Menegaskan komitmen petani tembakau memajukan industri rokok, bertujuan membahas situasi pasar global tembakau saat ini
MATARAM.ombokjournal.com — Puluhan pengusaha tembakau dari berbagai negara ASEAN dan Asia lainnya berkumpul dalam ajang Asia Tobacco Forum (ATF) di Katamaran Resort Senggigi, Selasa (27/3).
Forum yang digelar Internasional Tobacco Growers Association (ITGA) ini membahas tantangan global dan dampaknya pada industri tembakau atau rokok.
Kegiatan forum ini juga untuk menegaskan komitmen petani tembakau dan memajukan industri. CEO ITGA Antonio Abrunhosa mengatakan, rokok dan tembakau banyak dicengkram peraturan dunia. Forum tersebut ditujukan untuk membahas situasi pasar global tembakau saat ini.
“Kaitannya dengan produksi tembakau,” ujarnya dalam sesi konferensi pers bersama media.
Ia menuturkan, dalam forum ini para anggota ITGA akan ditekankan untuk terus memiliki komitmen. Terutama untuk mematuhi penerapan pertanian yang baik di tengah ketatnya regulasi suatu negara dan dunia.
Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pasar konsumen legal menggunakan produk komoditas tembakau atau rokok.
“Saat ini berjumlah 900 juta konsumen di seluruh dunia,” sambungnya.
Sementara itu, Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) menyampaikan petani tembakau telah melakukan penerapan praktik pertanian yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG. Ketua AMTI Budidoyo menyebutkan, setidaknya ada sejumlah target yang telah dipenuhi.
Dimulai dari soal penghapusan kemiskinan. Tembakau telah terbukti sebagai komoditas yang sangat menguntungkan dan mendukung stabilitas ekonomi petani dan keluarganya. Kemudian soal penghapusan bahaya kelaparan.
Ia mengatakan, salah satu praktik umum dalam pertanian tembakau yakni petani juga menanam tanaman pangan.
“Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus menjaga kondisi lahan pertanian melalui rotasi tanaman,” jelasnya.
Selanjutnya adalah soal derajat kesehatan dan kesejahteraan yang baik, pendidikan yang bermutu, kesetaraan gender, sarana air bersih dan sanitasi, serta sumber energi bersih dan terjangkau.
Sektor tembakau berkomitmen melaksanakan berbagai program berbeda untuk meningkatkan penerapan cara berkelanjutan serta memperbaiki derajat kehidupan petani dan kesejahteraan masyarakat.
“Saya percaya petani tembakau sangat yakin akan komitmen mereka,” katanya.
Ia melanjutkan, selain itu pertanian tembakau juga memiliki kesadaran yang baik akan memenuhi prinsip tanggung jawab sosial ekonomi. Berbagai upaya dilakukan setiap tahun untuk memperbaiki penerapan praktik pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Berdasarkan data AMTI, Indonesia merupakan produsen tembakau ke-5 terbesar di dunia.
Hal tersebut dengan jumlah 2 juta orang petani tembakau dan 1,5 juta petani cengkeh. Industri hasil tembakau menyerap 600.000 karyawan dan menggerakkan 2 juta ritel di seluruh Indonesia. Dengan demikian, 6,1 juta orang terlibat dalam seluruh rantai pasok tembakau.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian NTB Husnu Fauzi mengatakan, tembakau menjadi salah satu tanaman perkebunan andalan NTB.
Hal ini dikarenakan tembakau memiliki keunggulan komparatif. Selain itu juga menjadi sumber pendapatan masyarakat, terutama pada masa kemarau. Tenaga kerja yang diserap juga cukup banyak sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya petani.
“Potensi tembakau virginia di NTB sangat bagus,” katanya.
Ia menuturkan, NTB menjadi penghasil tembakau virginia terbaik di Indonesia. Potensi lahan tanam tembakau virginia mencapai luas 42. 302, 85 hektare.
Sedangkan lahan tanam tembakau rakyat hanya sebesar 16.753,00 hektare. NTB juga menghasilkan tembakau rajangan baik rajangan hitam yangada di Ampenan dan rajangan kuning.
“Potensi lahan yang paling luas di Kabupaten Lombok Timur,” tandasnya.
Dalam kegiatan forum tersebut juga dilakukan deklarasi terkait isu yang dibahas dan komitmen semua petani tembakau di dunia.
AYA (*)