih kepercayaan diri generasi muda, khususnya perempuan berhijab di NTB.
“Tujuan utama dari pemilihan Putri Hijab bukan semata mencari juara, tapi bagaimana anak-anak kita memiliki pengalaman, tumbuh rasa percaya diri, dan mampu menjadi duta yang memperkenalkan NTB ke dunia luar,” ujar Umi Dinda di hadapan para finalis dan tamu undangan.
Sebanyak 11 finalis yang tersisa dari puluhan peserta sebelumnya tampil memukau dengan membawakan ragam pesona hijab, termasuk memperkenalkan tenun khas NTB sebagai bentuk kecintaan pada budaya lokal.
Umi Dinda juga mendorong agar ajang seperti Putri Hijab inFluencer terus diadakan secara rutin sebagai agenda tahunan.
“Saya bisik-bisik tadi dengan panitia, katanya kegiatan ini sudah rutin sejak tahun 2000. Artinya ada semangat luar biasa dari semua pihak untuk terus menampilkan duta-duta hijab terbaik NTB yang penuh potensi,” ungkapnya dengan bangga.
Wagub pun mengajak seluruh pihak untuk menghargai proses yang telah dilalui para peserta, bukan hanya melihat hasil akhir.
“Yang berdiri di panggung ini bukan sekadar peserta, mereka ini adalah anak-anak yang telah menyiapkan diri dengan sangat matang. Kita harus apresiasi semua finalis, bukan hanya yang juara,” katanya.
Mengakhiri sambutan dalam Grand Final Putri Hijab inFluencer, Umi Dinda menekankan pentingnya peran perempuan sebagai tiang negara dan pendidik generasi masa depan.
“Seorang perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari perempuanlah lahir generasi cerdas, berakhlak, dan berintegritas. Maka saya mengajak seluruh perempuan NTB untuk menjadi sosok yang membanggakan dan bisa jadi teladan bagi yang lain,” kata Umi Dinda. ***.